Professional Documents
Culture Documents
WWF TELU Booklet
WWF TELU Booklet
WWF TELU Booklet
The Harmony of
GOD
MAN
AND NATURE
Contents
Daftar Isi
12
32
It
wa s 7 a . m . Ra i , 42 , c l e a n e d Waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi. Rai (42)
irrigation canals for his rice fields. tampak sibuk membersihkan saluran irigasi
“Each member of the Subak yang mengalirkan air ke sawahnya. “Dengan
sys te m h a s b ot h r i g h t s a n d sistem subak, setiap anggota memiliki hak dan
responsibilities. For instance, I kewajiban. Contohnya, saya bertanggung jawab
am in charge of ensuring that the atas kebersihan saluran irigasi yang mengarah
canal used to irrigate my rice field is clean.,” ke sawah yang saya miliki,” ungkap pria yang
said the man, whose full name is Wayan Rai memiliki nama lengkap I Wayan Rai Adiwinata itu.
Adiwinata. In addition to being a farmer, he Selain berprofesi sebagai petani, ia juga mencari
earns additional income by working as a tour tambahan penghasilan dengan bekerja sebagai
guide in the Jatiluwih terraced rice field of pemandu wisata di area sawah terasering
Tabanan Regency in Bali. Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali.
Jatiluwih Village is a well-known tourist Desa Jatiluwih merupakan salah satu daerah
destination, both for local and foreign visitors. tujuan wisata yang populer di kalangan wisatawan
The stunning terraced rice fields, set against lokal maupun mancanegara. Keindahan sawah
Mount Batukaru’s backdrop, are the tourists’ terasering dengan latar Gunung Batukaru menjadi
main draw. According to the Tabanan Regency daya tarik utama bagi para wisatawan. Sesuai
Tourism Office, it is predicted that Jatiluwih will data di Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan,
receive 403,002 visitors in 2023. daerah tujuan wisata Jatiluwih dikunjungi oleh
403.002 wisatawan selama tahun 2023.
Jatiluwih Village is an amazing place located in Desa Jatiluwih memiliki luas 22,33 km², terletak
Penebel District, Tabanan Regency. It’s spread di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
across an area of 22.33 km2 and is only 47 km Desa ini berjarak 47 km dari Kota Denpasar,
away from Denpasar City, 26 km from Tabanan 26 km dari Kota Tabanan, dan 13 km dari
City, and 13 km from the sub-district government pusat pemerintahan kecamatan. Terkenal akan
center. The natural beauty of this place is just out keindahan alamnya, pemandangan sawah
of this world, especially the terraced rice fields set berundak-undak dengan latar belakang Gunung
against the stunning backdrop of Mount Batukaru. Batukaru menarik wisatawan untuk berkunjung.
People from all over the world visit here to take in
the mesmerizing views. Meski sektor pariwisata terus berkembang,
pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama
Although Jatiluwih Village’s tourism sector is
di Desa Jatiluwih. Dengan jumlah penduduk
growing, agriculture remains the main economic
2.885 jiwa, sekitar 90% penduduknya memiliki
activity. With a population of 2,885, approximately
profesi sebagai petani.
90% of the residents work as farmers.
Dalam kunjungannya ke Desa Jatiluwih
During his visit to Jatiluwih Village on May 3rd,
(3/5/2024), Menparekraf Sandiaga Uno
2024, Minister of Tourism and Creative Economy,
menyebutkan bahwa Subak Jatiluwih ditetapkan
Sandiaga Uno, mentioned that UNESCO
designated Subak Jatiluwih as a World Cultural oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia
Heritage Site in 2012. pada 2012.
2
Subak is the sustainable and democratic Subak adalah yaitu tata kelola sumber daya
management of water resources for agriculture air untuk pertanian di Bali yang berkelanjutan
in Bali (Roth & Sedana, 2015). Subak reflects the dan demokratis (Roth & Sedana, 2015). Subak
philosophy of Tri Hita Karana. Tri Hita Karana mencerminkan filosofi Tri Hita Karana. Tri Hita
means three causes of happiness, namely, the Karana bermakna tiga penyebab kebahagiaan,
harmonious relationship between man and God yaitu terjalinnya hubungan harmonis antara
(parhyangan), man with man (pawongan), and manusia dengan Tuhan (parhyangan), sesama
man with the environment (palemahan) (Roth & manusia (pawongan), dan manusia dengan
Sedana, 2015). A subversive system that applies lingkungan alam (palemahan) (Roth & Sedana,
democratic and egalitarian farming practices 2015). Sistem subak yang menerapkan
enables the Bali people to become Nusantara’s praktik pertanian demokratis dxan egaliter
most productive peasant farmers memungkinkan masyarakat Bali menjadi petani
padi paling produktif di Nusantara.
