Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 82
PENGARUH POSISI SEMI FOWLER 45° TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE DI RUANGAN INTENSIVE CORONARY CARE UNIT (ICCU) RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA SKRIPSI ANNISA DWI ANANDA PO7220215010 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN SAMARINDA 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.. afas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul “Pengaruh Posisi Semi Fawfer 45° Terhadap Kualites Tidur Pada Pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”, Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pibsk. Oleh karens itu, pads kesempstan ini penulis. menyampaikan wcapan terima Kasih serta penghargaan ‘yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. H. Supriadi B, S. Kp., M. Kep. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kaltim 2. Ismansyab, 8. Kp., M. Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan 3. Ns. Parellangi, S. Kep., M. Kep., MH. Kes, selaku Ketua Program Studi DIV Keperawatan 4, Ns. Wiyadi, S.Kep, M.Kep. selaku dosen pembimbing akademik dan penguji yang telah berkenan menguji dan juga memberi banyak semangat dan motivasi penulis selama iriasa perkuliahan. 5. Badar, SST.. M. Kes. selaku dosen pembimbing utama penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang terbaik selama.penelitian dan penyusunan proposal ini. 6, Ns. Nilam Noorma., §.Kep.M.Kep. Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan baik dan memberikan banyak saran dalam menyelesaikan skips ini, 7. Ns, Nurul Kartika Sari., M. Kep, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah membimbing penulis dengan sabsr, telah memberikan banyak masukan dan memberikan banyak bantuan dalam penyelesaian proposal yang berkendala membimbing sampai akhir karena dipindah tugaskan, 8. Pihak Dinas Kesehatan Kota Samarinda 9. Kedua orang twa, saudara dan keluarga-yang senantiosa mendoakan dan mendukung segala prosesnya. 10. Kepada teman-teman terdekat saya, Intan Okta Kusuma, Deti Maryani, Raheme Zam Zam Shahira Banu, Tia Puspita Anzani, dan Andzar Syam ‘Muliadi dan teman- teman sekelas saya yang telah membantu dan mendukung saya. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan meribalas segals kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Samarinda, Mei 2019 Pemulis DAFTAR IST HALAMAN SAMPUL i HALAMAN JUBUL ii HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN i HALAMAN LEMBAR PERSETUIUAN wv KATA PENGANTAR ¥ DAFTARISL ii DAFTAR TABEL ix DAFTAR BAGAN x BABI PENDAHULUAN 1 D. Hipatesis BAB Il METODE PENELITIAN. B. Populasidan Sampel ©. Tempat dan Waktu D. Definisi Operasional E, Instrumen penefitia 10, DAFTAR BAGAN ‘Bogan 2,1 : Bagan Kerangka Teor. : : insane LAMPIRAN Lampiran |: fuformed! Consent Lampiran 2: SOP Semi Fowler 45° Lampiran 3: Kuesioner Responde- Lampiran 4: Lembar Observasi Lampiran 5 = Jadwal Penelitian Lampiran 6: Ethical Clearance Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian Lampiran 8: Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran 9: Kartu Bimbingan Lampiran 10 : Master Data Lampiran 11: Jadwal Penelitian Lampiran 12. : Hasil SPSS Lampiran 13: Dokumentasi Lampiran 14: Daftar Riwayat Hidup B BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Congestive Heart Fathire (CHF) adalah keadaan dimana jantung mengalami kelainan fungsi, yang menyebsbkan jantung tidsk dapat ‘memompakan darahnya keseluruh tubub untuk memenubi kebutuhan oksigen dan mutrisi ke jaringan seluruh tubuh, (McPhee & Ganong: Smelizer & Bare, 2010), Congestive Heart Failure merupakan salah satu dari Penyakit Tidak menular (PTM). Dengan gaya hidup yang terus mengalami perubahan, penyakit tidak menular kini menjadi beban utama. Comsestive Heart Faihere pun ikut serta dalam peningkatan angka kematian utama didunia, yang mewakili, 63% dari semua Kematian. Menurut RISKESDAS 2013 comestive heart failure termasuk salah satu penyakit urutan kedua dalam’ daftar penyebab kematian dibsberapa negara. Menurut World Heatth Organization (2016) terdapat 17,5 juta jiwa (31 4) dari $8 juta angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jamung dan 80% kemnatian kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. ‘Sedangkan di Asia Tenggara itu sendiri, menunjukan Indonesia termasuk kelompok dengan jumlsh kejadian tertinggi yaitu 371 per 100 ribu orang. Penyakit jantung di Indonesia sendiri mendudukiposisi pertama yang menyehabkan kematian, sekitar 25% dari keseluruhan kemation disebabkan ‘oleh penyakit jantung (Kemenkes RI, 2013). Dari data yang diperoleh dari 14 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, sekitar 144.820 pasien dengan keluhan kelainan jantung. Penyakit pembuluh darah lainnya yang datang berkunjung pads tahun 2013, dan jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun, antara sekitar 5-15 % (Rekam Medik Harapan Kita, 2013), Serta berdasarkan Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0.13% atau diperkirakan sekitaran 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokterigejala sebesar 0.3% atau diperkirakan sekitaran 530.068 orang: Di Kalimantan Timur, bendasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlsh penderita gagal jantung ada sekitar 0,08% atau diperkirakan ada 2.203 orang (RISKESDAS, 2013), Dan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie ‘Samarinda pada tahun 2016 penderita kardiovaskuler sebanyak 5313 kasus. Jumiah kejadian penderita gagal jantung di RSUD Abdul wahab Sjahranie ‘Samarinda sebanyak 239 (Arsip Rekam Medis, 2016). ‘Kebutuban dasar adalah sustu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan merupakan kebutuhan yang sangat penting. (Lina Indrawati2011), Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan-dasar yang sama akan tetapi karena perbedaan budaya, maka hal tersebut menjadi berbeda.-Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan menjadi prioritas tertinggi dalam Kebuiuhan Maslow. Hal itu: Karena terkait langsung dengan kkelangsungan hidup manusia. Adapun kebutuhan fisiologis meliputi seperti, ebutuhan oksigen, makan, minum, eliminasi, tidur, dan seks. Lalu selanjutnys terdapat kebutuhan psikis yang meliputi, kebutuban rasa. aman 15 dan nyaman, kebutuhsn rasa cinta dan kasih sayang, kebutuhan harga. diri dan yang terakhir kebutuhan aktualisasi diri (Nur Hikma, 2015), Seperti yang dituturkan oleh teori Abraham Maslow kebutuhan tidur dan istirahat termasuk dalam kebutuhan fisiologis, yang di mana kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Karena tidur merupakan_stiatw proses pemulihan dan perbaikan sel tubuh akibat aktifitas harian, Istirahat dan tidur memiliki fungsi yang saat penting dalam menentukan status Keschatan seseorang. Nainun, kebutuhan istirahat dan tidur dapat terganggu karena adanya gangguan suatu penyakit atau ‘masalah keschatan lainnya (Lina indrawati2011). Pada penderita Congestive. Heart Failure sering kali mengalami ‘hipersomnia pada siang hari, namun kurang tidur atau sering terbangun dissat ‘tidur pada malam hari skibat sesak napas. Gangguan tidur ini dapat berupa SDB (sleep disordered breathing). DMS (difficulties maintaining steep) dan EDS (excessive daytime sleepiness), SBD yang parah biasanya dikaitkan dengan penurunan fungsi fisik pada pasien dengan gagal jantung yang stabil, Kekurangan tidur dapat berdampak pada kualitas hidup, pads pasien gugal jantung cenderung menderita depresi yang akan berdampak terhadap peningkatan kematian, sudden death dan ventricular aritmia (Inggriane, P, 2017). Gangguan tidur yang dialami oleh penderita gagal jantung tentunya akan sangat berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien itu seadiri bagi dari segi fisik, psikologis, social dan spiritual. Oleh karena itu. perlu diupayakan penanganan baik bersifat farmakologis maupun non 16 farmakologis. Dari aspek farmakologis dapat menggunakan ASV (adaptive servoventilation). Pada aspek non farmakologis dapat seperti pendidikan Kesehatan tentang sicep hygiene, manajemen koping bagi penderita gugal jontung, pemanfastan waktu sengganirekreasi bagi penderita gagal jantung, ddan program olahraga secara teratur daa dibawah pengawasan ahlinya Pada penderiis jantung identik dengan. perapasan yang cepat dan dangkal, setta kesulitan dalam oksigen yang cukup. Pasien seringkali terbangun pada tengah. malam dikarenakan mengalami sesak napas yang ‘hebat sebabkan perpindahakan eairan dari jaringan ke datam kompartemen intravascular akibat posisi terlentang ketika berbaring, schingga sering kai ‘muneul keluban keluhan sulittidur (Sukainah, Suhaimi, ichsan, 2016). Positianieg adalah tindakan yang dilakukan perawat untuk memberikan posisi tubuh dalam meningkatkan kesejahteraan atau kenyamanan secara fisik maupun psikologis. Metode yang sederhana dan cukup efektif untuk mengurang: resike penurunan pengembangan pada dinding dada yaitu dengan pemberian posisi saat istirahat. Dan posisi yang paling efektif bagi kklien dengan penyakit kardiopulmonari adalah diberikan. posisi semi finclor dengan kemiringan 30-45 derajat (Boki dik, 2013), Menurut penelitian (Sukainah, Suhsimi, ichsan, 2016) terdapat perubahon kualitas tidur pada posien gagal jantung setclah diberikan intervensi posisi semi fowler 45 derajat pada kelompok intervensi. Sehingga hal ini dapat dipertimbangkan untuk menjadi intervensii mandiri keperawatan dalam menangani masalah tidur pada pasien gagal jantung congestive. v7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka rumusan masalah yang ditemukan adalah apakah ada pengaruh posisi semi fowler 45° terhadap kualitas tidur yang dialami pada pasien Congestive Heart Failure di RSUD Abdul Wahab Sjahranie? C, Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis adanyapengaruh posisi semi fowler 45 terhadap ‘kualitas ‘tidur yang dialami pada pasien Congestive Heart Failure di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik pasien Comeestive Heart Failure, ‘metiputi: usia dan jenis kelamin. b, Menganalisis pengaruh posisi semi fowier terhadap kualitss tidur pada pusien’ Camgestive Heurt Failure di RSUD Abdul Wahab Sjahranie. 18 D. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penclitian ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat nnantinya, secara aplikatif maupun secara teorits. 