Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat
rahimakumullah.
Sejak kemarin terdengar gema takbir, tahmid,
dan tahlil menyambut datangnya Hari Raya Idul
Adha yang mubarak. Syukur Alhamdulillah, kita
semua dapat berjumpa kembali dengan Hari
Raya ini dalam keadaan sehat wal afiat.
Langkah kaki kita menghadiri shalat ied ini
merupakan bukti bahwa kita masih dikaruniai
nikmat kesehatan dan keimanan, dua nikmat
yang sangat besar sekali nilainya, tanpa bisa
digantikan oleh selainnya. Semoga nikmat
tersebut tetap kita peroleh sampai nyawa
berpisah dari badan ini. Amin ya rabbal alamin.
Hari ini kita memasuki Hari Raya Idul Adha. Hari
Raya ini dikatakan dengan Idul Adha karena
pada hari raya ini dan tiga hari sesudahnya,
atau disebut dengan Hari Tasyrik, kita semua
diserukan untuk memotong hewan qurban yang
merupakan bentuk ketundukan dan kepasrahan
kita kepada Allah SWT Dzat Yang Kuasanya tiada
terbilang dan tiada terhingga. Allah SWT
berfirman:Joslg eb) jas
“Sembahyanglah kamu kepada Rabb-mu dan
berqurban-lah” (QS. Al-Kautsar: 2)
Menurut Mazhab Imam Syafi'i, memotong hewan
qurban itu hukumnya sunnah muakkadah,
artinya sunnah yang dikuatkan, meskipun ada
imam madzhab yang mewajibkannya. Meskipun
hukumnya sunnah muakkadah, namun bagi
orang mampu yang tidak berqurban maka
Rasulullah mengingatkan dengan keras:
Cuadds eel als dau dau a oS 4
Lsil.05 gl Uv9gs ld al
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan
(berqurban) tetapi tidak melakukannya maka
silakan mati dalam keadaan yahudi atau
nasrani.” Dalam riwayat lain:
385 US was als dau dau a) 3S 6
(as
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan
(berqurban) tetapi tidak melakukannya maka
janganlah mendekati tempat shalat kami.” BaaOleh karena itu, sudah pada tempatnya kita
sebagai orang yang mengaku beriman kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya untuk memenuhi
panggilan berqurban tersebut.
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat
rahimakumullah.
Pelaksanaan qurban yang dilakukan oleh umat
Islam, selain sebagai bentuk kepatuhan dan
kepasrahan kepada Allah serta sebagai upaya
pendekatan diri kepada-Nya (taqarrub ilallah),
juga ada hikmah yang berdampak
kemashiahatan bagi umat manusia. Di antara
hikmah yang bisa kita petik adalah:
1. Meneladani kesabaran Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam
menerima cobaan dan ujian
2. Menumbuhkan sifat kedermawanan, saling
membantu (ta’awun), saling berkasih
sayang (tarahum), dan terbinanya
solidaritas sosial di kalangan umat Islam
3. Menumbuhkan semangat berkorban di
kalangan kaum muslimin pada khususnya.
Hikmah pertama, yakni meneladani
kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
‘alaihimas salam dalam menerima cobaan
dan ujian. Sebagaimana diceritakan dalam
kitab suci Alquran bahwa Nabi Ibrahim
‘alaihis salam belum dikaruniai seorang
anak sampai usianya lanjut sehingga
beliau sangat ingin dikaruniai seorang|
anak dan senantiasa berdoa agar
keinginan tersebut dikabulkan oleh Allah
Ta’ala:GarLall Go) od 35
“Wahdi Tuhanku berilah aku putra yang shalih”
(QS as-Shaffat: 100)
Akhirnya Allah SWT menjawab dan
mengabulkan doa beliau setelah sekian lama.
Namun setelah beliau memperoleh seorang
putra dan putranya itu berumur antara 9-11
tahun, Allah SWT memintanya kembali untuk
dijadikan qurban sebagai persembahan. Tidak
mudah bagi seseorang yang sudah sekian lama
mendambakan seorang anak, tapi setelah anak
itu lahir dan di usia yang sedang lucu-lucunya,
diperintahkan untuk mengorbankannya. Secara
manusiawi perintah tersebut sulit sekali untuk
dipenuhi.
