Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 20
Jornal Studia Legalia; Jumal lmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022, ISSN: eISSN: Rekonseptualisasi Pembentukan Pengadilan Agraria di Indonesia: Upaya Perlindungan Hak Warga Negara Atas Tanah Kania Venisa Rachim, Vicko Taniady, Ramadhan Dwi Saputra Universitas Jember kaniavr1 9@gmail.com, 190710101184@mail.une}.ac.id, saputra3011@gmail.com ABSTRACT ‘The polemic of land dispute resolution in Indonesia is a serious problem. The number of land dispute. resolution pats results in frequent overlapping decisions, the length of the court process that doesnot prioritize the principles of simple fast and lw cst in dispute resolution, and judges who are sil not optimal in resolving land disputes because ‘hey are onby based on formal frat rather than material sath. in settlement of land dishes. This article tries fo sxamine the agrarian court as an effort to settle land disputes more optimal. By using « normative legal research ‘method through the approach of lejslation, cases, and country comparisons in Australia, especialy in Queensland and New Sonth Wales and Scotland, this article will ojo the idea of establishing an agrarian court. ‘The results showed that the agrarian courts in Queensland, New South Wales, and Scotland could become the optimal land dispute reslution media. The idea of an agrarian court bas actualy been stated in Articles 60, 61, and 82 of the Land Bill by placing the agrarian court under the general court and using civil procedural lau: Sevng tis ‘there needs io be an effort to reconceptualize the agrarian court by placing the agrarian court under the Supreme Court, revising the Land Bill, and establishing the Land Procedural Lz. In addition, i is necessary to strengthen ‘the mechanism for reratng dees, especialy inthe agrarian cot judges. Keywords: Land Rights; Agrarian Court; Dispute resolution; Reconcrptnaization ABSTRAK Polemik penyelesaian sengketa pertanahan di Indonesia menjadi permasalahan serius. Banyaknya jalur penyelesaian sengketa pertanahan mengakibatkan kerap terjadinya putusan yang tumpang tindih, lamanya proses pengadilan yang tidak mengedepankan asas sedethana, cepat, dan biaya ringan dalam penyelesaian sengketa, serta hakim yang masih belum optimal dalam penyelesaian sengketa pertanahan karena hanya mendasarkan pada kebenaran formil daripada kebenaran materil dalam penyelesaian sengketa pertanahan. Artikel ini mencoba untuk mengkaji pengadilan agraria sebagai upaya penyclesaian sengketa pertanahan yang lebih optimal. Dengan menggunakan metode penclitian ukum normatif melalui pendekatan —_peraturan perundang-undangan, kasus, dan perbandingan negara di Australia khususnya di Queensland dan New South Wales serta negara Skotlandia, artikel ini akan menawarkan gagasan pembentukan pengadilan agraria. Hasil penclitian menunjuskan bahwa pengadilan agraria di Queensland, New South Wales, dan Skotlandia mampu menjadi media penyelesaian sengketa pestanahan yang optimal. Gagasan pengadilan agrasia sejatinya telah tertuang dalam Pasal 60, 61, dan 82 RUU Pertanahan dengan menempatkan pengadilan agraria di bawah pengadilan umum dan menggunakan hukum acara perdata. Melihat hal tersebut, perln adanya upaya untuk merckonseptualisasi pengadilan agraria dengan menempatkan pengadilan agearia di bawah Mahkamah Agung, melakukan revisi RUU Pertanahan, dan membentuk Hukum Acara Pertanahan. Selain itu, perlu adanya penguatan mekanisme rckrutmen hakim khususnya pada hakim pengadilan ageatia, Kata Kuneis Hak atas Tanah; Pengadilan Agraria: Penyelsaian Sengheta; Rekonseptualisasi ‘A. PENDAHULUAN tersebut terjadi arena _perkembangan Tanah yang merupakan bagian penting masyarakat yang memiliki kepentingan bagi kehidupan manusia dak anya untuk mengatur, —-menguasai, dan dipandang dalam sudut sosial, melainkan kini berkembang menjadi isu ekonomi! 