Professional Documents
Culture Documents
Laporan Tutorial Case 6 Kelompok 18
Laporan Tutorial Case 6 Kelompok 18
Laporan Tutorial Case 6 Kelompok 18
Diajukan kepada:
Ratna Dewi Indi Astuti, dr., M.Kes.
Disusun oleh:
Kelompok 18
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................i
Review Case.......................................................................................................................ii
BAB I BASIC SCIENCE..........................................................................................................1
1.1 Anatomi....................................................................................................................1
1.1.1 Anatomi Female External Genitalia.........................................................................1
1.1.2 Histologi Female External Genitalia.......................................................................14
1.2 Fisiologi..................................................................................................................16
1.3 Interpretasi............................................................................................................25
1.4 Mikrobiologi..........................................................................................................30
BAB II CLINICAL SCIENCE...................................................................................................46
2.1 STI (Srexual Transmitted Desease).....................................................................46
2.2 HPV Infection....................................................................................................49
2.3 Trichomoniasis..................................................................................................53
2.4 Cervicitis...........................................................................................................56
2.5 Cervicitis Gonorrhea..........................................................................................57
2.6 Bartholinitis......................................................................................................61
2.7 Vulvovaginitis Candidosis..................................................................................65
2.8 Ca Cervix...........................................................................................................71
2.9 Management.....................................................................................................78
BAB III BHP, IIMC, PATOMEKANISME................................................................................90
i
Review Case
Speculum examination
Vagina Portio :
copious, yellowish discharge, covering the
portio. Erythema on the vaginal walls (The
discharge was wiped with gauze)
Portio
erythema, ectopy, mucopurulent discharge is
seen on the external cervical orifices. The
discharge was collected for further
erythema, ectopy, mucopurulent
examination. discharge is seen in the external
Pap Smear slide collection is cervical orifices
postponed Bimanual examination
ii
iii
CC :
recurrent vaginal discharge with foul smell
diplococci culture and susceptibility
test. AC :
The blood sample is taken for Postcoital bleeding
serological testing for syphilis. lower abdominal pain
iii
iv
rectovaginal examination
normal size and the parametria are free
from tumor infiltration
Biopsy
biopsy is then taken from the tumor mass.
histopathologic examination
Clusters of tumor cells that still retain the
squamous cells architecture are seen with
invasion to the subepithelial layer. Keratin
production is visible.
Diagnosed
squamous cell carcinoma of the uterine
cervix.
iv
BAB I
BASIC SCIENCE
1.1 Anatomi
Terdiri dari :
1. Mons Pubis
3. Clitoris
6. Kelenjar Ascessorius
1
2
Dapat juga kita sebut sebagai vulva / pudendum. Istilah pudendum biasanya digunakan untuk
klinis.
terdiri dari mons pubis, labia majora, labia minora, clitoris, bulbs vestibule, serta greater dan
Berfungsi untuk :
Mons Pubis
Berbentuk bulat
terdiri dari lemak.lemak pada di symphysis pubis, pubic tubercle, dan superior pubic rami.
Permukaan dari mons tubercle berhubungan dengan permukaan dinding perut bagian anterior.
Labia Majora
2
3
ditutupi kulit berpigmen, dan terdiri dari kelenjar sebaceous, ditutupi rambut kemaluan yang
kasar.
Setiap labium terdiri dari jaringan subkutan longgar yang mengandung otot polos dan
Labia Minora
Lipatan kulit berbentuk bulat tipis tanpa lemak dan tidak berbulu berwarna merah muda
3
4
Pada wanita muda (perawan) terdapat frenulum yang terhubung dari arah posterior
Clitoris
Merupakan pertemuan dari labium minora di anterior dan merupakan organ erectile
Terdiri dari root dan body silindris kecil yang mengandung 2 cura dan 2 corpora carvernosa
Sensitive terhadap stimulasi sentuhan, berfungsi sebagai organ pemicu gairah seksual
4
5
Vestibule of Vagina
Merupakan lubang yang terdiri dari bagian ruangan depan dari vagina
Hymen, merupakan thin anular fold dari mucus membrane yang menutupi sebagian atau
seluruhnya lubang vagina, tidak memiliki fungsi fisiologis. Kondisi hymen sering dikaitkan
Terdiri dari Lubang uretra eksterna terletak 2-3 cm postero-inferior dari glans clitoris dan
Terdapat bukaan dari ductus kelenjar vestibular pada posisi jam 5 dan 7
5
6
Bulbs of Vestibule
Bulbs terletak disepanjang sisi lubang vagina (superior dan didalam labia minora, dan di
6
7
Vestibule Glands
Berbentuk bulat atau oval, tumpeng tindih dengan bulbs of the vestibule
7
8
Kelenjar vestibular yang lebih kecil menghasilkan secrete mucus ke vestibule untuk
The erectile tissue of the bulb akan membesar selama terjadi rangsangan sexual dan
Artery Supply
Arteri pudendal interna -> labial artery -> memasok sebagian besar kulit, genitalia eksterna,
Drainase Supply
Dilatasi vena pada saat respons sexual menyebabkan peningkatan ukuran dan konsistensi
8
9
Innervation
Lymphatic vessel
lymph yang berasal dari kulit perineum, vaginal orifice, clitoris, vestibular bulbanterior labia
9
10
Muscles
Ischiocavernosus
Bulbospongiosus muscles
Vagina
Memanjang dari bagian tengah servix hingga ke lubang vagina (Vaginal Orifice). Dibagian
Vaginal Fornix -> celah yang berada diantara cervix teridri dari bagian anterior posterior dan
lateral. Pada bagian dinding infero anterior terdapat penonjolan (projecting) yang terletak
dibagian midline.
10
11
Bagian lateral dinding vagina (anterior dan posterior) akan bersentuhan membentuk H-
Shapped. Terletak dibagian posterior dari urinary bladder dan urethra. Terletak dianterior
rectum (anus) dan melintasi bagian medial dari levator ani (puborectalis) muscle.
11
12
Vaaskularisasi
Drainase vena
Hanya 1/5 dan ¼ bagian inferior pada vagina yang memiliki system saraf somatic.
Persarafan pada bagian vagina berasal dari deep perineal nerve, branch of pudenda nerve
yang terdiri dari serat saraf afferent yaitu simpatis dan visceral, dan tidak terdiri dari
12
13
parasimpatis. Hanya bagian yang dipersarafi saraf somatic lah yang peka terhadap sentuhan
dan suhu. Meskipun bagian serat saraf aferen somatic dan visceral memiliki badan sel dalam
ganglia yang sama (S2-S4) . Sebagian besar vagina (3/4 atau 4/5) dipersyarafi oleh syaraf
visceral. Syaraf pada bagian vagina dan uterus berasal dari uterovaginal nerve plexus. Saraf
ini berjalan bersamaan dengan uterine artery pada junction dibagian dasar ligament yang
besar (peritoneal) dan bagian superior dari transverse cervical ligament (Fascial).
Uterovaginal nerve plexus merupakan salah satu dari pelvic plexuse yang memanjang hingga
ke pelvic visecera dari inferior hypogastric plexus. Saraf simpatis, parasimpatis, dan visceral
afferent fibers melintasi plexus ini. Innervasi saraf simpatis berasal dari inferior thoracic
spinal cord segment dan melintas hingga ke lumbar splanchnic nerve dan rangkaian plexus
spinal cord dan melintasi pelvic splanchnic nerve hingga ke inferior inferior hypogastric-
uterovaginal plexus. Saraf aferent visceral pada superior dan inferior part dariuterus dan
vagina berbeda sumber dan tujuannya. Serabut saraf aferen visceral menghantarkan rasa nyeri
dari fundus dan body intraperitoneal uterine mengikuti persarafan simpatis untuk mencapai
badan sel pada ganglia spinalis lumbar thoracic-superior . Serabut saraf aferen
menghantarkan impuls nyeri dari subperitoneal uterine cervix dan vagina mengikuti serabut
saraf parasimpatis yang melalui uterovaginal and inferior hypogastric plexuses and pelvic
splanchnic nerves ke badan sel di sensory ganglia S2-S4. Terdapat 2 rute berbeda yang
diikuti oleh serabut saraf visceral pain yang signifikan secacra klinis merupakan tempat
utama untuk segala jenis anestesi selama persalinan. Semua serabut serabut saraf aferen
13
14
Bartholin Glands
Kelenjar ini terbentuk dari kelenjar racemose yang dilapisi dengan epitel kolumnar atau
kuboid.
Ductus nya dilapisi dengan epitelial transitional
14
15
Histologi Serviks
Terletak di bagian inferior uterus yang berbentuk slindris. Terdiri dari 4 lapisan :
1. endoseviks, dilapisi oleh simple columnar epithelium dan memiliku banyak kelenjar
untuk sekresi mucus.