1, Manfaat Teoritis a. Hasil penclitian nantinya dapat. memperkaya keilmuan perawat dalam penatalaksanaan keperawatan mandiri khususnya pada pasien kardiovaskuler, 2 Manfaat Proktisi a. Membantu perawat dalam memahami lebih jauh tentang posisi semi fowler 45° untuk meningkatkan kebutuhan kualitas tidur pada Congetive Heart Failure b. Memberikan saran untuk pelayanan RSUD Abdul Wahab Sjahranie ‘Samarinda untuk memberikan posisi semi fowler 45° untuk meningkatkan kualitas tidur bagi pasien yang mengalami Congestive Heart Failure: 15 E. Keasiian Penelltian ‘Tabel 1.1 Keasilan Penelitian No Peneliti Fadl Metorle Perhedawa 1. Lina Indrawaty _ Hubungan Posi Tidar Desknpat Penehtian yang onl) Dengan Kualitas Tidur analitik dengan dilakukan ‘Lina Pasien Congestive pendekaton cross Heart Failure Dic sectional RSUD Koin Bekast perbedaan possi fidar antara semifowler dan tidak semifowler, sedangkan pengatuh —posisi ssemi fowler a5° 2 Moeling Studi Fenomenologi Fenomenolog — Penelitian yang -Ariyanti Gombaran —Kualitas dengan dilakukan Macting (2013) Tidur Pasien Infark pengumbilan adalah melihat Miokard Akut (IMA) sampling eomberan kualitas Dalam Kontcks purposive fidur pada -pasien Asuhan Keperawatan sampling. IMA. sedangkan Dirumah Sakit Umum penclitian ini SUP NTB herfokus meneliti pengaruh posisi semifowler terhadap. kualitas tidar pada pasien cur 3. Revi Safin & Keetektifiias Diast Pepchitian yang Annisa Periberian Semi Eksperiment — dilakukan ‘lech “Andriyani Fowler) Tertwdlap dengan. Reri de Annisn 201) Penurunan Sesak Nafas rancangan Ohne adalah —— melihat Pada Pasien Asma. Group Pre test keefeksifan ‘past test, pemberian posisi semi fowler pada penuranian Asma. sedangkan penelitian 46% akan herfokus pada pasien Congestive Heart Failure 20 Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian yang ada, peneliti mengambil 3 judul penelitian terkait tentang pengaruh Posisi Semi Fowler 45° terhadap pasion Congestive Heart Failure Penelitian ini betbeds dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan secara umum pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada design penclifian, jumlah sampel, lokasi, teknik pengambilan sampel dan waktu penelition. Oleh Karena itu, keaslian penelitian ini dapat dipertanggung Jawabkan dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung ‘tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif, serta terbuka, Hal ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmish untuk kritisi yang bbersifat kontruktif (membangun). BABI TINJAUAN PUSTAKA AL Telaah Pustaka 1, Tinjauan Umum tentang Congestive Heart Failure (CHF) a, Pengertian Congestive Heart Failure Dikensl dengan sebutan gagal jantung kombinasi atau kongestif. Jika pads gagal jantung kiri terdapat bendungan parw, hipotensi, dan lerjadinya \usokonerits’ perifer yang mengakibtkan penurunan perfusi Jaringan. Dan gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema pada perifer, asites dan peningkatan pada vena jwgnfaris Gagal jantung kongestif merupakan gabung dari kedua gambaran. diatas. Namun gagal jantung pada kanan dan Kiri dapat terjadi disaat yang bersamaan, (McPhee & Ganong. 2010), b. Etlologi Menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab kegagalan jantung yait: 1) Adanya kelainan otot jantung Hal ini dapat disebobkan karena menurunaya kontaktilitas jantung. Kondisi ini lah yang mendasari penyebsb kelainan fimgsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dun penyakit degeneratif aiau inflamasi, an n 2) Aterosklerosis koroner Disfingsi miokardium karena terjadinya gangguan_aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia seta asidosis (akibat penumpukan asam laktat), Infark miokardium penyebab awal terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative lainnya, berhubungan dengan gagal jantung ini karena kondisi yang secara langsung menyebabkan kontraktilitas menurun, 3) Hipertensi sistemik atau pulmonal Meningkatkan beban kerja pada jantung dan pada akhimya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. 4) Poradangan dan penyakit miokardium degeneratif Berhubungan dengan gagal jantung Karena kondisi sccara langsung ini merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas jantung menurun, 5) Penyakit jantung lain Gagal jantung yang lerjadi secara langsung mempengaruhi jantung itu sendiripada mekanisme biasanya terlibat_mencakup angguan afiran darah yang masuk. jantung,. ‘ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikarditif perikardium, konstriktif, atau stenosis AV), peningkotan mendadak pada afierload, B 6) Faktor sistemik Meningkatnya laju metabolisme (missal pada demam), hipoksia serta anemia diperlukan peaingkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia serta anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung, Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilites pada jontung. Manifestast klints Menurut Hudak dan Gallo (2005), Gejais ‘yang muncul sesuai dengan gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dan terjadinya di dada Karena peningkatan kebutuhan oksigen, Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda — tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibot regurgitasi mitral, 1) Gagal Fantung Kiri a) Gelisah dan cemas. b) Kongesti vaskuler pulmonal ©} Edema 4) Penurunan curah jantung e} Gallop atrial (83) f) Gallop ventrikel ($4) 2) Crackles part d, Klasifikas! Gagal Jantung 5 Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association (2008) terbagi dalam 4 kelas yaitu: ‘Tabel 2.1 Klasifikast Gags jantung KLASIFIRASI KRITERIA KELAST Tidak ada pombstasan akivites lahan Gsik sehar= hari (ordinary paysicul exercise), tidak: menimbulkan sesak napas atau berdcbar-dcbar. KELASH ‘Ada pembathsun jingan aktivitas. Saat istrahat tidak odanya: keluhan, namun akan tetapi aktivitas schari-hari dapat menimbulkan rasa eapek, berdcbar tau sesak. KELAS Pembatasan yang jelas dani aktivitas fisik. Saat istirahot tidak ada keluhan, namin aktivites sehari- hari_yang fingan sckali pun telah menimbulkan keluhan, KELASIV Tidak sanggup molakukan sesuatu akiiwitas (sik tonpu perasuan tidak nyaman, symptom eazal Jantung sudaby ada bahkan saat istirahat sckalipun 26 e. Patofislologt ‘Menurut Price (2005) beban pengisian preload dan beban