Nns WEAAAQBAJ

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 126
Mustika Bintoro Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib Al- Attas) Quepedia... Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib AL-Attas) Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas) Penulis: Mustika Bintoro Editor: Guepedia Tata Letak: Guepedia Sampul: Guepedia Diterbitkan Oleh: Guepedia The First On-Publisher in Indonesia E-mail: guepedia@gmail.com. Fb. Guepedia Twitter. @guepedia Website: www.guepedia.com ISBN: 978-623-7391-79-1 Cetakan,2019 Hak Cipta dilindungi Undang-undang All right reserved Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan pada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan. Atas kehendak-Nya penulis dapat memberikan _ sedikit kontribusi untuk dunia akademik berupa buku ini. Rasa terima kasih juga ingin disampaikan kepada beberapa pihak yang terlibat. Pertama, Gus Zaim Ahya’ yang telah memperkenalkan penulis kepada Guepedia. Terima kasih atas dukungan moralnya. Terima kasih tidak pernah bosan untuk mengingatkan deadline tulisan. Kepada adikku,Unggul, terima kasih yang tak terhingga pula atas segala usahamu. Begitu juga adik-adikku yang lain, Nia, Indah, Amar serta kedua orang tuaku yang tak pernah putus memberikan doanya. Terima kasih. Begitu pula kepada Guepedia selaku penerbit, terima kasih karena sudah memberikan kesempatan kepada penulis. Terbitnya buku pertama ini akan menjadi pemicu semangat untuk terus produktif. Terakhir, penulis juga berharap agar karya ini dapat memberikan motivasi serta stimulus bagi siapapun untuk melanjutkan ataupun menuliskan tema ini dengan pemikiran dan sudut pandang yang berbeda agar tercipta dan terbukanya perspektif baru yang beragam. Penulis mengakui bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik serta saran sangatlah diperlukan untuk menyempurnakan edisi selanjutnya. Jika UIN Jogjakarta) mengusung paradigma humanisasi ilmu-ilmu keislaman sedangkan di UIN Malang menganut spiritualisasi sainstek, maka UIN Walisongo pun menggabungkan keduanya menjadi Unity of Sciences atau yang sering disebut sebagai kesatuan ilmu agama dan ilmu umum sebagai basis keilmuan kampus. Untuk menyempurnakan tujuan ini, para 3 Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) petinggi intelektual universitas pun membuat rancangan mata kuliah yang dikenal dengan Islam dan Ilmu Pengetahuan beserta metodologinya. Sebagai rujukan dan kemudahan bagi mahasiswa serta dosen yang mengampu mata kuliah ini, buku-buku tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan pun telah diterbitkan oleh para kaum akademis. Meskipun sejumlah buku telah beredar, akan tetapi jumlahnya belum memadai. Schingga membuat penulis tergerak untuk membuat karya ilmiah dengan tema yang tidak jauh berbeda, yakni Islamisasi [mu Pengetahuan (Studi Kritik Syed Muhammad Naquib Al- Attas). Kehadiran buku ini bukan saja ditujukan untuk menambah khasanah intelektual di kampus Islam saja, namun juga bisa dinikmati di kampus umum serta kajian keilmuan lainnya yang ada di masyarakat. Maka dari itu, penulis merasa buku ini penting untuk diterbitkan. Di samping itu, ada beberapa faktor utama lainnya mengapa buku ini harus_ disebarluaskan. Pertama, tidak banyak referensi yang membahas tentang tema islamisasi ilmu pengetahuan. Kebanyakan buku- buku yang beredar berisi tentang pendidikan atau tentang perbandingan antar tokoh muslim di Indonesia dan di luar Indonesia. Tidak ada yang secara spesifik membahas mengenai perbedaan dari segi metafisika dan fisika (physics), bagaimana konsep natural sciences dalam ranah epistemologinya dan implementasi dari natural sciences itu sendiri. Ketiga konsep pertanyaan inilah yang menjadi pembeda serta tidak ditemukan dalam buku-buku lainnya. Minimnya referensi yang membahas_ tentang tokoh muslim yang lahir di Indonesia, yaitu Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pun menjadi alasan utama lainnya. Meskipun karya-karya beliau —_ banyak Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) berkontribusi dalam dunia _ pendidikan, tetapi pemikirannya tentang ilmu pengetahuan yang ditulis dalam karyanya berjudul Prolegomena to The Metaphysics of Islam, menurut penulis sangatlah futuristik dan relevan dengan permasalahan yang penulis angkat. Melalui penerbit, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang terlibat dalam penulisan buku ini. Terima kasih DKI Jakarta Penulis (Mustika Bintoro) a Islamisasi Imu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi.......... ae Wecunausanavnesuanetireasunncuenesse Bagian Satu Bagian Kedua Bagian