Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 1
= Masa Kecit v1 Parerare S kecamatan Palanro Kabupaten Barru sekarang, sebagai tempat pengungsian. Di desa itu mengalir sebuah kali, dan di sanalah B,J. Habibie menghabiskan waktunya berenang dan memandikan kuda sambil bertelanjang dada tak peduli oleh guyuran hujan. Sebagai anak Adjunt Landbouw Consulent yang membawahi beberapa dinas-dinas Pertanian Onder Afdeling, B.J. Habibie disayangi oleh Mantri-mantri Pertanian Wilayah. Dalam turnei ayahnya ia sering diikutkan ke Pangkajene, Pinrang dan Barru. Waktu pengungsian tahun 1942 itulah, B.J. Habibie jacuh sakit, penyakitnya cukup berat. Pada saat itu Alwi Abdul Jalil Habibie mengenal baik A. Haruna Daeng Rombo, yang menjabat sebagai mantri pertanian di Barru. Dengan perantaraan Haruna Daeng Rombo ayah B.J. Habibie bertamu ke rumah Raja dan diperkenalkan dengan Raja Bau Djondjo Kalimullah KaraEngta Lembang Parang Arung Barru untuk mengobati penyakit B.J. Habibie yang tidak kunjung sembuh. Di sana B.J. Habibie diberi air yang sudah dijampi oleh raja. Berkat rahmat Tuhan ia sembuh.’ Ada kepercayaan orang Bugis, kalau seorang anak laki-laki dengan wajah mirip ayahnya, maka anak itu akan membawa musibah terhadap sang ayah. Artinya kalau tidak ayahnya meninggal, maka sebaliknya anaknyalah yang meninggal, atau berpisah tempat. Kebalikannya kalau anak wanita wajahnya mirip dengan wajah ayahnya, maka menurut kepercayaan dan tradisi orang Bugis-Makassar, konon anak itu akan membawa rezeki. Bethubung wajah B.J. Habibie sangat mirip dengan ayahnya, maka menurut kepercayaan dan tradisi Bugis-Makassar, anak itu harus dijual secara simbolis. B.J. Habibie dibeli oleh Raja Barru dengan sebilah keris. Adapun Bau Djondjo adalah putra Raja Gowa, Mahmoed Karaeng Baroanging.*[] 7Solichin Salam, Mutiara dari Timur, PT. Intermasa, 1986, hal. 65-76. ® Wawancara dengan A. Fatimah Perta Asih di Barru, 1986. at 29 we.

You might also like