2. ectoserviks,dilapisi oleh stratified squamous non keratized epithelium
3. Stroma yang mengandung limposit dan leukosit
4. Perubahan simple columnar epithelium menjadi epitel kolumnar berlapis disebut
sebagai zona transformasi
a) The mucosa of the cervix
b) The epithelial junction (arrow)
c) Exfoliative cytology of epithelial cells
d) The endocervical mucosa
15
16
(CC) cervical canal, (SC) simple columnar epithelium, (V) vagina, (J) junction, (SS) stratified
squamous epithelium, (F) fibromuscular tissue, (M) mucus
1.2 Fisiologi
Bartholin’s Gland
Vaginal Discharge
Merupakan gejala yang umum, dapat berupa fisiologis ataupun patologis. Vaginal discharge
tidak selalu berhubungan dengan STI.
Addapun yang disebut Leucorrhea merupakan “white discharge” / “excessive amount of
normal vaginal discharge”
Klasifikasi
16
17
Dipengaruhi oleh flora normal vagina (lactobacilli) berkoloni di epitel vagina, berperan
dalam melawan infeksi dan mempertahankan pH vagina 3,5-4,5.
Memiliki karakteristik white/clear, non-offensive mucous dan bervariasi sesuai dengan siklus
menstruasi, tidak berbau, tidak lengket, tidak gatal dan tidak nyeri
Tersusun atas:
- Vulval secretions
- Vaginal transudate (cell wall)
- Cervical secretion (thick and copios around ovulation, thickand scanty after that)
- Uterine secretion
- Fallopian tube secretion
Pengaruh estrogen
Peningkatan estrogen level abundant secretory activity pada endocervical glands
superficial vaginal epithel kaya akan glikogen
Physiological Vaginal Secretion (cont)
Jumlah:
- 1-4ml/ 24 hrs
meningkat pada kondisi
1. Ovulasi : peningkatan cervix secretions krn peningkatan estrogen, blood stained pada
saat day of ovulation
2. Pre-menstrual : hypertrophy endometrial gland peningkatan sekresi pada seluruh
bag. Genital tract beberapa hari sebelum menstruasi
3. Pregnancy : hyperestinism w/ increased vascularity increased vaginal transudate
dan cervical secretions
4. Sex : adanya stimulasi pada bartholin gland peningkatan sekresi ke vulva
5. Pil kontasepsi estrogen progesterone
6. During puberty : peningkatan estrogen marked overgrowth endocervical epithel
encroach onto the ectocervix producing congenital ectopy (erosi) peningkatan
sekresi
Peningkatan sekresi (leucorrhea)
- Cerival cause : non-infective cervical lesion (cervical ectopy, chrnic cervicitis,
mucous polyp dan ectropin)
- Vaginal cause : peningkatan vaginal transudation karena peningkatan pelvic
congestion (uterine prolapse, acquired retroverted uterus, chronic pelvic
inflammation, ‘pill’ use dan vaginal adenosis)
17
18
18
19
Dengan tampilan lain, consider fisiologis, foreign body, STI, streptococcal, staphylococcal,
infections
Manajement
19
20
SIKLUS SEL
1. interphase
2. cell division: mitosis, the division of the nucleus, and cytokinesis, the division of
the cytoplasm.
During G1 (the first gap phase), sel melakukan kegiatan metabolisme rutin.
During the S phase (the synthesis phase), the DNA is replicated (new DNA is
synthesized).
During the G2 phase (the second gap phase), the cell prepares for cell division.
20
21
2. CELL DIVISION
Divisi sel menghasilkan sel-sel baru yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan.
Sel induk dibagi untuk membentuk dua daughter cells, masing-masing memiliki
daughter cells juga cenderung memiliki struktur yang sama dan melakukan fungsi
Namun, selama pengembangan dan diferensiasi sel, fungsi sel putri mungkin berbeda
PROSES:
1. Interphase
2. Prophase
21
22
Lainnya, yang dikenal sebagai serat spindle, proyek menuju garis tak terlihat yang
disebut equator
3. Metaphase
kromosom.
4. Anaphase
kromosom.
Kromosom, dibantu oleh serat spindle, bergerak menuju sentrioles di setiap ujung sel.
Pemisahan kromatatid menandakan awal anafase, dan pada saat anafase telah
sel.
5. Telophase
Mitosis selesai, dan interfase baru dimulai. kromosom terurai menjadi kromatin. Sel
divisi telah menghasilkan dua daughter cell yang identik dengan DNA sel induk.
22
23
CYTOKINESIS
23
24
contractile ringyang terdiri terutama dari filamen actin menarik membran plasma ke
Selama periode sekitar 1 jam di antara replikasi DNA dan dimulainya mitosis,
terdapat suatu masa terjadinya perbaikan aktif, dan " Proofreading " pada untaian
DNA.
Artinya, bila ada nukleotida DNA yang dipasangkan secara tidak tepat dengan
nukleotida yang terdapat pada untaian asli, suatu enzim khusus akan memotong
yang tepat.
Proses ini dilakukan oleh DNA polimerase dan DNA ligase yang sama yang dipakai
pada proses replikasi. Proses perbaikan ini disebut sebagai DNA proofreading
Oleh karena repair and proofreading, proses transkripsi jarang sekali melakukan
kesalahan.
bukan pembentukan protein yang dibutuhkan, yang sering kali menyebabkan fungsi
sel yang abnormal, dan bahkan kadang kala menyebabkan kematian sel.
Tumor suppressor genes are normal genes that slow or stop cell division
APOPTOSIS
Apoptosis atau kematian sel yang diprogram, adalah normal proses di mana sel dalam
24
25
Pada janin yang sedang berkembang, apoptosis menghilangkan jaringan, seperti sel-
sel antara jari-jari tangan dan jari-jari tangan yang sedang berkembang.
Pada jaringan dewasa, apoptosis menghilangkan kelebihan sel untuk jumlah sel,
Rusak atau berpotensi sel berbahaya, sel yang terinfeksi virus, dan sel kanker
potensial juga dihilangkan oleh apoptosis yang diinduksi oleh sel-sel kekebalan tubuh.
Ketika apoptosis dimulai, kromatin dalam inti kondensasi dan berfragmen. Ini diikuti
dengan fragmentasi nukleus dan akhirnya dengan kematian dan fragmentasi sel.
1.3 Interpretasi
Rectovaginal Examination
25
26
Prosedur pemeriksaan:
1. Aseptic area yang akan dimasukan jari jari
2. Menggunakan gloves dan menggunakan lubricant
3. Posisikan jari tangan seperti pemeriksaan bimanual.
4. Masukan secara hati hati jari tengah ke lubang rectal, lalu masukan jari telunjuk kedalam
vagina.
5. Masukan kedua jari hingga jari telunjuk berada di fornix bagian posterior dibawah cervix
dan jari tengah berada sejauh mungkin masuk kedalam rectal
6. Ketika jari dimasukan tidak perlu meminta pasien untuk mengejan saat jari rektal
dimasukkan karena dapat menambah ketegangan pada pasien.
7. Palpasi struktur panggu
palpasi ligament uterosacral simetris, halus, dan tidak nyeri tekan, atau
apakah ada nodular, kendur, atau menebal
Lakukan evaluasi kanal rectal, integritas, dan fungsi spinchter rectal
8. Setelah selesai dengan cepat namun pasti angkat jari jari sesuai dengan urutan gerakan
9. Berikan aseptic untuk menghindari kontaminasi kotoran
CA Cervix Screening
Ada beberapa metode yang dikenal untuk melakukan skrining Kanker Leher Rahim. Tujuan
skrining untuk menemukan lesi prakanker. Beberapa metode itu antara lain:
1. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA)
Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher
rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker
akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epitelium
2. Pemeriksaan Sitologi (Papanicolaou/Papsmear)
Merupakan suatu prosedur pemeriksaan sederhana melalui pemeriksaan sitopatologi,
yang dilakukan dengan tujuan untuk menemukan perubahan morfologis dari sel-sel epitel
leher rahim yang ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker.
26
27
27
28
MANAGEMENT
Konisasi (Cold knife conization). Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat pada yang masih
memerlukan fertilitas. Bila tidak tidak bebas, maka diperlukan re-konisasi. Bila fertilitas tidak
diperlukan histerektomi total Bila hasil konisasi ternyata invasif, terapi sesuai tatalaksana
kanker invasif. Stadium IA1 (LVSI negatif) Konisasi (Cold Knife) bila free margin (terapi
adekuat) apabila fertilitas dipertahankan.(Tingkat evidens B) Bila tidak free margin
dilakukan rekonisasi atau simple histerektomi. Histerektomi Total apabila fertilitas tidak
dipertahankan
Stadium IA1 (LVSI positif)
Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas dipertahankan. Bila
operasi tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi medik dapat dilakukan Brakhiterapi .
Stadium IA2,IB1,IIA1
Pilihan :
28
29
Pilihan :
1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
2. Radiasi (Rekomendasi B)
3. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
3. Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi
4. dan pelvik limfadenektomi.
