MODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
BAB 7. PENGENALAN FERMENTOR
Fermenter merupakan suatu peralatan yang menjaga kondisi optimal untuk
pertumbuth:
‘an mikroorganisme, digunakan dalam fermentasi skala besar.
7-1 Fungsi Dasar Fermenter untuk Kultur Sel Mikroba dan Binatang
Fungsi utama fermenter adalah untuk memberikan lingkungan yang terkontrol
bagi pertumbuhan mikroorganisme atau sel hewan sehingga dapat mencapai produk
yang diinginkan, Terdapat beberapa hal yang harus
erhatikan dalam merancang
dan membangun fermenter, yaitu:
a. Vessel: mampu dioperasikan secara aseptik selama beberapa hari, dapat
diandalkan untuk pengoperasian jangka panjang dan memenuhi
kebutuhan peraturan penahanan
b. Aerasi dan agitasi: memadai untuk memenuhi kebutuhan metanbolisme
dan mit
roorganisme, Mixing tidak membuat kerusakan pada organisme
Konsumsi daya: memakai daya sekecil mungkin
4. Sistem kontrol suhu: tersedia dengan baik
€. Sistem kontrol pH: tersedia dengan baik
f. Fasilitas pengambilan sampel: tersedia
8 Kehilangan evaporasi: dari fermenter tidak berlebihan
h. Desain vessel: sesuai dengan penggunaan minimal tenaga kerja pada
operasi, pemanenan, pembersihan, dan pemeliharaan.
i, Vessel ideal: sesuai lingkup proses, walau terbatas pada regulasi
penahanan
Konstruksi vessel: memastikan permukaan dalam halus, sebaiknya
menggunakan pengelasan daripada sambungan api
k. Geometri vessel: serupa baik ukuran lebih kecil maupun lebih besar pada
pilot plant maupun plant untuk memfasilitasi scale-up
1. Material: digunakan yang termurah yang mampu memberikan hasil
memuaskan
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
1m, Peralatan: sesuai untuk persediaan pada individual plant
Poin paling kritis kemungkinan terdapat pada 2 poin pertama. Dari poin-poin
i atas terlihat jelas bahwa desain fermenter akan melibatkan kooperasi ahi
mikrobiologi, biokimia,teknik kima, teknik mesin dan ekonom. Dalam literatur
terdapat beberapa desain fermenter yang dijelaskan, tapi hanya sedikit yang terbukti
memuaskan untuk fermentasi aerobic secara industri. Fermenter berbasis silinder
tegak strirred dengan semprotan aerasi adalah yang paling umum digunakan. Dengan
lingkup ukuran satu dm? hingga ribuan dm? dapat digunakan untuk vessel jenis ini
Gambar 7.1 dan 7.2 merupak diagram dari jenis fermenter teragitasi dan teraerasi
mekanis dengan satu dan tiga multi-bilah,
‘Aseptic
Inoeulstion
pine
Stier
shaft
at
cone
=.
Steril sir
Tine
Air
sparger —p—
Gambar 7.1 Diagram fermenter dengan impeller satu multi-bladed
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
Sune
J 2a
7
t
tH]
+
~onin
paint
-—o—_+1
Gambar 7.2 Diag
‘am fermenter dengan impeller tiga multi-bladed
7.2 Operasi Aerasi Dan Penahanan
Operasi aerasi melibatkan perlindungan melawan kontaminasi dengan konsep yang
ditentukan dipahami secara baik pada industri fermentasi. Dalam penahanan
melibatkan pencegahan sel viable keluar dari fermenter atau peralatan h
Keseluruhan proses harus dilakukan secara hati-hati karena terdapat potensi bahaya
yang dapat terjadi menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu, tingkat kesesuaian
penahan dibutuhkan untuk menumbuhkan mikroorganisme, Perbedaan prosedur
asesmen digunakan tergantung pada kandungan asing DNA (direkayasa secara
genctik). Prosedur yang diadopsi pada European Community ditunjukkan datam
gambar 7.3. Beberapa kriteria yang diberikan Collins (1992) untuk mengelompokkan
bahaya oleh organisme rekayasa non-genetik, yaitu:
+ Pengetahuan patogenetik dari mikroorganisme
- Keracunan atau level patogenetik mikroorganisme tergolong menengah atau
serius
+ Jumlah
‘ganisme dibutuhkan untuk menginisiasi infeksi
~ Pengetahuan insiden insfeksi pada komunitas dan kehadiran secara local dari
vector dan potensial berkebalikan
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
~ Jumlah volume organisme digunakan pada proses fermentasi
+ Teknik atau prosedur yang digunakan
+ Kemudahan profilaksis dan perawatan,
orisas cara keseluri
Tingkat penahan dapat dicapai dari desain tertentu fermenter dan peralatan
terkait. Diperlukan untuk mempertimbangkan prosedur yang digunakan,
pelatihan staf, fasilitas laboratorium dan pabrik, proses hilir, perawatan effluent,
latihan kerja, perawatan, dan lainnya schingga mendapat tingkat spesifik
Penahanan standar, Hal tersebut akan dibutuhkan untuk memastikan semua
aspek cukup memenuhi standar tinggi tingkat penahan sesuai dengan proses
tertentu oleh badan regulasi pemerintah. Jika kriteria ini diperoleh, maka dapat
dijalankan.
7.3 Konstruksi body
Material konstruksi
royesCrunars
|
‘ aor 0 oe
nse
Gambar 7.3 Kategorisasi proses mikroorganisme dengan level kesesuaian
penahan pada riset atau situs industry dengan European Federation of
Biotechnology (GILSP=Good Industrial Large Scale Practices)
Pada fermentasi dengan kebutuhan aseptik ketat sangat penting untuk memilil.
material yang dapat berjalan berulang pada siklus sterilisasi steam. Pada skala kecil
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
(1 sampai 30 dm?) sangan memungkinkan untuk menggunakan kaca dan/atau
stainless steel. Kaca sangat berguna karena memberikan permukaan halus, tidak
beracun, tahan korosi dan biasanya mudah untuk menguji interior vessel. Terdapat
dua tipe dasar fermenter yang digunakan, yaitu :
Vessel kaca dengan bawah vessel bulat atau datar dan pelat pembawa
Mensa atas. Seluruh vessel pada tipe ini harus disterilisasi dengan autoklaf.
Silinder kaca dengan atas stainles stee! dan pelat bawah. Vessel dengan dua
pelat stainless steel kisaran biaya 50% lebih mahal disbanding dengan
pelat atas,
Kontrol Suhu.
Desain dan konstruksi fermenter secara normal harus terdapat ketentuan yanag
memadai untuk kontrol suhu yang akan mempengaruhi desain body vessel. Panas
akan memproduksi aktivitas microbial dan agitasi mekanik. Jika panas tergenerasi
dengan dua proses tersebut menjadi tidak ideal untuk proses manufaktur tertentu
kemudian panas mungkin akan ditambahkan, atau dipindahkan dari system. Pada
skala laboratorium, sedikit panas scara normal tergenerasi dan panas tambahan
harus disediakan dengan meletakan fermenter pada bak terkontrol secara
termostatik, atau dengan menggunakan gulungan panas internal atau jaket
pemanas melalui air tersirkulasi atau jaket pemanas silikon,
Hal penting memastikan factor kombinasi untuk proses spesifik sehingga
diperoleh estimasi akurat untuk kebutuhan _ pemanasan/pendinginan.
Keseimbangan energy keseluruhan untuk fermenter selama pengoperasian
normal adalah :
Qmet + Qag + Qgas = Qace + Qexch + Qevap + Qsen
Dimana
Qmec = laju generasi panas karena metabolisme mikroba
Qag = laju generasi panas karena agitasi mekanik
Qeas = laju generasi panas karena daya masuk aerasi
Que = laju akumulasi panas oleh sistem
Qewn = laju perpindahan panas ke lingkungan dan/atau pwnukar panas
—{ 7 }——_____
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAST
orasi
Qevap = laju kehilangan panas oleh eva
Quen =laju kenaikan entalpi sensible oleh aliran (exit-inlet)
7.4 Aerasi dan Agitasi
kan mikroorganisme dalam kultur
Tujuan utama aerasi adalah untuk menyedi
terendam dengan oksigen memadai untuk kebutuhan metabolic. Agitasi harus
memastikan bahwa suspense seragam dari sel microbial didapatkan pada medium
nutrisi homogen. Tipe system aerasi-agitasi pada proses fermenter tertenty
berdasarkan karakteristik proses fermentasi di bawah pertimbangan. Komponen
struktural fermenter melibatkan aerasi dan agitasi adalah agitator (impeller),
stirrer glands and bearing, baffles, system aerasi (semprotan).
