Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 49
? Pass i mau 7 eth T a PTT NEP Sy 4 UU Cie Ae et) ETE (ai Tes.) EU Pilg OU aE ar Om | DEPARTEMEN KESEHATAN Katalog Dalam Terbitan Departemen Kesehatan RI 617.03 Indonesia.Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit (Kelas A,B,C & D). - Jakarta : Departemen Kesehatan Ri, 2008. Le Judut 1. REHABILITATION NURSING 2. DISABLE PERSONS 3. REHABILITATION - HOSPITALS KATA PENGANTAR Situasi dan kondisi demografi dan epidemiologi masyarakat Indonesia selalu berubah secara dinamik. Demikian pula permasalahan kesehatan yang timbul. Rumah Sakit seharusnya tanggap terhadap kebutuhan yang timbul akibat perubahan tersebut agar selalu dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Rumah Sakit juga diharapkan selalu meningkatkan kemampuan baik dalam tenaga, sarana dan prasarana pelayanan kesehatannya. Saya menghargai prakarsa perhimpunan profesi Perdosri untuk merevisi buku pedoman ini sehingga sesuai dengan kebutuhan pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit yang terus berkembang. Kerjasama yang telah terjalin baik ini semoga selalu terjaga termasuk dalam mengawal implementasi pedoman ini di lapangan nantinya. Akhir kata, terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang terkait dalam proses revisi pedoman ini. Segala kritik serta saran sangat kami harapkan dalam upaya penyempurnaan pedoman ini di kemudian hari. Semoga Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit ini dapat bermanfaat menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit. Jakarta, Agustus 2007 DEPARTEMEN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik 7U—_<—> a—— Dr, Ratna Rosita, MPHM NIP. 140 098 639 iii iv SAMBUTAN KETUA PERDOSRI Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ijin-Nya jualah Buku Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit edisi tahun 2007 dapat diterbitkan. Terbitnya buku pedoman edisi baru ini memang sudah lama ditunggu untuk mengantisipasi cepatnya perkembangan dunia kedokteran, termasuk bidang Rehabilitasi Medik. Di sisi lain, penerapan layanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit di Indonesia sudah menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan/ kedokteran baik umum maupun spesialistik. Dengan sendirinya, peran buku Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit menjadi sangat penting, sebagai pemandu pelaksanaan pelayanan Rehabilitasi Medik secara taat azas. Penghargaan tinggi disertai ucapan terima kasih saya sampaikan kepada para pemrakarsa dan para penulis yang senantiasa bersemangat tinggi dan luhur untuk menuangkan buah pikirnya dalam bentuk tulisan, demi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pelayanan medik yang lebih baik dan bermutu bagi sesama umat. Semoga buku pedoman ini dapat berfungsi sebagai pemandu dan memicu para tenaga kesehatan untuk meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan umumnya, dan pelayanan Rehabilitasi Medik khususnya, didasari pada pengabdian berdedikasi tinggi, berwawasan nasional, bersikap etis dan bertindak profesional. Selamat bekerja, semoga Tuhan selalu menyertai pengabdian kita untuk Bangsa dan Negara. Wassalamualaikum Wr.Wb. Jakarta, September 2007 Perhimpunan Besar Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia (PERDOSRI) _ key. PPRPPI > S Dr, Siti Annisa Nuhonni, Sp.RM.K Ketua SAMBUTAN Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmatNya maka buku Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit (kelas A, B, C & D) dapat diwujudkan. Undang-undang tentang Praktik Kedokteran tahun 2004 mengamanatkan perlu dirumuskannya standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional dalam pelayanan kesehatan. Halinisejalan dengan kebijakan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yaitu mengarahkan upaya kesehatan perorangan untuk mengembangkan dan menerapkan standar pelayanan kedokteran, keperawatan dan penunjang medik lainnya di sarana kesehatan. Rehabilitasi Medik sebagai bidang spesialistik penunjang di Rumah Sakit kelas A hingga kelas D, wajib memiliki standar pelayanan tersebut. Disamping merupakan