Tapi Nabi Ibrahim tidaklah demikian. Perintah
tersebut diterimanya dengan penuh ketaatan
dan kepasrahan. Sikap tersebut muncul karena
keimanan yang total kepada Allah Ta’ala,
bahwa semua perintah-Nya tidak lain adalah
untuk kemaslahatan umat manusia. Bahwa
semua yang ada pada diri manusia tidak lain
pada hakekatnya merupakan milik Allah.
Apabila Allah memerintahkan untukmengorbankannya, maka pada hakekatnya itu
adalah mengembalikan sesuatu yang dititipkan
ke umat manusia dikembalikan pada pemilik
hakikinya.
Sebelum melaksanakan perintah tersebut, Nabi
Ibrahim merundingkan pada anaknya yaitu nabi
Ismail. Sebuah contoh mulia bagaimana orang
tua memusyawarahkan dengan anaknya
terhadap sesuatu keputusan yang akan
berakibat dan berdampak pada anak tersebut.
il ot G SE tall aes aly lal
sBils 555 sl aliall we il
4abi lo jasl esl b JG 65 lite
pple go WI ald 3) Ganta
“Maka tatkala anak itu sampai usia remaja, la
berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” la
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu,; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar.” (QS ash-Shaffat : 102)Sungguh sangat mengagumkan seorang ayah
yang sanggup menjalankan perintah
mengorbankan anak satu-satunya yang sudah
didambakan kelahirannya sekian lama. Lebih
mengagumkan lagi adalah sikap anak tersebut
yang penuh keyakinan dan kesabaran
mendorong ayahnya untuk menjalankan
perintah tersebut. Meskipun itu artinya
mengorbankan nyawanya.
Ketika kepasrahan dan ketundukan yang luar
biasa dari nabi Ibrahim dan nabi Islamil
‘alaihimas salam dalam menerima perintah
tersebut, rupanya itu merupakan ujian dari Allah
kepada mereka berdua. Maka tatkala mereka
siap untuk melaksanakan perintah itu, Allah
menggantinya dengan seekor domba yang
besar.
(103) cust i) ali laLil tals
lode. al 1G gl stasis
gis USS Ul Gail edi
2Mdl 54) 13a 3! (105) Sptaucsall
pulse iy 81555 (106) Syl
(107)
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar
suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS
ash-Shaffat: 103-107)
Kepasrahan dan ketundukan nabi Ibrahim dan
nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menerima
dan menjalankan perintah Allah SWT
merupakan contoh terbaik yang patut menjadi
teladan kita umat Islam. Saat ini banyak sekali
umat Islam yang seakan tidak peduli dengan
perintah Allah SWT di dalam ajaran agama.
Perintah Allah SWT dipilah dan dipilih untuk
ditaati dan diimani. Mana perintah yang sesuai
dengan kepentingan dan keinginannya, maka ia
akan menjalankan perintah tersebut. Tapi jika
sebaliknya, ia menganggap angin lalu saja
perintah tersebut. Kepasrahan dan ketundukan
total kepada Allah Dzat Yang Mahakuasa saat
ini merupakan sesuatu yang sulit ditemukan di
kalangan umat Islam.Oleh karena itu, melalui momentum Idul Adha ini
saya mengagjak kita semua umat Islam untuk
meneladani nabi Ibrahim dan nabi Ismail dalam
menerima dan menjalankan perintah Allah SWT,
yaitu dengan penuh kepasrahan dan
ketundukan. Karena semua perintah Allah
apabila dilaksanakan secara benar pasti akan
membawa kemanfaatan dan kemaslahatan
pada orang yang menjalankan tersebut.
lg al YI al Y (3%) vst aul
sas! dg St wl ST
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat
rahimakumullah.
Pesan ibadah qurban yang kedua adalah
menumbuhkan sikap ta’awun (saling
membantu antar sesama umat manusia),
khususnya di kalangan umat Islam.