Ketiga Bagian Keempat Bagian Kelima Daftar Pustaka . Tentang Penulis. Islamisasi Imu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) BAGIAN SATU ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN (STUDI KRITIS TERHADAP PEMIKIRAN SYED M. NAQUIB AL-ATTAS) A. Latar Belakang Persoalan dikotomi antara keilmuan agama dan keilmuan umum sudah lama terjadi di kalangan kaum intelektual bahkan para filosof Yunani pra Socrates. Permenindes misalnya, ia melihat dunia ini sebagai substansi statis, sedangkan Heraclitus mengajarkan filsafatnya tentang menjadi (becoming). Di sisi lain, Empedocles beranggapan dunia terdiri dari empat elemen, kemudian Democritus yang melihat dunia sebagai atom. Berbeda lagi dengan Pythagoras yang mengartikan dunia sebagai nomor. Dunia adalah forma menurut Plato hingga Aristoteles menganggap dunia sebagai kategori. Dari cara pandang inilah yang akhirnya mengakibatkan perbedaan dari ruang_ epistimologi. Aristoteles menegaskan bahwa_ perbedaan ilmu pengatahuan merupakan_ representasi perbedaan berbagai penyebab: itu adalah metafisika yang datang untuk memberikan pengetahuan tentang jenis yang mendasarinya!. Persoalan relasi agama (Islam) dan sains ini juga menjadi perhatian para filsuf muslim kontemporer seperti Sayyed Hosein Nasr, Fazlur Rahman, Ismail R. Al- " Abdul ,Muhayya, Konseh Wahdat Al-Ulum Menurut Imam Al- Ghazali (w.1111), Laporan Penelitian Individual, IAIN Walisongo , 2014. h.27 Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Faruqi, Hassan Hanafi, Muhammad Iqbal, Syed M. Naquib Al-Attas, M. Amin Abdullah,Ziaudin Sardar hingga Mulyadhi Kartanegara. Menurut prediksi para pakarnya, wacana islamisasi ilmu akan menjadi isu yang populer dan berkembang di masa depan, meski kini masih pada tahap “bulan sabit awal,” seperti yang tercermin dalam buku Ziauddin Sardar, An Early Crescent: The Future of Knowledge and the Environment in Islam?. Kajian runtut tentang relasi agama dan sains telah muncul sejak awal paruh kedua abad XX, dengan Ian Barbour sebagai tokoh pentingnya®. Wacana ini ditengarai dari kekalahan Turki dari Barat karena ketertinggalannya dalam teknologi militer. Seperti Mesir di bawah Muhammad Ali pasca pengusiran tenrata Napoleon (1778 M)*. Dalam hal ini, Ismail Raji al-Faruqi menjelaskan bahwa umat Muslim dunia tidak akan bisa bangkit dan menempati kembali kedudukan mereka sebagai ummatan wasathan, kecuali jika ia kembali berpijak pada Islam, yang telah memberikan kepadanya raison d’etre empat belas abad yang laluS. Maimun Syamsudin dalam bukunya Integrasi Multidimensi Agama dan Sains® menjelaskan, ada ? Kartanegara, Mulyadhi, Mengislamkan Nalar, Sebuah Reshon Terhadah Modernitas, Jakarta:Erlangga,2007, h.2 * Syamsuddin, Maimun, Integrasi Multidimensi Agama dan Pengetahuan, Jogjakarta:IRCiSoD, 2012, h.20 * Syamsuddin, Maimun, Integrasi Multidimensi Agama dan Pengetahuan, Jogjakarta:IRCiSoD, 2012, h.20 > Al-Farugi, Ismail Raji, Tauhid and Its Imhlication for Thought and Life, ter). Rahmani Astuti, Bandung:Hustaka, 1995, h.ix © Syamsudin, Maimun, op.cit., 2012, h.21 Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) kelompok yang disebut kelompok transformatik yang mendukung adopsi sains Barat untuk membangun umat Islam menjadi masyarakat dengan meninggalkan budaya tradisional. Bagi kelompok ini, budaya tradisional menjadi penghambat umat Muslim untuk lebih rasional dan ilmiah. Sebagaimana umumnya, ilmu pengetahuan Barat mengusung teori bahwa dunia dapat diamati oleh panca indera. Dalam dunia filsafat, hal semacam ini disebut dengan positivisme. Falsafah ini menghendaki segala sesuatu secara objektif, terukur, dan _bersifat positif-empiris. Maka, segala sesuatu yang tidak dapat diakui seara empiris, dianggap tidak nyata (unreal). Berbeda dengan cara pandang ilmuwan Muslim, segala sesuatunya dapat diketahui bukan hanya _hal-hal indrawi atau fisik, tetapi juga metafisik. Dari cara pandang inilah muncul apa yang dinamakan dengan sekularisasi ilmu yang dampaknya adalah menafikan realitas metafisik dan hal-hal ghaib. Dampak dari sekularisasi sudah banyak ditemui, sebut saja Parvez Hoodboy, seorang fisikawan muda asal Pakistan juga tak sepaham tentang adanya islamisasi imu karena universalitas dan objektivitas ilmu. Kemudian, Charles Darwin dengan teori evolusinya yang membuat ia menolak akan adanya Tuhan. Lebih jelas Mulyadhi Kartanegara menjelaskan: Sebelum melakukan pelayaran bersejarahnya dalam perahu “H.M.S Beagle” pada tahun 1831, pengarang buku The Origin of Species ini sebenarnya seorang teis (percaya Tuhan) karena pemeluk Kristen yang taat. Berkat pengaruh