amanat dari UU Praktik Kedokteran, adanya standar atau pedoman akan melindungi tenaga medis dan para medis dalam memberikan pelayanan kesehatan. Juga akan memberikan arahan agar tercapai kualitas pelayanan kesehatan prima yang kita idam-idamkan, Selanjutnya saya mengharapkan agar buku pedoman ini dapat segera disosialisasikan dan didistribusikan ke seluruh rumah sakit di Indonesia untuk dapat dimanfaatkan dalam memberikan pelayanan Rehabilitasi Medik secara optimal. Jakarta, September 2007 { DEPARTEMEN KESEHATAN RI DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK 2 a FARID W. HUSAIN NIP, 130 808 593 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ; 378/Menkes/SK/IV/2008 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT Menimbang Mengingat MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ta. bahwa Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus menyediakan pelayan- an yang bermutu, tidak terkecuali pada mereka yang memiliki gangguan fungsional dengan menyediakan pelayanan Rehabilitasi Medik yang berkualitas; bahwa Pedoman Pelayanan Rehabilitasi di Rumah Sakit yang ada saat ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan IPTEK dbidang kesehatan, kebijakan desentralisasi dan perubahan kebutuhan pelayanan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak- sud pada butir a dan b perlu ditetapkan Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); Menetapkan Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Menkes/ Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik; 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 104/Menkes/ Per/Il/1999 tentang Rehabilitasi Medik; 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/ Per/X1/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/ Menkes /Per/XiI/ 2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1045/Menkes/ Per/X1/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan; 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 132/Menkes/ SK/Il 2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional. MEMUTUSKAN = : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit sebagaimana terlampir dalam keputusan ini. ; Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit seba- gaimana dimaksud dalam diktum kedua agar digunakan sebagai acuan bagi Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi penderita disabilitas. : DinaskesehatanProvinsi/ kabupaten/kotadenganmengikut- sertakan organisasi/asosiasi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pedoman ini. : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. pitetapkan.di :Jakarta fr pada tanggal’s, : 15 April 2008 s NTERI KESEHATAN Ri, Wr ye Y Tim Penyusun Dr. Siti Annisa Nuhonni, SpRM-K. DR. Dr. Angela BM Tulaar, SpRM-K Dr. Peni Kusumastuti, SpRM. Dr. Rosiana Pradanasari, SpRM Dr. Anita Ratnawati, SpRM Dr. Luh Karunia Wahyuni, SpRM Dr. Trisna Desmiati, SpRM Dr, Suginarti, Mkes Kontributor Dr. Moerdjajati Angka, Sp.RM, Sriyanto, Bambang Kuncoro, MOT, Ka- dek Pandreadi, Drs. Soeparman SMPh, Sudharto Wahab, SH, Mkes, dr. Ririn Fristika Sari, drg. Haslinda, Mkes, Drg Enizar (Jakarta), dr. Melly Meliana, Sp.RM (Pekanbaru), dr. Ongko Kussuyanti, Sp.RM (Medan), dr. Siti Nurhaida (Lampung), dr. Hartini SR, Sp.RM, (Salatiga), dr. Asmaun, Sp.RM, (Makasar), dr. AAA Srikandhyawati, Sp.RM (Bali), dr. Maureen JP, Sp.RM (Ambon), dr. Siti Rafelia A, Sp.RM (Batam), dr. H. Aguswan (Padang), dr. Setyowati, Sp.RM (Semarang), dr. Sulistiwi, Sp.RM (Jog- yakarta), dr. Titik Diah W, MARS (Gresik), dr. Dani Esti N (Banyumas), dr. Tjokorda, Sp.RM (Bali), dr. Sri Wahyuni, Sp.RM (Pontianak), dr. LS Angliadi, Sp.RM (Manado), dr. Jalalin, Sp.RM (Palembang) viii DAFTAR ISI KataPengantar...,.......0ce00+ SambutanKetuaPB.PERDOSR' Sambutan DirekturJenderalBinaPelayananMedik. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tim Penyusun DAFTAR ISI... BabI Pendahuluan Latar belakang Dasar hukum.. Tujuan.. Sasaran. Ruang lingkup pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit moog Bab Il_ Pengertian PelayananRehabilitasiMedik A. Definisi dan falsafah... B. Tujuan pelayanan Rehabilitasi Medik........ C. Pelayanan Rehabilitasi Medik di Indonesia. . Bab Ill_ Pengorganisasian A. Struktur organisasi. B. Ketenagaan.......... C. Uraian tugas dan fung: 8 Di ROMPOCRGNS ic cy cinnt cndoensminusestnanntaai onan Bab IV Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit A. Strata/klasifikasi pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit B. Sistem pelayanan.... C. Hubungan kerja dalam pelayanan Rehabilitasi Medik.................0..ceseseeeeees D. Alur pasien dalam pelayanan Rehabilitas? Medik.....c.:csssccsesseccesecaeavens ix E, Sarana, prasarana dan peralata 7 F_ Sistem pembiayaan. 22 G. Pengendalian limbah.. 22 H. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 22 I. Pencatatan dan Pelaporan. J. Evaluasi dan Pengendalian Mutu............. 23 Bab V Sistem Rujukan A. Pengertian Rujukan............secscesesereeeeee 24 B. Sistem pelayanan rujukan Rehabilitasi MOOK ccc reins, snetians is teaeasinatiaaesiennata 24 Bab VI Pembinaan dan Pengawasan A. Tujuan pembinaan dan pengawasan Pengawasan. Pembinaan... B. iG. D. Bab VII Pengembangan Pelayanan A. Pengembangan SDM.........0:.csseeeseeneeeee ee 27 B. Pengembangan sarana, prasarana dan Peralatan C. Pengembangan jenis layanan, Bab VIII Penutup..............20..:sceeeeceeeeeeeeeeeneeeeeeeeeeee 29 Lampiran 1. Standar Minimal Ketenagaan Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS kelas A,B,C, & D 2. Alur Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit 3. Peralatan Rehabilitasi Medik Berdasarkan Klasifikasi RS, Jenis Pelayanan dan Jumlah Minimalnya. 4. Sistem Rujukan Pelayanan Rehabilitasi Medik BAB | PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki milenium ketiga, Indonesia menghadapi berbagai pe- rubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun internal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksana- kan pembangunan nasional termasuk pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan berdampak pada meningkatnya kesejah- teraan rakyat. Hal ini berpengaruh pada demografi dan transisi epidemiologi dimana pola penyakit yang semula berupa penyakit infeksi menjadi penyakit kronik degeneratif. Penambahan jumlah penderita disabilitas juga terjadi akibat berbagai bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor atau tsunami di beberapa wi- layah Indonesia. Perlu diketahui bahwa prevalensi kecacatan me- nurut WHO adalah 7-10 % dari populasi, sedangkan prevalensi di Indonesia sebesar 39 %. Adanya paradigma baru bidang Kesehatan serta merespon ber- bagai perubahan dan tantangan tersebut, maka telah ditetapkan Visi Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat dengan Misi Membuct Rakyat Sehat. Strategi yang diambil antara lain dengan meningkatkan akses masyarakat ter- hadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan meningkatkan pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus menyediakan pelayanan yang bermutu, tidak ter- kecuali pada mereka yang memiliki gangguan fungsional, dengan menyediakan pelayanan Rehabilitasi Medik. Tetapi dengan ada- nya perbedaan kemampuan (SDM, fasilitas/sarana) di tiap Rumah Sakit, maka strata pelayanan yang diberikanpun akan berbeda. Pelayanan Rehabilitasi Medik ini sifatnya komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Paradigma Pelaya- nan Rehabilitasi Medik yang dianut saat ini dititik beratkan pada strategi rehabilitasi pencegahan (prevention rehabilitation stra- tegy), artinya pencegahan ketidakmampuan (disabilitas) harus dilakukan sejak dini. Apabila tidak dapat dicegah, tetap diupay- akan mencapai tingkat kemandirian seoptimal mungkin, sesuai dengan potensi yang dimiliki. Untuk memberikan pelayanan Rehabilitasi Medik ini DEPKES ta- hun 1997 telah menyusun Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit kelas A, B, dan C. Seiring dengan kemajuan IPTEK di bidang kesehatan, kebijakan desentralisasi, dan perubahan ke- butuhan layanan, maka buku ini perlu disempurnakan. Untuk itu maka Depkes bersama profesi Perdosri, IFl, |OTI, IOP! dan IKATWI melakukan penyempurnaan buku tersebut. Diharapkan buku pedoman yang disempurnakan ini dapat men- jadi acuan serta membantu