Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Materi

U.S. versus Foreign Business Culture


To be successful in world markets, U.S. managers must obtain a better knowledge of historical, cultural, and
religious forces that motivate and drive people in other countries.

A weakness of some U.S. firms in competing with Pacific Rim firms is a lack of understanding of Asian
cultures, including how Asians think and behave. Americans tend to use first names instantly in business
dealings with foreigners, but foreigners find this presumptuous. In Japan, for example, first names are used only
among family members and intimate friends; even longtime business associates and coworkers shy away from
the use of first names.

Rose Knotts summarized some important cultural differences between U.S. and foreign managers. Awareness
and consideration of these differences can enable a manager to be more effective, regardless of his or her own
nationality.

1. Americans place an exceptionally high priority on time, viewing time as an asset and punctuality as vital.
Many foreigners place more worth on family and relationships. This difference results in foreign managers
often viewing U.S. managers as “more interested in business than people.”

2. Personal touching and distance norms differ around the world. Americans generally stand about 3 feet from
each other when carrying on business conversations, but Arabs and Africans stand about 1 foot apart. Touching
another person with the left hand in business dealings is taboo in some countries.

3. Family roles and relationships vary in different countries. For example, males are valued more than females
in some cultures, and peer pressure, work situations, and business interactions reinforce this phenomenon.

4. Business and daily life in some societies are governed by religious factors. Prayer times, holidays, daily
events, and dietary restrictions, for example, need to be respected by managers regardless of their own
nationality and cultural norms.

5. Many cultures around the world value modesty, team spirit, collectivity, and patience much more than
competitiveness and individualism, which are so important in the United States.

6. Eating habits also differ dramatically across cultures. For example, belching is acceptable in some countries
as evidence of satisfaction with the food that has been prepared. Chinese culture considers it good manners to
sample a portion of each food served.

7. To prevent social blunders when meeting with managers from other lands, one must learn and respect the
rules of etiquette of others. Sitting on a toilet seat is viewed as unsanitary in some countries, but not in the
United States. Leaving food or drink after dining is considered impolite in some countries, but not in China.
Bowing instead of shaking hands is customary in many countries. Some cultures view Americans as unsanitary
for locating toilet and bathing facilities in the same area, whereas Americans view people of some cultures as
unsanitary for not taking a bath or shower every day.

8. Americans often do business with individuals they do not know, unlike businesspersons in many other
cultures. In Mexico and Japan, for example, an amicable relationship is often mandatory before conducting
business.

Agar sukses di pasar dunia, manajer AS harus memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang kekuatan
sejarah, budaya, dan agama yang memotivasi dan mendorong orang di negara lain.

Kelemahan beberapa perusahaan AS dalam bersaing dengan perusahaan-perusahaan di kawasan Pasifik


adalah kurangnya pemahaman terhadap budaya Asia, termasuk cara orang Asia berpikir dan berperilaku.
Orang Amerika cenderung menggunakan nama depan secara instan dalam urusan bisnis dengan orang asing,
namun orang asing menganggap hal ini lancang. Di Jepang, misalnya, nama depan hanya digunakan di
kalangan anggota keluarga dan teman dekat; bahkan rekan bisnis dan rekan kerja lama pun enggan
menggunakan nama depan.

Rose Knotts merangkum beberapa perbedaan budaya penting antara manajer AS dan manajer asing.
Kesadaran dan pertimbangan terhadap perbedaan-perbedaan ini dapat memungkinkan seorang manajer
menjadi lebih efektif, apapun kewarganegaraannya.

1. Orang Amerika sangat memprioritaskan waktu, memandang waktu sebagai aset dan ketepatan waktu sebagai
hal yang penting. Banyak orang asing lebih menghargai keluarga dan hubungan. Perbedaan ini mengakibatkan
manajer asing sering memandang manajer AS “lebih tertarik pada bisnis dibandingkan manusia.”

2. Norma sentuhan pribadi dan jarak berbeda di seluruh dunia. Orang Amerika umumnya berdiri sekitar 3 kaki
satu sama lain ketika melakukan percakapan bisnis, namun orang Arab dan Afrika berdiri sekitar 1 kaki.
Menyentuh orang lain dengan tangan kiri dalam urusan bisnis adalah hal yang tabu di beberapa negara.

3. Peran dan hubungan keluarga berbeda-beda di berbagai negara. Misalnya, laki-laki lebih dihargai daripada
perempuan di beberapa budaya, dan tekanan teman sebaya, situasi kerja, dan interaksi bisnis memperkuat
fenomena ini.

4. Bisnis dan kehidupan sehari-hari di beberapa masyarakat diatur oleh faktor agama. Waktu salat, hari libur,
acara sehari-hari, dan pembatasan pola makan, misalnya, harus dipatuhi oleh para manajer tanpa memandang
kebangsaan dan norma budaya mereka.