tahanan afterload pada ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih kuat sehinggacursh jantung meningkat. Pembebanan Jantung yang lebih besar meningkatkan simpatis schingga kadar katekolamin dalam darah) meningkat dan terjedi. takikardi dengan tujuan meningkatkan curah jantung. Pembebanan jantung yang berlebihan dapat meningkatkan curah jantung menurun, maka akan terjadi redistribusi cairan elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan oleh ginjal dan vosokonstriksi perifer dengan tujuan untuk memperbesar aliran balik vena ke dalam ventrikel schingga meningkatkan tekanan akhir diastolik dan menaikan kembali curah jantung, Dilatasi, hipertrofi, takikardi, dan redistribusi cairan badan merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertshankan eurah jantung dalam memenuhi kebutuhan. sirkulasi badsn. Bils semua kemampuan makanisme kompensasi jantung-tersebut di atas sudsh dipergunakan selurubaya. dan sitkulasi daroh dalam. badan belum juga teepenuhi maka terjadilah keadaan gagal jantung (Brown, C.T.,.2006) Sedangkan menurut Smeltver (2002), gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel Kiri terjadi Karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri schingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastol dalam ventrikel kiri dan 7 volume akhir diastole dalam ventrikel kiri meningkat, Keadaan ini merupakon beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolik, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan rata-rota dalam atrium kiri. Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila keadsan ini terus berlanjut maka bendungan akan terjadi juga dalam paru-paru dengan akibat terjadinya edema para ‘dengan segata keluban dan tanda-tanda akibat sdanya tekanan dalam sirkwlast yang meninggi. Keadaan yang. terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi Kecil). Bila beban pada ventrikel kanan itu terus bertambah, maka akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan Kompensasi dengan mengalami hipertrofi dan. dilatasi sampai batas kemsmpuannya, dan bila beban Keadsan yang terakhir ini merupakan hambalan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi Kecil). Bila beban pada ventrikel kann itu terus bertambah, maka akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi dengan mengalami hipertrofi dan’ dilatasi sampai.hatas kemampuannya, dan bila -beban tersebut tetap meninggi maka dapat tetjadi gagal jantung kanan, sehingea pada akhimya terjadi gagal Jjantung kiri-kanan, Gagal jantung Kanan dapat pula terjadi karena gongguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didabului oleh gugal jantung kiri, 28 Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan volume akhir diastol ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban atrium kanan dalam kerjanya mengisi entrikel kanan pada waktu diastol, dengan okibot terjadinya kenaiken tekanan dalam atrium kanan, Tekanan dalam alrium kanan yang meninggi akan menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam vens kala superior dan inferior kedalam jantung schingga mengakibatkan kenaikan dan odanya bendungan’ pada vena-vena sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis yang meninggi dan hepatomegali) Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi bendungan sistemik yang, berat dengan akibat timbulnya edema tumit dan tungksi bawah dan asites, Pemertksaan Diagnostik Menurut PERKI (2015) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu: 1) Elektrokardiogram (EKG) ‘Abnormallitas EKG memiliki-nilaipredikif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung, jika EKG normal, diagnosis gagal _jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil (<10%), 2) Scan jantung Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding, 23 3) Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler) Dopat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fingsi‘struktur katub atau area penurunan kontraktiitas ventricular. 4) Kateterisasi jantung Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katub atau insufisiensi. 5) Foto Thoraks Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembulub darah abnormal. 6) Elektrotit Mungkin berubah Karena’ perpindshan eairan/penurunan fungsi ‘injal, terapi diuretik 7) Oksimetri Nadi Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi kronis. 8) Analisa Gas Darah (AGD) Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir) 30 9) Pemenksaan Tiroid Peningkatanaktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kongestif. g. Komplikast Menurut Smelizer (2002), komplikasi dari CHF adalah : 1), Edema pulmoner akut 2) Hiperkalemia: okibat penoninan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diit berlebih. 3) Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan diatisis yang tidak adekuat, 4) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium Serta malfungsi sistem renin-angiotensin-aldasteron, 5) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurinan rentang usia sel durah merah. h. Penatalaksanaan Menurut PERKI (2015) prinsip penstalaksanaan CHF adalah: 1, Manajemen Non-Farmakolog! 1) Tirah baring Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jontung dan menurunkan tekanan darah, 31 2) Diet Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu pembstasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema 3) Pemantausin berat badan Pasien harus memantau berat nadam rutin setiap hhari, jika terdapat kenaikan berat badan 2 kg dafam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretic atas pertimbangan dokter. 