karya seorang teolog Inggris terkenal pada saat itu, Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib AUAttas) William Paley, yang berjudul Natural Theology, Darwin percaya bahwa fenomena alam yang teratur dan harmonis ini tidak lain hanyalah bukti adanya Tuhan’. Cara pandang- seperti ini tentu saja membahayakan baik bagi para ilmuwan terlebih bagi umat Muslim. Sains atau ilmu pengetahuan tidak akan pernah bebas karena sains itu tergantung pada tafsiran. Dan tafsiran yang berkuasa hari ini adalah tafsiran positivistik yang menghendaki segalanya objektif dan terukur, sehingga alam hanya dipahami sebagai materi tanpa makna. Secara tidak langsung, paradigma Barat mempengaruhi cara pandang (world view) umat Muslim dan seakan mendominasi dan menjadi solusi bagi permasalahan umat Muslim. Paradigma penyatuan ilmu mengandung gagasan untuk mendialogkan antara ilmu-ilmu rasional atau acquired knowledge dan science knowledge atau revealed knowledge dalam sebuah sistem yang padu dan harmonis’. Dalam hal ini Ian G. Barbour menjelaskan dalam bukunya Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan Agama?, ada empat pandangan yang dianut luas dalam memahami ilmu pengetahuan dan agama, yaitu, konflik, independensi, dialog dan integrasi. Namun, apa yang kita temukan sekarang ini? 7 Syamsuddin, Maimun, Integrasi Multidimensi Agama dan Pengetahuan, Jogjakarta:IRCiSoD, 2012, h.11 8 Dr. Hyas Suhena, M.Ag, Haradigma Unity of Sciences IAIN Walisongo dalam Tinjauan Filsafat Imu, Laporan Penelitian Individual, [AIN Walisongo, 2014, h.22 ° Tan G. Barbour, Menemukan Tuhan dalam Pengetahuan Kontemhorer dan Agama, Bandung:Mizan,2005, h.31 12 Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Paradigma konflik dan paradigma independensi masih banyak dipakai oleh kaum Muslim untuk menjawab persoalan kontemporer saat ini. Akibatnya adalah munculnya permasalahan teologis yang krusial, artinya di dalam keilmuwan para ilmuwan dan cara pandang kaum Muslim tidak lagi melibatkan atau menyinggung adanya Tuhan. Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan Praktik islamisasi ilmu pengetahuan sebenarnya sudah ada sejak awal Islam hingga sekarang ini. Ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi secara jelas menegaskan islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer, yaitu ketika Tuhan menekankan bahwa Dia adalah sumber dan Asal ilmu pengetahuan manusia!?, Dan pesan ini sudah tercantum dalam surat Al-‘Alaq (96):1-5. Lantas, bagaimana konsep islamisasi ilmu pengetahuan masa kini? Beberapa karya Seyyed Husein Nasr seperti An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines (1964), Science and Civilization in Islam (1968), Islamic Sciences An Illustrated Study (1976) menunjukkan bahwa beliau sudah mengangkat tema ini sekitar tahun 1960-an. Nasr mengartikan islamisasi ilmu pengetahuan termasuk islamisasi budaya adalah —upaya menerjemahkan pengetahuan modern ke dalam bahasa yang bisa dipahami masyarakat Muslim di mana mereka tinggal!!. Maksudnya adalah islamisasi imu pengetahuan mencoba untuk mempertemukan cara Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, Bandung:Mizan, 2003, h340 " Shaleh Khudori, Filsafat Islam dari Klasik Hingga Modern, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2014, b.293 Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) pandang, cara berpikir dan bertindak (epistemologis dan aksiologis) masyarakat Muslim dalam menghadapi perkembangan dunia modern. Lebih lanjut ia menjelaskan tentang metodologi antara ilmu keislaman dengan ilmu umum seperti matematika, ilmu alam, dan metafisika. Baginya, ilmu pengetahuan dalam Islam tidak berbeda dengan scientia dalam istilah Latin, hanya saja masalahnya ada pada metodologi. Ilmu keislaman menurut Sayed Hussein Nasr tidak hanya mengunakan metodologi rasional yang cenderung positivistik, tetapi juga menerapkan berbagai metodologi, rasional, tekstual, dan bahkan instituitif, sesuai dengan objek yang dikajinya!2. Dr. Ilyas Supena, M.Ag = dalam = laporan penelitiannya Paradigma Unity of Sciences IAIN Waliosongo dalam Tinjauan Filsafat Ilmu'? memeparkan ada empat mainstream yang berkembang. Pertama, unity of sciences dengan model Islamization of Knowledge. Kedua, unity of sciences dengan model integration of knowledge (Amin Abdullah). Ketiga, unity of sciences dengan model spiritualization of knowledge (Seyyed Hossein Nasr). Keempat, unity of sciences dengan model reconciliation of knowledge (Nidhal Goussoum). Gagasan Scyyed Husein Nasr kemudian dikembangkan oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas ketika diadakan