V
olcanoes dominate the Bali landscape Deretan gunung berapi mendominasi lanskap
and provide fertile soil. Mixed with a Bali dan menyediakan tanah subur. Dipadukan
wet tropical climate, all of that makes d e n g a n i k l i m t ro p i s b a s a h , s e m u a i t u
Dewata Island an ideal place to plant menjadikan Pulau Dewata sebagai tempat ideal
crops. Water from the river is drained untuk bercocok tanam. Air dari sungai dialirkan
into the canals to irrigate the valley. This enables ke kanal-kanal untuk mengairi sawah. Hal ini
the power of the paddy to be carried out both on memungkinkan budi daya padi dilakukan baik
the flat land and on the mountain terrace. di lahan datar maupun di teras pegunungan.
Water resources should be managed with fairness, Sumber daya air harus dikelola dengan
transparency, cooperation, and balance and prinsip-prinsip keadilan, keterbukaan, harmoni
distributed based on the needs of the community. dan kebersamaan, didistribusikan sesuai
Subak, which is a traditional Balinese irrigation dengan kepentingan masyarakat. “Subak
system, was created to address the need for terbentuk karena ada kebutuhan petani Bali
water among Balinese farmers. The system allows terhadap sumber air. Ada keinginan untuk
farmers to coordinate the use of water resources mengoordinasikan penggunaan sumber
to irrigate their rice fields. This was explained by air guna mengairi sawah,” tutur Prof. Dr. Ir. I
Prof. Dr. Ir. I Ketut Suamba, M.P., a lecturer at the Ketut Suamba, M.P., dosen Fakultas Pertanian
Faculty of Agriculture, Udayana University, Bali. Universitas Udayana, Bali.
People in Bali have been farming rice fields and Kegiatan bertani di lahan sawah dan tegalan
moors since way back in 882 AD. There’s an untuk memenuhi kebutuhan pangan telah
inscription called Sukawana A1 that’s the oldest dilakukan di Bali sejak tahun 882 Masehi. Hal itu
one in Bali, and it has the word “huma” in it, which ditunjukkan dengan ditemukannya kata “huma”
means rice field. So, we know that folks in Bali have yang berarti sawah dalam prasasti tertua di Bali,
been farming for a long time to get their food. yaitu Prasasti Sukawana A1 (Purwita, 1993: 42).
It is believed that the earliest known written Sedangkan catatan tertulis mengenai usaha-
records of attempts to measure rice fields usaha mengukur sawah baru diketahui pada
date back to the 11th century AD, specifically abad ke-11 Masehi dalam Prasasti Klungkung.
in the Klungkung Inscription. In 1072 AD, King Dalam Prasasti peninggalan Raja Anak
Anak Wungsu left an inscription that read, Wungsu pada tahun 1072 Masehi itu tertulis,
“mmasukatang huma di kadandan di errara di “…. masukatang huma di kadandan di errara di
kasuwakan rawas.” This can be translated to kasuwakan rawas.” Kata-kata dalam prasasti
“measuring rice fields in Kadandan on Yeh Aa tersebut dapat diartikan sebagai berikut: “….
in Subak Rawas.” (Callenfels, 1926, in Purwita, mengukur sawah di Kadandan pada Yeh Aa
1993: 41). dalam Subak Rawas.” (Callenfels, 1926 dalam
Purwita, 1993: 41)
6
Volcanoes dominate the Bali
landscape and provide fertile soil.
Mixed with a wet tropical climate,
all of that makes Dewata Island an
ideal place to plant crops.