Agitator (Impeler)
Agitator dibutuhkan untuk mecapai jumlah pencampuran objektif, seperti bulk
fluid fan pencampuran fasa gas, disperse udara, transfer oksigen, transfer pans,
suspense partikel padat dann menjaga lingkungan seragam melalui kandungan
ikasikan sebagai piringan turbin, piringan vanned,
vessel. Agitator dapat dikla
turbin terbuka dari variasi pitch dan propeller.
irrer glat beari
salah sat.
Keberhasilan penyegelan pada pemasangan stirrer shaft merupal
sikan
masalah tersulit untuk konstruksi peralatan fermentasi yang dapat diope
secaraaseptik pada periode lama, Empat segel dasar pemasangan yang sudah
fhe stuffing box (packed-gland seal), segel bush sederhana, segel
digunakan =
mekanik, dan magnetic drive. Kebanyakan mekanisme fermenter sttirrer modern
tergabung menyegel mekanik melainkan stuffing boxes dan packed glands. Sege!
mekanik lebih mabal tapi lebuh tahan dan sedikit poin masuknya kontaminasi
atau atau poin kebocoran untuk organisme oatau produk yang seharusnyt
terkandung, Magnetics drives juga cukup mahal digunakan untuk beberapa vesse!
kultur sel hewan.
80 }—___.
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAST
Empat battle
i dari semua ukuran
ara normal tergabung pada vessel tera
untuk mene
sh pusaran dan untuk meningkatkan efesiensi aerasi.
Sistem aerasi (Semprotan)
mprotandapat didefinisikan sebaga alat untulk mengenalakn udara pada cairan
dalam fermenter, Terdapat tiga tipe dasar
protan yang sudah digunakan adalah
porou:
sparger, the orific
parger(pipa berlubang), dan pipa semprott (terbuka
atau tertutup sebagian),
7.5 Pencapaian dan peme
Ketika masalah desain aera
dan agitasi telah terpecahkan, desain bertemut
kebuthan tingkat aseptik dan penahanan diinginkan oleh proses tertentu menajdi
pertimbangan, Akan dibutuhkan kemampuan sterilisasi dan tetap_ steril,
fermenter dan kandungannya melalui siklus pertumbuhan lengkap. Bebrapa
pengerjaan harus dilakukan berdasarkan spesifikasi tertentu dan perawatan
kondis
aseptik dan penahan selama fermentasi, yaitu:
= Sterilisasi fermenter : didisain sterilisasi uap di bawah tekanan
embutuhkan volume besar
+ Sterilisasi Suplai udara dan pembuangan ga:
pada banyak proses fermentasi aerobic. Dua cara aplikasii permanen
sterilisasi udara dengan panas dan filtrasi
+ Ac
asi dan agitasi
sensial antara vessel
= Tambahan inoculum, nutrient, dan suplemen lain :
tambahan dan fermenter harus terawatt pada tekana positif dan port
tambahan dilengkapi dengan suplai uap.
nghalang steril harus terawat antan konten fermenter dan
= Sampling : p
ekterior ketika port sampel tidak digunakan dan haurs disterilisasi setelah
digunakan
= Kontrol foam : meminimalisasi foaming, jika terlalu berlebih maka kan
bahaya pada filter menjadi menghasilkan kontaminasi
= Monitoring dan kontrol variasi parameter
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAST
7.6 Katup dan steam trap
Katup terikat pada fermenter dan peralatan penyokong digunakan ungyy
mengontrol aliran cairan dan gas pada variasi jalur, yaitt
- Katup ON/OFF sederhana yang baik terbuka penub atau tertutup penuh
+ Katup yang memberikan kontrol kesat pada laju alir
- Katup yang meemungkinkan disesuaikan sangat tepat sehingga laju aly
terkontrol secara akurat
- Katup kemanan yang dibangun pada jalur yang cairan atau gas akan
mengalir hanya pada satu arah
Ketika membuat keputusan katup apa yang akan digunakan merandang dan
membangun fermenter maka esensial mempertimbangkan beberapa poin :
= Dapat mencapai tujuan pemilihan katup. dapat sesuai untuk operasi
aseptik atau proses terkandung dan dimensi tepat, pressure drop meleatii
katup dapat ditoleransi
= Dapat menahan kerentanan proses, Material digunakan untuk
pembangunan katup harus sesuai proses. Penting untuk mengetahui jika
cairain korosif digunakan atau disintesis selama proses. Maksimum
temperature operasi dan tekanan pada prosesharus diketah
= Pengelasan atau flanse pada katup
- Pengoperasian katup dengan remote control
- Biaya dan ketersediaan katup sesuai
- Dapat digunakan untuk tujuan penahanan
Beberapa katup yang biasa digunakan antara lain : Gate Valves, Globe Valves,
Piston Valves, Needles Valves, Plug Valves, Ball Velves, Butterfly Valves, Pinch
phragm Valves. Di antara grup katup tersebut, globe da”
Valves, Pinch Valves,
butterfly valves adalah yang paling sering digunakan untuk aplikasi ON/OFF: g#€
2 }——— ae
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
dan
aku
valves untuk kontrol alir sederhana; needle valves untuk kontrol ali
ball, pinch or diaphragm valves untukseluruh penggunaan steril.
Steam Traps
Steam traps memouny: katup dan seat
dua clemen, Pertama adalah peraki
n, untu
yang memberikan pembukaan, dengan beberapa macam uku
memastikan pemindahan efektif segala kondensat. Pembukaan ini dapat
mengoperasikan basis buka/tutup yang rata-rata laju pengistian cocok dengan
laju kondensasi steam atau dimensi pembukaan ini bervariasi secara kontinyu
untuk memberikan aliran kontinyu atau kondensat. Elemen kedua adalah a
yang akan membuka atau menutuo katup dengan menghitung beberapa pameter
ian kembali
saat mencapa kondensat untuk menentukan peng
st
tea
raps dapat dirancang untuk mengoperasika otomatis :
- Densitas cait
n dengan menggunakan pelampung (bola atau buket) yang,
akanmengambang pada air atau tenggelam pada steam
- Dengan menghitung suhu cairan,menutupkatup atau mendekati suhu
steam dan membuka ketika cairan telah didinginkan suhu
- Dengan menghitung efek kinetika pada cairan di gerakan.
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAST
BAB 8. AERASI DAN AGITASI
Selama pertumbuhan pada laju yang mencukupi, kultur microbial harys
ipasok dengan oksigen untuk memenuhi kebutuhan organisme. Kebutuhan oksigen
pada proses fermentasi industri biasanya memuaskan dengan aerasi dan agitasi broth
fermentasi. Produktivitas banyak fermentor terbatas dengan ketersediaan oksigen,
Oleh karena itu, mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi efisiensi fermenter
dalam memasok sel microbial dengan oksigen merupakan hal yang penting.
8.1 Kebutuhan Oksigen Pada Fermentasi Industri
Untuk memprediksi kebutuhan oksigen dalam fermentasi, telah digunakan
hubungan stoikiometri pada konversi oksigen, sumber karbon, dan sumber nitrogen,
Kebutuhan kultur untuk oksigen sangat bergantung pada sumber karbon pada
medium. Semakin berkurang sumber karbon maka semakin besar kebutuban oksigen,
‘Tingginya kandungan karbon dari substrat hidrokarbon berarti tingginya factor hasil
(g biomasa g-1 konsumsi substrat) dicapai. Berdasarkan keseimbangan antara
kelebihan hasil biomassa tinggi dan kekurangan kebutuhan oksigen tinggi dan
generasi panas, maka dapat diputuskan untuk penggunaan substrat.
Suatu hal kurang tepat mendasarkan ketentuan oksigen untuk fermentasi
sederhana pada perkiraan kebutuhan menyeluruh, Hal itu disebabkan metabolism
kultur dipengaruhi oleh konsentrasi larut oksigen pada broth, Pengaruh konsentrasi
oksigen terlarut pada laju serapan spe
k oksigen (Qo,, mmoles konsumsi oksigen
per gram berat ering sel per jam) suatu mikroorganisme, ditunjukkan pada tipe
Michaelis-Menten, gambar 8.1.