tercapainya pelayanan Rehabilitasi Medik yang bermutu dan berorientasi pada patient safety, Dasar Hukum UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat UU No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan UU No, 6 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Sosial Penyan- dang Cacat Peraturan Pemerintah RI No.7 tahun 1987 Jo SKB No.48/MEN- KES/II/98 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan kepada Pemerintah Daerah 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045 Tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan 8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 867 Tahun 2004 tentang Re- gistrasi dan Praktik Terapis Wicara 9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.104 Tahun 1999 tentang Rehabilitasi Medik 10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.585 Tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik 11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b Tahun 1988 tentang Rumah Sakit 12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.749a Tahun 1988 tentang Rekam Medis/ Medical Record 13. Kepmenkes No. 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis 14. Kepmenkes No. 1333 Tahun 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. yawns oe 15. Kepmenkes No. 983 Tahun 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum Tujuan 1 Memberi acuan bagi pelaksanaan pelayanan Rehabilitasi Me- dik di Rumah Sakit 2. Meningkatkan mutu pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit 3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Sasaran 1, Bagian/Departemen/Instalasi Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit 2. Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpRM) 3. Perawat Rehabilitasi Medik 4. Tenaga keterapian fisik (Fisioterapis, Terapis Wicara, Okupasi Terapis) 5. Tenaga keteknisian medis (Ortotis Prostetis) 6. Tenaga terkait lain (Psikolog, Pedagog, Petugas Sosial Medik, Rohaniawan ) 7. Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota Ruang Lingkup Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit. Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya kesehatan pada umumnya, yaitu upaya promotif, preven- tif, kuratif dan rehabilitatif. 1. Upaya promotif Penyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas yang tepat untuk mencegah kondisi sakit. Upaya preventif Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit/ penyakit untuk mencegah dan atau meminimalkan ganggguan fungsi atau risiko kecacatan. 3. Upaya kuratif Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fi- sik, dan upaya rehabilitatif untuk mengatasi penyakit/kondi- si sakit untuk mengembalikan dan mempertahankan kemam- puan fungsi. 4, Upaya Rehabilitatif Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fi- sik, keteknisan medik dan upaya rehabilitatif lainnya mela- lui pendekatan psiko-sosio-edukasi-okupasi-vokasional untuk mengatasi penyakit/ kondisi sakit yang bertujuan mengem- balikan dan mempertahankan kemampuan fungsi, mening- katkan aktivitas dan peran serta/ partisipasi di masyarakat. BAB II PENGERTIAN PELAYANAN REHABILITASI MEDIK A. Definisi dan Falsafah Pelayanan Rehabilitasi Mes Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau ce- dera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of Im- pairment Disability and Handicap (ICIDH), diklasifikasikan seba- gai berikut: - Impairment (hendaya) Adalah keadaan kehilangan atau ketidaknormalan dari kondisi psikologis, fisiologis, struktur anatomi atau fungsi. - Disability (disabilitas) Adalah segala restriksi atau kekurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang diakibatkan impairmen. Handicap (kecacatan) Adalah hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh hendaya dan __disabilitas yang membatasi pemenuhan peran wajar seseorang sesuai dengan faktor umur, seks, sosial dan budaya. Difabel Adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai keterbatasan fungsional. Pelayanan Fisioterapi (Definisi IFI) Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada indi- vidu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelati- han