Subak is a term that comes from kasuwakan, Kata subak sendiri merupakan istilah baru yang
an ancient word first mentioned in the 1071 AD kemungkinan besar berasal dari kata yang lebih
Pandak Badung Inscription. kuno, yaitu kasuwakan. Kata ini pertama kali
disebutkan dalam Prasasti Pandak Badung yang
The Trunyan A. Inscription contains insights
berangka tahun 1071 Masehi.
into the structure of Subak. It features the
term “serdanu,” which may refer to the person Keterangan mengenai pengorganisasian
responsible for overseeing lake water affairs. subak baru diketahui salah satunya dari
The term “pekaseh” refers to the individual Prasasti Trunyan A. Di dalam prasasti tersebut
in charge of managing the allocation and terdapat kata serdanu yang mungkin berarti
dissemination of water for rice cultivation within kepala urusan air danau. Jika artinya memang
a designated subak region in Bali. demikian, kata ser yang berarti penghulu atau
pemimpin itu kemudian berkembang menjadi
Historical sources reveal that the origin of
kata pekaseh. Pakaseh mengacu pada orang
Subak can be traced back to Bali in 1343. At
yang bertugas mengatur penggunaan dan
that time, an official known as Sedahan was
pembagian air untuk sawah-sawah dalam suatu
appointed with the responsibility of organizing
wilayah subak di Bali.
several Subak. The Sedahan’s duties included
managing the collection of three agricultural Mengenai asal-usul subak terdapat juga
taxes. This information is documented in pada sumber lain yang memberi informasi
Negarakertagama. yang cukup jelas. Dalam Negarakertagama
disebutkan bahwa sejak tahun 1343 di Bali 7
It can be deduced from ancient records that
diangkat seorang asedahan yang bertugas
the Balinese people have been implementing
mengorganisasikan beberapa subak. Pejabat
traditional water management systems for
ini yang sekarang disebut dengan sedahan
thousands of years.
mendapat kepercayaan untuk mengurus
pungutan tigasana atau pajak pertanian.
Dari catatan-catatan kuno tersebut dapat
disimpulkan jika masyarakat Bali telah mengenal
sistem pengelolaan air tradisional sejak ribuan
tahun lalu.
8
Application of Penerapan Tri Hita Karana
Tri Hita Karana dalam Sistem Subak
in the Subak
System
B
ali is a stunning Indonesian island Bali adalah sebuah pulau di Indonesia yang
noted for its breathtaking landscapes terkenal dengan keindahan bentang alam
and distinct cultural traditions. Balinese dan keunikan budayanya. Secara tradisional,
society has traditionally been agrarian, masyarakat Bali adalah masyarakat agraris.
with farmers and fishermen being the Sebagian besar masyarakat Bali bermata
majority of the population. This is owing to the pencaharian sebagai petani dan nelayan. Ini
fertile volcanic soil created by active volcanoes, karena lahan di Bali sangat subur dengan tanah
which allows for grain and fish cultivation in the vulkanis dari gunung berapi aktif. Keadaan alam
area. Environmental factors significantly influence sekitar sangat memengaruhi moda kehidupan
the Balinese way of life (Zhang, 2019). masyarakat (Zhang, 2019).
The Balinese community depends heavily on Masyarakat Bali sangat bergantung hidupnya
agriculture for their livelihood. This has led to the dari hasil bumi. Ketergantungan ini pun
development of cultural and philosophical beliefs mendorong berkembangnya berbagai nilai
aimed at preserving the balance between humans filosofi budaya yang bertujuan untuk menjaga
and nature. The Tri Hita Karana philosophy is a keharmonisan hubungan manusia dan alam
notable example, emphasizing the importance of a (Tarigan et al., 2013). Salah satunya adalah
harmonious relationship between humans, nature, filosofi Tri Hita Karana.
and the divine realm.
Tri Hita Karana refers to three sources of Tri Hita Karana diartikan sebagai tiga penyebab
happiness: the formation of a harmonious kebahagiaan, yaitu terjalinnya hubungan harmonis
relationship between humans and God antara manusia dengan Tuhan (parhyangan),
(parhyangan), other humans (pawongan), and sesama manusia (pawongan), dan manusia
humans and the natural world (palemahan). This dengan lingkungan alam (palemahan). Filosofi
philosophy is the Balinese people’s fundamental ini merupakan filosofi budaya asli masyarakat
cultural philosophy, passed down through Bali yang diwariskan secara turun-temurun.
generations. The majority of Balinese people Masyarakat Bali mayoritas memeluk agama Hindu
profess Hinduism; therefore, its teachings are sehingga ajaran agama ini juga terjalin kuat dalam
deeply ingrained in rituals. praktik adat istiadat.