Berdasarkan gambar 8.1 dapat dilihat bahwa laju serapan spesifik oksigen
meningkat dengan konsentrasi oksigen terlarut hingga poin tertentu. Di atas titik
tersebut, tidak terjadi peningkatan laju serapan oksigen lebih lanjut. Produksi
biomassa maksimal dapat dicapai dengan memenuhi spesifik oksigen maksimum
organisme dengan mempertahankan konsentrasi serapan oksigen lebih besar dati
tingkat kritis. Metabolisme sel akan terganggu, jika konsentrasi oksigen terlarut turun
{
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
gibawah tingkat kritis, Penyediaan konsentrasi oksigen terlarut yang jaul lebih besar
daripada tingkat kritis mungkin tidak berpengaruh terhadap produksi biomassa.
Nanun dapat merangsang pembentukan produk, Oleh karena itu, kondisi aerasi yang
diperlukan untuk produksi produk yang optimal mungkin berbeda dengan kondisi
yang mendukung produksi biomassa,
Dissolved Oxygen Concentration
Gambar 8.1 Pengaruh konsentrasi terlarut pada QO2 suatu mikroorganisme
Penelitian Zhou et al.(1992) memberikan salah satu contoh efek oksigen terlarut
yada metabolisme sekunder diberikan oleh tentang sintesis sefalosporin C oleh
Cephatosporium acremonium. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrast
Cselama fase produksi adalah saturasi 20%.
oksigen kritis untuk sintesis sefalosp
Pada konsentrasi oksigen terlarut dibawah 20% konsentrasi sefalosporin € menurun
in C ditunjukkan pada
dan penisilin N meningkat. Jalur biosintetik menuju sefalosp
Gambar 8.2, ang dapat dilihat bahua ada tiga langkah yang memakan oksigen dalam
jalur tersebut.
(i). Siklisasi tripeptida, eamino-adipi-sistefnil-vain menjadlisopenicilin N.
Jin N menjadi diacetoxy cephalosporin C (DAOC).
(ii) Ekspansi cincin pent
(iii) Hidroksilasi DAOC menghasilkan deasetitasi-sefalosporin C.
DAOC tidak terakumulasi pada konsentrasi rendah oksigen. Dengan demikian,
langkah yang paling sensitif terhadap oksigen dalam jalur tersebut adalah perluasan
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAS!
cincin enzim (expandase) yang mengakibatkan akumulasi penisilin N di bayay,
batasan oksigen,
1. Pasokan Oksigen
Oksigen biasanya disalurkan ke kultur mikroba dalam bentuk wdara, Hal inj
merupakan sumber termurah yang tersedia dari gas.
Laju reaksi dari gelembung udara menjadi fasa cairan dapat dideskripsikan
dalam persamaan :
(.a(c? ~ Cx) (61)
Dimana
Ci: =konsentrasi oksigen terlarut dalam fermentasi broth (mmoles dm’)
t= waktu (h)
dC./dt = perubahan konsentrasi oksigen selama waktu tertentu, yaitu lajy
transfer oksigen (mmoles 02dm ht)
K. = koel
@—_ =area interfasa gas/cairan per volume larutan (cm? cm)
jen transfer masa (cm h*!)
C* = konsentrasi oksigen terlarut tersaturasi (mmoles dm)
Ki, dapat dianggap sebagai jumlah kebalikan dari hambatan terhadap transfer
oksigen dari gas ke cairan. (C’-C1) dapat dianggap sebagai 'kekuatan pendorong' pada
hambatan tersebut. Karena sangat sulit untuk mengukur, bailt Ki maupun ‘a’ dalam
suatu fermentasi, maka kedua istilah tersebut umumnya digabungkan menjadi Kta,
yaitu koefisien perpindahan massa volumetrik, yang satuannya adalah waktu timbal
balik (hr). Koefisien perpindahan massa volumetrik digunakan sebagai ukuran
kapasitas aerasi suatu fermentor, Semakin besar Kia maka semakin tinggi pula
kapasitas sistem aerasi. Desain dan kondisi pengoperasian fermentor mempengarubt
nilai dan akan terpengaruh variable seperti laju aerasi, laju agitasi, dan desain
impeller.
Variabel-variabel ini mempengaruhi Ki dengan mengurangi hambaten
perpindahan dan mempengaruhi ‘a’ dengan mengubah jumtah, ukuran dan waktt
tinggal gelembung udara. Kia lebih mudah digunakan sebagai ukuran Kineri®
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
fermentor karena, tidak seperti laju transfer oksigen, Kia tidak terpengaruh oleh
konsentrasi oksigen terlarut. Namun, laju transfer oksigen merupakan kriteria
penting dalam fermentasi Hal ini dipengaruhi oleh Kia dan konsentrasi oksigen
terlarut,
())_Isopenisilin N-sintase
(ii) Deacetoxycephalosporin C sintase (biasa disebut expandase)
(iii) deasetil-sefalosporin C sintase (biasa disebut hidroksilase)
ie
yminondipate (L-AAA)
L-cysteine (L-cYs)
L-AAA-L-CYS:
k Levatine (L-vAL
L-AAA-L-CYS-D-VAL (LLO-tripeptide)
Phenylocetato ti)
4
Phony!- Isopen
acotyl-CoA
Bonzylpenicitiin
Deacetoxycephalosporin C
wi
Acetate —e Acoty!-CoA ~
Cophatosporin C
Gambar 8.2 Biosintesis sefalosporin C mengindikasi tahap-tahap konsumsi oksigen
8.2 Penentuan Nilai Kia
Penentuan Kea fermentasi merupakan esensial untuk mengetahui efisiensi aerasi
dan untuk mengukur dampak variabel operasi terhadap penyediaan oksigen. Hal
—__—_—_—_{ # }——
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
yang penting bahwa pada tahap ini oksigen terlarut biasanya dipantau menggunakan
elektroda oksigen terlarut, yang mencatat akti
oksigen terlarut (DOT), sedangkan persamaan yang menjelaskan transfer oksigen
didasarkan pada konsentrasi oksigen terlarut, . Kelarutan oksigen dipengaruhj oleh
as oksigen terlarut atau tekanan
zat terlarut sehingga
air murni dan media fermentasi yang jenuh dengan oksigen akan memiliki
Konsentrasi oksigen terlarut yang berbeda.
da
Cooper dkk. (1944) adalah orang pertama yang menjelaskan penentuan laju
transfer oksigen dalam
vessel aerasi dengan oksidasi larutan natrium sulfit. Teknik ini tidak memerlukan
pengukuran konsentrasi oksigen terlarut tetapi bergantung pada laju konversi
larutan natrium sulfit 0,5 M menjadi natrium sulfat dengan adanya katalis
tembaga atau kobalt:
NagSO, +0,502 = Na2SO; (82)
Saat oksigen masuk ke dalam larutan, ia segera dikonsumsi dalam oksidasi sulfit
Laju oksidasi sulfit setara dengan laju transfer oksigen. Konsentrasi oksigen
terlarut, untuk semua tujuan praktis, akan menja
‘ol dan Kua kemudian dapat
dihitung dari persamaan:
OTR = Kia. Ct (83)
(di mana OTR adalah laju transfer oksigen)
Metode oksidasi sulfit memiliki keuntungan dalam hal kesederhanaan. Teknik
melibatkan pengambilan sampel sebagian besar cairan dalam fermentor. Oleh
karena itu, menghilangkan beberapa masalah kondisi yang bervariasi melalt!
volume vessel. Namun, metode ini memakan waktu (satu penentuan memerlukat
waktu hingga 3 jam, tergantung pada laju aerasi dan agitasi) dan terkenal tida*
akurat,
{ @ J}
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
Peley Gi
Estimasi Kia pada sistem fermentasi dengan teknik pelepasan gas bergantung,
pada pemantauan peningkatan konsentrasi oksigen terlarut dalam larutan selama
aerasi dan agitasi
aju perpindahan oksigen akan menurun selama periode aerasi
saat Cmendekati C* akibat menurunnya gaya penggerak (C’-Ci). Laju perpindahan
oksigen, pada suatu waktu, akan sama dengan kemiringan garis singgung kurva
nilai_konsentrasi oksigen terlarut terhadap waktu aerasi. Untuk memantau
peningkatan oksigen terlarut dalam rentang yang memadai, pertama-tama perlu
ditakukan penurunan kadar oksigen ke nilai yang rendah. Dua metode telah
digunakan untuk mencapai penurunan konsentrasi oksigen terlarut - metode
statis dan metode dinamis.
feknik Keseimbangan Oksigen
Kia pada fermentor dapat diukur selama fermentasi dengan teknik keseimbangan
oksigen yang menentukan, secara langsung, jumlah oksigen yang ditransfer ke
dalam larutan dalam interval waktu tertentu. Prosedurnya melibatkan
pengukuran parameter berikut:
(i) Volume broth yang terkandung dalam vessel, V (dm*).