4) Asupan eairan Restriksi cairan. 1,5- 2 liter/hari horus. dipertimbangkan terutama pads pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. . Manajemen Farmakologi 1) Angtostensin-Converting Enzyme Inhibiters (ACEI) Kecuali kontraindikasi, ACEL harus diberikan pada semua pasion gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40 %.ACEI memperbaiki fungsi ventrike! dan-kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karenaperburukan gaga! jantung, dan meningkatkan angka kelangstingan hidup (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti ACE] kadang-kadang menyebabkan perburukanfimgsi cinjal, hiperkalemia, hipotensi simtomatik, batuk dan angioedema (jarang), oleh scbab itu ACEI hanya diberikan 32 pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat dan kadar kalium normal. Indikasi pemberian ACEI: fiaksi ejeksi ventrikel kiri <40% dengan atau tanpa gejala. «> Kontraindikasi pemberiann ACEI - Riwayat angioedema - Stenosis renal bilateral - Kadar kalium seruin >5,0 mgidl. = Serum kreatinin >2.5 mg/dL. = Stenosis aorta berat 2) Penyekat p ‘Kecttali Kontrtindikasi, penyekat f) harus diberikan pada; semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ‘ejeksi-ventrikel kin = 40%. Penyekat f} memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit arena perburukan” gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup ‘¢ Indikasi pemberian penyekat Fraksi ejeksi ventrikel kiri <40.% ~ Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional Il - IV NYHA) 33 ACEL / ARB (dan antagonis aldosteron jika indikasi) sudab diberikan Pasien stabil secara Klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik,tidak ads kebutuhan inotropik iv. dan tidak ada tanda retensicairan berat) + Kontraindikasi pemberian penyekat ft aga: ~~ Blok: AV (atriaventrikular) derajat 2 dan 3, ssindroma sinus Sakit (lanpa pact’ jantung permanen), sinus bradikardia (nadi < ‘SOx/menit) 3) Antagonis Aldosteron ‘Kecuali kontraindikast, penambshan bat’ antagonis aldosteron dosis kecil harus dipertimbangkan’ pada semua pasion dengan fraksi ejeksi ¢ 35 % dan gagal jantung ssimtomatik berat (kelas fungsional II - IV NYHA) tanpa hiperkaleniia dan gangguan fungst ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan hidup. 34 @ _Indikasi pemberian antagonis aldosteron ~ Fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40% ~ Gejala sedang sampoi berat (kelas fungsional III- IV NYHA) - Dosis optimal penyekat B dan ACEI atau ARB (totapi tidak ACEI - dan ARB) + Kontrsindikasi pemberian antagonis aldosteron = Konsentrasi serum Kalium > 5,0. mmoV/L. = Serum kreaiinin> 2,5 mg/dl. = Bersamaan dengan diuretik hemat kalium atau suplemen kalium - Kombinasi ACEI dan ARB 4) Angtotensin Receptor Blockers (ARB) ‘Kecuali kontraindikasi, ARB direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40 ‘% yang telap simiomatik walaupun’sidah diberikan ACEI dan penyekat fi dosis optimal, kecuali juga mendapat antagonis aldosteron. Terapi dengan ARB. memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi angka perawatan rumah sakit Karena perburukan gagal jantung ARB dirckomedasikan schagai altemative pada pasien 35 intoleran ACEI, Pada pasien ini, ARB mengurangi angka kematian karena penyebab kardiovaskulsr. ‘© Indikasi pemberian ARB ~ Fraksi ejeksi ventrikel kiri< 40% ~ Sebagai pilihan altematif pada pasien dengan gejala ringan sampai erat. (kelas fungsional 11 - IV NYHA) yang intoleran” ACEI ARB dapat menyebabkan ~ perburukan fungsi—_ginjal, hiperkalemia, dan hipotensi simtomatik sama-sepert ACEI, tetapi ARB tidak menyebabkan batuk © Kontraindikasi pemberian ARB - Sama seperti ACEI, kecuali angioedema = Pasien yang diterapi ACE[ dan antagonis aldosteron bersamaan = Monitor fungsi ginjal 5) Hydralazine Dan Isosorbide Dinitrate (H-ISDN) Pada pasion gagal jantung dengan fraksi ejeksi venitikel kiri < 40 %, kombinasi H-ISDN digunakan sebagai altemnatif jika pasien intoleranterhadap ACEI dan ARB « Indikasi pemberian kombinasi H-ISDN 36 - Pengganti ACEI dan ARB dimana keduanya tidak dapat ditoleransi - Sebagai terapi tambshan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak dapat ditoleransi - Tika gejala pasien menetap walsupun sudah diterapi dengan ACEI, penyekat fi dan ARB atau antagonis aldosteron. « Kontraindikasi pemberian kombinasi H-ISDN = Hipotensé simtomatik = Sindroma lupus = Gage gegal berst 6) Digoksin Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta). lebih diutamakan. Pada pasien pagal jantung simtomatik fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40% dengan irama sinus, digoksin dapameagurmngi gejeli, mierurunkan angka perawatan rumah sakit —karenaperburukan — gagal jantung.tetapi tidak mempunyai fick tethadapangkakelangsungan hidup (kelas rekomendasi Ha, tingkatan bukti B) © Indikasi 37 ~ Fibrilasi atrial dengan irama ventrikular saat istrahat > 80 x/menit atau saat aktifitas> 110-120 x/imenit ~ Trama sinus - Fraksi ejeksi ventrikel kiri< 40 % - Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional I-IV NYHA) = Dosis optimalACET dan/atau ARB, penyekat fi dan antagonis aldosteron jika ada indikasi. «© Kontraindikasi = Blok AV derajat 2 dan 3 (tanpa pacu jantung tetap); hat-hat jika posien diduga sindroma sinus sabit + Sindroma pre-eksitasi = Riwayat infoleransi digoksin 7) Diuretik Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinisata gejala kongesti (kelas rekomendasi 1, tingkatan bukit B). Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendsh mungkin, yaitu horus distur sesuaikebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau reistensi. 2. Posts! Sem! Fowler 45° a. Definisi Posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan, Dimana dalam kasus ini dengan kemiringan 45°. Posisi ini dapat meningkatkan ekspansi para secara maksimal dan mengatast kerusakan pertukaran gas (Talwar, 2008). Posisi semi fowler menupakan posisi yang akan mempengaruhi ‘curah jantung. dan pengembangan pada rongga paru-para pasien, sehingga sesak menjadi berkcurang (Israel, 2008). Pada penelitian supadi, Nurachmah dan Mamnuah (2008), menyatakan bahwa posisi semi fowler membuat oksigen yang terdapat dalam part-paru semakin meningkat sehingga mempermudah kesulitan dalam bernapas. Posi alveolus skibst tertimbunnya eairan. Hal ini dipengaruhi oleh gaya grafitasi sehingga pengantaran oksigen menjadi optimal. b. Prosedur i aKan mengurangi kerusakan pada membrane Menurut (Wwillkinson. Judith M. 2007) prosedur pemberian posisi semi ow Ter, yaitw: 1 Posisi pasien terlentang dengan kepala dekat dengan bagian kepala pada tempat tidur 2) Elevasikan bagian kepala tempat tidur 45° 3 Letakan kepala pasien di atas ganjalan seperti bantal yang sangat kecil 35 4) Gunokan lah bantal untuk menyokong lengon serta tangan pasien jika pasion tidak dapat mengonirol secara sadar ataupun mengunakan lengan dan tangannya. 5) Posisikan juga bantal pada punggung bawah pasien 6) Letakan bantal berukuran kécil dibawah pala 7) Letakan juga bantal dibawah mata kaki 8)» Letakan papan penyangga kaki pada dasar kaki pasien 3. Konsep Tidur a, Definist Tidur Tidur merupakan suatu keadsan dimana alam sadar seseorang ‘masih dapat dibangungkan dengsn pemberian rangsangan sensorial atau dengan rangsangan lainnya ( Guyton & Hall, 2009). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi terus berulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005), Tidur merupakan dua keadaan yang ‘bertolak bealakang dimana tubuh beristirahat secara tenang serta aktivitas metabolisme juga menurun namun pada: saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode pida saat bermimpi disbndingkan dengan ketika beraktivitas pada siang hari (Harsono, 2007), ‘b. Fisiologi Tidur Tidur memberikan 2 efek fisiologis utama bagi tubuh individu yang pertama adalah efek untuk sistem saraf dan kedua untuk sistem fungsional tubuh lain yang dimana efek untuk sistem saraf tampaknya jauh lebih penting karena sistem saraf mengambil peranan yang dominan dalam keseluruhan sistem yang bekerja dalam tubuh individu, Bagaimanapun cara orang tidus, hal itu akan dapat memulihkan tingkat aktivitas normal atau tenaga yang telah dikeluarkan oleh individu selama beraktivitas dan akhimya membuat individu terscbut kembali ke keadaan homeostasis (Guyton & Hall, 2014), Chawla (2014), keadaan tidur din terjaga prosesnya diatur secara ketat, Hubungan timbal balik beherapa area otak menghasilkan Konsolidasi periode Keadsan terjaga dan keadsan tidur yang dipengaruhi cahaya lingkungan pada waktu tertentu dari sikius 24 jam, 1) Rangsangan area otak untuk keadaan terjaga -Area otak yang penting untuk keaadsn terjaga terdiri dari beberspa kelompok nucleus berpusat disekitar pons dan formatio reticularis medula dan periuasan’ ke hipotalamus Meskipun neuroiransmiter yang dihasilkan beragam, kelompok sel ini saling berhubungan melalui penyebaran proycksi naik ke otak depan dan proyeksi turun ke daerah otak yang terlibat dalam pengaturan keaadaan bangun-terjaga. Neurotransmitter aL yang terlibat bersama kelompak nucleus yang menghasilkan mereka adalah sebagai berikut. * Histamin — sel histaminergik di tuheromamaillary aueleus(TMN) di posterior hypothalamus + Norepineprin’ neweon penghasil norepineprin di Jocuscoeruleus (LC) © Serotonin — mewrom serotonin di dorsal raphe nuctei (DRN} © Dopamin — newron dopamin di yentraltexmental area (VTA) © Asetilkolin neuron asetilkolin di basal otak depan 2) Rangsangan area otak untuk keadaan tidur Bagian anterior hipotalamus termasuk ventrolateral preoptic nucleus (VLPO), mengandung gamma-aminobutyric seid (GABA) dan peptide’ galanin, yang mana menghambat dun merangsung untuk keadaan tidur. . Tahapan dan Siktus'Tidur ‘Tahapan Tidur dibagi menjadi dus fase yaitu Rapid Eve Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM) (Carskadon dan Dement, 2011 Tidur diawali dengan fase NREM yaitu yang terdiri dari empst stadium, stadium satu, stadium dua, stadium tiga dan stadium empat, kemudia di ikuti oleh fase REM. Fase NREM dan 2) a2 REM terjadi secara bergantian sekitar 4 sampai 6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2008), Menurut Rama, Cho dan Kushida (2009) pada thap tidur NREM adalah 75-80% dari jumlah waktu tidur, yaitu Tidur Stadium Satu (Ni) Pada tahap satu seseorang akan mengalami tidur transisi dari sadar penuh ke tidur. Pada tahap ini, adanya gelombang alpa, dimana karakteristiknya sadar penuh, Jow-voltage dan menjadi mengecil, seria munculnya bentuk mixed frequency Tahap ini memiliki 3-8 % dari total wakiu tidur. Tidur Stadium Dua (N2) Pada tahop ini biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit, denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010), Karokteristik dari EEG tidur stadium 2 adalah sleep spindles dan K-complexes. Siecp-spindte metupakan gelombang 12-14 Hz terbentuk minimal 0,5 detik serta memiliki bentuk tampilan seperti “spinalle”™. Sedangkan &-complew metupakan gelombang yang memiliki dua komponen, sebuah gefombang negatif serta diikuti_gelombang positif. Keduanya berlangsung dalam rentang waktu 0,5 detik. Gelombang dela (0,3-4 Hz) juga terlihat pada tidur stadium 2. Tahap tidur ini dimulai setelah 10-12 menit a3 setelah tidur tahap stadium 1 dan merupakan 45-55 % dari total tidur. 