Professional Documents
Culture Documents
Hasil Keputusan Bahtsul Masa-Il PWNU Lampung 9 Mei 2025
Hasil Keputusan Bahtsul Masa-Il PWNU Lampung 9 Mei 2025
PWNU LAMPUNG
Di Pondok Pesantren Darul Islah Simpang 5, Unit II, Tulang Bawang
08 Mei 2024 - 26 Syawwal 1445
Jalsah Ula
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Munawir 1. KH. Syamsul Bahri Kyai Ahmad Zailani
2. KH. Shodiqul Amin 2. KH. Mahfudz
3. Habib Ahmad Ghozali Assegaf 3. KH. Andi Ali Akbar NOTULEN
1. Kyai Moch. Masykur
2. Ust. Nasrudin
Oleh sebab itu, Sigit mendorong DPR RI untuk segera membahas RUU Perampasan Aset dalam masa sidang
berikutnya, yakni mulai 14 Mei 2024 berdasarkan laman resmi DPR RI.
"Jadi, ini menurut saya penting untuk dibahas dan itu akan menjadi landasan hukum yang kuat buat penegak hukum,"
ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat memberikan pengarahan pada acara "22 Tahun Gerakan Nasional Anti-
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme" di Istana Negara Jakarta, Rabu (17/4), menyinggung
Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset yang telah diajukan ke DPR untuk dapat segera disahkan.
Menurut Jokowi, pelaku TPPU harus bertanggung jawab dan mengembalikan uang negara atas tindak pidana yang
dilakukan dengan diperkuat melalui UU Perampasan Aset.
"Kita harus mengembalikan apa yang menjadi milik negara. Kita harus mengembalikan apa yang menjadi hak rakyat.
Pihak yang melakukan pelanggaran semuanya harus bertanggung jawab atas kerugian negara yang diakibatkan,"
kata Presiden.
(sumber:https://www.antaranews.com/berita/4065978/pengamat-ruu-perampasan-aset-perlu-segeradisahkan)
PERTANYAAN:
1. Apakah yang dimaksud Pencucian uang dalam kacamata fikih?
JAWABAN:
Pencucian uang (Inggris:Money Laundering) adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul uang/dana atau Harta Kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan
(agar uang atau Harta Kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal.
)https://id.wikipedia.org/wiki/Pencucian_uang
Berdasarkan pengertian di atas maka pencucian uang merupakan lanjutan dari tindakan kriminal sebagai upaya
menghilangkan jejak dari cara memperoleh harta secara tidak halal, sehingga seolah-olah halal. Sehingga dalam
kacamata fikih hal ini bisa tergolong jinayatul mal (perbuatan haram pada harta), jarimah, ataupun al-khiyal al-
mukharromah (rekayasa yang diharamkan).
REFERENSI
1. Maroqoh shu’ud at-tashdiq 75-76 3. Al-Mabsuth J.27 H.152
2. Hasyiyah al-Bajury j.1 h.356
REFERENSI
1. Hasyiyah Jamal 3. Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah
2. Fiqhul Islami 4. Nihayatuz Zain
Pertanyaannya: Yang demikian ini kategori makmum yang tamam atau makmum yang masbuk?
Mengingat dia ini sudah salat sudah dapat tiga rakaat, lalu rakaat keempatnya dia mengikuti imam lagi dan tidak
bisa menyempurnakan fatihahnya.
LBM Tulang Bawang
JAWABAN:
Ikutnya makmum di tengah-tengah shalatnya imam seperti dalam deskripsi di atas adalah tergolong makmum
masbuk.
REFERENSI
1. Fath al-Mu’in J.2 H.13 3. Nihayatuz Zain, J.1, H.60
2. Hasyiyah al-Bujairomi ‘ala al-Khotib J.5
H.183
Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan. Akan tetapi kondisi ekonomi orang belum tentu
sama, apalagi melihat harga hewan kurban baik sapi ataupun kambing juga tidak murah. Untuk menyiasati hal
tersebut, banyak orang yang melakukan arisan kurban. Pada praktiknya, sekelompok orang bersepakat untuk
menyetor sejumlah uang untuk membeli hewan kurban, misalnya sapi, yang nantinya menjadi kurban dari anggota
arisan yang sudah diundi.
Pertanyaannya: Apakah kurban dengan sistem arisan yang seperti ini termasuk kurban nazar yang mana kita tidak
?boleh memakan dagingnya
LBM Lampung Selatan
JAWABAN:
Secara hakikat, praktik arisan itu sendiri tidak menjadi nadzar, tapi tetap wajib disembelih karena menuruti tujuan
).وفاء للعهد atauقصد املعطي( bersama anggota arisan
Catatan: Kurban arisan tidak menjadi wajib/nadzar ini, bila tidak disertai dengan sighot nadzar dari orang yang
mendapat arisan, maka dalam kasus ini terjadi khilaf.
REFERENSI
1. Al-hawi al-Kabir, J.10 H. 228 3. Bughyatul Mustarsyidin J.1 H.360 & J.2 H.35
2. Mughni al-Muhtaj J.18 H.96 4. Al-Yaqut an-Nafisah 824