(ii) Laju aliran volumetrik udara yang diukur pada saluran masuk udara Q:
dan saluran keluar udara Qo, (dm? min).
(iii) Tekanan total yang diukur pada saluran masuk P, dan keluar udara Po
fermentor (atm. absolut).
(iv) Subu gas di saluran masuk 7; dan saluran keluar To (K).
(v) Fraksi mol oksigen diukur pada saluran masuk ysdan saluran keluar, yo
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAST
Laju perpindahan oksigen kemudian dapat ditentukan dari persamaan berikut
(Wang et al, 1979):
OTR = (7,32 x 105/Vi) (QPiy/Ti~ QoPoyo/To) (84)
Dimana 7,32x108 adalah faktor konversi setara (60 min ht) [mole/2.24
dm?STP](273 K/1 atm)
Pengukuran ini memerlukan pengukur aliran, pengukur tekanan, dan perangkat
penginderaan suhu yang akurat, serta penganalisis oksigen gas. Alat analisa
oksigen gas yang ideal adalah alat analisis spektrometer massa yang cukup akurat
untuk mendeteksi perubahan 1 hingga 2%.
Teknik keseimbangan oksigen tampaknya merupakan metode yang paling
sederhana untuk menilai
Kia dan memiliki keuntungan dalam mengukur efisiensi aerasi selama fermentasi,
Teknik oksidasi sulfit dan pelepasan gas statis memiliki kelemahan karena
dilakukan mengeunakan larutan garam atau media fermentasi steril yang tidak
diinokulasi. Secara keseluruhan, metode keseimbangan adalah teknik yang paling
diinginkan untuk digunakan dan biaya tambahan untuk peralatan pemantauan
harus menjadi investasi yang bermanfaat.
8.3 Rheologi Fluida
Fluida dapat digambarkan sebagai Newtonian atau non-Newtonian tergantung
pada apakah karakteristik reologi (aliran) mematuhi hukum aliran kental Newton.
Misalkan fluida terdapat di antara dua pelat sejajar,luas A dan jarak x. ika pelatbawah
digerakkan ke satu arah dengan kecepatan konstan, fluida yang berdekatan dengan
pelat yang bergerak akan bergerak ke arah yang sama dan memberikan sebagiat™
momentumnya kepada ‘lapisan’ cairan yang berada tepat di atasnya sehings*
menyebabkan pelat tersebut juga bergerak. dalam arah yang sama dengan kecepatan
sedikit lebih rendah.
A
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
Hukum Newton tentang aliran viskos menyatakan bahwa gaya viskos, F, yang
‘melawan gerak pada antarmuka antara dua lapisan cairan, mengalir dengan gradien
kecepatan dv/dr, diberikan oleh persamaan
F=pA(dv/dx) (8.5)
Dimana ye dapat ditentukan sebagai hambatan cairan ke aliran
Reologi Plastik Bingham
Plastik Bingham serupa dengan cairan Newtonian selain laju gesernya tidak akan
meningkat sampai ambang batas tegangan geser terlampaui. Tegangan geser
ambang batas disebut tegangan luluh atau nilai luluh, to. Hubungan linier antara
tegangan geser dan laju geser di
n ketika tegangan luluh terlampaui dan
kemiringan garis ini disebut koefisien kekakuan atau viskositas plastis. Jadi, aliran
plastik Bingham dijelaskan dengan persamaan:
Tony (8.6)
dimana n adalah koefisien kekakuan
Toadalah tegangan luluh
Contoh sehari-hari dari cairan ini termasuk pasta gigi dan tanah liat.
Rheology Pseudoplastik
Viskositas nyata dari cairan pseudoplastik menurun dengan meningkatnya laju
geser. Kebanyakan larutan polimer berperilaku sebagai pseudoplastik. Penurunan
viskositas nyata dijelaskan oleh molekul rantai panjang yang cenderung sejajar
satu sama lain pada laju geser yang tinggi sehingga menghasilkan aliran yang lebih
mudah, Aliran cairan pseudoplastik dapat dijelaskan dengan model hukum
pangkat, dengan persamaan:
t= Ky)" (8.7)
K mempunyai satuan yang sama dengan viskositas dan dapat diangeap sebagai
Viskositas semu, Indeks flow-behaviour kurang dari satu. untuk cairan
pseudoplastik, semakin kecil nilai n, semakin besar peny
pangan karakteristik
aliran cairan tersebut dari fluida Newtor
n.
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAST
Rheologi Dilatan
Viskositas nyata dari cairan dilatan meningkat dengan meningkatnya laju gese,
Aliran suatu cairan dilatan juga dapat digambarkan dengan persamaan (8,7),
Namun, dalam hal ini nilai indeks perilaku aliran lebih besar dari 1, semakin besar
nilainya maka karakteristik alirannya semakin menyimpang dari karakteristiy
aliran fluida Newton. Dengan demikian, nilai K dan n dapat diperoleh dari plot
tegangan geser log terhadap laju geser log. Tipe ini tidak terjadi pada fermentasi
broth, contoh sehari-hari adalah bubur semen cair.
los ch
Casson (1959) menggambarkan jenis fluida non-Newtonian, yang disebut Casson
Body, yang berperilaku sebagai pseudoplastik dimana viskositas nyatanya
menurun dengan meningkatnya laju geser namun menunjukkan tegangan lulu,
Oleh Karena itu, juga menyerupai plastic Bingham. Karakteristik aliran benda
Casson dapat dijelaskan dengan persamaan berikut:
Vi tot tk (88)
di mana Kcadalah viskositas Casson.
Untuk menentukan sifat rheologi cairan, dibutuhkan untuk membangun rheogram
yang memerlukan penggunaan viskometer yang akurat pada rentang laju geser
yang luas. Selain itu, pengujian suspensi miselium mungkin menimbulkan
kesulitan khusus.
8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kia dalam Vessel Fermentasi
Sejumlah faktor telah terbukti mempengaruhi nilai Kia yang dicapai dalam
wadah fermentasi, Faktor-faktor tersebut meliputi laju aliran udara yang digunakan,
derajat pengadukan, sifat reologi kultur broth dan keberadaan bahan antifoam. Jika
skala operasi fermentasi ditingkatkan (disebut ‘scale-up’), agar Kia optimal yang
ditemukan pada skala kecil juga digunakan dalam fermentasi skala besar. Nilai Kia
yang sama dapat dicapai pada vessel berukuran berbeda dengan menyesuaikan
kondisi operasional pada skala yang lebih besar dan mengukur Kia yang diperoleh.
Namun, kuantifikasi hubungan antara variabel operasi dan Kia harus memungkinkan
—{ 2
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
memprediksi Kondisi yang dipertukan untuk mencapai nil
lai Kia tertentu. Oleh karena
itu, hubungan seperti ini harus mempuny
nilai yang besar dalam meningkatkan
skala fermentasi dan desain fermentor
Pengaruh laju aliran udara terhadap nilai Kia dal:
diilustrasikan pada
lam sistem agitasi konvensional
Gambar 8.3. Hubungan kuantitatifantara aerasi dan Kia untuk vessel yang diaduk
dibahas selanjutnya
Ke
° 05 70
Gambar 8.3 Pengarubh laju aliran udara terhadap Kia pada agitasi,vessel aerasi
Laju aliran udara yang digunakan jarang berada di luar kisaran 0,5-1,5 volume
udara per volume media per menit dan hal ini cenderung dipertahankan konstan
pada skala yang lebih besar. Jika impeller tidak mampu melepaskan udara yang
masuk, maka laju perpindahan oksigen yang sangat rendah dapat dicapai karena
impeller ‘flooded’. Flooded adalah fenomena dimana aliran udara mendominasi
pola aliran dan disebabkan oleh kombinasi laju aliran udara dan kecepatan
pengadukan yang tidak tepat.