5. Histerektomi ultraradikal, laterally extended parametrectomy (dalam penelitian)
Stadium III A III B
1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
2. Radiasi (Rekomendasi B)
Stadium IIIB dengan CKD
1. Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan
2. Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin atau
3. Radiasi
Stadium IV A tanpa CKD
1. Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal, direkomendasi terlebih dahulu dilakukan
kolostomi, dilanjutkan :
2. Kemoradiasi Paliatif, atau
3. Radiasi Paliatif
29
30
1.4 Mikrobiologi
TRICHOMONAS VAGINALIS
¡ Organisme ini dapat ditumbuhkan pada media buatan dalam kondisi anaerobik pada
pH 5,5 - 6,0. Nutrisi terlarut diserap melintasi membran sel.
¡ Meskipun T vaginalis tidak memiliki bentuk kista, trofozoit dapat bertahan hidup di
luar tubuh manusia selama 1 hingga 2 jam pada permukaan yang lembab.
¡ Dalam urin, air mani, dan air, zat ini dapat bertahan hingga 24 jam, menjadikannya
salah satu trofozoit protozoa yang paling resisten.
TRICHOMONIASIS
Trikomoniasis ditularkan melalui hubungan seksual. Di seluruh dunia angka ini mencapai
180 juta kasus. Dua puluh lima persen wanita yang aktif secara seksual terinfeksi selama
30
31
hidup mereka dan 30% - 70% pasangan seksual pria mereka juga diparasit, setidaknya untuk
sementara. Pada wanita, kejadian puncak trikomoniasis antara usia 16 dan 35 tahun, tetapi
masih terdapat prevalensi yang relatif tinggi pada kelompok usia 30 - 50 tahun. Neonatus
kadang-kadang tercatat mengandung T vaginalis, mungkin memperolehnya selama
perjalanan melalui jalan lahir.
Kontak langsung T vaginalis dengan epitel skuamosa saluran genitourinari yang
dimediasi oleh adhesins, protein pengikat laminin, dan karbohidrat pengikat lektin
menyebabkan kerusakan sel epitel yang terlibat dan perkembangan reaksi inflamasi
neutrofilik dan perdarahan petekie. Dapat mengeluarkan berbagai proteinase yang membantu
memulai peristiwa sitolitik yang bergantung pada kontak. Proteinase ini juga mampu
menurunkan imunoglobulin-G (IgG) dan IgA. Perubahan lingkungan mikroba, hormonal, dan
pH vagina serta faktor-faktor yang melekat pada parasit yang menginfeksi dianggap
memodulasi keparahan perubahan patologis. Trichomonas vaginalis juga mampu menentukan
antigenik permukaan yang bervariasi secara fenotip untuk membantunya lolos dari deteksi
kekebalan.
MANIFESTATIONS
- Meskipun hingga 50% tidak menunjukkan gejala pada saat diagnosis, sebagian besar
berkembang menjadi manifestasi klinis dalam 6 bulan.
- Sekitar 75% timbul cairan, yang biasanya disertai dengan gatal atau rasa terbakar pada
vulva (50%), dispareunia (50%), disuria (50%), dan bau tidak sedap (10%) gejala
biasanya bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Manifestasi
memburuk selama menstruasi dan kehamilan.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik:
¡ mukosa vagina dan endoserviks yang memerah
¡ Kasus parah, perdarahan petekie dan erosi yang luas.
¡ Endoserviks yang berwarna merah, granular, dan rapuh (serviks stroberi) merupakan temuan
yang khas tetapi jarang ditemukan.
¡ Keluarnya cairan dalam jumlah banyak biasanya terlihat berkumpul di forniks vagina
posterior.
¡ Pria Uretra dan prostat adalah tempat umum, vesikula seminalis dan epididimis kadang-
kadang, biasanya tidak bergejala tapi jika bergejala mengeluhkan disuria berulang dan sedikit
cairan yang tidak bernanah.
¡ Identifikasi dilakukan paling mudah dengan memeriksa wet mount preparation untuk
keberadaan organisme motil. Sensitivitas hanya 50% hingga 60%.
¡ Spesimen vaginal discharge, pada pria dari urethral exudate atau urine sediment
¡ Giemsa dan Papanicolaou-stained smears memberikan sedikit bantuan tambahan.
¡ Direct immunofluorescent antibody staining memiliki sensitivitas 70% hingga 90%.
¡ Parasitic culture, meskipun lebih sensitif, membutuhkan beberapa hari untuk
menyelesaikannya dan seringkali tidak tersedia.
¡ Nucleic acid amplification (NAA) methods telah terbukti paling sensitif untuk diagnosis.
TREATMENT
Oral metronidazole, menyembuhkan lebih dari 95% dari semua infeksi Trichomonas. Dosis
tunggal atau lebih dari 7 hari. Pengobatan pasangan seksual secara bersamaan dapat
meminimalkan infeksi berulang tidak boleh digunakan selama trimester pertama
kehamilan karena potensi aktivitas teratogeniknya.
31
32
Candida
¡ Spesies Candida tumbuh 4 - 6 μm, bertunas, berbentuk bulat atau oval yeast-like cells
¡ Dalam kondisi pertumbuhan tertentu, termasuk yang ditemui selama infeksi, spesies
Candida patogen tertentu juga dapat membentuk pseudohyphae ketika kuncup terus
tumbuh tetapi gagal terlepas, menghasilkan rantai sel memanjang yang terjepit atau
menyempit di sekat antar sel.
¡ Tidak seperti spesies Candida lainnya, C albicans bersifat dimorfik, selain ragi dan
pseudohyphae, ia juga dapat menghasilkan hifa sejati
¡ Spesies Candida tumbuh dalam berbagai bentuk morfologi, paling sering sebagai
budding yeast. Pada media agar-agar atau dalam 24 jam pada 37 ° C atau suhu kamar.
¡ Candida albicans, penyebab paling umum dari infeksi jamur invasif manusia, juga
dapat membentuk hifa yang dipicu oleh perubahan kondisi seperti suhu, pH, dan
nutrisi yang tersedia.
¡ Tahap awal perkecambahan dari sel ragi, hifa yang baru lahir ini menyerupai
kecambah dan disebut “germ tubes”
¡ Bentuk memanjang lainnya dengan batasan secara berkala disebut pseudohyphae
karena tidak memiliki dinding paralel dan septation true hyphae.
CANDIDIASIS
32
33
Candida albicans hadir dalam mikrobiota 30% sampai 50% orang sehat, terutama pada
saluran orofaringeal, gastrointestinal, dan genital wanita. Penularan dan akuisisi baru
kolonisasi Candida dapat terjadi melalui kontak mukosa langsung dengan orang lain
(misalnya melalui hubungan seksual). Prosedur invasif dan perangkat tempat tinggal dapat
menjadi pintu masuk, dan jumlah Candida yang ada pada kulit dan permukaan mukosa dapat
ditingkatkan dengan penggunaan agen antibakteri. Hifa Candida albicans memiliki kapasitas
untuk membentuk keterikatan yang kuat pada sel epitel mediator pengikatan adalah surface
hyphal wall protein (Hwp1) terdapat pada permukaan tabung kuman dan hifa. Satu keluarga
enzim hifa, secreted aspartic proteinases (Saps) mampu mencerna keratin dan kolagen, yang
akan memfasilitasi invasi jaringan dalam. Salah satu ciri patogen terpenting C albicans adalah
kemampuannya untuk membentuk biofilm. Biofilm melekat kuat pada komponen ECM serta
plastik.
MANIFESTATIONS
- Invasi superfisial pada selaput lendir oleh C albicans menghasilkan white cheesy plaque yang
melekat longgar pada permukaan mukosa.
- Oral lesions, yang disebut thrush/sariawan terjadi di lidah, langit-langit, dan permukaan
mukosa lainnya sebagai ragged white patches
- Infeksi serupa di vagina, kandidiasis vagina, menghasilkan cairan kental seperti curd-like
discharge dan gatal pada vulva.
- Infeksi C albicans superfisial juga terjadi di lipatan kulit dan area lain di mana permukaan
kulit basah dan maserasi berlawanan Misalnya, satu jenis ruam popok disebabkan oleh C
albicans. Dapat juga terjadi karena perendaman berulang dalam air (misalnya, pencuci
piring).
- Lesi awal berupa papula eritema atau area konfluen eritema, nyeri tekan, dan fisura kulit.
33
34
- Jamur sering mendapatkan akses ke aliran darah melalui lesi kulit (misalnya, luka bakar,
kateter intravaskular), gangguan saluran GI (misalnya, perforasi usus, operasi perut), atau
perangkat prostetik yang dikolonisasi dengan biofilm Candida.
- Begitu masuk ke aliran darah, spesies Candida dapat menginfeksi banyak organ, termasuk
ginjal, otak, dan katup jantung
DIAGNOSIS
Specimens and Microscopic Examination
¡ Spesimen termasuk swabs and scrapings dari superficial lesions, blood, spinal fluid, tissue
biopsies, urine, exudates, dan bahan dari kateter intravena yang diangkat.
¡ Biopsi jaringan, cairan spinal yang disentrifugasi, dan spesimen lain dapat diperiksa dalam
apusan yang diwarnai Gram atau slide histopatologi untuk pseudohyphae and budding cells
¡ Seperti halnya dermatofitosis, skin atau nail scrapings pertama kali ditempatkan dalam setetes
KOH dan calcofluor white.
