Professional Documents
Culture Documents
Ambiguitas Kode Etik Advokat Dalam Masalah Penggunaan Iklan Dan Publisitas
Ambiguitas Kode Etik Advokat Dalam Masalah Penggunaan Iklan Dan Publisitas
net/publication/368461577
CITATIONS READS
0 680
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muhammad Rizal Sirojudin on 12 February 2023.
ABSTRAK
Setiap profesi memiliki kode etiknya masing-masing termasuk advokat. Tentunya
Kode Etik harusnya jelas agar tindak menimbulkan keambiguan dalam penerapannya
seperti layaknya undang-undang. Namun, jika dilihat dari Kode Etik Adokat Indonesia
(KEAI) terdapat grey area yaitu larangan iklan dan publisitas advokat yang tertera dalam
pasal 8 (B) dan 8 (F). Hal ini menjadi masalah karena profesi advokat pada dasarnya ialah
profesi jasa seperti pada umumnya yang tentunya membutuhkan pengiklanan dalam hal
marketing.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan
law in action. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat ketidakjelasan larangan
beriklan dan publikasi didalam Kode Etik Advokat dan larangan ini dapat bersifat politis
dalam implemetasinya. Penilitian ini diharapkan akan menjadi pemantik diskusi revisi
KEAI dan berharap agar hal ini menjadi bimbingan terhadap penerapan kode etik advokat
dalam masalah larangan iklan dan publisitas yang dilakukan oleh advokat.
ABSTRACT
Each profession has its own code of ethics, including advocates. Of course, the
Code of Ethics should be clear so that the act creates ambiguity in its application like a
law. However, when viewed from the Indonesian Advocates' Code of Ethics (KEAI) there is
a gray area, namely the prohibition of advertising and publicity of advocates as stated in
articles 8 (B) and 8 (F). This is a problem because the advocate profession is basically a
service profession as in general which of course requires advertising in terms of
marketing.
In this study, the author uses a normative approach and a law in action approach.
This study concludes that there is an unclear prohibition on advertising and publication in
the Advocate's Code of Ethics and this prohibition can be political in its implementation.
This research is expected to be a trigger for discussion on the revision of KEAI and hopes
that this will be a guide to the application of the advocate's code of ethics in the issue of
prohibition of advertising and publicity carried out by advocates.