Pengaruh Derajat Agitasi terhadap Kia
Derajat agitasi telah terbukti mempunyai pengaruh besar terhadap efisiensi
transfer oksigen dari fermentor yang diaduk, Banks (1977) menyatakan bahwa
agitasi membantu transfer oksigen dengan cara berikut:
—o ———_{ 3 }—
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
(i) Agitasi meningkatkan area yang tersedia untuk transfer oksigen dengan
menyebarkan udara dalam cairan kultur dalam bentuk gelembung kecil,
(ii) Agitasi menunda keluarnya gelembung wdara dari cairan.
(iii) Agitasi mencegah penggabungan gelembung udara.
(iv) Agitasi menurunkan ketebalan lapisan cairan pada antarmuka gas-cair
dengan menciptakan turbulensi dalam cairan kultur.
Tingkat agitasi dapat diukur dengan jumlah daya yang dikonsumsi dalam
mengaduk isi vessel. Konsumsi daya dapat diperkirakan dengan menggunakan
dinamometer, dengan menggunakan pengukur regangan yang dipasang pada
poros pengaduk, dan dengan mengukur konsumsi daya listrik pada motor
pengaduk. Penilaian konsumsi listrik hanya cocok untuk digunakan pada kapal
skala besar,
Pengaruh Medium dan Kultur Reologi terhadap Kia
Reologi fermentasi broth mempunyai pengaruh besar terhadap hubungan antara
ddalah untuk membahas pengaruh
Kia dan derajat agitsi. Tujuan dari bagian
reologi medium dan kultur terhadap transfer oksigen selama fermentasi. Broth
Fermentasi terdiri dari media cair tempat organisme tumbuh, biomassa mikroba,
dan produk apa pun yang dikeluarkan oleh organisme. Dengan demikian, broth
reologi dipengaruhi oleh komposisi media asli dan modifikasinya oleh kultur yang
sedang tumbuh, konsentrasi dan morfologi biomassa serta konsentrasi dan sifat
reologi produk mikroba. Oleh karena itu, broth fermentasi sangat bervariasi dalam
sifat reologinya dan perubahan signifikan dalam broth reologi dapat terjadi
selama fermentasi.
Tingginya tingkat aerasi dan agitasi yang diperlukan dalam fermentasi seringkali
menimbulkan fenomena pembentukan foam (busa) yang tidak diinginkan. Dalam
keadaan ekstrim, foam dapat keluar dari fermentor melalui saluran keluar udara
ae
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGE FERMEN TASL
atau salaran s
pel seh produl, serta
vmengakibatiaan hikangaya media ¢
‘monigkatkan risiko kontaminast, Kebadiran foam juga dapat berdampak bur
ym
Ja taju transter oksigen,
Kehadiran busa datany f
‘mentor konvensional yang, diaduk, baffled fermenter
juga dapat meningkatkan waktu tinggal gelembung, sehingya menyebabkan
berkurangnya oksigen. Selain itu, adanya busa di daera
impelle’
menghalangi tercampurnya broth fermentast secara memadal, Oleh karena itu,
diperlukan memecah foam sebelum menyebabkan kesulitan pro 1 ini dap
dicapai dengan peng,
naan pemecah foam mekanis ata
Semua antifoam adalah surfaktan_ yang mempuny
yen Ete u
‘ai pengaruh pada transfer
na yang, di
mati adalah antifoam cenderung menurunkan laju
transfer oksigen. Antifoam menyebabkan pecahnya gelembung-gelembung dalam
foam tet
api mereka mungkin mendukung penggabungan gelembung-gelembung,
dalam fa
air, schingga menghasilkan gelembung-gelembung yang lebih besar
dengan rasio luas permukaan dan volume yang berkurang sel
ga mengurangi
laju transfer oksigen (Van't Riet dan Van Sonsberg, 1992 ). Oleh karena itu,
keseimbangan harus dicapai dengan pengendalian foam dan efek buruk dari
bahan pengendali, Pembentukan foam mempunyai pengaruh khusus pada
ketinggian cairan dalam fermentor yang praktis untuk dioperasikan, Jika ruang
yang tersedia di atas permukaan cairan tidak memadai untuk mengontrol foam,
maka antifoam dalam jumlah banyak harus digunakan untuk mencegah hilangnya
kaldu dari wadah, Oleh karena itu, akan lebih produktif jika mengoperasikan kapal
dengan volume kerja yang lebih rendah,
8.5 Keseimbangan Antara Penyediaan dan Permintaan Oksigen
Laju serapan oksigen volumetrik suatu kultur digambarkan dengan istilah Qo, x
-dimana Qo, ad
u serapan oksigen spesifik (mmol O2 g! biomassa h) dan x
adalah konsentrasi biomassa (g dm). Jadi, satuan Qo,x adalah mmol oksigen dm-? h:
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAST
}, Laju perpindahan oksigen volumetrik (juga diukur sebagai mmol O2 dmhrt) dary
fermentor diberikan oleh persamaan (8.1).
Konsentrasi oksigen terlarut selama fermentasi tidak boleh berada di bawah
Konsentrasi oksigen terlarut kritis (Cen) atau konsentrasi oksigen terlarut yang
memberikan pembentukan produk optimal. Oleh karena itu, aju transfer oksigen dari
fermentor harus sesuai dengan laju pengambilan oksigen dari kultur sambil menjaga
oksigen terlarut di atas konsentrasi tertentu, Sebuah fermentor akan memiliki Ka
maksimum yang ditentukan oleh kondisi operasi fermentasi. Oleh karena itu, untuk
menyeimbangkan pasokan dan permintaan, permintaan harus disesuaikan agar
sesuai dengan pasokan, Hal ini dapat dicapai dengan:
(i) Mengontrol konsentrasi biomassa.
(ii) Mengontrol laju pengambilan oksigen spesifik
(ii) Kombinasi (i) dan (ii).
Mengontrol Konsentrasi Biomassa
Mavituna dan Sinclair (1985a) mengembangkan metode untuk memprediksi
konsentrasi biomassa tertinggi (disebut biomassa kritis atau Xene yang dapat
dipertahankan dalam kondisi aerobik penuh dalam fermentor Kea yang diketahui.
Jadi, xeie adalah konsentrasi biomassa yang memberikan laju serapan volumetrik
(Qo,»-Xers) sama dengan maksimal transfer laju fermentasi, yaitu Kia(C*-Cer). Jka
Cert didefinisikan sebagai konsentrasi oksigen terlarut ketika Qo, = 0.99 Qo,max,
maka laju pengambilan oksigen volumetrik ketika konsentrasi oksigen terlarut
Coie adalah: 0.99 Qo,max — xr Jika laju perpindahan oksigen sama dengan laju
serapan ketika konsentrasi oksigen terlarut sama dengan Cert, maka:
Kya (C* ~ Cert) = 0.99 Qo, max — xerie (69)
Mengontrol Laju Pengambilan Oksigen Spesifik:
Laju serapan oksigen spesifik berbanding lurus dengan laju pertumbuhan spesifik
ring dengan peningkatan jt, Qo, juga meningkat. Dengan demikian,
sehingga, 5
Qo. dapat dikontrol oleh laju pengenceran dalam kultur kontinyu. Meskipun
——E a ee
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
sangat sedikit fermentasi komersial yang dioperasikan dalam Kultur kontinyu,
kultur fed-batch banyak digunakan dalam fermentasi industri dan menyediakan
alat yang sangat baik untuk mengendalikan kebutuhan oksigen.
Cara paling umum penerapan teknik ini untuk mengontrol kebutuhan oksigen
adalah dengan menghubungkan sistem penambahan nutrisi ke loop kontrol feed
back menggunakan elektroda oksigen terlarut. Jika konsentrasi oksigen terlarut
turun di bawah yang ditetapkan titik maka laju umpan dikurangi dan ketika
konsentrasi oksigen terlarut naik di atas titik yang ditetapkan, laju umpan dapat
penginderaan
ditingkatkan. Elektroda pH juga dapat digunakan sebagai uw
dalam loop kontrol fed-batch untuk mengontrol keterbatasan oksigen kebutuhan
oksigen yang terdeteksi oleh perkembangan kondisi asam. Teknik-teknik ini
sangat penting dalam tahap pertumbuhan fermentasi miselia metabolit sekunder
sebelum produksi produk ketika diperlukan laju pertumbuhan tertinggi yang
sepadan dengan laju transfer oksigen dari fermentor.