'Hal oa monn, (ods), 2013, knowing the Saleen River: Resource Poles ‘ofa Contested Transboundary River, The Anthropocene: * kin andar Ave and Khin Kho Htay, “The impact of Land ‘Cover Changes on Socio-economic Conditions in Bawiathe District, Kaya State in Midleton, Carl and Vanessa Lamb PolithEconomics—Society—Seionce, Springer International Publishing,cham, him 240 Jornal Studia Legalia; Jumal lmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022, ISSN menggunakan tanah.’ Achmad Rubaei menyatakan bahwa tanah memiliki dua fungsi_yakni sebagai social auset dan capital ‘aset? Pangsi tanah sebagai social asset dimaknai sebagai sarana untuk mengjkat persatuan sosial dalam masyarakat dalam kkchidupan, sedangkan capital ase dimaknai sebagai tanah menjadi faktor esensial untuk pembangunan, ‘ Oleh karena itu, sebagai amanat dalam Pasal 33. ayat_ (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia ‘Tahun 1945 (Gelanjutnya disebut UUD NRI 1945), maka _tanah yang merupakan bagian dari bumi, air, dan kkekayaan alam harus benar-benar dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan sakyat ‘Hukum memiliki peranan yang sangat krusial untuk mencegah terjadinya konflik dan mengatur hak setiap warga negara untuk tetap terjaga.’ Hal tersebut sesuai dengan pandangan Achmad Ali yang menyatakan hhukum sebagai a tool of soci control, yang ‘mana hukum memberikan batasan kepada masyarakat yang dianggap menyimpang daci ‘norma hukum schingga tidak melanggar hak wwarga negara lainnya.* Di Indonesia, untuk mengatur terksit — penguasaan dan * Madeleine Rose Powers and Prasasti Dyah Nugraheni, “Transfer from Land Rights to Right Of Building Use of Land from Stock Capital in the Limited Liability Compans”, Journal of Law and Legal Reform, Vol. 2, No. 1, 2021, him 98-102 * achmad Rubaie, 2007, Hukum Pengadaan Tanah Uncuk Kepentingan Umum, Bayumedia, Malang. ‘Triana Rejekiningsih, “Asas Fungsi Sosial Hak ‘Atas Tanah Pada Negara Hukum Guatw Tinjauan Dati Teori, Yuridis dan Penerapannya di Indonesia)", Yastsia Jurnal Hokum, Vol. 5, No. 2, 2016, him 307, * Fran Lewitter, Philip E. Bourne, and Teresa K. Atswood, “Ten Simple Rules for avoiding and resolving conflicts with your colleagues”, Public Library of Science PLOS Computational Biology, Vol. 15, No, 1, 2019, him 1-3 "Turi Haryansi,“Hulkum dan Masyarakae”, ‘TAHKIME Jurnal Hukum dan Syatiah, Vol. 10, No. 2, 2017, him 162, eISSN: pengelolaan terkait pertanahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agearia (Gelanjutnya disebut UUPA). Pasal 2 ayat 2) UUPA menyebutkan hak dan kewenangan negara untuk ‘mengatur penyclenggaraan tanah, hubungan hukum, hingga perbuatan-perbuatan hukum. Lebih lanjut, pola penguasaan tanah tidak hanya dimiliki sepenuhnya oleh negara, melainkan juga masyarakat memiliki hak atas tanah sebagaimana telah tertuang dalam Pasal 16UUPA yang meliputi Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Sewa, Hak Pakai, dan Iainaya.” Dalam perkembangannya, pettanahan menjadi permasalahan keusial yang sering terjadi di Indonesia. Berdasarkan RB Agus Wijayanto, Dirjen Penanganan Sengkta dan Konflik Pettanahan, menyatakan bahwa pada tahun 2018-2020 terdapat 8.625 kasus sengketa dan konflik pertanahan.