fungsi, dan komunikasi. Pelayanan Terapi wicara (Definisi IKATWI) Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada indi- vidu dan atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/ adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fi- sik, elektroterapeutis dan mekanis). Pelayanan Terapi Okupasi (Definisi |OTI) Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada in- dividu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara , memulihkan fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fa- silitasi. Pelayanan Ortotis-Prostetis (Definisi OPI) Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang dit- ujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan meng- epas alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak. Falsafah Pelayanan Rehabilitasi Medik : Adalah pelayanan holistik untuk mengembalikan kemampuan fungsi yang optimal atau kemandirian, dan atau mencapai hidup yang berkualitas. Tujuan Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit 1. Mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait. 2. Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau penyakit- nya yang mungkin membawa dampak kecacatan. 3. Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan partisipasi pada difabel. 4, Mempertahankan kualitas hidup atau mengupayakan kehidu- pan yang berkualitas. C. Pelayanan Rehabilitasi Medik di Indonesia Untuk memberikan pelayanan Rehabilitasi Medik secara mera- ta di Indonesia dibuat strategi melalui pelayanan berjenjang di Rumah Sakit, Puskesmas serta di masyarakat yaitu dengan pro- gram Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM). Strategi ini dikembangkan sesuai dengan kebijakan, standar, pedoman, SOP yang tersedia. A. Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Upaya pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit dikem- bangkan ke arah peningkatan mutu (pelayanan spesialistik/ subspesialistik), jangkauan pelayanan serta sistem rujukan dengan tujuan pasien memperoleh pelayanan secara optimal dan paripurna. Peningkatan mutu ini ditunjukkan dengan diikutsertakannya pelayanan Rehabilitasi Medik pada kegiatan Akreditasi, serta pemenuhan secara bertahap dari SDM, fasilitas/sarana yang sesuai standar. B. Pelayanan Rehabilitasi Medik Di Puskesmas Upaya pelayanan Rehabilitasi Medik di Puskesmas ditujukan untuk memberikan pelayanan Rehabilitasi Medik Dasar. Se- lain itu juga dapat memberikan pembinaan kepada masyara- kat melalui program RBM serta melaksanakan rujukan sesuai ketentuan yang berlaku. C. Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) Rehabilitasi Bersumberdaya/Berbasis Masyarakat adalah suatu strategi dalam pembangunan masyarakat agar lebih berperan aktif dalam upaya mendeteksi dan mengatasi masalah keca- catan melalui rehabilitasi, persamaan kesempatan, integrasi sosial dari semua individu difabel dalam aspek kehidupan dan penghidupan. Pengembangan RBM ini merupakan upaya terobosan dalam menyelesaikan masalah kecacatan yang belum terjangkau oleh pelayanan Rumah Sakit, ataupun yang sudah dilayani te- tapi masih memerlukan kelanjutan yang bisa ditangani oleh keluarga atau masyarakat. Secara operasional RBM adalah upaya rehabilitasi sederhana dan pencegahan kecacatan yang dilaksanakan di dalam ke- luarga dan masyarakat melalui perubahan perilaku individu difabel, keluarga dan masyarakat agar lebih berperan aktif secara optimal dalam memandirikan individu difabel dengan menggunakan sumber daya dan sumber dana yang ada di ma- syarakat. Pembinaan program RBM dilakukan oleh Puskesmas atau Ru- mah Sakit sesuai aturan yang berlaku. BAB Ill PENGORGANISASIAN Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelaya- nan Rehabilitasi Medik perlu ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas dan wewenang yang jelas dan terinci baik secara administratif maupun secara teknis. A. Struktur Organisasi *) Direktur Utama PO) Komite Medik | Direktur SDM Direktur Medik & Keperawatan Dir. Keuangan Keni |, scssecssesevsausaserszecssa Kepata SMF Insialasi Rehabilitasi Medik + = a Penanggung Jawab Penanggungjawab Pelayanan Adm&Keu 7 + Pencatatan dan