Culture
¡ Semua spesimen dikultur pada media jamur atau bakteriologis pada suhu kamar atau pada 37
° C. Koloni jamur diperiksa keberadaan pseudohyphae
¡ C albicans diidentifikasi dengan produksi germ tubes atau klamidospora.
¡ CHROMagar adalah media komersial yang berguna untuk identifikasi cepat beberapa spesies
Candida berdasarkan aksi enzimatik jamur pada substrat kromogenik dalam medium
inkubasi selama 1-4 hari, koloni C albicans berwarna hijau, C tropicalis berwarna biru, C
glabrata berwarna ungu tua, dan C parapsilosis, C lusitaniae, C guilliermondii, dan C krusei
berwarna merah muda.
¡ Kultur darah positif mungkin mencerminkan kandidiasis sistemik atau kandidemia sementara
karena jalur intravena yang terkontaminasi.
34
35
Molecular Methods
¡ kultur darah untuk Candida ditambah dengan PCR biasanya dirancang dari urutan gen
DNA ribosom multikopi.
¡ Tes molekuler yang ideal akan mendeteksi kandilemia pada awal perjalanan infeksi
sebelum jamur berkembang menjadi infeksi kronis pada ginjal dan organ lain
¡ Yeast cultures, terutama spesies albicans non-C sering membutuhkan waktu beberapa
hari untuk identifikasi yang pasti.
Serology
¡ Pada kandidiasis sistemik, titer antibodi terhadap berbagai antigen kandida dapat
meningkat, tetapi tidak ada kriteria yang jelas untuk menegakkan diagnosis secara
serologis.
¡ Deteksi mannan dinding sel Candida yang bersirkulasi, menggunakan tes aglutinasi
lateks atau enzim immunoassay, jauh lebih spesifik, tetapi tes tersebut kurang sensitif
karena banyak pasien yang hanya positif sementara atau karena mereka tidak
mengembangkan titer antigen yang signifikan dan dapat dideteksi hingga terlambat.
¡ Biochemical test for circulating β-(1,3)- D-glucan, tidak spesifik untuk Candida,
kebanyakan pasien dengan infeksi jamur invasif memiliki kadar β-glukan serum di
atas 80 pg / mL. Kadar normalnya adalah 10–40 pg / mL.
TREATMENT
- Candida albicans biasanya rentan terhadap amfoterisin B, nistatin, flucytosine, echinocandins,
dan azoles.
- Infeksi superfisial biasanya diobati dengan sediaan nistatin atau azol topikal.
- Terapi sistemik dengan amfoterisin B, echinocandins, atau azoles diperlukan untuk infeksi
jaringan yang menyebar atau dalam.
- Flukonazol telah menjadi pengobatan yang efektif untuk kandidiasis mukokutan kronis dan
infeksi mukosa berulang, meskipun resistensi antijamur dapat berkembang dengan
penggunaan agen ini dalam waktu yang lama.
HPV
Definisi
Virus yang dapat menyebabkan kutil di berbagai bagian tubuh. Virus HPV hidup pada sel-sel
kulit dan memiliki lebih dari 100 jenis. Ada sekitar 60 jenis HPV penyebab kutil yang
biasanya menginfeksi bagian-bagian tubuh seperti kaki dan tangan, sementara 40 di
antaranya memicu munculnya kutil kelamin. Tidak semua HPV dapat menyebabkan kanker,
tapi ada beberapa jenis HPV kelamin yang dapat memicu kanker leher rahim atau serviks,
serta kanker pada anus dan penis. WHO (World Health Organization) memperkirakan sekitar
99 persen kasus kanker serviks berhubungan dengan infeksi HPV pada genital. Transmisi
atau penularan HPV akan dipermudah dengan pergantian pasangan seksual. Faktor risiko
lain yang penting adalah berhubungan seksual dengan suami/pasangan pria yang memiliki
riwayat hubungan seksual dengan pekerja seks komersial yang membawa infeksi HPV
Struktur
• Meskipun asosiasi penyakit berbeda, partikel papillomavirus berbagi struktur
icosahedral non-enveloped umum (diameter 50-60 nm).
• Genom mereka terdiri dari lingkaran untai ganda (episode) dari sekitar 8000
pasangan basa, yang berisi delapan atau sembilan ORF.
35
36
• Meskipun jumlah gen dibatasi oleh ukuran kecil dari genom papillomavirus, jumlah
protein yang dikodekan jauh lebih besar, karena ekspresi gen melibatkan
penggunaan beberapa promotor dan pola penyambungan yang kompleks. Pemetaan
struktur halus menunjukkan lapisan virus mengandung 360 molekul protein L1 yang
tersusun menjadi 72 kapsul, masing-masing terdiri dari 5 molekul L1, yang memiliki
inti beta-jellyroll yang mengingatkan pada virus ikosahedral lainnya. Interaksi antara
kapsomer membutuhkan ekor terminal-C dari protein L1, yang meluas ke kapsomer
tetangga dan menghubungkannya di basisnya melalui ikatan disulfida.
Klasifikasi
• papillomavirus dikelompokkan berdasarkan kriteria molekular. "Tipe" virus memiliki
kurang dari 50% homologi DNA. Lebih dari 100 jenis papilomavitus manusia (HPV)
yang berbeda telah ditemukan.
36
37
Replikasi
• Papilomavirus sangat tropik untuk sel epitel kulit dan membran mukosa. Asam
nukleat virus dapat ditemukan pada sel benih basal, tetapi ekspresi gen akhir
(protein kapsid) terbatas pada lapisan teratas keratinosit yang berdiferensiasi. Fase
siklus replikasi virus bergantung pada faktor spesifik yang terdapat pada bagian
diferensiasi sekuensial sel epitel. Ketergantungan replikasi virus yang kuat ini pada
bagian diferensiasi sel pejamu menimbulkan kesulitan dalam mengembangbiakkan
papilomavirus secara in vitro.
• Replikasi virus terjadi sangat lamban namun konstan. ini, belum muncul perubahan
yang abnormal pada sel. Saat sel epitel pejamu matang dan tidak lagi berdiferensiasi,
replikasi genom HPV meningkat dan gen E6 dan E7 yang mengkode oncoprotein dan
gen L1 dan L2 yang mengkode protein struktural mulai diekspresi.
37
38
Pathogenesis
• HPV 16 LCR mengandung elemen respons hormon yang dapat dirangsang oleh
estrogen, dan terdapat banyak bukti kerjasama antara estrogen dan HPV dalam
perkembangan kanker serviks pada manusia dan dalam sistem model 84, 204, 205,
206. Beberapa penelitian baru-baru ini melaporkan bahwa LCR dimetilasi secara
berbeda menurut derajat penyakit, yang menunjukkan bahwa perubahan epigenetik
juga dapat mengatur penggunaan promotor 207 (dan dengan demikian penyakit)
dan memang diperburuk oleh ekspresi onkogen virus. Sebagian besar kanker serviks
mengandung satu atau lebih salinan HPV yang terintegrasi ke dalam kromosom
inang, dengan situs integrasi virus sering berada di dalam kerangka baca terbuka E1
atau E2 211, 212. Integrasi dan hilangnya regulasi E6 / E7 normal oleh E2
memfasilitasi jangka waktu yang lama. Ekspresi tingkat jangka / tinggi dari gen ini
213, 214, 215, dan umumnya terjadi pada lesi tingkat tinggi seperti CIN2 dan CIN3.
Kanker serviks dapat muncul dari sel yang mengandung episode eksklusif, dan untuk
HPV 16, sekitar 30% (antara 26 dan 76% tergantung penelitian) kanker serviks
berkembang dengan cara ini 217, 218, 219. Sekitar 70% dari serviks terkait HPV 16
kanker mengandung urutan HPV 16 terintegrasi, sedangkan untuk HPV 18, genom
virus hampir selalu terintegrasi 220, 221, 222, 223, 224.
38
39
Gram-negative organisms: Bakteri gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih
kompleks yang terdiri dari dua membran (outer membrane dan inner, yaitu membran
sitoplasma). Kedua membran dipisahkan oleh periplasmic space, yang berisi lapisan
peptidoglikan. Periplasmic space juga mengandung enzim pengurai dan protein transpor.
Berbeda dengan gram-positive cells, lapisan peptidoglikan gram-negative cells tipis, dan
akibatnya sel lebih rentan terhadap physical damage.
39
40
40
41
41
42
Neisseria gonorrheae
Taksonomi :
Phylum Proteobacteria
Class Betaproteobacteria
Order Neisseriales
Family Neisseriaceae
Genus Neisseria
A. Struktur
1. Pilli hairlike surface appendages terbuat dari agregat heliks dari subunit peptida
berulang yang disebut pilin. Pili meningkatkan perlekatan organisme terhadap
42
43
permukaan sel epitel dan mukosa. Oleh karena itu,pilli merupakan faktor virulensi
penting. Pili juga bersifat antigenik
B. Manifestasi klinis
Gejala infeksi gonokokus lebih akut dan lebih mudah didiagnosis pada pria. Pasien
biasanya datang dengan keluarnya cairan uretra berwarna kuning bernanah dan nyeri
saat buang air kecil. Pada wanita, infeksi terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra
dan vagina. Cairan serviks berwarna kuning kehijauan paling sering terjadi, sering
43
44
2. Rectal infections
3. Pharyngitis
4. Ophtalmia neonatrum Infeksi conjunctival sac ini didapat oleh bayi baru lahir
selama perjalanan melalui jalan lahir dari ibu yang terinfeksi
5. Disseminated infection
Kebanyakan strain gonococci terbatas untuk berkembang biak dalam aliran darah.