Penyembelihan hewan qurban jangan hanya
dilihat semata-mata dari aspek
penyembelihannya sqja. Tapi juga harus dilihat
bahwa penyembelihan itu merupakan simbol
perilaku kedermawanan dan solidaritas sosial di
antara umat manusia. Sesuatu yang menjadi
salah satu pilar ajaran Nabi SAW.aaslss 5 Sab os
Sila a elas ge gd Sc i
‘anol AdIIg 4idl, aaesll
dule|
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam
hubungan cinta kasih dan kasih sayang satu
sama lain seperti satu jasad yang apabila ada
salah satu bagiannya sakit maka seluruh tubuh
itu akan merasakan sakit.” (HR al-Bukhari dan
Muslim)
Rasulullah SAW telah mencontohkan pentingnya
solidaritas tersebut, salah satunya melalui
upaya mempersaudarakan orang-orang
Muhgjirin dan Anshar. Orang-orang Anshar
bersedia memberikan sebagian bahkan
setengah dari hartanya kepada kaum Muhdajirin
yang kebetulan ketika mereka pindah dari
Makkah ke Madinah tidak sempat membawa
apa-apa. Bahkan, kaum Anshar cenderung
lebih mementingkan keperluan kaum Muhgjirin
daripada keperluan mereka sendiri. Sikap
tersebut mendapat pujian dari Allah seperti
disebut dalam Alquran surat al-Hasyr ayat 9:99 Glaydl 51M! ltd Sail
is agal 34 jel 6 Joint ahs
lag ds AeI5 ayo 99 oid
515 Agudil le 5953539 Ioiol
ae las eg G&
“Dan orang-orang yang telah menempati Kota
Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.
Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhgqjirin), atas
diri mereka sendiri. Sekalipun mereka
memerlukan (apa yang mereka berikan itu)”.
Ini merupakan gambaran umat Islam periode
pertama (as-sabiqun al-awwalun) yang
memiliki solidaritas dan kasih sayang yang amat
tinggi. Sikap seperti ini sangat dibutuhkan pada
masa sekarang. Misalnya menyisihkan sebagian
penghasilan untuk didonasikan kepada mereka
yang membutuhkan, sesuai sabda Nabi SAW:cle a sad tj [bs J
ele olgs[ 4 51h ¥ ya
“Barangsiapa yang memiliki kelebihan bekal
hidup maka hendaklah mendonasikan kepada
orang yang tidak punya bekal hidup”. (HR
Muslim)
Alo al YI al Y (3%) si awl
sasdl Wo pS! al SI
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat
rahimakumullah.
Pesan ibadah qurban yang ketiga adalah
menumbuhkan semangat berkorban,
khususnya di kalangan kaum muslimin. Tanpa
adanya pengorbanan tidak mungkin dapat
mencapai sesuatu yang diinginkan.
Kemerdekaan negara Indonesia tercinta ini
diperoleh tidak lain adalah merupakan hasil dari
pengorbanan para pahlawan, yang telah rela
mengorbankan jiwa dan raganya dalam.
merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita yang
hidup menikmati kemerdekaan tersebut
menjaga dan merawat dengan baik negara ini.
Kita harus mau berkorban demi kemajuan
negara ini. Tantangan dan ujian seberat
apapun hendaknya tidak akan menggoyahkan
semangat berkorban demi terjaganya negaraKita harus mau berkorban demi kemajuan
negara ini. Tantangan dan ujian seberat
apapun hendaknya tidak akan menggoyahkan
semangat berkorban demi terjaganya negara
tercinta ini. Di atas pundak kita umat Islam
Indonesia, terpikul dua tanggung jawab
sekaligus yaitu tanggung jawab keislaman
(Mas-uliyah Islamiyah) dan tanggung jawab
kebangsaan (Mas-uliyah Wathaniyah). Dua
tanggungjawab yang tidak bisa dipisahkan
antara satu dan lainnya.
Dengan mengedepankan semangat
pengorbanan, sebagaimana dipetik dari hikmah
iedul adha, insyaallah kita umat Islam dapat
memikul tanggungjawab tersebut. Amin ya
Rabbal alamin.