Pelaporan # Keuangan * Logistik | SpRM }.J TW | FT| OT | OP | Psi | Pemwa | FSM den i RM | tenagalan Bagian/Departemen/ Instalasi Rehabilitasi Medik merupakan sara- na untuk memberikan pelayanan Rehabilitasi Medik, yang dilaksa- nakan oleh Dokter SpRM/Dokter Umum Terlatih Rehabilitasi Medik, dan tenaga kesehatan terkait yaitu: Fisioterapis, Okupasi terapis, Terapis wicara, Ortotis-Prostetis, Pekerja Sosial Medik, Perawat B. Ketenagaan 10 Rehabilitasi Medik, dan Psikolog. Masing-masing dapat dipimpin Oleh seorang koordinator sesuai dengan profesinya, serta bertang- gung jawab kepada Kepala Bagian/Departemen/Instalasi Rehabili- tasi Medik. (Lihat bagan struktur organisasi di atas) Standar Ketenagaan minimal masing - masing profesi sesuai kelas rumah sakit dapat dilihat pada lampiran 1 Susunan organisasi dibuat sefleksibel mungkin dengan pembagian habis tugas-tugas melalui koordinasi, sinkronisasi, pendelegasian wewenang yang jelas, pengelompokan sehomogen mungkin, prin- sip rentang kendali dan lain-lain, misalnya adanya koordinator pendidikan, penelitian dan pengembangan serta lintas sektor. 1, Bagian/Departemen/|nstalasi merupakan penyelenggara pela- yanan medis, pelayanan penunjang medis, pelatihan dan pe- meliharaan sarana Rumah Sakit. Kepala Bagian/Departemen/Instalasi Rehabilitasi Medik diban- tu oleh beberapa penanggung jawab Keuangan, Pencatatan dan pelaporan, Logistik, dan Pelayanan . 2. Bagian/Departemen/Instalasi dipimpin oleh seorang Kepala dalam jabatan non struktural. 3. Staf Medis Fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja pada Bagian/ Departemen/Instalasi dalam jabatan fungsio- nal. 4. Staf Perawat fungsional, tenaga kesehatan terkait dan tenaga non medis adalah petugas yang mendukung kelancaran pelay- anan di Bagian/Departemen/Instalasi dalam jabatan fungsio- nal. Uraian Tugas dan Fungsi Uraian tugas masing-masing adalah: 1. Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik a. Penanggung jawab, pengelola sarana dan prasarana untuk pelayanan Rehabilitasi Medik b. Mengatur tugas pelayanan c. Melakukan koordinasi dengan bagian/departemen/instalasi terkait d. Melakukan evaluasi dan pengembangan pelayanan. Staf Medis Fungsional a. Melakukan pemeriksaan/analisa, penegakan diagnosis medik dan fungsional, prognostik, arahan dan evaluasi program Rehabilitasi Medik b. Melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabi- litatif di bidang Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi c. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya Perawat Rehabilitasi Medik a. Membantu dokter dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan umum dan Rehabilitasi Medik b. Membantu dokter dalam pelayanan rehabilitasi kelompok ¢. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya Tenaga keterapian fisik (Fisioterapis, Terapis Okupasi,Terapis Wicara) a. Melakukan asesmen, diagnosis, terapi dan evaluasi pro- gram Keterapian Fisik kepada pasien sesuai dengan kom- petensi masing-masing dan arahan dokter b. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. Tenaga keteknisan medis (Ortotis-Prostetis) a. Merancang, membuat dan mengepas alat bantu atau alat pengganti anggota gerak sesuai arahan dokter b. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. Tenaga non medik (Psikolog, Petugas Sosial Medik, Rohaniawan dan pedagog) a. Melakukan asesmen, diagnosis, terapi dan evaluasi pro- gram terapi pada pasien sesuai dengan kompetensi ma- sing-masing dan arahan dokter b. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. Penanggung jawab administrasi dan keuangan a. Membantu Kepala Instalasi dalam membuat laporan hasil kegiatan berkala b. Membuat pencatatan keuangan c. Sebagai bendahara instalasi. Fenanggung jawab pelayanan Mengawasi pelaksanaan pelayanan setiap hari t Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pela- yanan ¢c. Memberikan masukan kepada Kepala Instalasi yang 11 12 berkaitan dengan pelayanan. 9, Penanggung jawab logistik a. Pemeliharaan sarana dan prasarana untuk kelancaran pelayanan b. Membuat catatan dan laporan berkala mengenai inven- tarisasi barang. ¢. Mengusulkan perencanaan sarana dan prasarana. D. Kompetensi 1. Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik Sesuai Standar Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia, Bagian/ Departemen/Instalasi Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Umum kelas A, B Pendidikan dan Non Pendidikan dan kelas C harus dipimpin oleh seorang Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik. Apabila belum ada Dokter SpRM maka sementara dapat diangkat dokter umum terlatih Rehabilitasi Medik sebagai kepala. 2. SMF Rehabilitasi Medik adalah kelompok Dokter SpRM yang be- kerja sesuai standar profesi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dalam jabatan fungsional. 3. Perawat Rehabilitasi Medik adalah Perawat minimal lulusan D3 Keperawatan dengan pelatihan asuhan Rehabilitasi Medik. 4, Tenaga keterapian fisik adalah tenaga keterapian lulusan minimal D3 Fisioterapi/ D3 Okupasi Terapi/ D3 Terapi Wicara. 5. Tenaga keteknisan medis adalah tenaga keteknisan lulusan STM/SMA dengan Pelatihan Ortotis Prostetis. 6. Tenaga lain yang terkait (antara lain Psikolog, minimal D3 untuk Pekerja Sosial Medik, 51 Pendidik Luar Biasa). 7. Penanggung jawab administrasi dan keuangan adalah tenaga lulusan D3 Perumahsakitan. 8. Penanggung jawab pelayanan adalah Dokter SpRM/Dokter Umum /D3 Keterapian Fisik. 9. Penanggung jawab logistik adalah minimal tenaga lulusan ‘SMA. BAB IV PELAYANAN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT A. Strata/Klasifikasi Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Dalam menyelenggarakan pelayanannya di Rumah Sakit, pelayanan Rehabilitasi Medik dibagi dalam beberapa strata pelayanan. Jenis tenaga dan kelengkapan pelayanan menentukan strata pelayanan di Rumah Sakit tersebut atau sebaliknya. Strata |: Pelayanan Primer Pelayanan Rehabilitasi Medik Dasar (Rumah Sakit kelas C /kelas D dan Puskesmas) Pelayanan mencakup rehabilitasi medik dasar Tenaga yang tersedia: Dokter umum terlatih dan terapis (Fisiotera- pis/Okupasi Terapi/Perawat Rehabilitasi Medik) Strata Il: Pelayanan Sekunder Pelayanan Rehabilitasi Medik Spesialistik (Rumah Sakit kelas B non Pendidikan dan kelas C) Pelayanan mencakup : 1, Layanan Rehabilitasi Medik Spesialistik 2. Layanan Fisioterapi dengan peralatan dasar 3. Layanan Okupasi Terapi dengan peralatan dasar 4. Layanan Ortotik-Prostetik, tidak mempunyai bengkel sendiri. 5. Layanan Asuhan keperawatan Rehabilitasi Medik Tenaga yang tersedia: Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Reha- bilitasi (SpRM), Terapis (Fisioterapis/Okupasi Terapi/Ortotik Pros- tetik) dan Perawat Rehabilitasi Medik. Strata IIIA: Pelayanan Tersier Pelayanan Rehabilitasi Medik Spesialistik dan Subspesialistik (Ru- mah Sakit kelas B Pendidikan/kelas A) Pelayanan mencakup: 1, Layanan Rehabilitasi Medik Spesialistik dan Subspesialistik (muskuloskeletal, neuromuskuler, pediatrik, kardiorespirasi, geriatrik) 13 14 Layanan Asuhan Keperawatan Rehabilitasi Medik Layanan Fisioterapi dengan alat lengkap Layanan Okupasi Terapi dengan alat lengkap Layanan Terapi Wicara dengan alat lengkap Layanan Ortotik-Prostetik, bengkel sederhana Layanan Psikologi Layanan Sosial Medik Tenaga yang tersedia: Dokter SpRM, Perawat RM, Fisioterapis, Te- rapis Okupasi, Terapis Wicara, Ortotik-Prostetik, Psikolog, Petugas Sosial Medik. Pendidikan : jejaring pendidikan Dokter Spesialis, $1 kedokteran, D3 FT, D3 OT, D3 TW, Pelatihan OP, Pelatihan Perawat Rehabili- tasi. Penelitian & Pengembangan: Penelitian terapan, Pengembangan medis subspesialistik Strata IIIB: Pusat Rujukan Nasional Pelayanan Rehabilitasi Medik Rujukan Tertinggi. Tenaga yang tersedia: Dokter SpRM, Perawat Rehabilitasi Medik, Fisioterapis, Terapis Okupasi, Terapis Wicara, Ortotik-Prostetik, Psikolog, Petugas Sosial Medik. Pelayanan mencakup: 1. Layanan Rehabilitasi Medik spesialistik dan subspesialistik (muskuloskeletal, neuromuskuler, pediatrik, kardiorespirasi, geriatri, dan subspesialistik lain sesuai kebutuhan) Layanan Asuhan Keperawatan Rehabilitasi Medik Layanan Fisioterapi dengan alat canggih Layanan Okupasi Terapi dengan alat canggih Layanan Terapi Wicara dengan alat canggih