Oleh karena itu, bakteremia dengan gonococci jarang terjadi. Sebaliknya,
meningokokus berkembang biak dengan cepat di dalam darah. Namun, beberapa
strain N. gonorrhoeae memang menyerang aliran darah dan dapat menyebabkan
infeksi yang menyebar di mana organisme tersebut dapat menyebabkan demam;
artritis yang menyakitkan dan bernanah; dan pustula kecil, tunggal, tersebar di kulit,
yang dasarnya menjadi eritematosa (merah) karena pelebaran atau penyumbatan
kapiler. Nekrosis juga bisa berkembang.
C. Laboratory Identification
44
45
45
46
BAB II
CLINICAL SCIENCE
IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, yang disebabkan oleh bakteri,
virus, atau parasit.
Lebih dari 1 juta infeksi menular seksual (IMS) didapat setiap hari di seluruh dunia.
Setiap tahun, diperkirakan ada 376 juta infeksi baru dengan 1 dari 4 IMS: klamidia, gonore,
sifilis, dan trikomoniasis.
Mayoritas IMS tidak memiliki gejala atau hanya gejala ringan yang mungkin tidak dikenali
sebagai IMS.
Pathogen
46
47
Transmisi
IMS menyebar terutama melalui hubungan seksual, termasuk seks vaginal, anal dan oral.
Beberapa IMS juga dapat ditularkan melalui cara non-seksual seperti melalui darah. Banyak
IMS — termasuk sifilis, hepatitis B, HIV, klamidia, gonore, herpes, dan HPV — juga dapat
ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan. Seseorang dapat mengidap IMS
tanpa gejala penyakit yang jelas. Gejala umum IMS termasuk keputihan, keputihan atau rasa
terbakar pada pria, tukak kelamin, dan sakit perut.
47
48
Treatment
Prevention
48
49
Pada 99,7% pasien CIN positif HPV DNA pada saat Pap smear (screening) / hybrid capture
(DNA Detection)
Risk factors and transmission
1. Jumlah partner seksual semasa hidup dan pasangan seksual terkin
2. Berhubungan seksual pada usia dini
49
50
Transmision:
- Kontak (sexual) langsung : kulit kelamin, membrane mukosa, cairan tubuh dengan
individu dengan kulit (warts) atau subclinical HPV
- Congenital : jarang. Adapun warts pada conjunctival, laryngeal, vulvar atau perineal
pada saat lahir ataupun 1-3 tahun setelah terpapar HPV dari maternal
Pathogenesis of HPV infection
Viral DNA akan mengaktivasi p53 pada sel inang (tubuh) agar terjadinya apoptosis saat
terpapar HPV untuk memberhentikan multiplikasi virus.
Komponen E6,E7 pada HPV akan mendegradasi proteolitik p53 pada sel inang sehingga host
cell immortal, dan viral multiplication lebih banyak
outcomes
1. Latent infection :
- sel terinfeksi
- HPV tetap diam
- Tidak ada efek yang terdeteksi terhadap jaringan
- Virus tidak aktif beriplikasi dan jumlahnya tidak terdeteksi
2. productive/expressed infection :
- penyelesaian siklus hidup virus dan produksi partikel infeksius yang melimpah
- viral gene expression & assamble terminal squamous diff. (deskuamasi krn infeksi)
- sedikit/ tidak ada potensi keganasn
- Oncogenes : pada jumlah rendah
50
51
51
52
treatment
No effective treatment (subclinical / latent infections)
- Memberi masukan dan saran mengenai pola hidup sehat dan menejen yang optimal
untuk meningkatkan imunitas
- Warts :
prevention
Behavior
- Abstinence
- Delaying coitarche
52
53
Trikomoniasis adalah infeksi yang ditularkan secara seksual dan didapat melalui kontak
seksual langsung. Ia dapat hidup selama beberapa jam di lingkungan yang lembab, tetapi
hampir semua kasus disebabkan oleh penularan organisme melalui kelamin
Epidemiologi
Secara umum Trichomoniasis merupakan prevalensi dengan jumlah paling tinggi pada wanita
yang aktif secara seksual
Studi berbasis klinik menemukan prevalensi, 3-18% pada klinik remaja, 2,18% pada klinik
STD
Pekerja Seksual Komersial (PSK) memiliki prevalensi 22-25% dan 37%-47% pada wanita.
53
54
Diagnosis
Berdasarkan tanda dan gejala saja tidak dapat diandalkan untuk mendiagnosis, karena
spectrum infeksi luas dan IMS yang lain memiliki tanda dan gejala yang serupa.
- DME (Designated Mechanic Examiners)
• 50-70% sensitive
• Terdapat berbagai metode staining : gram, giemsa, papanicolaou, imunoperoxidase,
dll
- Kultur
• Kultur menggunakan media cair dan semi solid menjadi “gold standar” untuk
mendiagnosis Trichomoniasis.
• Test PCR yang masih dikembangkan sejak 1992
Management
54
55
Komplikasi
• Komplikasi yang dapat terjadi adalah bayi terlahir prematur atau terlahir dengan berat
badan rendah, dan penularan trikomoniasis ke bayi saat proses persalinan. Di samping
itu, trikomoniasis yang terjadi pada wanita dapat membuat penderitanya lebih rentan
terkena infeksi HIV.
Prognosis
Trikomoniasis adalah infeksi yang sangat umum di seluruh dunia dan dikaitkan dengan
masalah kesehatan masyarakat yang penting, termasuk peningkatan penularan HIV.
55
56
Pengobatan saat ini dengan metronidazol dapat diandalkan dan murah; namun, jumlah strain
yang resisten terhadap metronidazol mungkin meningkat.
Pertanyaan penting tetap mengenai imunologi, komplikasi kehamilan, diagnosis yang akurat,
dan pengendalian kesehatan masyarakat dari infeksi ini.
Ad Bonam jika dalam pengendalian dan belum ada invasinya virus HIV
2.4 Cervicitis
Definisi Cervicitis
Serviks tersusun 2 tipe sel epitel yang berbeda yaitu sel squamous epithelium dan glandular
epithelium. Jika infeksinya terjadi di squamous epithelium sering disebut sebagai vaginitis
bukan cervicitis squamous epithelium perpanjangan dari vaginal epithelium.
Merupakan inflamasi yang terjadi pada endoservix (kelenjar dan jaringan yang lebih
dalam) glandular epithelium.
Etiologi Cervicitis
Ectocervical (squamous epithelium) Trichomonas, candida, and herpes
simplex virus (HSV)
Endocervical (glandular epithelium) N. gonorrhoeae and C. trachomatis
(paling sering)
Klasifikasi
Acute Cervicitis Chronic Cervicitis
Gonokokal atau Chlamydia Gonokokal atau puerperal cervicitis
Organisme lubang kelenjar endocervix Organisme pada vagina menjadi patogenik
(obstetrical and surgical injuries) setelah terjadi injury kronis yang berulang
(pessaries, tampons, alat kontrasepsi yang
tidak nyaman)
Menyempit, bengkak, cairan mukopurulen Jaringan menjadi lebih berserat, tersumbat,
infiltrated leukocyte dan plasma cell,
hypertrophy jaringan, glandular ductus
terhalang oleh sel epitel dan lendir
menyebabkan kista (Nabothian follicle).
56
57
Definisi
Merupakan inflamasi yang terjadi pada endoservix N. Gonorrhoeae
Epidemiologi
600.000 infeksi baru di Amerika Serikat setiap tahun
Prevalensi sangat bervariasi di antara komunitas dan populasi
Wanita usia < 25th beresiko tinggi
Etiologi
N. Gonorrhea Gram-negative intracellular diplococci dan penyebab IMS kedua di
Amerika Serikat
Remaja dan dewasa muda
saluran genital, rectum dan faring
Faktor Resiko
Wanita usia < 25th
Aktif secara sexual
Sering bergonta ganti pasangan
Rendahnya ekonomi sosial
Penggunaan alat kontrasepsi (IUD)
Paparan sex dengan pasangan tanpa alat pelindung (kondom)
57
58
Manifestasi klinis
Biasanya asymptomatic, namun biasanya ditandai dengan Mucopurulent discharge
Acute Menyempit, bengkak, cairan mukopurulen
58
59
Diagnosis
Anamnesa untuk mendapatkan informasi penting terutama pada waktu
menanyakan riwayat seksual.
Pemeriksaan fisik general appearance, pemeriksaan speculum, pemeriksaan
bimanual (ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
deteksi kelainan pada adneksa)untuk menilai nyeri atau pembesaran leher rahim.
pasien merasakan sakit atau nyeri saat leher rahim diraba lembut dari sisi ke sisi.