3) Tidur Stadium Tiga dan Empat (N3) Pada tahop ini mencakup 15-20% total tidur dan merupakan bagian dori tidur sfeep-wave. Tidur N3 ini digambarkan memiliki lebih dari 20% amplitudo tinggi, aktivitas sfow-swave. Tonus otot berkurang dibandingkun tidur tahap | dan keadaan terjaga, Di tahap ini individu sulit untuk dibangunken, dan jika terbangun, individu sulit dibangunkan segers untuk menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010), Siklus tidur yang normal dapat dilihat pada skema berikut: Pheer ee es wk aie Siklus ini adalah salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama pada sirkadian ini juga metupokan Keteraturan tidur sescorang. Jka aa terganggu, maka pada fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry, 2005). Tidur REM atau disebut juga paradoxical steep, ditandai dengan gerakan bola ‘mata cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Pada wakiu REM, orang tidak lagi mendengkur, nafas ‘menjadi tak teratur, aliran darah ke otak bertambah dan temperatur tubuh naik, disertai banyak gerakan. tubuh. Gelombang. listrik tampak seperti tingkat 1 dari tidur NREM. Tiap proses tidur melewati 5 tahap ini dalam | siklus, dan tiap siklus berlangsung. kira-kira 90 menit (Atmdja, 2010). Tidur supict eye movement mencakup 20-25% total, waktu tidur, Tidur REM dimulai 60-90 menit setelah onset tidur NREM. Gambaran karakteristik EEG pada tidur REM adalah Jow-rolage yaitu gabungan frekuensi dari sfow-alpha (1-2 Hz lebih kecil dari keadaan tetjaga) dan gelombang thela (Rama, Cho dan Kushida, 2009), rang dewasa yang sehat bila sudah tertidur akan masuk ke dalam tingkat |, diikuti tingkat 2,3 dan 4, kemudian kembali lagi ke tingkat 1 dan setelah 2 periode, siklus itu akan lengkap setelah diikuti oleh periode REM antara $ sampai 15 menit. Putaran akan berlangsung 4-5 kali dengan penambahan periode REM pada tahap berikutnya, disertai pengurangan periode NREM (terutama pada a5 tingkat 3 dan 4), Pada orang yang tidur selama 8 jam, akan menjalani 2 jam tidur REM dan 6 jam tidur NREM (Atmadja, 2010). Pola Tidur Berdasarkan Usia Pola tidur berubah selama kita hidup. Bayi baru lahir menghabiskan lebih dari 16 jam dengan perubahan dari tidur ke terjaga dilakukan dalam waktu cepat. Pada umur 3 bulan, bayi tidur selama malam bari dan tidur siang dua kali-atau lebih. Ketika anak memasuki usia sekolah tidur dibagi pada malam hari dan tidur Siang Sekali. Dan ketika menginjak /remaja tidur siang tidak dilakukan lagi (Rama, Cho dan Kushida, 2009), Pola tidur slow-wave dan tidur REM juga berubah selama ‘kits hidup, Tidur sfow-wave berkurang setelah nemaja dan terus berkurang mengikuti pertambahan usia, Tidur REM menurun dari lebih dari 50% saat lahir sampai 20-25% saat remaja dan dewasa muda (Rama, Cho dan Kushida, 2009). ©. Kualltas Tidur Dalam National Sleep Foundation journal menjelaskan bahwa kualitas tidur yang baik terkait dengan fungsi kognitif dan suasana hati yang baik. Selain itu, pada saat tidur, tubuh manusia banyak memproduksi hormion-hormon yang penting bagi tubuh seperti hormon pertumbuhan, hormon yang meregulasi energi tubuh serta hormon yang mengatur metabolisme dan fungsi organ endokrin tubuh. Sebagai contoh, hormon kortisol yang dapat a6 menginduksi keterjagaan dari tidur akan meningkat pada akhir dari lus. tidur yang lengkap. Hormon pertumbuhan yang berkontribusi dalam pertumbuhan anak dan membantu meregulasi masa otot juga disekresikan saat tidur, Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) yang merupakan hormon yang berperan dalam proses reproduksi juga dilepaskan pada saat tidur, Lebih lanjut, siklus tidur ini akan mempengaruhi sekresi hormon yang mempengaruhi nafsu makan dan berat badan, Selain sistem hormon, kualitas. tidur yang balk sangot mempengaruhi fungsi imunitas tubuh manusia. Bukti terbaik yang menyatakan bahwa tidur memberikan dampak bagi sistem imun adalah saat sebuah penelitian menunjukkan efektivitas vaksin flu akan sangat terhambat jika individu tersebut kuranng tidur, Sitokin yang merupakan suatu sistem pertahanan tubuh manusia yang ‘menjaga tubuh dari infeksi juga merupakan-sebuah steep-indueers yang kuat, Hal ini juga membuktikan bahwa tidur dapat membantu tubuh untuk mengkonversikan energi dan segala sumber yang ada Untuk menciplakan respon imun yang baik- yang dapat memerangi penyakit. Kualitas tidur yang buruk dapat mengarah kepada Kesehatan fisik dan psikologis yang buruk. Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk membuat keschatan personal menurun dan tingkat kelelahan meningkat, serta behubungan dengan terjadinya a7 berbagai macam penyakit seperti penyakit kardiovaskular, inflamasi, diabetes dan penyakit lain. Banyak penclitian yang membuktikan bahwa kualitas tidur yang buruk menyebabkan peningkatan tekanan darah dan meningkatnya resiko- penyakit stroke. Sistem hormon pada tubuh juga akon. terganggu jika sescorang ‘memiliki kualitas tidur yang buruk. Sebagai contoh, penurunan tidur gelombang pendek pads laki-laki muds terkait dengan penurunan produksi hormon. pertumbuhan, Karena hormon pertumbuban tersebut memiliki peran yang penting selama remaja dan dewasa dalam mengontrol proporsi lemak dan otot tubuh, maka jika terjadi kekurangan hormon pertumbuhan maka seseorang akan memiliki resiko tinggi menjadi