Layanan Ortotik-Prostetik dengan bengkel lengkap dan atau bengkel kursi roda 7. Layanan Psikologi 8. Layanan Sosial Medik 9. Layanan konseling persiapan vokasional. Pendidikan: Pendidikan Dokter Spesialis, $1 kedokteran, D3 FT, D3 OT, D3 TW, Pelatihan OP, Pelatihan Perawat Rehabilitasi Medik. Penelitian & Pengembangan: Penelitian dasar dan terapan, Peng- embangan medis subspesialistik. eNom ken aokey Rumah Sakit khusus yang umumnya pada strata layanan sekunder dan tersier (RS Jantung, RS Kusta, RS Ibu dan Anak, RS Ortopedi, dan sejenisnya) mengikuti strata di atas dan disesuaikan dengan kekhususannya. B. Sistem Pelayanan Pelayanan Bagian/Departemen/Instalasi Rehabilitasi Medik di Ru- mah Sakit dilaksanakan melalui pendekatan sistem pelayanan satu pintu (one gate system), artinya setiap pasien yang memerlukan pelayanan Rehabilitasi Medik harus menjalani pemeriksaan/peni- laian/asesmen oleh Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabi- litasi (SpRM)/dokter umum terlatih untuk menegakkan diagnosis medik dan fungsional, menegakkan prognosis, mengarahkan/me- netapkan dan mengevaluasi program terapi yang dibutuhkan. Intervensi Keterapian Fisik dan Rehabilitasi terhadap pasien dila- kukan melalui layanan individu atau kelompok. Kegiatan pelaya- nan ini merupakan pelayanan tersendiri baik rawat jalan atau ra- wat inap Rumah Sakit, maupun dalam layanan terpadu. Pelayanan Rehabilitasi Medik melibatkan beberapa tenaga kesehatan dan te- nee lain terkait sesuai kebutuhan seperti: Perawat Rehabilitasi Medik Fisioterapis Terapis Okupasi Terapis Wicara Ortotis-Prostetis Petugas Sosial Medik Psikalog Rohaniawan Pendidik (Pedagog). Pada beberapa kasus yang spesifik misalnya: Cedera Medula Spinalis, Trauma Kepala, diperlukan pelayanan rawat inap khusus yang berada di Bagian/Departemen/Instalasi Rehabilitasi Medik. Kriteria pasien rawat inap adalah : 1. Pasien kandidat Rehabilitasi Medik yaitu pasien yang akibat penyakit/trauma/ cedera mengalami gangguan fungsi serta aktivitas sehari-hari. 2. Pasien yang dinyatakan tidak lagi membutuhkan perawatan dari segi penyakitnya, tapi memerlukan pelayanan Rehabilitasi Medik secara terpadu. 15 C, Hubungan Kerja Dalam Pelayanan Rehabilitasi Medik 16 Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan sistem dan alur kerja baik secara inter ataupun intra disiplin sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Dalam menjalankan pelayanan Rehabilitasi Medik terlibat tenaga kesehatan terkait serta kerjasama yang erat dan terintegrasi dengan Psikolog, Petugas Sosial Medik, Pendidik khusus, Rohaniawan, sesuai dengan kebutuhan dan tergantung pada strata pelayanan. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah perawat Rehabilitasi Medik, fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, ortotis-prostetis. Pada penyakit yang berisiko terjadinya kecacatan diperlukan kerjasama tim secara terpadu (sesuai kebutuhan). Untuk menjamin mutu pelayanan, maka masing-masing tenaga kesehatan tersebut diatas harus dikoordinir dalam satu Bagian /Departemen/ Instalasi Rehabilitasi Medik. Koordinasi layanan Rehabilitasi Medik dengan Bagian/Departemen/ Instalasi lain harus melalui Kepala Bagian/ Departemen/Instalasi Rehabilitasi Medik. Kekhususan tim Rehabilitasi Medik adalah: 1. Berbagai Profesi dan tenaga kesehatan terkait tergabung da- lam satu tim yang bekerja secara terpadu. 2. Setiap anggota tim mengetahui batasan, cakupan dan lingkup kerja, sesuai dengan kompetensi profesi masing-masing, den- gan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpRM) sebagai koordinator tim. 3. Penatalaksanaan tim melalui pendekatan yang berpusat pada klien/pasien. Lintas Program Rujukan pasien ke Bagian/Departemen/Instalasi Rehabilitasi Medik dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu, demikian pula sebalik- nya. Lintas Sektoral Dalam menjalankan pelayanan Rehabilitasi Medik seringkali di- perlukan kerja sama dengan instansi/institusi lain, misalnya dinas sosial, asuransi, sekolah-sekolah khusus, balai latihan kerja atau lembaga swadaya masyarakat lain yang berkaitan dengan individu difabel.

You might also like