Dikultur menggunakan agar coklat Thayer-Martin yang dimodifikasi dan memiliki
sensitivitas 96%
Gram stain : 50% - 60%
NAAT, nucleic acid amplification test sensitifitas dan spesifisitas tinggi
Differential diagnosis
Vaginitis
Adnexal tumors
Malignant vulvar lesions
Endometritis
Benign Cervical Lesions
Bacterial Vaginosis
59
60
Treatment
Antibiotic
60
61
2.6 Bartholinitis
Definisi
Bartolinitis adalah infeksi pada kelenjar bartolin yang menyebabkan pembengkakan pada
external genitalia wanita
Epidemiologi
Sekitar 2% wanita mengalami pembengkakan pada salah satu atau kedua kelenjar
Bartholin
Biasanya terjadi pada usia antara 20-30 tahun.
Jika terjadi pembesaran pada pasien usia >40 tahun harus dirujuk untuk dilakukan
biopsy.
Klasifikasi
Etiologi
Infeksi gonococcal
Escherichia coli
Staphylococcus
Streptococcus faecalis
61
62
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus spp
Trichomonas vaginalis
Infeksi klamidia
bakterial vaginosis (BV) (tidak jelas).
Faktor Resiko
hygienitas yang buruk
wanita usia 25th – 29th
Wanita yang sedang hamil
Wanita yang aktif secara seksual
Wanita yang memiliki diabetes
Wanita yang menderita infeksi menular seksual
62
63
63
64
Manifestasi klinis
Swelling pada bagian infero posterior labia majora hingga ke dasar labia minora
redness
nyeri
Demam
Ketidaknyamanan saat berjalan atau duduk
keputihan dan gatal, berbau serta bercampur darah
opening duct pada glands tertutp (menyempit)
Diagnosis
Pada acute bartholinitis biasanya wanita mengeluhkan acute discomfort in the region of the
gland, dan kemerahan, tender sweeling pada bagian posterior part dari labium majus.
A. Anamnesis
• Riwayat dari hubungan sexual (sering bergonta-ganti pasangan sexual)
• Riwayat penyakit infeksi menular sexual (gonorrhea)
B. Pemeriksaan
• Kelenjar Bartholin di posterior labium major edema dan redness
• Tanda dan gejala seperti manifestasi klinis: speculum examination
C. Penunjang
• Kultur dan pewarnaan gram dari discharge untuk membedakan penyebab dari agen
infeksi
• Biopsy kelenjar Bartholin untuk membedakan penyebab infeksi dan kondisi.
Differential Diagnosis
Inclusion cyst
Large sebaceous cyst
Hidradenoma
Congenital anomalies
Primary malignancy
Metastatic tumor cancers
Treatment
Farmakologis
• Antibiotic spektrum luas (Amoxicilin) atau Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV. jika ada
alergi maka dikombinasi dengan klindamisin dan asam klavunat.
• Diberikan analgesic seperti Ketolorax 30mg/8jamIV dan injeksi Ranitidine
50mg/8jam/IV.
Non - farmakologis
Marsupialization (proses drainase atau mengangkatan abses yang berada di dalam
kelenjar Bartholin)
Bedrest
Local dry or moist heat
64
65
rest in bed
antibiotic infeksi gonokokus klamidia, serta bakteri anaerob ( spektrum luas )
Aanalgetik
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan antibiotika golongan cefadroxyl
500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam
mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk
meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
Antibiotik sistemik seperti ampisilin 500 mg per oral 8 jam efektif atau antibiotik
yang sesuai harus diberikan sesuai dengan sensitivitas bakteriologis.
Jika sudah terbentuk abses maka harus marsupialisasi.
Bagian vagina elips dan dinding abses, tepat di dalam hymen, diangkat.
Dinding vagina dan abses dijahit untuk mempertahankan patensi dan drainase kecil
dimasukkan
Drainase abses, dan eksisi atau marsupialisasi kista biasanya dilakukan
Komplikasi
Infeksi berulang
Pembentukan Bartholin cyst duct
Adenoma Bartholin gland
Prognosis
Exellent.
Mayoritas lesi dapat diobati dengan pemasangan kateter dan marsupialisasi, yang
terakhir tidak dianjurkan pada abses.
Antibiotik dapat digunakan untuk menyertai selulitis.
2.7 Vulvovaginitis Candidosis
VULVOVAGINITIS CANDIDOSIS
A. DEFINISI
• Vulvovaginal candidiasis (VVC) adalah fungal infection yang umum terjadi pada
B. EPIDEMIOLOGI
65
66
Spesies Candida adalah bagian dari flora saluran genital bawah pada 20% hingga
VVC paling umum pada wanita usia reproduksi dan jarang pada wanita
pascamenopause.
flora vagina.
lebih episode VVC tanpa gejala dalam 1 tahun. Sembilan persen wanita
C. ETIOLOGI
infeksi candida vulvovaginal. Organisme ini dapat bermutasi keluar dari aktivitas obat
VVC dapat terjadi secara bersamaan dengan penyakit menular seksual (STD).
Rektum mungkin adalah sumber organisme pada sebagian besar pasien, karena kultur
saluran pencernaan dan vagina sering menunjukkan spesies Candida yang identik.
D. FAKTOR RISIKO
Diabetes mellitus.
Immunosuppression
66
67
Genetic susceptibility.
anogenital sex.
E. KLASIFIKASI
F. PATOGENESIS &PATOFISIOLOGIS
67
68
G. MANIFESTASI KLINIS
Itching, irritation, pain, dyspareunia, with erythema and edema characterize infection
The discharge has a normal vaginal pH (<4.6); pseudohyphae and neutrophils are seen
68
69
H. DIAGNOSIS
CLINICAL FEATURES
Tanda: vulvar edema, fissures, excoriations, or thick, curdy vaginal discharge with
no or minimal odor.
LABORATORY TEST
Vaginitis disebabkan oleh Candida umumnya memiliki pH vagina kurang dari 4,5.
Wet prep, KOH smear, atau Gram stain dapat menunjukkan yeast dan / atau
pseudohyphae.
KOH memungkinkan visualisasi yang lebih mudah dari hyphae candidal atau
yeast.
Nucleic acid amplification testing (NAAT). Deteksi ragi vagina dengan metode
Deteksi vaginal yeast dengan media Sabouraud agar, Nickerson medium, atau
negatif karena C. glabrata tidak membentuk pseudohyphae atau hyphae dan tidak
I. DIAGNOSIS BANDING
Trichomoniasis
Bacterial vaginosis
Cytolytic vaginosis
69
70
conditions may produce vaginal itching and irritation with a normal vaginal pH.
J. TREATMENT
FIRST LINE
Wanita dengan gejala khas dan hasil tes positif harus menerima perawatan. Obat azole
topikal lebih efektif daripada nystatin dan menghasilkan penyembuhan klinis dan
kultur negatif pada 80% hingga 90% pasien yang menyelesaikan terapi.
sekitar hanya 70%. Reaksi alergi sistemik dimungkinkan dengan agen oral.
VVC sering terjadi selama kehamilan. Hanya terapi azole topikal, yang diterapkan
Perawatan optimal VVC non-albicans tetap tidak diketahui. Pilihan termasuk durasi
terapi yang lebih lama (7 hingga 14 hari) dengan terapi topikal atau 100-mg, 150-mg,
atau 200-mg dosis oral flukonazole setiap hari ketiga dengan total 3 dosis.
VVC parah (yaitu, ereografi vulvar yang luas, edema, ekskorasi, dan pembentukan
celah) dapat diberikan terapi topikal atau oral. 7 hingga 14 hari azole topikal atau 150
mg fluconazole dalam dua dosis berurutan (dosis kedua 72 jam setelah dosis awal)
10 hingga 14 hari azole topikal atau oral, diikuti oleh fluconazole 150 mg sekali per
SECOND LINE
70
71
Jika RVVC terjadi, 600 mg boric acid dalam kapsul gelatin dianjurkan, diberikan intra
K. PROGNOSIS
Wanita dengan kondisi medis yang mendasari melemahkan (misalnya, mereka yang
menderita diabetes yang tidak terkontrol atau mereka yang menerima perawatan
VVC tanpa gejala lebih sering pada wanita seropositif HIV dan berkorelasi dengan
2.8 Ca Cervix
Definition
Keganasan pada mukosa cervix yang diinduksi oleh virus HPV
Epidemiologi
- Kanker ke-3 yang paling umum terjadi pada wanita di seluruh dunia setelah kanker
payudara, kanker kolorektal, butitis.
- Kanker ke-2 tersering di indonesia
- incidence dan mortality 75% dalam 50 tahun terakhir.
- Menewaskan sekitar 275.000 wanita per tahun
- Sekitar 80% kasus baru terjadi di Negara berkembang. Tingkat kematian juga lebih
tinggi di Negara berkembang.