Konferensi Pendidikan Islam International di Makkah pada tahun 1977. Kemudian ia menyempurnakan gagasannya melalui sebuah buku ” bid, h.295 'S Dr. yas Suhena, M.Ag, Haradigma Unity of Sciences IAIN Walisongo dalam Tinjauan Filsafat Imu, Laporan Penelitian Individual, IAIN Walisongo, 2014, h.17 14 Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) berjudul The Concept of Education in Islam a Framework for an Islamic Philosophy of Education (Kuala Lumpur:ABIM, 1980). Konferensi pertama ini mendapatkan sambutan luar biasa dari ilmuwan Muslim, sampai akhirnya Ismail Raji Al-Faruqi (1921- 1986 M) mendirikan perguruan tinggi The International Institute of Islamic Thought (IIIT) pada tahun 1981 di Washington. Konferensi II diadakan di Islamabad, Pakistan sebagai tindak lanjut konferensi I. Tujuannya adalah untuk mengekspos hasil-hasil konferensi I dan rumusan yang telah dihasilkan IIIT tentang cara mengatasi krisis di kalangan umat dan mengupayakan suatu penelitian dalam rangka mengevaluasi krisis tersebut dan juga mencari penyebab dan gejalanya!4. Menyusul konferensi Ill di Kuala Lumpur pada tahun 1984 dengan tujuan membuat landasan berpikir dan skema Islamisasi pada masing-masing disiplin ilmu. Dan _ konferensi IV diselenggarakan pada Khortum, Sudan dan membahas Metodologi Pemikiran Islam dalam Islamisasi Ilmu-Ilmu Etika dan Pendidikan’. Apakah Islamisasi Ilmu Diperlukan? Setelah menyinggung tentang ilmu modern yang telah menimbulkan krisis teologi dan kecemasan akan cara pandang modern diikuti oleh kaum Muslim, Al-Attas ' Shaleh Khudori, Filsafat Islam dari Klasik Hingga Modern, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2014, h. 297 pbid., h.298 Islamisasi Imu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib AL-Attas) menawarkan suatu gagasan islamisasi ilmu dengan cara islamisasi bahasa. Mengapa? Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan pembebasan ilmu pengetahuan dari takhayul dan kekangan sekularisme agar manusia kembali pada fitrahnya. Maka, ia memulainya dengan islamisasi bahasa karena bahasa dapat mempengaruhi akal dan cara berpikir manusia. Sebagaimana Islamisasi, proses sckularisasi (penghilangan makna ruhaniah dan segala sesuatu) juga bermula pada pikiran dan secara paralel, pada bahasa juga’®. Salah satu masalah yang dihadapi umat muslim saat ini menurut Al-Attas adalah ketiadaan ilmu dan otoritas'?7. Pandangan ini menurutnya menjadi faktor bagi masalah lainnya. Hukum kausalitas adalah hukum yang ada di alam. Ketika makna-makna itu hilang, maka yang terjadi adalah hilangnya subtansi-substansi spiritual. Inilah urgensi membahas Al-Attas, karena baginya, alam bukanlah materi tanpa makna, melainkan tanda atau ayat atau sains yang akan membawa kita kepada yang Khalik. Al-Attas juga berupaya mengungkapkan kembali kerangka metafisika yang telah terbangun dalam Islam. Al-Attas mengatakan: Dalam kerangka inilah filsafat sains kita kembangkan sebagai system terpadu yang menerangkan realitas dan kebenaran itu dengan suatu cara yang tidak dapat dilakukan oleh metode- metode sekuler filsafat dan sains modern, yaitu rasionalisme filosofis dan empirisme filosofis!8. 6 al-Attas, Syed M. Naquib, Islam dan Filsafat Pengetahuan, ter. Saiful Muzani,Bandung:Mizan, 1995, h.11 " [bid.,h.7 'S Naquib Al-Attas, op.cit, h.33 Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Masih banyak cendekiawan Muslim yang membahas tentang gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan. Namun, penulis mengangkat pemikiran al- Attas sebagai skripsi karena ia berbeda dengan lainnya. Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Ziaudin Sardar adalah dengan diberlakukannya sains Islam. Baginya, metode, proses, dan sarana sains Islam merupakan salah satu sarana paling penting untuk memecahkan problem-problem manusia serta untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya harus berada dalam sirkumferensi (lingkaran) nilai-nilai dan konsep Islam yang abadi!9. Kerangka yang dipakai oleh Ziaudin Sardar adalah kerangka sosial. Begitu juga dengan Seyyed Hossein Nasr yang pada akhirnya merujuk pada gagasan tradisional seluruh agama dan tradisi besar dunia?