5. Banyak budaya di seluruh dunia lebih menghargai kesopanan, semangat tim, kolektivitas, dan kesabaran
daripada daya saing dan individualisme, yang sangat penting di Amerika Serikat.

6. Kebiasaan makan juga sangat berbeda antar budaya. Misalnya, bersendawa diperbolehkan di beberapa
negara sebagai bukti kepuasan terhadap makanan yang telah disiapkan. Budaya Tiongkok menganggap
mencicipi sebagian dari setiap makanan yang disajikan merupakan perilaku yang baik.

7. Untuk mencegah kesalahan sosial ketika bertemu dengan pengelola dari negeri lain, seseorang harus
mempelajari dan menghormati aturan etiket orang lain. Duduk di dudukan toilet dipandang tidak sehat di
beberapa negara, namun tidak di Amerika Serikat. Meninggalkan makanan atau minuman setelah makan
dianggap tidak sopan di beberapa negara, namun tidak di Tiongkok. Membungkuk dan bukannya berjabat
tangan merupakan kebiasaan di banyak negara. Beberapa budaya memandang orang Amerika tidak sehat
karena menempatkan toilet dan fasilitas mandi di area yang sama, sedangkan orang Amerika memandang
orang dari beberapa budaya tidak sehat karena tidak mandi atau mandi setiap hari.

8. Orang Amerika sering berbisnis dengan orang yang tidak mereka kenal, tidak seperti pebisnis di banyak
budaya lain. Di Meksiko dan Jepang, misalnya, hubungan baik sering kali diwajibkan sebelum menjalankan
bisnis.

Communication Differences across Countries

Americans increasingly interact with managers in other countries, so it is important to understand


communication differences across countries. Americans sometimes come across as intrusive, manipulative, and
garrulous; this impression may reduce their effectiveness in communication. Asian managers view extended
periods of silence as important for organizing and evaluating one’s thoughts, whereas U.S. managers have a low
tolerance for silence. Sitting through a conference without talking is unproductive in the United States, but may
be viewed as positive in Japan as one’s silence helps preserve unity. Managers from the United States are much
more action-oriented than their counterparts around the world; they rush to appointments, conferences, and
meetings—and then feel the day has been productive. But for many foreign managers, resting, listening,
meditating, and thinking is considered productive.

Most Japanese managers are reserved, quiet, distant, introspective, and others-oriented, whereas most U.S.
managers are talkative, insensitive, impulsive, direct, and individual-oriented. Unlike Japanese managers, U.S.
managers often use blunt criticism, ask prying questions, and make quick decisions. These kinds of
communication differences have disrupted many potentially productive Japanese–U.S. business endeavors.
Viewing the Japanese communication style as a prototype for all Asian cultures is a stereotype that must be
avoided.

Perbedaan Komunikasi Antar Negara

Orang Amerika semakin sering berinteraksi dengan manajer di negara lain, sehingga penting untuk memahami
perbedaan komunikasi antar negara. Orang Amerika terkadang terlihat mengganggu, manipulatif, dan
cerewet; kesan ini dapat mengurangi efektivitas mereka dalam berkomunikasi. Para manajer di Asia
memandang keheningan dalam waktu lama sebagai hal yang penting untuk mengatur dan mengevaluasi
pemikiran seseorang, sedangkan para manajer di AS memiliki toleransi yang rendah terhadap keheningan.
Duduk dalam konferensi tanpa berbicara adalah tindakan yang tidak produktif di Amerika Serikat, namun
mungkin dipandang positif di Jepang karena sikap diam membantu menjaga persatuan. Para manajer di
Amerika Serikat jauh lebih berorientasi pada tindakan dibandingkan rekan-rekan mereka di seluruh dunia;
mereka terburu-buru menghadiri janji temu, konferensi, dan rapat—dan kemudian merasa hari itu produktif.
Namun bagi banyak manajer asing, istirahat, mendengarkan, bermeditasi, dan berpikir dianggap produktif.

Kebanyakan manajer Jepang adalah orang yang pendiam, pendiam, menjaga jarak, introspektif, dan
berorientasi pada orang lain, sedangkan sebagian besar manajer Amerika banyak bicara, tidak peka, impulsif,
lugas, dan berorientasi pada individu. Berbeda dengan manajer Jepang, manajer AS sering menggunakan
kritik yang blak-blakan, mengajukan pertanyaan yang bersifat mencongkel, dan mengambil keputusan dengan
cepat. Perbedaan komunikasi seperti ini telah mengganggu banyak hubungan produktif Jepang-AS. usaha
bisnis. Menganggap gaya komunikasi Jepang sebagai prototipe seluruh budaya Asia merupakan stereotip yang
harus dihindari.

You might also like