Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 9
MATERI LEMBAGA PEMBINA ADAT KABUPATEN BANYUASIN OLEH : H. ISKANDAR ZULKARNAIN, SH.M.Hum (Anggota Tetap Lembaga Pembina Adat Kabupaten Banyuasin) Dipindai dengan CamScanner 1 PENERAPAN HUKUM ADAT PADA MASYARAKAT DINAMIS DAN KENDALANYA OLEH : H. ISKANDAR Z. HAMID, S.IL, M.Hum ANGGOTA TETAP LEMBAGA PEMBINA ADAT KABUPATEN BANYUASIN Pendahuluan Suatu peraturan / norma dapat berlaku setidak- tidaknya ditopang oleh tiga pilar yaitu pilar filosofis, sosiologis, dan yuridis, Berbicara soal masyarakat hukum adat dan adat istiadat tentu pilar filosofis dan sosiologi otomatis berlaku, karena hal tersebut telah didukung dan diterima masyarakat, karena sudah sesuai dengan nilai budaya dan sosial masyarakat. Lain halnya dengan pilar hukum/ yuridis, tidak dapat otomatis diterima masyarakat, karena hal itu harus diselaraskan dengan hukum yang ditetapkan negara, Seiring dengan perkembangan zaman di era globalisasi ini, masyarakat semakin berkembang dan dinamis yang suka atau tidak suka sangat berpengaruh terhadap peradaban masyarakat termasuk juga masyarakat hukum adat. Nilai- nilai adat istiadat dan budi pekerti yang selama ini dipedomani seolah- olah semakin ditinggalkan. Akan tetapi nilai- nilai adat istiadat dan budi pekerti tersebut akan muncul/ timbul kembali bila anggota masyarakat hukum adat tersebut ada rencana tertentu yang mau tidak mau harus ada dukungan atau campur tangan anggota masyarakat lainnya, seperti mau menikahkan anak, pembersihan desa/ kelurahan, tertimpa musibah, dan lain sebagainya yang hal itu perlu dikerjakan secara bersama- sama (gotong royong). Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Banyuasin menganggap perlu untuk membentuk Lembaga Pembina Adat di Kabupaten dan Lembaga Pemangku Adat di tiap Desa dan Kelurahan serta mengkompilasi adat istiadat berikut sanksinya dalam bentuk Peraturan Daerah yang akan diterapkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat Hukum Adat di wilayah Kabupaten Banyuasin. Berkaitan dengan judul makalah ini “Penerapan Hukum Adat Pada Masyarakat Dinamis dan Kendalanya”, maka sistematik uraiannya adalah sebagai berikut : I. Pendahuluan Il, Eksistensi Masyarakat Hukum Adat TI. Kompilasi Adat Istiadat TV. Kedudukan dan Fungsi Lembaga Adat V. Hak, Wewenang dan Kewajiban Lembaga Adat Dipindai dengan CamScanner I. VI. Peraturan Perundangan yang Berkaitan dengan Masyarakat Hukum Adat VII. Penerapan Hukum Adat pada Masyarakat Dinamis dan Kendalanya VI. Penutup Eksistensi (Keberadaan) Masyarakat Hukum Adat Secara konstitusional pengakuan masyarakat Hukum Adat maupun hak- hak tradisionalnya antara lain diatur dalam : - Bab VI tentang Pemerintahan Daerah Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945; “Negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang”. Tindak lanjut dari ketentuan di atas lahirlah Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya lagi tentang adat istiadat diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007. Bab X A (Tentang HAM) Khusus mengenai adat istiadat diatur dalam Pasal 28 I ayat (3) UUD 1945, “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban”. Dari ketentuan ini jelas bahwa perlindungan terhadap identitas masyarakat adat dan hak masyarakat tradisional dihormati dan diakui keberadaannya serta merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM). - Eksistensi masyarakat hukum adat lebih diperjelas lagi oleh Pasal 51 ayat (1) butir b Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, di mana masyarakat hukum adat dapat menjadi pemohon (legal standing) dalam perkara pengujian Konstitusional