°. Al- Faruqi yang memiliki 12 langkah Islamisasi ilmu pengetahuan pun berbeda dengan al-Attas. Islamisasi ilmu yang ia pakai adalah untuk semua disiplin ilmu (interdisipliner). Konsepnya mengajarkan bahwa setiap pengembangan ilmu harus berdasarkan dan bertujuan untuk kepentingan kemanusiaan, bukan hanya kepentingan golongan, ras dan etnis tertentu2!. Inilah mengapa penulis membahas pemikiran al-Attas. Menariknya lagi, latar belakang al-Attas bukanlah dari seorang scientis, artinya ia adalah outsider tetapi dia ® Sardar, Ziaudin, Jihad Intelektual:Merumuskan Harameter- harameter Pengetahuan Islam, Surabaya:Risalah Gusti, h.61 ® Syamsudin, Maimun, Integrasi Multidimensi Agama dan Pengetahuan, Jogjakarta:IRCiSoD, 2012, b.29 2! Sholeh, Khudori, Filsfat Islam Dari Klasik Hingga Kontemhorer, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, h.333 17 Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) berani mengkritik sains Barat. Dari sini, tentu saja ia memiliki formulasi dan nuansa yang tersendiri tentang sains Islam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada tiga rumusan masalah yang akan dibahas untuk memfokuskan penelitian: 1. Bagaimana hubungan antara metafisika dan fisika (physics) sebagai dasar dari ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana konsep natural sciences dalam ranah epistemologinya? 3. Bagaimana implementasi dari islamisasi ilmu pengetahuan terutama natural sciences? Cc, Tujuan dan Manfaat Penalitian Dari penjelasan singkat latar belakang penelitian dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaaat yang ingin dicapai ialah: 1. Menjelaskan pendapat Al-Attas mengenai hubungan antara metafisika dan fisika (physics) secara komphrehensif. Menjelaskan tentang konsep natural sciences dalam ranah epistemologi. 3. Menjelaskan tentang implementasi islamisasi ilmu pengetahuan terutama natural sciences. 4. Hasil skripsi ini diharapkan dapat menjadi bagian dari naskah akademik paradigma keilmuan UIN Walisongo, khususnya Fakultas Ushuluddin. vn Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) 5. Skripsi ini diharapkan pula dapat menjadi jawaban dengan sudut pandang yang berbeda tentang konsep Islamisasi ilmu pengetahuan. D. Tinjauan Pustaka Berdasarkan pemaparan yang sudah dijelaskan dalam latar belakang hingga signifikansi penelitian di atas, di bawah ini akan dijelaskan beberapa penelitian, buku-buku yang membahas tentang pemikiran Al-Attas dan dari sinilah akan terlihat perbedaan pembahasan peneliti dengan karya-karya peneliti lainnya: 1. Skripsi yang disusun oleh Didit Nur Cahaya yang berjudul “Teori Kebenaran dalam Filsafat Sains Isalm Syed M. Naquib Al-Attas,” menganalisis tentang teori kebenaran dalam filsafat sains. Ia menyimpulkan teori kebenaran memiliki tanggung jawab spiritualitas atau religiusitas yang didasarkan pada tauhid”?. 2. Izzah Fauziah dalam skripsinya yang berjudul “Pemikiran Syed M. Naquib al-Attas tentang Pendidikan Islam” membahas teori al-Attas tentang pendidikan Islam dan relevansinya dengan pendidikan Islam sekarang. Dalam kesimpulannya, ia menjelaskan — menurut pandangan al-Attas, pendidikan Islam adalah proses penanaman ilmu ke dalam diri manusia?>. ® hith://digilib.uin- suka.ac.id/13878/1/BAB% 201,% 20V.% 20DAFTAR% 20HUSTAKA.h df diunduh hada 10/09/2015 2B related:rehository.uinjkt.ac.id/dshace/bitstream/123456789/24620/1/IZZAH% 20FAUZIAH-FITK.hdf skrihsi al atas diunduh hada 10/09/2015 19 Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) 3. 4. 5. Skripsi Masykur Arif berjudul “Titik Temu Islam dan Sains (Kajian atas Pemikiran Syed M. Naquib al-Attas dan Amin Abdullah)”, menjelaskan konstruksi gagasan al-Attas dan Amin Abdullah tentang koherensi Islam dan sains, persamaannya dan perbedaan gagasan mereka, serta bagaimana kontribusi dari teori keduanya untuk ilmu pengetahuan Islam‘. “Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Studi Pemikiran Pendidikan Syed M. Naquib al-Attas)’, skripsi yang ditulis oleh Abdul Ghofur menerangkan pengaruh Islamisasi ilmu pengetahuan terhadap gerakan pendidikan yang akan membantu pendidikan untuk lebih jujur, praktis, dan lebih bermakna?’. Skripsi ini menyoal konsep pendidikan dan dia tidak membahas tentang Islamisasi ilmu pengetahuan yang penulis bahas. “Tslamisasi Ilmu dan Pengilmuwan Islam (Studi Pemikiran al-Attas dan Kuntowijoyo)”, ditulis oleh Argom Kuswanjono. Dalam penelitiannya, dia menyebutkan masalah besar dalam keilmuan Islam adalah menyadari ketertinggalan Islam atas Barat. Seorang Muslim harus bisa membaca ayat qauliyah dan kauniyah Allah sehingga tampak 4 Arif, Masykur, Titik Temu Islam dan Pengetahuan (Kajian atas Hemikiran Syed. M. Naquib al-Atas dan Amin Abdullah), Tesis Hascasarjana, Hrogram Studi Agama dan Filsafat, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014. ® Ghofur, Abdul, Gagasan Islamisasi Ilmu Hengetahuan (Studi Hemikiran Pendidikan Syed M. Naquib al-Attas), Skrihsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. 20 Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) nyata kontribusi Islam terhadap perkembangan ilmu?