The value of Tri Hita Karana has become an Nilai Tri Hita Karana menjadi bagian yang tak
inseparable and fundamental part of Balinese. terpisahkan dan mendasar bagi masyarakat
The three elements of Tri Hita Karana are mutually Bali. Ketiga unsur Tri Hita Karana saling
sustainable, so they cannot be separated both in berkesinambungan sehingga tidak dapat
their meaning and implementation in a lively hood. dipisahkan baik dalam pemaknaan maupun
implementasinya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Robert M.Z. Lawang states in the book Social
Change in Rural Bali: Duality, Indigenous Robert M.Z. Lawang dalam buku Perubahan Sosial
Awakening, and Local Democracy that the di Pedesaan Bali: Dualitas, Kebangkitan Adat,
essence of Tri Hita Karana is about happiness dan Demokrasi Lokal menyebutkan bahwa inti
10 and harmony. Balinese Hindus only feel happiness dari Tri Hita Karana adalah tentang kebahagiaan
if their relationship with God, nature, and fellow dan keharmonisan. Masyarakat Hindu Bali baru
humans is harmonious. This philosophy becomes merasakan kebahagiaan jika hubungannya
the local identity of the Balinese people, which is dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia
built on two main pillars, namely God and nature. berlangsung harmonis. Filosofi ini menjadi identitas
lokal masyarakat Bali yang dibangun atas dua pilar
The application of the Tri Hita Karana philosophyis
utama, yaitu Tuhan dan alam.
also evident in the practice of Subak. The
agricultural sector in Bali needs a lot of water for Penerapan filosofi Tri Hita Karana juga tampak
the irrigation of rice fields. The Subak organization jelas dalam praktik subak. Sektor pertanian
clearly shows how harmonious relationships di Bali banyak membutuhkan air untuk irigasi
between people, as the embodiment of Tri Hita sawah. Organisasi subak dengan jelas
Karana, can be best implemented. In addition, in menunjukkan bagaimana hubungan selaras
Subak, it is also implied that humans must be able antar manusia, sebagai perwujudan dari
to adapt to God, fellow humans, and nature. Tri Hita Karana, dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya. Selain itu, di dalam subak juga tersirat
bagaimana manusia harus mampu beradaptasi
dengan Tuhan, sesama manusia dan alam.
11
Subak as a Subak sebagai Manifestasi
Manifestation of Tri Hita Karana
Tri Hita Karana
In
managing water resources for Dalam tata kelola sumber daya air untuk
agriculture, Balinese people reflect pertanian, masyarakat Bali berefleksi pada
on the value of Tri Hita Karana. The nilai Tri Hita Karana. Penghayatan nilai Tri Hita
appreciation of the value of Tri Hita Karana memengaruhi persepsi masyarakat Bali
Karana influences the perception of terhadap sumber daya air karena dianggap
Balinese people towards water resources because sebagai elemen penyucian dan pemurnian. Air
12
it is considered an element of purification. Water selalu dihormati, dihargai, dan bahkan menjadi
has always been respected, appreciated, and bahan penting dalam tiap upacara keagamaan.
even an important ingredient in every religious
Dalam kehidupan sehari-hari, air dianggap
ceremony.
sumber kehidupan bagi masyarakat Bali yang
In everyday life, water is considered the agraris. Oleh karena itu, pengelolaan sumber air
source of life for the agrarian Balinese diserahkan pada institusi berwenang. Institusi
people. Therefore, the management of water yang dimaksud dapat berupa institusi formal,
resources is handed over to authorized seperti subak dan instansi pemerintah, maupun
institutions. The institution in question can informal, seperti kelompok masyarakat adat.
be in the form of formal institutions, such as
Institusi kemudian mengembangkan aturan
Subak and government agencies, or informal,
demi mewujudkan pemanfaatan air yang
such as indigenous groups.
adil dan pemeliharaan sumber air secara
Subsequently, the organization created berkelanjutan. Masyarakat Bali menciptakan
regulations to ensure equitable water usage sendiri berbagai aturan adat (awig-awig) untuk
and the long-term preservation of water mencapai keharmonisan sesuai filosofi Tri
reserves. The Balinese develop their own Hita Karana. Awig-awig adalah struktur bagi
set of customs, known as “awig-awig,” to sistem sosial Bali yang mengontrol perilaku
maintain peace and adhere to the Tri Hita masyarakat agar senantiasa menjaga kesucian
Karana philosophy. Furthermore, awig-awig pura dan tempat sakral lainnya. Selain itu, awig-
controls the sustainability of the natural awig juga mengatur soal kelestarian alam.
world. As demonstrated by the subordinate Aturan adat ini juga menjadi landasan bagi kerja
system, mutual collaboration among societies sama antar masyarakat seperti yang terlihat
is likewise based on this conventional rule. dalam sistem subak.