8.6 Scale-up dan Scale-down
Scale-up artinya meningkatkan skala suatu fermentasi, misalnya dari skala
laboratorium ke skala pilot plant atau dari skala pilot plant ke skala produksi.
Peningkatan skala berarti peningkatan volume dan masalah peningkatan skala proses
disebabkan oleh perbedaan parameter proses yang dipengaruhi oleh ukuran unit.
‘Tugas ahli teknologi fermentasi adalah _meningkatkan skala fermentasi tanpa
menurunkan hasil atau, jika terjadi penurunan hasil, mengidentifikasi faktor yang
menyebabkan penurunan tersebut dan memperbaikinya. Faktor utama yang terlibat
dalam scale-up yaitu:
(i) Pengembangan inokulum.
Peningkatan skala mungkin berartibahwa tahapan tambahan_harus
dimasukkan ke dalam program pengembangan inokulum,
(ii) Sterilisasi.
fy PO
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAS!
Sterilisasi merupakan faktor yang bergantung pada skala Karena jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi dalam fermentor harus dikurangi
hingga jumlah absolut yang sama, berapa pun skalanya-
(iii) Parameter lingkungan.
Peningkatan skala dapat mengakibatkan perubahan lingkungan bagi
organisme. Parameter lingkungan ini dapat diringkas sebagai berikut:
a. ketersediaan nutrisi,
b. pH,
c. suhu,
4. konsentrasi oksigen terlarut,
e. kondisi geser,
f. konsentrasi karbon dioksida terlarut,
g produksi busa.
Semua parameter di atas dipengaruhi oleh agitasi dan aerasi, baik dalam hal
pencampuran massal atau penyediaan oksigen. Poina, b,c dan e berhubungan dengan
pencampuran massal sedangkan d, ¢, f dan g berhubungan dengan aliran udara dan
transfer oksigen. Oleh karena itu, agitasi dan aerasi cenderung mendominasi literatur
peningkatan skala, Namun, harus selalu diingat bahwa kesulitan pengembangan
inokulum dan sterilisasi dapat menjadi alasan penurunan hasil ketika proses
ditingkatkan dan bahwa mencapai sistem aerasi/agitasi yang tepat bukanlah satu-
satunya masalah yang harus diata:
ical rt fank
Dari daftar parameter lingkungan yang dipengarubi oleh acrasi dan agitasi, dapat
diketahui bahwa sangat kecil kemungkinannya kondisi fermentasi skala kecil akan
direplikasi secara tepat pada skala besar. Oleh karena itu, kriteria terpenting untuk
fermentasi tertentu harus ditetapkan dan
itingkatkan skalanya berdasarkan
reproduksi karalteristik tersebut. Masalah peningkatan skala acrasi/agitasi telah
diilustrasikan oleh Fox (1978) dalam uraiannya tentang ‘scale-up window’. Scale-
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
up window mewakili batasan yang ditentukan oleh parameter lingkungan dan
biaya pada rezim aerasi/agitasi dan ditunjukkan pada Gambar 8.4. Kondisi
pencampuran dan transfer oksigen yang sesuai dapat diperoleh dengan berbagai
kombinasi aerasi/agitasi. Dua sumbu pada Gambar 8.4 adalah agitasi dan aerasi
dan zona dalam segi enam mewakili rezim acrasi/agitasi yang sesuai. Batas segi
enam ditentukan oleh batas pasokan oksigen, akumulasi karbon dioksida,
kerusakan akibat geser pada sel, biaya, pembentukan foam, dan pencampuran
massal.
Agitation —
Bulk mixing
‘Aeration —~
Gambar 8.4 'Scale-up window’ mendefinisi batasan operasi untuk aerasi dan
Alter Fox (1978) diproduksi dari Lili (1983)
agitasi pada scale-up fermentas
Solusi untuk masalah peningkatan skala ada tiga:
() Identifikasi domain lingkungan utama yang terkena dampak aerasi dan
agitasi dalam fermentasi, misal konsentrasi oksigen, geser, pencampuran
massal.
(ii) Identifikasi variabel proses (atau variabel) yang mempengaruhi domain
lingkungan yang diidentifikasi.
—— es 99 }-—---——
Scanned with CamScannerERMENTASL
MODUL DASAR TEKNOLOGI
(ii) Perhitungan nilai variabel proses yang akan digunakan dalam skata besap
i Hinge
mn yan)
yang akan menghasitkan replikast kondis ama pada
kedua skala,
Scale-up Reaktor Airslift
Kolom gelembung clan vessel airlift cenderung diperbesar berdasarkan kesamaan
1991), Dalam kondisi ini Kia
geometri dan kecepatan gas yang konstan (Scrap
dan laju geser pada kedua skala akan serupa, Perbedaan utamanya adalah pada
ket
yang lebih besarzHal ini akan menghasilkan kelarutan oksigen dan karbon
an tek
nan pada dasar bejana
ggian bejana yang mengakibatkan pening
dioksida yang lebih tinggi yang akan menghasillan Kea yang lebih tinggi namun
nbatan karbon dioksida, Masalah lain dalam
mungkin mengakibatkan peng
peningkatan skala sistem
me terpapar pada tingkat oksigen yang
pengangkutan udara adalah bahwa orga
ekstrem di riser dan downcomer dan dampak dari kondisi ini harus diselidiki pada
skala laboratori
m.
Metode Scale-down
Scale-down adalah situasi di mana eksperimen skala laboratorium atau
percontohan dilakukan dalam kondisi yang meniru Kondisi skala industri,
Pendekatan ini penting baik dalam pengembangan produk baru maupun
peningkatan fermentasi skala penuh yang sudah ada. Seringkali, kondisi
yang dapat dicapai pada skala laboratorium tidak praktis diterapkan pada skala
industri, yang berarti bahwa jika kondisi yang tidak sesuai digunakan di
laboratorium, Tujuan hasil yang tidak realistis dapat ditetapkan untuk proses
peningkatan skala tersebut. Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
desain percobaan di laboratorium atau pabrik percontohan dalam konteks
penurunan skala dapat diringkas sebagai berikut:
(i) Desain medium
Scanned with CamScanner(i)
(ii)
(iv)
)
(vi)
MODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
Media relevan pada situasi industry harus digunakan pada
epengembanganesperimen
Sterilisasi medium
Jika medium disterilisasi batch pada skala besar memapar waktu pada
suhu tinggi akan lebih besar dibanding pengalaman di laboratorium atau
pilot plant
Prosedur Inokulasi
Keadaan lingkungan menyebabkan tidak selalu memungkinkan untuk
menginokulasi setiap fermentasi produksi dengan inoculum kondisi
optimal,
Jumlah generasi
Skala industri fermentasi membutuhkan lebih besar jumlah generasi
dibanding laboratorium, ini memungkinkan lebih banyak stabilitas
dibanding yang dicapai pada skala kecil
Mixing
Hal yang mungkin untuk model mixing yang tidak memadai pada dengan
memaparkan organisme pada umpan pulse medium atau kondisi proses
yang berfluktuasi seperti konsentrasi, oksigen, pH, dan suhu,
Laju perpindahan oksigen
Laju perpindahan oksigen yang jauh lebih tinggi dapat dicapai dalam
fermentor laboratorium dibandingkan dengan fermentor skala industri.
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
BAB 9, PENGOLAHAN LIMBAI CAIR
am konteks teknologi fermentasi sangat penting
Pengolahan limba cair
untuk menjaga lingkungan dan mematuhi peraturan lingkungan yang ada, Proses
an limbah air yang mengandung_ berbagai
fermentasi seringkali_mengha
at mencemari air dan tanah. Oleh karena
Komponen organik dan anorganik yang
itu, pengelolaan dan pengolahan limbah cair (effluent) merupakan langkah penting
dalam menjaga keberlanjutan dan keberhasilan proses fermentasi, Dalam sub-bab ini,
akan dijelaskan beberapa metode dan strategi yang digunakan dalam pengolahan
limbah cair dalam konteks teknologi fermentasi.