®, 6. Buku yang dikarang oleh Ach. Maimun Syamsudin berjudul “Integrasi Multidimensi Agama dan Sains: Analisis Sains Islam Al-Attas dan Mehdi Golshani” memiliki fokus kajian yang membahas tentang pemikiran sains Islam secara umum antara al-Attas dan Mehdi Golshani?’. Beliau pun menjelaskan gagasan masing-masing al-Attas dan Golshani, mengkaji persamaan dan perbedaan pandangan keduanya, dan mendialogkan kedua pandangan dalam setiap dimensi sains?8. Dari uraian di atas, terlihat bahwa sebagian besar penelitian tentang Syed M. Naquib al-Attas mengkaji pemikiran beliau bersifat konsep pendidikan. Walapun ada yang membahas tentang pemikiran al-Attas tentang sains, penelitian itu bersifat perbandingan secara umum dan belum menjelaskan tentang ramusan masalah yang akan penulis bahas. Selain itu, di bidang filsafat penulis menemukan skripsi yang membahas tentang teori kebenarannya bukan teori Islamisasi ilmu pengetahuan. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang membahas tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dalam pandangan al-Attas secara menyeluruh belum ditemukan. Sehingga, * Kuswanjono, Argom, Islamisasi Ilmu dan Hengilmuwan Islam (Studi Hemikiran AL-Attas dan Kuntowijoyo), research rehort from UGM, Yogyakarta, 2011. 7” Syamsudin, Maimun, Integrasi Multidimensi Agama dan Pengetahuan, Jogjakarta:IRCiSoD, h.46. % Ibid. h.46 Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib AUAttas) permasalahan yang diusung peneliti perlu untuk ditindaklanjuti dengan alasan-alasan yang sudah dijelaskan di latar belakang sebelumnya. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan kualitatif penelitian yaitu deskriptif-analitik. Jenis penelitian ini adalah kajian kepustakaan (library research) yang mengumpulkan data dari berbagai literatur dan kemudian menganalisisnya?9. 2. Sumber Data Sumber data yang berkaitan dengan penelitian ini dibagi menjadi dua: a. Sumber Data Primer Sumber data primer dalam penelitian ini berupa buku yang berkaitan dengan penelitian yang menjelaskan Islamisasi ilmu pengetahuan secara implisit. Buku itu berjudul Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam by Syed M. Naquib al-Attas. b. Sumber Data Sekunder ® Strauss, Anselm and Juliet Corbin, “Dasar-Dasar Penelitian Kuantitatif’, 1997, Surabaya: Bina IImu, h. 14 22 Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Sumber data sekunder adalah data yang mendukung penjelasan tentang kajian tema penelitian, Sumber data sekunder bersumber dari berbagai literature, jurnal, website yang membahas dengan jelas tentang Islamisasi ilmu pengetahuan. 3. Metode Analisis Data Metode penelitian ini adalah Content Analysis yang digunakan untuk menilai berbagai pernyataan dan memahami komponen-komponen konsepnya®®, Setelah data-data_tersebut dijelaskan, peneliti akan menganalisis pemikiran al-Attas mengenai bagaimana hubungan antara metafisika dan physics sebagai dasar ilmu pengetahuan. Kemudian, peneliti akan membahas epistemologi dari natural sciences dan terakhir mengkaji mengenai implementasi dari Islamisasi ilmu pengetahuan terutama natural sciences. Selanjutnya, data-data tersebut akan dianalisis secara detil, mendalam, dan kritis untuk dirangkum dalam kerangka penulisan yang runtut dan sistematis®'. Dari sinilah akan diperoleh hasil penelitian yang runtut, kritis, orisinil dan mendalam sesuai dengan tema pembahasan. G. Sistematika Penulisan © Stramel, James 8, “Cara Menulis Makalah Filsafat”, Translator: Agus Wahyudi, Yogyakarta: Hustaka Helajar, 2002, h. 47. *! Mahsun, “Metode Penelitian Bahasa: Tahahan Strategi, Metode dan Tekniknya”, Jakarta: Rajagrafindo Hersada, 2005, h. 74. 23 Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Penulis akan memberikan gambaran umum yang terdiri dari lima bab agar penelitian ini dipahami secara runtut. Bagian itu adalah: Pada bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan dari tema yang dibahas. Dengan begitu, pembaca akan mengerti maksud dan tujuan dari studi ini. Bab kedua merupakan langkah awal untuk membahas tentang kajian pemikiran Islamisasi ilmu pengetahuan. Pertama, penulis akan menerangkan model Islamisasi ilmu pengetahuan yang ditawarkan dari tokoh pemikir Muslim lain sebagai pembanding. Tokoh tersebut adalah Seyyed Hossein Nasr dan Ismail Raji al- Faruqi. Mengapa mereka? Karena tokoh-tokoh tersebut mewakili paradigmanya masing-masing dan dari sinilah akan terlihat perbedaan teori al-Attas. Kedua, penulis juga menerangkan tentang hubungan antara metafisika dan fisika (physics) sebagai dasar ilmu pengetahuan menurut