Undang-Undang. Kewajiban Pemerintah Daerah di dalam melindungi masyarakat hukum adat beserta adat istiadatnya telah diatur dalam Pasal 216 ayat (2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004. - Eksistensi (Keberadaan) Masyarakat Adat Kabupaten Banyuasin secara jelas telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pemberdayaan, Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Keberadaan Masyarakat Hukum Adat dan Kompilasi Adat Istiadat Kabupaten Banyuasin. Masyarakat Hukum Adat adalah masyarakat yang berdomisili di Desa atau Kelurahan eks marga dalam wilayah Kabupaten Banyuasin. Wilayah Kesatuan Masyarakat Hukum Adat adalah : 1, Eks marga Rimba Asam; 2. Eks marga Suak Tapeh; Dipindai dengan CamScanner 3, Eks marga Pangkalan Balai; 4, Eks marga Rantau Bayur; 5. Eks marga Penuguan; 6. Eks marga Tungkal Ilir; 7. Eks marga Talang Kelapa; 8. Eks marga Gasing; 9. Eks marga Tanjung Lago; 10.Eks marga Sungai Rengas; 11.Eks marga Kumbang 12.Eks marga Rambutan; 13.Eks marga Sungai Aren; 14.Eks marga Upang; 15.Eks marga Telang; 16.Eks marga Sungsang” I. Kompilasi Adat Istiadat Sesuai dengan ketentuan Pasal 22 huruf m Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lama) yang telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, antara lain diatur bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban melestarikan nilai sosial budaya. Bahwa adat istiadat, nilai- nilai budaya, kebiasaan- kebiasaan masyarakat dan lembaga adat diakui keberadaan dalam kehidupan masyarakat untuk dapat menunjang kelangsungan pembangunan dan ketahanan nasional di Kabupaten Banyuasin dan sebagai tindak lanjut dari Pasal 13 ayat (2) Perda Nomor 16 Tahun 2003, maka untuk itu telah diterbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 9 Tahun 2012 tentang Keberadaan Masyarakat Hukum Adat dan Kompilasi Adat Istiadat Kabupaten Banyuasin. Dalam Kompilasi Hukum Adat telah dirinci uraian tentang Upacara Adat, Adat Perkawinan, Kesenian, Upacara Kematian, Adat Sopan Santun, Hukum Perseorangan Adat, Hukum Keluarga Adat, Perkawinan Adat, Perceraian, Hukum Tanah dan Benda- Benda yang ada diatasnya, Hukum Perjanjian Adat, Hukum Silang Sengketa Adat. Selain daripada itu telah diatur pula tentang Larangan Adat dan Reaksi/ Sanksi Adat. Pelanggaran terhadap perbuatan yang diatur dalam Larangan Adat akan mendapat Reaksi/ Sanksi Adat, dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 1. Reaksi adat yang dikenakan/ dibebankan kepada pelanggar adat, ditentukan sesuai dengan pelanggaran adat yang dilakukan; Dipindai dengan CamScanner Iv. 2, Penerapan reaksi adat bertujuan untuk memelihara tata tertib dan mengembalikan kescimbangan yang telah terganggu; 3. Pelaksanaan reaksi adat dilaksanakan scsuai dengan adat sctempat dan tidak bertentangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku; 4, Pelanggaran adat mengakibatkan kerugian material dan/atau immaterial seseorang atau seckelompok orang / masyarakat dapat diselesaikan secara damai dengan cara musyawarah mufakat di bawah pimpinan Kepala Desa/ Lurah atau Pemangku Adat Setempat; . Penyelesaian itu meliputi pemulihan hubungan baik antara kedua belah pihak, pemberian ganti rugi kepada pihak yang dirugikan, dan pengembalian kerukunan masyarakat; 6. Hasil musyawarah mufakat itu dibuat secara tertulis, ditanda tangani oleh kedua belah pihak serta diketahui oleh Kepala Desa/ Lurah dan Pemangku Adat Setempat; 7. Apabila penyelesaian secara damai tidak tercapai, maka pihak yang merasa dirugikan dapat melaporkan / mengadukan perbuatan tersebut kepada pihak yang berwajib/ berwenang. w Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Lembaga