9.1, Prinsip Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair (effluent treatment) merupakan tahap penting dalam
proses produksi industri, terutama dalam konteks teknologi fermentasi, Proses
fermentasi yang melibatkan penggunaan mikroorganisme untuk menghasilkan
produk tertentu sering menghasilkan limbah cair sebagai produk sampingan, Limbah
cair ini dapat mengandung berbagai komponen seperti senyawa organik, bahan
beracun, partikel tersuspensi, dan lain-lain. Oleh karena itu, pengelolaan dan
pengolahan limbah cair merupakan langkah krusial untuk menjaga Keberlanjutan
produksi, meminimalkan dampak lingkungan, serta memenuhi regulasi lingkungan
yang berlaku,
Prinsip-prinsip utama pengolahan limbah cair dalam teknologi fermentasi meliputi:
a. Pengurangan Bahan Organik Terlarut (BOT): Salah satu langkah penting dalam
pengolahan limbah cair adalah mengurangi kandungan bahan organik terlarut
(BOT). Komponen organik seperti gula, asam amino, dan senyawa kompleks
lainnya yang terlarut dalam limbah cair dapat menyebabkan pencemaran
perairan jika dilepaskan tanpa pengolahan yang memadai. Metode yang umum
dligunakan untuk mengurangi BOT meliputi proses oksidasi kimia, pengolahan
biologis, dan pengendapan.
- —_{ 12
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
Pengendalian Bahan Tersuspensi Total (1'SS): Bahan tersuspensi total (TSS)
terdiri dari partikel-padat yang terapung dalam limbah cair. Pengendalian TSS
sangat penting untuk mencegah pencemaran fisik dan optik perairan. Proses
sedimentasi dan filtrasi merupakan metode umum yang digunakan untuk
mengendalikan TSS dalam limbah cair.
bah cair juga melibatkan pengaturan pH agar
Pengaturan pH: Pengolahan
sesuai dengan standar lingkungan, Lingkungan yang terlalu asam atau terlalu
basa dapat membahayakan mikroorganisme dan ekosistem perairan.
Penggunaan bahan kimia pengatur pH seperti asam dan basa dapat membantu
menjaga kondisi pH yang optimal.
Penghilangan Bahan Kimia Beracun: Beberapa proses _fermentasi
menghasilkan bahan kimia beracun atau zat-zat berbahaya lainnya dalam
limbah cair. Penghilangan komponen beracun ini dapat dilakukan melalui
proses oksidasi kimia atau pengolahan biologis yang menguraikan zat-zat
tersebut menjadi senyawa yang lebih aman.
Pengelolaan Mikroorganisme: Dalam beberapa kasus, mikroorganisme yang,
masih ada dalam limbah cair dapat berpotensi mencemari lingkungan jika
dilepaskan secara langsung. Oleh karena itu, pengelolaan mikroorganisme
melibatkan sterilisasi atau penghilangan mikroorganisme sebelum limbah cair
dikeluarkan
Penggunaan Teknologi Lanjutan: Dalam era teknologi modern, berbagai
metode dan teknologi lanjutan dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair,
Misalnya, penggunaan teknologi membran, adsorpsi, atau fotokatalisis dapat
membantu menghilangkan komponen berbahaya dan meningkatkan efisiensi
pengolahan.
Keberlanjutan dan Inovasi: Pengolahan limbah cair terus berkembang dengan
adanya inovasi baru yang berfokus pada keberlanjutan, Banyak perusahaan
dan peneliti berupaya untuk mengembangkan metode pengolahan yang lebih
fisien, ramah lingkungan, dan ekonomis. Ini dapat mencakup pemanfaatan
{ 103 }
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
sumber daya alternatif, pemanfaatan energi terbarukan, dan penygunaay
bahan pengolahan yang lebih aman.
Dalam rangka menjaga keberlanjutan dan meminimalkan dampak lingkungay,
Prinsip-prinsip pengolahan limbah cair dalam teknologi fermentasi harus diterapkan
dengan cermat, Penting bagi industri untuk mematuhi regulasi lingkungan yany
berlaku dan terus berinovasi dalam teknologi pengolahan yang lebih baik. Dengan
demikian, limbah cair yang dihasilkan dari proses fermentasi dapat diolah secara
efektif dan berkelanjutan, mendukung keberhasilan produksi tanpa mengorbankan
Jingkungan,
9.2. Metode Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair (effluent treatment) dalam teknologi fermentasi
mematuhi regulasi
memiliki peran sentral dalam menjaga keberlanjutan indust
lingkungan, dan mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem. Proses fermentasi
seringkali menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai komponen organik,
anorganik, dan mikroorganisme. Oleh karena itu, pengelolaan limbah cair yang efektif:
dan efisien sangat penting. Berikut adalah penjelasan mendetail mengenai beberapa
metode utama yang digunakan dalam pengolahan limbah cair dalam konteks
teknologi fermentasi:
a. Pengendapan dan Pemisahan (Sedimentasi): Metode ini melibatkan
pengendapan partikel padat yang ada dalam limbah cair menggunakan gaya
gravitasi. Pada proses pengendapan, partikel-partikel padat yang lebih berat
akan mengendap di dasar wadah, sehingga air yang lebih bersih dapat diambil
dari bagian atas, Pemisahan partikel ini sangat berguna dalam mengurangi
jumlah TSS (Total Suspended Solids) dalam limbah cair,
b. Koagulasi dan Flokulasi: Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia
koagulan, seperti aluminium sulfat atau besi klorida, ke dalam limba cait.
Koagulan ini membantu partikel-partikel yang mengambang berkoagulasi
menjadi flok-flok yang lebih besar. Selanjutnya, dalam proses flokulasi, flok-
{14 /]___
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
Mok ini membantu memudahkan pemisahan partikel-padat yang, lebih besar.
han organik terlarut
Metode ini sangat efektif dalam mengurangiT
c. Oksidasi Kim
S dan b
sh Kein
: Proses oksidasi kimia melibatkan penggunaan
yang menghasilkan oksigen aktif atau radikal bebas untuk mengural
Komponen organik dalam limbah cair. Contoh reaksi kimia yang, umum
digunakan adalah proses Fenton, di mana besi(Il) oksida direaksikan dengan
hidrogen peroksida,
Rumus umum reaksi Fenton adalah Fe? + H202 + Fe* + OH + OH, Reakest
oksidasi ini dapat menguraikan senyawa-senyawa kompleks menjadi senyava
yang lebih sederhana dan mudah terurai.
Pengolahan Biologis: Pengolahan biologis _melibatkan — penggunaan
mikroorganisme yang alami atau ditambahkan ke dalam sistem untuk
menguraikan bahan organik dalam limbah cair, Ada dua jenis utama
pengolahan biologis: aerob dan anaerob. Dalam pengolahan biologis aerob,
mikroorganisme membutuhkan oksigen untuk menguraikan bahan organik.
Dalam pengolahan biologis anacrob, mikroorganisme bekerja dalam
lingkungan tanpa oksigen untuk menguraikan bahan organik menjadi gas
metana (CH) dan karbon dioksida (C02).
Penggunaan Teknologi Membran: Metode ini melibatkan penggunaan
membran sebagai filter untuk memisahkan partikel-padat atau senyawa-
senyawa tertentu dari limbah cair, Ada beberapa jenis membran yang dapat
digunakan, seperti mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan osmosis terbalik
(reverse osmosis). Teknologi membran ini umumnya digunakan untuk
menghilangkan TSS, senyawa organik, dan mikroorganisme dari limbah cair,
f. Adsorpsi: Proses adsorpsi melibatkan penggunaan bahan adsorben, seperti
arang aktif atau zeolit, untuk menjerap senyawa-senyawa organik atau bahan
berbahaya dari limbah cair. Partikel-partikel berbahaya atau senyawa organik
yang teradsorpsi pada permukaan adsorben dapat dihilangkan dari limbah
cai,
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAS!
fg Penggunaan ‘Teknologi Fotokatalisis: Teknolog! fotokatalisis melibatkan
penggunaan bahan fotokatalis, seperti titanium dioksida (Ti02), untuk
menguraikan senyawa-senyawa organikt dalam limbah cair dengan bantuan
sinar ultraviolet (UV), Proses ini menghasilkan radikal hidroksil (OH**) yang
menguraikan senyawa organik menjadi senyavra yang
sangat reaktif dan dapat n
lebih sederhana.