Pelinggih used for worship God. Located
at the edge of the rice field, usually at the
entrance of the water into the field.
13
32
L
and conversion is one of the threats Alih fungsi lahan menjadi salah satu ancaman
to Subak’s sustainability. For example, bagi kelestarian subak. Misalnya alih fungsi yang
land conversion has occurred mostly terjadi sebagian besar di Kecamatan Kuta Utara,
in North Kuta, Mengwi, and Abiansemal Mengwi, dan Abiansemal (Pemkab Badung,
sub-districts (Pemkab Badung, 2017). 2017). Lahan yang berubah fungsi menjadi lahan
The conversion of land into built-up land terbangun sebagian besar berupa daerah terbuka
primarily takes the form of green open areas, hijau, sawah, dan tegalan (perkebunan). Sebagian
rice fields, and moorland (plantations). Some alih fungsi lahan juga terjadi di daerah hutan dan
land conversion also occurred in forest and sempadan sungai. Menurut laporan Pemkab
riparian areas. According to the Badung Regency Badung, alih fungsi lahan sawah di Badung sekitar
Government report, the conversion of rice fields 70 Ha per tahun.
in Badung is around 70 hectares per year. Untuk mengatasi masalah alih fungsi lahan,
Several regulations were developed to handle berbagai aturan dibuat. “Misalnya dalam awig-
the issue of land conversion. “For example, awig Subak Jatiluwih, ditambahkan larangan untuk
in Subak Jatiluwih, awig-awig added a ban on menjual lahan pertanian,” Mustra menjelaskan.
selling agricultural land,” Mustra said. Mustra also Sebagai pekaseh, Mustra juga berharap kerja
hoped that the government would participate sama pemerintah soal penjualan dan alih fungsi
in the land sale and transfer. “If there is a ban lahan ini. “Bila ada larangan mendirikan bangunan
on building buildings in the basement for sub- di persawahan bagi para anggota subak, maka
members, then the government should not build pemerintah pun sebaiknya tidak membangun di
there,” he said. sana,” tambahnya.
In addition to settlements,
rice fields serve both
tourist and economic
purposes.
33
In addition to settlements, rice fields serve Selain untuk permukiman, lahan sawah juga
both tourist and economic purposes. Prof. beralih fungsi untuk kebutuhan pariwisata
Suamba voiced his hope: “Although some Bali serta komersial. Prof. Suamba mengungkapkan
residents sell their land, they now regret losing harapannya, “Meski sebagian masyarakat Bali
their forefathers’ inheritance. So, I hope this menjual lahan sawahnya, kini muncul penyesalan
prevents future land transactions.” karena menjual peninggalan leluhur. Jadi, saya
berharap hal ini dapat mencegah alih fungsi
Meanwhile, the Subak Lestari initiative, which
lahan di masa depan.”
began in 2016, works to preserve Subak.
This initiative focuses on a number of subaks Sementara terkait pelestarian subak, ada
in Tabanan, which is one of the districts program Subak Lestari yang dimulai pada
with huge tracts of agricultural land. Subak tahun 2016. Program ini menyasar sejumlah
members receive training and are offered subak di Tabanan yang menjadi salah satu
many benefits, including increased rice selling kabupaten dengan lahan produktif yang masih
prices and tax exemptions. According to Prof. luas. Anggota subak dibina dan diberikan
Suamba, the Subak Lestari program is still beberapa kemudahan, seperti harga jual
active today. He believes that the subaks he padi yang lebih tinggi dan dibebaskan dari
builds will serve as an example for others on pembayaran pajak. Menurut Prof. Suamba,
the Island of the Gods. program Subak Lestari ini masih berjalan
hingga kini. Ia berharap jika subak-subak
binaan itu bisa menjadi contoh bagi subak-
subak lainnya di Pulau Dewata.
Preserving Subak
The continuity of the Subak system has
faced challenges, particularly over the
last 30 years. Various issues, such as
land use changes, social and economic
transformations, and climate change,
have been identified as factors leading
to the disappearance of some Subak
organizations in urban areas. However,
efforts have been made by various
parties, including Subak members, the
government, educational institutions,
and non-governmental organizations. It
is hoped that through the World Water
Forum 2024, Subak will inspire the world
in the stewardship of water.
Settlements
Rice fields