* Pada saat ini, penyelesaian sengketa _pertanahan dliajukan ke pengadilan, baik dalam lingkup pengadilan umum maupun pengadilan tata usaha negara (PTUN).” Namun_demikian, penyelesaian sengketa di pengadilan saat ini rnyatanya —dianggap tidak = mampu menyelesaikan sengketa pertanahan dan kerap bertentangan dengan asas sederhana, cepat, dan biaya tingan dalam penyelesaian sengketa."” Setidaknya dapat dirangkum dua ” Olan Sitorus, Mitra Wolandayi, and Exi Khacruman, “Pengaturan Penguasaan Tanah di \Wilayah Peraizan Pesisir dan Pulaw Pulau Kecil”, BHUME: Jurnal Agraria dan Pertanahan, Vol. 7, No.1, june, 2021, lm 68-70, * Muhdany Yusuf Laksono, Kompas.com, bueps:/ /wwvekompas.com/ properti/read/2021/1 (0/06 (090000721 /kurun-2018-2020-ada-3.145. kasus-sengkera-pertanaan-yang,belum?page=all, akses 2 Agustus 2022 " Istijb Istijab, “Penyelesaian Sengketa Tanah Sesudah Berlaltunya Undang:Undang Pokole Agata,” Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Vol. 1, No. 1, 2018. " Achmadudin Achmadudin Rajab, “Tinjavan, ‘Yuridis Pentingnya Pembentukan Pengadilan 45 Jornal Studia Legalia; Jumal lmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022, ISSN problematika dalam kasus pertanahan yakni aspek hukum dan aspek non-hukum. Aspek hukum dalam pertanahan mengandung, tiga aspek —yaknipidana, administratif, dan perdata."" Hal tersebut tentunya akan menimbulkan ambiguitas dalam kepastian hhukum, keadilan, dan kemanfaatan bagi masyarakat. Terlebih, apabila kasus yang dipatus oleh masing-masing pengadilan berbeda terkait pelanggaran hukum yang sejatinya_bersumber dari satu hubungan hukum, Dalam aspek non-hukum, mengacu pada pandangan Prof, Nushasan_ Ismail dalam bukunya yang. berjudul “Huon Asparia Dalam” Tantangan — Perubahan’” menyatakan bahwa masih belum optimalnya hakim dalam pengadilan untuk melakukan penyelesaian sengketa pertanahan."* Pembentukan pengadilan agratia menjadi urgensi yang harus dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan old mascim “het recht hinkt achier de faite aan (oukum harus —-mengikuti perkembangan masyarakat)”. Pada dasarnya, gagasan pembentukan pengadilan agraria telah tertuang dalam Pasal 60, 61, dan 82 Rancangan Undang-Undang Pertanahan (elanjumyz — RUU——_Pertanahan)."* Jika dianalisis dalam Pasal 60, 61, dan 82 RUU ——Pertanahan—_-menempatkan posisi pengadilan agraria dibawah dalam pengadilan mum serta menggunakan hhukum acara petdata. Namun, —gagasan pengadilan ageatia nyatanya masih ditentang oleh beberapa abl seperti. Enrico Simanjuntak, Hakim = PTUN Jakarta, yang mengemukakan bahwa penempatan Khusus Pertanahan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 13, No. 1,2018, hlm 34. * Diana Kolompoy, “Sengketa Tanah Akibac Perbuatan Melawan Hulcum Ditinjaa dari UUPA ‘Nomor 5 Tahun 1960”, LEX PRIVATUM, Vol. 7, No. 4, 2019, hlm 32. "= Nurhasan Ismail, 2018, Hukum Agraria Dalam ‘Tantangan Perubahan, Setara Press, Malang, hl 155-156, "Ida Nurlinda, “Telaah Atas Materi Muatan Rancangan Undang-Undang Pertanahan”, Faculty of Law Universitas Padiadjaran Jurnal Bina Mulia Hokum, Vol. 1, No. 1, 2016, hm 2-5 eISSN: posisi pengadilan agraria dengan menggunakan hukum acara perdata dan di bawah pengadilan umum akan ‘menimbulkan kerancuan khususnya untuk menguji tindakan/keputusan hhukum pemerintah dalam =——_bidang pertanahan.* Oleh arena itu, terdapat dua rumasan ‘masalah yang akan dianalisis dalam penelitian in, Pertama, apa urgensi pembentukan pengadilan gratia di Indonesia, Kedua, Bagaimana —rekonseptualisasi dan pengadopsian _pengadilan agraria di Indonesia? Artikel ini bertujuan untuk menawarkan beberapa—_solusi terkait permasalahan —_pertanahan dengan merekonseptualisasi gagasan, pengadilan agraria yang telah ada. Lebih Janjut, artikel ini juga akan memberikan ‘masukan gagasan bagaimana pengaturan dan an pengadilan ——agraria, Untuk memperkuat gagasan_—pengadilan agraria, penulis melalukan studi komparatif pada negara Australia dengan negara bagian Queensland dan New South Wales serta negara Skotlandia, Alasan studi komparatif yang dilakukan pada ‘Australia (Queensland dan New South Wales) dengan Skotlandia adalah kedua negara tersebut merupakan cerminan negara yang memilikipengadilan—agraria, sekaligus memiliki pengaturan dan teknis pengadilan agraria yang konkrit. Puncaknya, artikel ini diharapkan-mampu_memberikan ‘manfaat_ untuk —kontribusi_keilmuan tethadap perlindungan hak warga negara atas tanah di Indonesia. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakanpenelitian hukum norman? dengan “4 Basico Simanjuntak, “Rekonseptualisasi Pengadilan Pertanaban”, Jurnal Hokum dan Peradilan, Vol. 3, No. 3, 2014, hm 262, "Penelitian hukum normetif merupakan suatu prosedur penelitin yang mengkaji dan rmenemukan suatu kebenaran dilandaskan pada logika keiimuan normatifaya baik secara filosofis Imukeum, asas-asas hulum, pesbandingan hukum, peraturan perundang-undangan, dan lainnya, Johnay Ibrahim, 2013, Teosi dan Merodologi Jornal Studia Legalia; Jumal lmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022, ISSN: pendekatan peraturan_perundang-undangan, kasus, dan —studi_—_perbandingan Pendekatan peraturan perundang-undangan ilakukan untuk —melakukan —analisis dan identifikasi.ketentuan yang mengatur mengenai —pertanahan—-khususnya mencakup mengenai penyelesaian sengketa. Pendekatan kasus digunakan untuk menelaah kasus-kasus sengketa pertanahan schingga mampu ditarik’ benang merah untukdibentuknya —pengadilan agratia, Pendekatan kasus dilakukan dengan ‘melakusan analisis Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Pontianak Nomor 62/G/2015/PTUN-PTK dan Putusan Pengadilan Negeri Mempawah Nomor 19/PDT.G/2016/PNMPW. Lebih lanjut, penelitian ini juga akan menggunakan pendekatan studi komparatif pada negara Australia (Queensland dan New South Wales) dan negara Skotlandia untuk ‘menganalisis pengaturan pengadilan agrata Pada penelitian ini akan mengeunakan data sekunder yang merupakan bahan hukum primer, sckunder, dan tersier. Bahan hukum primer yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini diancaranya adalah UUD NRI 1945, UUPA, dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa pertanahan di Indonesia, serta peraturan di Australia (Queensland dan New South Wales) dan Skotlandia yang mengatur ‘mengenai pengadilan agratia, Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian mencakup buku, jurnal, naskah akademik, dan laporan penelitian, Lebih lanjut, bahan hhukum tetsier yang digunakan yakni blac: daw dictionary, ebsit dan lainnya. Setelah dilakukannya pengumpulan dan penginventarisasian bahan hukum digunakan teknik studi pustaka, yang selanjutnya bahan tersebut akan di preskripsi sesuai dengan permasalahan hukum yang diteliti, Dalam menganalisis data, digunakan pola deduksi yang bertujuan untuk menjelaskan norma peraturan terkait permasalahan hukum dan menjelaskan fakta hukum. Analisis data dilaksanakan secara_-menyeluruh, _teratur, sistematis, dan dipaparkan secara sinci, yang pada akhirnya mampu untuk melahirkan Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia, 2013), Bayumedia, Malang, hm 57-60. eISSN: kesimpulan dan saran mengenai masalah yang dikaji C. PEMBAHASAN 1. Perlindungan Hak Atas Tanah di Indonesi Tinjauan Urgensi Pembentukan Pengadilan Agraria. dan Selayang Pandang Pengadilan Agraria di Australia (Queensland and New South Wales) dan Skotlandia a. Petlindungan Hak atas ‘Tanah di Indonesia ‘Tanah merupakan isu lintas sektoral yang berdampak — langsung paca penikmatan scjumlah hak asasi manusia. Bagi banyak orang, tanah adalah sumber penghidupan, dan merupakan pusat halchak ekonomi." Tanah juga scring dikaitkan dengan identitas masyarakat, dan juga terkait dengan hak sosial dan budaya” Hak atas tanah tidak hanya menyangkut hak —milik namun juga mengacu pada akses,—_—penggunaan, kepemilikan dan pendudukan tanah, keamanan penggunaan, dan kepemilikan atau. penguasaan ersebut. Hak atas tanah juga telah diakui dalam Article 2 Universal Declaration of Human Rights das Artie 2 (1) & Article 3 International Covenant on Civil and Political Rights yang menyebutkan bahwasanya tidak ada seorangpun yang mendapatkan suatu diskriminasi dalam —_pengakuan, penikmatan atau pelaksanaan hak asasi mereka khususnya pada properti (tanah).