- Pada 2015, American Cancer Society memperkirakan 12.900 kasus baru dan 4.100
kematian akibat kanker serviks
71
72
72
73
- Lower extremity swelling krn oklusi pelvic lymphatics/ thrombosis ext. iliac vein
Signs
General & systemic exam. pada advanced cancer
- Anemia
- Pleural effusinion
- Ascites
- Lower extremity edema
- Groin/supraclavicular LN (indurated / enlarged)
80% ectocervix, 20% endocervix
Visible cervical lesion pada
- Speculum
Early : focally indurated/ulcerates/slightly elevated & granular area (bleeds on contact)
ectropion/chronic cervicitis
Advanced : exophytic (friable, bleeding, cauliflower like pada portio) , endophytic (endo dan
ectocervix appear normal) , or infiltrative (enlargement, irregularity, dan firm consistency).
Gross pathology
histopathology
85-90% squamous cell carcinoma (well, moderately, poor diff.) arise fr ectocervix
(SCJ,squamous metaplasia pada columnar epithel)
- large cell keratinizing
- large cell non-keratinizing
- small cell type
73
74
staging
Stadium ditentukan secara klinis berdasarkan ukuran tumor dan derajat pelvic extension
Diagnosis
74
75
Anamnesis
Riwayat seksual : perdarahan postcoital dan nyeri saat berhubungan.
Riwayat penyakit : infeksi menular seksual sebelumnya, riwayat infeksi HPV sebelumnya,
riwayat virus human immunodeficiency
Jumlah pasangan seumur hidup
Apakah pasien pernah mendapatkan vaksinasi HPV sebelumnya
Physical exam
Speculum Examination : granular merah yang terlihat seperti ektopi (erosi) yang meluas dari
os eksternal atau pertumbuhan nodular atau ulkus
Bimanual examination : pembengkakan lesi , rapuh dan berdarah jika disentuh
Rectal examination : keterlibatan parametrium
Penunjang
75
76
Differential diagnosis
- Cervicitis
- Cervical polyp
- Ulcers on the cervix ( syphilitic, tubercular, granuloma inguinale)
- Cervical ectropin
- Products of conception in incomplete abortion
- STI
- Endometriosis
- Adenokarsinoma endometrial
Komplikasi
- Hemorrhage
- Freq. uterine pain (pyelitis & pyelonephritis & hydronephritis)
- Pyometra
- Vesiculpvaginal fistula
- Rectovaginal fistula
Causes of death
- Uremia karena obstruksi ureter, menyebabkan kerusakan fungsi ginjal
- Perdarahan Pendarahan vag cepat atau terus menerus, menyebabkan anemia
- Sepsis peritonitis umum dapat berakibat fatal.
- Metastasis ke organ jauh paru (36%), kelenjar getah bening (30%), tulang (16%)
dan rongga perut (7%). Ini mungkin berakibat fatal.
Prognosis
Semakin tinggi stadium pada pemeriksaan awal, semakin besar kemungkinan keterlibatan
kelenjar getah bening dan semakin buruk prognosisnya
76
77
2.9 Management
Fluconazole
77
78
¡ Indikasi:
1) Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh Candida
2) Infeksi Candida sistemik
3) Kandidiasis esofagus dan orofaring
4) Meningitis kriptokokus
5) ISK (infeksi saluran kemih) oleh Candida
6) Peritonitis (radang peritoneum) yang disebabkan oleh Candida
¡ Absorption: Bioavailability >90% (oral), peak plasma time 1-2 jam
¡ Metabolism: liver sebagian
¡ Elimination: half-life 30 jam, 46 jam. Excretion urine 80%, 11% metabolites
¡ Dose:
Injection solution : 2mg/mL
Oral suspension: 10mg/mL, 40mg/mL
Tablet: 50mg, 100mg, 150mg, 200mg
Candidal balanitis, Vaginal candidiasis
Adult: 150 mg diberikan sebagai dosis tunggal. Pengobatan dan profilaksis kandidiasis
vagina berulang: 150 mg setiap hari ketiga dengan total 3 dosis (Hari 1, 4, dan 7), diikuti
dengan 150 mg dosis pemeliharaan sekali seminggu (6 bulan)
¡ Kontraindikasi: hypersensitivity, pregnancy
¡ Efek samping: headache, nausea, abdominal pain, diarrhea, rash, vomiting
Azythromycin
¡ Class: Macrolides
¡ MOA: Azitromisin mengikat 23S rRNA dari subunit ribosom 50S bakteri yang akan
menghentikan sintesis protein bakteri dengan menghambat langkah transpeptidasi /
translokasi dari sintesis protein dan dengan menghambat perakitan Label subunit
ribosom 50S
¡ Indikasi: Mengobati atau mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
1. Sinusitis
2. Pneumonia
3. Faringitis / tonsilitis
4. Uretritis dan servisitis
5. Genital ulcer disease
¡ Absoption: rapidly absorbed. Bioavailability 37%. Peak plasma time 2-3 jam, 5 jam
¡ Metabolism: liver
¡ Elimination: half-life 70 jam. Excretion feces 50% dan urine 5-12%
¡ Dose:
Powder for solution: 500 mg, 2.5g
Suspension: 100mg/5mL, 200mg/5mL
Packet: 1g
Tablet: 250mg, 500mg, 600mg
¡ Kontraindikasi: hypersensitivity, Riwayat cholestatic jaundice
¡ Efek samping: diarrhea, nausea, abdominal pain, loose stool, cramping, vaginitis,
dyspepsia, vomiting, malaise
Cefixime
78
79
Cefixime, antibiotik, adalah sefalosporin generasi ketiga seperti seftriakson dan sefotaksim.
Cefixime sangat stabil dengan adanya enzim beta-laktamase. Akibatnya, banyak organisme
yang resisten terhadap penisilin dan beberapa sefalosporin karena adanya beta-laktamase,
mungkin sensitif terhadap cefixime. Efek antibakteri cefixime dihasilkan dari penghambatan
sintesis mukopeptida di dinding sel bakteri.
Rekomendasikan beberapa pilihan pengobatan dosis tunggal untuk infeksi urogenital dan
rektal Neisseria gonorrhoeae tanpa komplikasi: cefixime 400 mg per oral, ceftriaxone 125 mg
intramuskular, ciprofloxacin 500 mg per oral, ofloxacin 400 mg per oral, atau levofloxacin
250 mg per oral. Ceftriaxone memberikan tingkat bakterisidal yang tinggi dan berkelanjutan
dalam darah, dan berdasarkan data dari uji coba yang diterbitkan menggunakan dosis 125 mg,
kemanjuran pengobatan 98,9% untuk mengobati infeksi urogenital dan rektal dan 94,1%
untuk infeksi faring.
MoA :
Third-generation oral cephalosporin dengan aktivitas luas melawan bakteri gram negatif;
dengan mengikat 1 atau lebih protein pengikat penisilin, ia menahan sintesis dinding sel
bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri
Absorption :
Bioavailability: 40-50% Average peak plasma concentration: ~2 mcg/mL (single 200 mg-
tablet); ~3.7 mcg/mL (single 400 mg-tablet) Peak plasma time: 2-6 hr (single 200mg, 400
mg–tablet or 400mg suspension); 2-5 hr (single 200 mg-suspension); 3-8 hr (single 400 mg-
capsule)
Makanan mengurangi penyerapan setelah pemberian kapsul sebesar
Dosage :
Distribution :
Didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh dan mencapai konsentrasi terapeutik di sebagian
besar jaringan dan cairan tubuh, termasuk sinovial, perikardial, pleura, dan peritoneal;
empedu, sputum, dan urin; tulang, miokardium, kantong empedu, kulit, dan jaringan lunak
Protein bound: 65%
Elimination :
Half-life: 3-4 hr
Excretion: Urine (50% as unchanged drug), feces (10%)
Doxycycline
79
80
Doksisiklin juga merupakan agen alternatif yang direkomendasikan oleh Centers for Disease
Control and Prevention untuk sifilis primer dan sekunder pada pasien dengan alergi penisilin.
Indikasi :
Merupakan antibiotik tetrasiklin yang larut dalam air yang membunuh dan mencegah
pertumbuhan berbagai bakteri gram positif dan negatif. Berperan dalam manajemen dan
pengobatan jerawat, malaria (untuk profilaksis dan pengobatan), infeksi kulit, infeksi menular
seksual (yaitu, klamidia, sifilis, gonore, penyakit radang panggul), dan penyakit Lyme.
Doxycycline hyclate juga efektif untuk mengobati wabah seperti kolera, mycoplasma,
tularemia, tifus, dan infeksi Rickettsia.
MoA :
Administration :
80
81
Penyerapan doksisiklin tidak terganggu oleh makanan. Larutan doksisiklin dan minosiklin
dengan buffer khusus diformulasikan untuk pemberian intravena. Doksisiklin berbeda dengan
tetrasiklin lainnya, dieliminasi dengan mekanisme nonrenal dan tidak terakumulasi secara
signifikan pada gagal ginjal, tidak memerlukan penyesuaian dosis.