al-Attas. Selain itu, dalam bab ini akan didiskusikan tentang konsep natural sciences dalam ranah epistemologinya. Bagaimana implementasi dari Islamisasi ilmu pengetahuan terutama natural sciences pun akan dijelaskan pada bagian terakhir. Setelah teori dijelaskan, sampailah pada bab ketiga yang berisi biografi Syed Muhammad Naquib al- Attas, karya-karyanya serta peran dari hasil pemikiran 24 Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) beliau dalam kehidupan. Hal ini dibutuhkan untuk melihat kontribusinya bagi kehidupan intelektual. Bab keempat adalah analisis dari permasalah yang berhubungan dengan isi penelitian yang telah disebutkan pada bab I, II, dan III. Bab kelima merupakan bagian terakhir dari penelitian yang berisi kesimpulan, saran dan penutup yang menjelaskan hasil dari penelitian. image not available image not available image not available Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Maka, dapat dikatakan bahwa sains merupakan kumpulan atau himpunan rasionalitas kolektif insani%’. Konsep ilmu dalam pandangan Barat dan Islam pun berbeda. Barat memandang ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) merupakan kelompok ilmu yang menjadikan fenomena alam sebagai objek kajiannya. Secara epistemologis, natural sciences telah dikaji oleh Imanuel Kant yang pada awalnya hanya mempertanyakan the conditions of possibility of knowledge (syarat-syarat kemungkinan pengetahuan). Melalui cara ini, Kant mencoba memeriksa validitas ilmu alam dan metafisika%*, Kant menjelaskan bahwa semua pengetahuan manusia terjadi karena adanya sisntesis antara unsur-unsur apriori (lepas dari pengalaman) dan aposteriori (berdasarkan pengalaman)3°. Kemudian ia membuat proses pengenalan yang sifatnya bertingkat, yakni tahap pengalaman inderawi, tahap akal budi (Verstand) dan tahap rasio (Vesnunft). Pada tahap pengetahuan inderawi, pengetahuan telah memiliki unsur apriori dan aposteriori. Unsur apriorinya adalah ruang dan waktu, sehingga objek yang diketahui secara empiris bukanlah benda pada dirinya sendiri, melainkan gejala dari benda itu sendiri. Gejala tersebut dapat diketahui karena adanya sintesis antara hal yang datang * Jalaludin, Filsafat IImu Pengetahuan, Jakarta:Rajawali Pers, 2013, h. 98 ® Bertens, K, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1981, h.60-62 ® Hadiwijono, Harun, Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta:Kanisius, 1991, h.67 image not available image not available image not available Istamisasi Iimu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) rasionalisme. Quraish Shihab membagi imu pengetahuan menjadi acquired knowledge dan perennial knowledge. Acquired knowledge adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari usaha manusia dengan pendekatan ilmiah, baik melalui riset, survei, pengalaman, eksperimen dan cara ilmiah lainnya. Sedangkan perennial knowledge didapatkan tanpa usaha manusia. Dalam pendekatan wahyu (al-Quran), acquired knowledge disebut dengan ‘ilm kasbi dan perennial knowledge disebut dengan ‘ilm laduni**. Sedangkan dalam pandangan Barat, ada dua sumber utama yakni pengetahuan yang berasal dari pertimbangan rasio (deduksi atau akal) dan pengetahuan yang dihasilkan melalui pengalaman (empiris dan induksi)#©. Amsal Bakhtiar menuliskan terdapat_empat — sumber pengetahuan. Pertama adalah empirisme, yang artinya pengetahuan diperoleh dari pengalaman menggunakan inderawinya. Dengan memakai metode induktif akan diperoleh §pengetahuan secara umum melalui pengamatan terhadap gejala fisik yang bersifat individual*’. Sumber kedua_ yaitu rasionalisme yang menyatakan bahwa akal merupakan dasar kepastian pengetahuan. Melalui akal manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Paham ini tidak menolak penggunaan pengalaman inderawi. Panca indera berfungsi untuk memperoleh data-data dari Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur'an:Tafsir Maudhu'l atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung:Mizan, 1996, h.435-436 * A. Susanto, Filsafat Imu:suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Akiologis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011,h.186 * Suriasumantri, Jujun. S. Filsafat IImu sebuah Pengantar Populer, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1996, h.52 33 image not available image not available image not available a You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) periode ini, rasio manusia lebih condong digunakan dalam pergolakan kultural perkembangan ilmu pengetahuan. Terjadilah perpecahan ilmu pengetahuan yang bersifat revolusioner yang kemudian berkembang ke arah kesadaran akan kesatuan kemajemukan yang menjadi ciri khas zaman kontemporer®°. 