* Secara historis, jaminan hak milik atas tanah “Tran Tuan Nguyen, “Conversion of land use and household livelihoods in Vietnam: A study ia Nghe An”, De Gruyter Open Access Open Agriculture, Vol. 6, No. 1, 2021, him 83. ' Isabel Heger, “More Than ‘Peasants Without Land’ Individualisation and Identity Formation of, Landless Peasants in the Process of China's State-Led Rural Urbanisation”, SAGE, Publications Led Journal of Current Chinese Affairs, Vol. 49, No. 3, 2020, hlm 335-337. ° United Nations Human Right, 2015, Land and Human Rights Standards and Applications, United Nations, Switzerland, hlm 11 ” Jornal Studia Legalia; Jumal lmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022, ISSN ‘merupakan salah satu isu sentral_ yang ‘memicu berkembangnya sistem hak asasi manusia baik Bill of Rights Amerika Serikat abad ke-18 dan Deklarasi Perancis tentang Hak Asasi Manusia dan Warga Negara menempatkan perlindungan hak milik pada tingkat yang sama dengan hak untuk hidup.” Dalam konteks ini, kepemilikan pribadi berarti perlindungan, jaminan, dan keamanan epemilikan tanah, arena hanya orang-orang yang memiliki hak resmi atas tanah tersebut yang akan dilindungi Pentingnya tanah bagi masyarakat memicu permasalahan atax_sengketa di masyarakat. Untuk mengurangi sengketapertahanan, maka perlunya _ masyarakat memperoleh, jaminan —kepastian = hukum yang. diimplementasikan dalam perlindungan hak ats tanah. Philipus_ M. — Hadjon mengungkapkan dua _jenis perlindungan fnukum, yakni preventif, dan represié” Perlindungan hukum preventif merupakan. perlindungan hukum yang memiliki tujuan mencegah terjadinya_suatu sengketa.” Perlindungan hukum preventif ini dapat dicontohkan dengan scbelum pemerintah ‘membuat sebuah produk hukum, masyarakat ‘memiliki hak untuk menyatakan Keberatan yang dapat dilanjurkan untuk dimintai pendapat sebagai reneana keputusan produk hhukum. tersebut. Sedangkan, perlindungan hhukum reptesif merupakanperlindungan hhukum yang menggunakan sanksi kepada pihak yang bermasalah, berkonflik atau Jérémie Gilbert, Sur - International Journal on Human Rights, ‘nu: / /barps%253A9%252FY.252Peur-conectas.ong 4252Fen252Fland:-rights-humantights®252E, diakses 4 Agustus 2022. © Dyah Permata Budi Assi, “Perindungan Hukum PreventifTeshadap Ekspresi Budaya ‘Traisional di Daerah Itimewa Yogyakarta Beedasarkan Undang, Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hake Cipts" JIPRO: Journal of Intelleesal Property, Vol. 1, No, 1,208, him 16 » Sayyid Muhammad zein Alydeus, “Perlindungan Hukum Tethadap Konsumen PL. PLN (Persero) Balikpapan Terkait Adanya Pemadaman Listik”, LEX SUPREMA Juenal imu buku, Vol.2, No. 1, 2020, hm 365. eISSN: bersengketa schingga mampu_tercipranya kondisi semula.” Perlindungan ini dilakukan di Pengadilan yang berkaitan dengan uupaya represif untuk memberikan keadilan dalam proses petsidangan apabila_ ada pilak yang dilanggar hak atas tanahnya. Maka dengan melihat_—pentingnya tana atas kehidupan masyarakat di Indonesia, maka pengaturan hak tas tanah telah dilindungi dalam konstitusi_tepatnya pada Pasal 33 ayat (@) UUD NRI 1945 yang memetintahkan bahwa tanah yang yang, merupakan agian dati bumi, air, dan kekayaan alam hatus dipergunakan untuk keesejahteraan rakyat schingga negara sesuai dengan teori kewajiban negara, memiliki tugas untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati hak atas tanah.” Implementasi perlindungan hak atas tanah di Indonesia juga

You might also like