Oral dosage Dosis untuk doksisiklin adalah 100 mg sekali atau dua kali sehari; dosis
minocycline adalah 100 mg dua kali sehari. Doksisiklin adalah tetrasiklin oral pilihan untuk
sebagian besar indikasi karena secara umum dapat ditoleransi dengan baik, dapat diberikan
dua kali sehari, dan penyerapannya tidak dipengaruhi secara signifikan oleh makanan. Untuk
menghindari deposition in growing tulang atau gigi, tetrasiklin harus dihindari pada wanita
hamil dan anak-anak di bawah 8 tahun.
Parenteral dosage Tersedia untuk injeksi intravena dengan dosis yang sama dengan
formulasi oral. Injeksi intramuskular tidak dianjurkan karena nyeri dan peradangan di tempat
suntikan
Adverse Effect :
81
82
Indikasi :
Metronidazole merupakan salah satu obat andalan untuk pengobatan infeksi bakteri
anaerobik, infeksi protozoa, dan infeksi bakteri mikroaerofilik. Bersifat sitotoksik terhadap
mikroorganisme anaerob fakultatif.
82
83
Administration :
Metronidazol dapat diberikan secara oral, intravena, atau topikal. Tersedia dalam bentuk
kapsul, tablet, topikal dan intravena. Dosis kapsul standar adalah 375 mg. Dosis tablet standar
adalah 250 mg atau 500 mg. Persiapan dan dosis intravena standar adalah 5mg / mL dan 500
mg. Jika diberikan secara intravena, larutan obat tidak boleh bersentuhan dengan peralatan
yang mengandung aluminium. Infus larutan intravena harus lebih dari 30 sampai 60 menit.
Pemberian oral dapat dilakukan dengan makanan untuk membantu meminimalkan
ketidaknyamanan perut. Gel aplikasi topikal adalah 0,75% dan 37,5 mg per aplikator dan
dioleskan secara vagina.
Dosing for bacterial vaginosis Oral: 500 mg twice each day for 7 days.
Dosing for trichomoniasis infection
Initial treatment: Oral: 2 g in a single dose or 500 mg twice daily for 7 days
(preferred regimen in HIV-infected women)
Infeksi persisten atau berulang (kegagalan pengobatan terapi dosis tunggal): Oral:
500 mg dua kali sehari selama 7 hari untuk kegagalan rejimen dosis tunggal 2 g
Elimination :
33-44% collected in urine and feces
Adverse Effect :
Efek samping utama metronidazol termasuk confusion, neuropati perifer, metallic state, mual,
muntah, dan diare.
Kontraindikasi :
Metronidazol dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat atau
komponennya, dan harus dihindari pada kehamilan trimester pertama. Pasien juga harus
menghindari konsumsi alkohol atau produk yang mengandung propilen glikol saat
mengonsumsi metronidazol dan dalam waktu tiga hari setelah terapi selesai.
83
84
Palliative radiation dengan sinar external atau terapi intracavitary dapat digunakan untuk
mengontrol pendarahan atau untuk management nyeri. Cisplatin chemoteraphy juga dapat
digunakan untuk perawatan paliatif.
Terapi kanker cervix didasarkan pada stadium. Pada adenokarsinoma pengobatan dilakukan
dengan prinsip pengobatan yang sama berdasarkan stadium. Terapi primer bisa berupa
pembedahan atau radioterapi atau kombinasi keduanya. Kemoterapi diberikan bersamaan
dengan radioterapi (kemoradiasi).
84
85
Untuk early invasive cancer, pembedahan merupakan pembedahan pilihan. Sedangkan pada
kasus yang lebih advance terapi standar yang digunakan saat ini yaitu terapi radiasi
dikombinasikan dengan kemoterapi. Pada stadium awal pengobatan dengan radioterapi saja
bukanlah standar perawatan.
85
86
86
87
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi Tata laksana selanjutnya tergantung dari
faktor risiko, dan hasil patologi anatomi untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau
kemoterapi.
2. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk mengecilkan massa tumor primer dan
mengurangi risiko komplikasi operasi. Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor
risiko, dan hasil patologi anatomi untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
Stadium IIB
Pilihan :
1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
2. Radiasi (Rekomendasi B)
3. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C) Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal
histerektomi dan pelvik limfadenektomi.
4. Histerektomi ultraradikal, laterally extended parametrectomy (dalam penelitian)
87
88
1. Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal, direkomendasi terlebih dahulu dilakukan
kolostomi, dilanjutkan :
2. Kemoradiasi Paliatif, atau
3. Radiasi Paliatif
Radical hysterectomy
Definisi:
• Radical hysterectomy adalah prosedur pembedahan yang dapat digunakan untuk
mengobati berbagai jenis kanker ginekologi, termasuk kanker serviks dan kanker
ovarium.
• Awalnya dikembangkan sebagai pengobatan bedah untuk kanker serviks karena tidak
adanya modalitas lain untuk pengobatan.
• Radical hysterectomy termasuk pengangkatan uterus dengan jaringan parametrial dan
paracervical, vagina proksimal, dan ligamen uterosakral proksimal.
Indikasi:
• Radical hysterectomy diindikasikan untuk pasien dengan International Federation of
Gynecology and Obstetrics (FIGO) stage IA2-IIA cervical cancer yang secara medis
cukup sehat untuk mentolerir pendekatan bedah agresif dan ingin menghindari efek
samping jangka panjang dari terapi radiasi.
• Radioterapi adjuvan direkomendasikan setelah histerektomi radikal jika terdapat
keterlibatan parametrial, margin bedah positif, atau metastasis kelenjar getah bening
panggul, dan harus dipertimbangkan jika terdapat kombinasi invasi ruang
limfovaskular, ukuran tumor lebih dari 2 cm, dan invasi dalam.
• Histerektomi radikal juga diindikasikan untuk proses penyakit lain yang melibatkan
serviks (misalnya, primary upper vaginal carcinoma, endometrial cancer dengan
keterlibatan segmen bawah rahim atau serviks).
Kontraindikasi:
• Pasien yang secara medis lemah dan mereka yang menolak perawatan bedah.
• Kontraindikasi relatif menyangkut persyaratan yang mungkin untuk radioterapi
adjuvan (yaitu, stadium IB2 / IIA atau temuan intraoperatif dari penyakit lanjut lokal
dengan keterlibatan parametrial yang jelas atau kelenjar getah bening panggul atau
para-aorta yang sangat positif).
88
89
89
90
BAB III
1.5 PATOMEKANISME
1.6 BHP
1. Memberi edukasi tentang penyakit sexual yang di deritanya dapat berbahaya jika
tidak diobati, dan disebabkan karena berganti ganti pasangan memberi tahu bahwa
penyakit ini bisa menular ke suaminya
2. Dokter tidak boleh menyampaikannya langsung tanpa persetujuan pasien yang
bersangkutan karena melanggar Kodeki pasal 12, tentang merahasiakan segala sesuatu
tentang pasien meskipun pasien tersebut meinggal.
3. Memberi edukasi, jika ingin behubungan sexual pencegahannya dengan kondom
tetapi jikan suami Mrs (-), karna ada penyakit PMS yang tidak menimbulkan gejala,
90
91
pasangan ini harus menggunakan kondom sampai keduanya benar benar sembuh, jika
tidak dikhawatirkan akan kembali tertular PMS
4. Edukasi keluarganya dan beri support terhadap pasien dalam menjalani proses
treatment nya
5. UU No 1/1974 pasal 7 menyebutkan Perkawinan baik pria maupun wanita batas
usia pernikahan adalah 19 tahun setelah direvisi
6. Follow up terapi
1.7 IIMC
● Al-Isra : 32
“dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji, dan suatu jalan yang buruk.”
● An-Nur : 2
“perempuan yang berzina dan laki laki yang berzina, maka deralah tiap tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agaman Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat , dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman meraka di saksikan oleh sekumpulan oran orang yang
beriman”
● An-Nur : 3
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang
yang beriman.”
● At - Taubah : 104
Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan
menerima zakat(nya), dan bahwa Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang?
● An - Nisa : 110
Dan barangsiapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon
ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.
● Hubungan Seksual dalam Islam
- 4 malam sekali, berdoa sebelum berhubungan
- Tidak dilakukan saat istri sedang haid
- Menutup dengan kain / selimut dalam melakukan hubungan serta dalam keadaan gelap
- Tidak melalui dubur
- Rahasia hanya boleh diketahui suami & istri
91
92
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=info&id=485
2. Sherris Medical Microbiology, 7th Edition
3. Lippincott’s Illustrated 3rd Edition
4. Essential of Medical Microbiology 3rd Edition
5. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539728/
6. katzung
7. https://www.researchgate.net/profile/Kenneth-Lamp-2/publication/
12914062_Pharmacokinetics_and_Pharmacodynamics_of_the_Nitroimidazole_Antimicrobia
ls/links/5804fe2408aee314f68e0fcb/Pharmacokinetics-and-Pharmacodynamics-of-the-
Nitroimidazole-Antimicrobials.pdf
8. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555888/
9. https://www.cdc.gov/STD/Gonorrhea/cefiximeArchive.htm
10. https://reference.medscape.com/drug/suprax-cefixime-342503#90
11. https://www.cdc.gov/std/ept/gc-guidance.htm
92