1. Zaman Yunani Kuno (600 SM-200 SM} Pada masa ini, manusia mencari pengetahuan alam semesta melalui mitologi yang kemudian berubah menjadi sikap an inquiring attitude (sikap yang gemar menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap inilah yang membuat manusia memiliki kebebasan berpikir dan mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya serta cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan. Sejalan dengan kesadaran rasional ini, akhirnya memunculkan logika dan asas pertentangan, kesimpulan didasarkan pada logika benar dan salah®!. Plato (427-347 SM) menjelaskan tentang pengetahuan yang benar berasal dari kontemplasi kebenaran melalui metode dialektik yang terdiri dari pemahaman tentang hal-hal khusus yang terpisah dalam suatu ide dan dalam bagian ide ke proses generalisasi dan klasifikasi. Plato pun menerangkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan ® Watloly, Aholiab, Tanggung Jawab Pengetahuan: Mempertimbangkan Epistemologi secara Kultural, Yogyakarta:Pustaka Filsafat, 2001, h.57 ® Jalaludin, Filsafat Imu Pengetahuan, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, h.22 40 image not available image not available image not available Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Para pemikir Renaisans menggagas sebuah pemikiran tentang emansipasi yang berarti lepasnya ketergantungan manusia terhadap dogma agama serta rasa takut akan hal-hal tabu. Karena itu, pencerahan juga mendorong proses sekularisasi, yakni dibebaskannya bidang-bidang kemasyarakatan dari simbol-simbol keagamaan7!, Ilmu pengetahuan yang paling berkembang cepat pada masa ini adalah astronomi dan ilmu alam, Roger Bacon mengatakan bahwa pengalaman empiris menjadi landasan utama bagi awal dan akhir semua ilmu pengetahuan”’. Ilmu pengetahuan menurut Bacon adalah penelitian yang bersifat empiris (indrawi) dan dapat menguji kebenaran™. Knowledge is power merupakan semboyan Bacon yang berarti, melalui pengetahuan inderawi, manusia bisa menguasai segalanya. Karena pengetahuan empiris bersifat fungsional dan dapat digunakan untuk memajukan kehidupan manusia. Sedangkan kuasa diartikan sebagai kuasa atas alam. Dasar ilmu pengetahuan, menurut Bacon terdiri dari tiga kemampuan, yaitu ingatan (memoria), daya khayal (imagination) dan akal (ratio)’*. Para filsuf Perancis memberikan reaksi kritis secara intelektual tampil dalam bentuk materialisme ” Tbid., h.98 ” Watloly, Aholiab, Tanggung Jawab Pengetahuan:Mempertimbangkan Epistemologi secara Kultural, Yogyakarta:Pustaka Filsafat, 2007, h.68 ® Hardiman, F. Budi, Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche), Jakarta:Penerbit Erlangga, 2011, h.25 ™ § J, Verhaak dan Imam, Haryono, Filsafat IImu Pengetahuan, Jakarta:Gramedia, 1989, h. 139 44 image not available image not available image not available a You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Islamisasi mu Pengetahuan (Studi Kritis Pemikiran Syed M. Naquib ALAttas) Ciri zaman kontemporer lainnya yakni majunya peradaban serta teknologi sebagai pemanfaatan ilmu pengetahuan. Namun, dibalik majunya teknologi, arus industrialisasi menjadi faktor tunggal dalam zaman ini. Akibatnya, didapatkan situasi peradaban yang majemuk dan kemudian melanda dunia kemanusiaan secara holistik. Inilah arah evolusi sejarah kontemporer. Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, arah masa depan yang dirancang mungkin akan ‘merelatifkan’ dan menggilas _ nilai-nilai, moralitas, spiritualitas, etika, serta hak-hak asasi manusia!°!. Selain itu, munculnya gerakan New Left yang dimotori oleh Herbet Marcus (1898-1979) dan neo-Marxisme yang dipelopori Jurgen Habermas, memicu tumbuhnya pengetahuan yang bersifat ideologis. Gerakan New Left menginginkan perubahan tanpa adanya refleksi teoritik dan ia bersifat anti-kemapanan. Sedangkan Neo-Marxisme lebih bersifat kritis, baik terhadap komunisme, kapitalisme maupun sosialisme yang sudah teroganisir. Dari fenomena inilah, perlu adanya penataan epistemologi secara mendasar untuk memperbaiki kekacauan pemikiran dan fungsi dari ilmu, teologi, filsafat serta ideologi. Timbullah pemikiran untuk membicarakan komunikasi antar imu dan ___ pendekatan _—serta. ~—penataan interdisipliner', ‘0! Watloly, Aholiab, Tanggung Jawab Pengetahuan:Mempertimbangkan Epistemologi secara Kultural, Yogyakarta: Pustaka Filsafat, 2007, h.107 ' Watloly, Aholiab, Tanggung Jawab Pengetahuan:Mempertimbangkan Epistemologi secara Kultural, Yogyakarta: Pustaka Filsafat, 2007, h.108 54

You might also like