Adat Kedudukan Lembaga Adat: - Lembaga Adat Desa berkedudukan sebagai mitra Pemerintahan Desa; - Lembaga Adat Kelurahan berkedudukan sebagai mitra Pemerintahan Kelurahan; - Lembaga Adat Kabupaten berkedudukan sebagai mitra Pemerintahan Kabupaten Tugas dan Fungsi Lembaga Adat Desa/ Kelurahan meliputi : - Membina, memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat istiadat masyarakat dalam memperkaya budaya daerah serta memberdayakan masyarakat dalam pembinaan kemasyarakatan; - Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembinaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat masyarakat; - Mencatat adat istiadat masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Desa/ Kelurahan yang bersangkutan; - Menyelesaikan perselisihan yang menyangkut adat istiadat masyarakat Desa/ Kelurahan yang bersangkutan; - Menciptakan hubungan yang harmonis terhadap perbedaan adat istiadat dalam masyarakat; - Mengadakan kerja sama antara Lembaga Adat; Dipindai dengan CamScanner - Membina hubungan kemitraan dengan Pemerintah Desa/ Pemerintah Kelurahan. V. Hak, Wewenang dan Kewajiban Lembaga Adat Lembaga adat mempunyai hal 1, Untuk melakukan tindakan di luar maupun di dalam Pengadilan; 2. Menjamin hubungan kerja sama antara Lembaga Adat; 3. Penerimaan Jainnya berupa bantuan yang ditetapkan dalam APBD Kabupaten Banyuasin Lembaga Adat sesuai tingkat masing- masing mempunyai wewenang: 1. Melakukan koordinasi, pengarahan dan pengawasan; 2. Membantu warga masyarakat dalam melaksanakan adat istiadat; 3. Membuat keputusan/ penetapan menurut hukum adat. Lembaga Adat sesuai dengan tingkat masing- masing mempunyai kewajiban : . Memelihara stabilitas nasional yang sehat dan dinamis serta memberikan peluang kepada Pemerintahan Desa, Pemerintahan Kelurahan, dan Pemerintahan Kabupaten Banyuasin dalam Penyelenggaran pemerintahan dan pembinaan masyarakat yang adil dan demokratis; 2. Membantu kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat dengan memperhatikan adat istiadat; 3. Menciptakan suasana yang dapat menjamin terpeliharanya kebhinekaan masyarakat adat dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. VI. Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan Masyarakat Hokum Adat dan Lembaga Adat 1. Yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat a. Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa - Peraturan di Desa adalah Peraturan yang meliputi Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, dan Peraturan Kepala Desa. - Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD. - Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur. Dipindai dengan CamScanner - Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan bersifat mengatur. - Keputusan Kepala Desa adalah Penctapan yang bersifat konkrit, individual dan final. d. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, antara lain mengatur sebagai berikut; - Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) adalah wadah_ partisipasi masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa, ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat Desa (RT, RW, PKK, Karang Taruna, Pos Pelayanan Terpadu, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Lembaga Adat Desa (LAD) adalah lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat Desa. 2. Yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintahan Kabupaten Banyuasin a. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan nomor 12 Tahun 1988 tentang Rapat Adat, Pemangku Adat dan Pembina Adat di Sumatera Selatan; b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 1 Tahun 2003, tentang Lambang Daerah Kabupaten Banyuasin; ¢. Peraturan Daerah Kabupaten Bayuasin Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pemberdayaan, Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembagai Adat; d. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 9 Tahun 2012 tentang Keberadaan Masyarakat Hukum Adat dan Kompilasi Adat Istiadat Kabupaten Banyuasin; e. Peraturan Bupati Banyuasin Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Kepengurusan Lembaga Pembina Adat Kabupaten Banyuasin; f. Peraturan Bupati Banyuasin Nomor 96 Tahun 2015 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Kepengurusan Lembaga Pembina Adat Kabupaten Banyuasin; g. Keputusan Bupati Banyuasin Nomor 261 Tahun 2004 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Kepengurusan Lembaga Pembina Adat Kabupaten Banyuasin; 6 Dipindai dengan CamScanner Vi. h. Keputusan Ketua Lembaga Pembina Adat Kabupaten Banyuasin Nomor 24 Tahun 2012 tentang Lambang Lembaga Adat Kabupaten Banyuasin; i, Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Hiburan Rakyat. Penerapan Hukun: Adat pada Masyarakat Dinamis dan Kendalanya Pada uraian terdahulu telah dijelaskan tentang Hukum Adat, masyarakat adat, pelanggaran adat, dan reaksi/ sanksi yang diberikan kepada mereka yang melanggar adat serta Hak, Wewenang dan Kewajiban Lembaga Adat. Penerapan Hukum Adat dapat dilaksanakan terhadap masyarakat adat di wilayahnya masing-masing, walaupun masyarakatnya sudah mulai berubah karena perkembangan zaman, namun nilai esensinya tetap ada dan mendasar serta tidak bertentangan dengan Pancasila dan Peraturan Perundangan- undangan lainnya. Hal ini, dapat dilaksanakan sepanjang semua pihak menyadari dan menguasai serta memahami tentang hak, wewenang, kewajiban, tugas dan fungsi masing- masing dalam masyarakat adat yang bersangkutan. Adapun kendala yang ditemui dalam penerapan Hukum Adat tersebut antara lain adalah : 1. Belum semua Desa/ Kelurahan membentuk organisasi kepengurusan Lembaga Adat; 2. Tidak semua Pengurus Lembaga Adat, Pejabat Desa/ Kelurahan menguasai dan memahami tentang Hak, Kewajiban, wewenang, tugas, dan fungsi masing- masing dalam penerapan Hukum Adat; 3. Sebagian Pengurus dan Pejabat belum memiliki buku peraturan Perundang- Undangan tentang Keberadaan Masyarakat Hukum Adat dan Kompilasi Adat Istiadat Kabupaten Banyuasin. Untuk mengatasi kendala yang ada tersebut, maka perlu segera ditindak lanjuti langkah — langkah sbb : 1. Bagi Desa/ Kelurahan yang belum terbentuk organisasi Kepengurusan Lembaga Adat, agar segera membentuk; 2. Perlu dilaksanakan sosialisasi tentang hak, kewajiban, tugas dan fungsi kepada Kepala Desa/ Lurah di Desa dan Kelurahan; 3. Perlu menyebarluaskan Peraturan Perundang-Undangan _ tentang Keberadaan Masyarakat Hukum dan Kompilasi Adat Istiadat Kabupaten Banyuasin ke seluruh Desa atau Kelurahan. Dipindai dengan CamScanner VIII. Penutup Sebagai bagian penting eksistensi bangsa, masyarakat hukum adat tidak lagi hanya ditempatkan sebagai objek dari pembangunan nasional, Masyarakat adat yang hidup dalam suatu lingkungan hukum adat ini berhak untuk menjadi subjek pembangunan yang mampu berpikir untuk menjadi objek pembangunan perlu diletakkan secara proporsional sesuai dengan Hak Asasi Manusia yang dimilikinya dan hak- hak hukum sebagai warga suatu negara. Demikian juga halnya Masyarakat Hukum Adat Kabupaten Banyuasin harus proaktif untuk ikut serta menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam membangun Kabupaten Banyuasin yang gemilang untuk kesejahteraan masyarakatnya. PangkajarBalai, | _ a. HLISKANDAR 2. HAMID, $H., M.Hum Dipindai dengan CamScanner

You might also like