Pengolahan limbah cair terus berkembang dengan inovasi dalam teknologi
yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Penggunaan bahan-bahan alternatif yang
lebih ramah lingkungan, pemanfaatan energi terbarukan dalam proses pengolahan,
serta pendekatan berkelanjutan menjadi fokus utama dalam membangun solusi
pengolahan limbah cair yang lebih baik. Pengolahan limbah cair dalam teknologi
alkan
fermentasi melibatkan berbagai metode yang dikombinasikan untuk memi
dampak lingkungan dan memastikan produksi yang berkelanjutan. Dalam upaya
menjaga ekosistem dan memenuhi standar regulasi, perusahaan dan industri harus
aga
terus mengadopsi inovasi dan teknologi yang lebih baik dalam pengolahan limba
9.3. Manajemen Air Limbah
Dalam konteks dasar teknologi fermentasi, manajemen air limbah memainkan
peran yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan operasi serta mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan. Pengelolaan air limbah tidak hanya menjadi
ceberhasilan industri
tanggung jawab etis, tetapi juga merupakan bagian penting d:
‘yang berfokus pada prinsip-prinsip keberlanjutan, Berikut adalah cara-cara di mana
teknologi fermentasi diterapkan dalam manajemen air limbah:
a, Pengurangan Sumber: Pengurangan sumber limbah dimulai dari langkah awal,
yaitu dalam proses fermentasi itu sendiri. Teknologi fermentasi dapat
diaplikasikan dengan bijak untuk menghasilkan lebih sedikit limbah cair. Ini bisa
dicapai dengan mengoptimalkan berbagai parameter fermentasi seperti sub,
kecepatan pengadukan, rasio bahan baku, dan keberadaan nut
n, Dengan
mengatur parameter ini, produksi limbah cair yang tidak perlu dapat
——_—_{ 106 }#R—— a
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
diminimalkan, Misalnya, dalam produksi alkohol fermentasi, kontrol! ketat
terhadap suhu dan nutrisi mikroba dapat mengurangi pembentukan produk
sampingan yang tidak diinginkan, sehingga mengurangi limbah cair yang
dihasitkan,
han
b, Pemisahan: Teknologi fermentasi juga berkontribusi dalam pe
Komponen limbah cair, Misalnya, dalam fermentasi cair, produk fermentasi
dapat di
sahkan dari medium yang digunakan setelah proses fermentasi
selesai, Dalam proses ini, komponen padat yang terbentuk dapat diambil dan
diolah lebih lanjut atau dibuang dengan cara yang lebih efisien. Pemisahan ini
membantu memfasilitasi pengolahan lebih lanjut pada tahap berikutnya dengan
fokus pada fraksi cair yang perlu diolah lebih lanjut.
c. Penggunaan Kembali dan Daur Ulang: Penggunaan kembali air limbah yang telah
diolah atau proses daur ulang adalah langkah penting dalam teknologi
fermentasi yang berkelanjutan, Setelah melalui tahap pengolahan yang sesuai,
air limbah yang telah diolah dapat digunakan kembali dalam proses produksi.
Teknologi fermentasi. dapat’ diterapkan untuk membersihkan dan
menghilangkan kontaminan tertentu dari air limbah sehingga air tersebut dapat
kembali digunakan dalam proses fermentasi yang baru. Selain itu, beberapa
komponen dalam air limbah yang telah diolah, seperti nutrist atau senyawa
organik, dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif dalam
proses fermentasi.
Penerapan teknologi fermentasi dalam manajemen air limbah bukan hanya
tentang mengelola limbah, tetapi juga menciptakan efisiensi dan keberlanjutan.
Dalam industri makanan dan minuman, contohnya, fermentasi limbah cair dari
produksi minuman seperti bir dapat diubah menjadi energi melalui proses biogas.
Pengembangan teknologi dan inovasi dalam mengolah air limbah menjadi sumber
energi merupakan langkah penting dalam menjaga keberlanjutan industri.
Dalam dasar teknologi fermentasi, manajemen air limbah memiliki dampak
yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan operasi industri. Dengan mengurangi
sumber limbah, memisahkan komponen, dan mengembangkan penggunaan kembali
107}
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTAST
dan daur ulang air limbah, teknologi fermentasi memberikan kontribusi besar dalam
mengelola dampak lingkungan dan mendukung prinsip-prinsip keberlanjutan,
Dengan mengintegrasikan teknologi fermentasi dengan manajemen air limbah yang
efektif, industri dapat beroperasi secara berkelanjutan dan mengurangi jejak
lingkungan mereka.
9.4. Keberlanjutan dan Inovasi dalam pengolahan Limbah Cair dalam
Teknologi Fermentasi
termasuk
Keberlanjutan menjadi fokus utama dalam berbagai industri
industri makanan dan minuman yang menggunakan teknologi fermentasi. Inovasi
dalam pengolahan limbah cair sangat penting untuk meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan menjaga kelangsungan operasi industri
bah Cair
9.4.1 Optimisasi Proses Fermentasi untuk Mengurangi Lit
Pertama-tama, keberlanjutan dalam pengolahan limbah cair melibatkan
optimisasi proses fermentasi itu sendiri, Dengan memahami secara mendalam
bagaimana mikroorganisme berinteraksi dengan bahan baku dan kondisi lingkungan,
teknologi fermentasi dapat disesuaikan untuk menghasilkan lebih sedikit limbah cait.
Penelitian dan pengembangan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi
parameter fermentasi yang optimal, seperti suhu, pH, kecepatan pengadukan, dan
waktu fermentasi. Optimisasi ini tidak hanya berdampak pada efisiensi produksi,
tetapi juga mengurangi pembentukan produk sampingan yang dapat menjadi limbah
cair.
9.4.2 Inovasi dalam Teknologi Pengolahan Cairan
Selain optimisasi proses fermentasi, inovasi dalam teknologi pengolahan
limbah cair menjadi hal penting dalam menjaga keberlanjutan, Berbagai teknologi
pengolahan limbah cair yang lebih efektif dan ramah lingkungan terus dikembangkan.
Misalnya, teknologi filtrasi canggih seperti ultrafiltrasi dan nanofiltrasi dapat
digunakan untuk memisahkan partikel padat dari limbah cair dengan tingkat efisiensi
yang tinggi. Teknologi bioremediasi juga dapat digunakan, di mana mikroorganisme
SS
Scanned with CamScannerMODUL DASAR TEKNOLOGI FERMENTASI
yang aman digunakan untuk menguraikan kontaminan dalam limbah cair menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan tidak berbahaya,
9.4.3 Daur Ulang dan Pemanfaatan Energi
Konsep daur wlang dan pemanfaatan energi menjadi sangat relevan dalam
keberlanjutan pengolahan limbah cair dalam teknologi fermentasi. Limbah cair yang
telah melalui proses pengolahan dapat diolah lebih lanjut untuk diambil nilai
tambahnya. Contohnya, limbah cair yang telah diolah dapat mengandung nutrisi yang
masih dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk pertanian. Selain itu, dalam
beberapa kasus, limbah cair juga dapat diubah menjadi sumber energi. Proses biogas,
di mana mikroorganisme menguraikan limbah cair menjadi gas metana, merupakan
contoh nyata pemanfaatan energi dari limbah cair. Pemanfaatan energi ini tidak hanya
mengurangi limbah cair yang harus dibuang, tetapi juga menghasilkan sumber energi
yang dapat digunakan untuk keperluan industri.
9.4.4 Kerjasama Industri dan Institusi Penelitian
Keberlanjutan dan inovasi dalam pengolahan limbah cair dalam teknologi
fermentasi tidak dapat tercapai tanpa kerjasama antara industri dan institusi
penelitian, Industri berperan dalam menerapkan teknologi dan praktik terbaik dalam
pengelolaan limbah cair, sementara institusi penelitian_mengembangkan
pengetahuan dan teknologi baru yang dapat diterapkan dalam skala industri,
Kolaborasi ini memungkinkan transfer pengetahuan dan teknologi yang lebih cepat
serta penerapan solusi yang lebih efektif dalam pengelolaan limbah cair.
Keberlanjutan dan inovasi dalam pengolahan limbah cair dalam teknologi
fermentasi menjadi prasyarat penting dalam menjaga keberlanjutan operasi industri
dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Optimisasi proses fermentasi,
inovasi dalam teknologi pengolahan limbah cair, pemanfaatan energi dari limbah, dan
kerjasama antara industri dan institusi penclitian merupakan langkah-langkah kunci
dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan terus mengembangkan dan menerapkan
solusi berkelanjutan, industri dapat tetap beroperasi secara efisien sambil menjaga
harmoni dengan lingkungan
109
Scanned with CamScanner