overweight Secara psikologis, kualitas tidur yang buruk terkait dengan penurunan fungsi kognitif, Masalah yang sering terjadi adalah emosi menjadi tidak: stabil, kepercayaan diri yang menurun, menjadi lebih sembrono aiau teledor dan masalah yang terkait harga diri, Kecemasan, kebingungan, suasana hati yang buruk, depresi, dan kepuasan hidup yang rendah juga merupakan kasiss yang sering ditemukan jika seseorang memiliki kualitas tidur yang buruk. Secara simultan hal-hal tersebut dapat _menyebobkan perlambatan psikomotor kronik dan masalah konsentrasi, a8 Sampai saat ini ads beberapa. skala yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dari subjek yaitu Pittsburgé Sleep Quality Index (PSQU) adalah sebuah instrumen yang efektif untuk mengukur kualitas dan pola tidur pada orang dewasa. PSQI ini adalah insirumen pengukuran retrospektif yang paling sering dipokai dan merupakan satu-satunya pengukuran ‘yang mengestimasi kebiasaan tidur secara’kuantitatif. (Sethi, KJ, 2012). 1. Faktor-faktor yang mempengaruhl kualltas tidur pada pasien Congestive Heart Failure 1) Nveri Berdasarken. Triyanta (2013) tentang hubungan pada tubungan kualitas tidur dengan denyut jantung dilihat dari gambaran EKG pada pasien infark miokard didapatkn basil sebagian besar responden mempunyai kualitas tidur yang buruk Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang, buruk dapat menganggu keseimbangan fisiologis serta psikologis. Dampak fisiologi meliputi penunman aktifitas. dalam’ sehari-hari, proses penyembuban lama, kelemahan, menurunnya daya tahan tubuh dan ketidskseimbangan pada tanda-tanda vital, Sedangkan pada dampak psikologis, depresi, cemas dan tidak dapat konsentrasi dengan baik (Bukit, 2011). 43 2) Kecemasan Kecemasan dapat meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui system saraf simpatis, adanya perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya wakiu. tidur pada tahap stadium IV NREM dan tidur REM sérta lebih banyaknya perubahan pada tahap tidur fain-yang lebih sering ferbangun (Kozier, 2010), 3), Paraxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) Berdasarkan Fachrunnisa (2015), Hal ini discbabkan adanya pempindahan cairan dari jaringsn . kedalam —kompartemen intravaskuler sebagai akibat dani posisi terlentang, PND ini sering terjadi pada malam hari yang mengakibatkon pasien terbangun pada malam hari karena mengalami napas yang pendek. B. Kerangka Teort ‘Faktor-faktor penyebab CHF: Kelainan otot jantung. ». Aterosklerasis koroner Hipertensi sistemik atau pulmonal Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif Penyakit jontung lain Factor sistemik. ao ee mo Penatalaksanaan CHE Non Farmakologi Farmukologi = = Angiostensin-convertin, Tira baring enzyme inhibitors (acei) = Dict = Penyekat B = Pemantauan berat badan = Antagonis aldesteron ~ Asupan caisan = Angiotensin receptor blockers = Latihan fisik + (HASDN) ~ Positioning (semi fowler 45 - DIGOKSIN derajat) ~ DIUERTIK Ey T ee Mengoptimalkan sualitas tidur pasicn ural fartamg er Pertukaran eas + ‘Asupan 02 7 Sesuknapas * Bagan 2.1 Bagan kerangka teort Brunner dan Suddarth (2002), 50 51 C. Kerangka Konsep Kerangka konsep meggambarkan variabel independen yaitu Posisi Tidur Semi Fowter 45°, variabel dependen yaitw kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure, dan Variabel Counfounding. yang dikontrol yaitu-usia, jenis kelamin, tingkalpendidikan, terapi medis, dan derajat ‘gagal jantung ariabel Independent Nariabel Dependent Posisi Tidur Semi Fawfer 45° Kualitas Tidur Bagan 2.2 Kerangka Konsep D. Hipatesis Hipotesis adalah pemyataan awal peneliti: mengenai_ hubungan Antara variabel yang merupakan jawaban pencliti tentang kemugkinan hasil ponelitian (Kelana, 2011). Hipotesis pada penelitian ini adalah: Hi: Ada pengaruh posisi semi fewer techadap kualiias’tidur pada Pasien Congestive Heart Failure Ho: Tidak ada pengaruh posisi semi foiv/er terhadap kualitas tidur pada Pasien Congestive Heurt Failure 52 BAB IIL METODE PENELITL! A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penetitian eksperimental, Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan dessin penelitian pre-test and’ post-test ‘without control group design Rancangan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi tidur semi fowler 45 derajat terhadap kualitas:tidur pada pasien Congestive Heart Failure: Respondet pada penclitian’ ini hanya’ membutuhkan satu kelompok, yaitu kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan diobservasi terlebih dahulu (abservasi awal/pre-test) sebelum dilakukan intervensi, kemudian, diobservasi “kembali setelah dilakukan intervensi (post-iest) (Nursalam, 2008; Setiadi, 2007. Raneangan penelitian ini dapat digambarkan seba gui berikut: Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian 53 Keterangan : R ol 02 XI + Respon penelitian semua mendapat perlakuan’intervensi + Pre test pada kelompok sebelum perlakusn + Post test pada kelompok setelah perlakuan : Intervensi posisi semi fow/er 45° B. Populast dan Sampel 1 Populast Populasi penelitian adalah wilayah genernlisast yang terdiri dari obyekisubyek yang memiliki kualitas dan karakteristik testentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit A, Wahab Sjahranie Samarinda. Sampel Sampel adalah bagian ‘atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populast tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga dan wakiu, maka peneliti akan mengambi sampel dan popula itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan iberlakukan untuk, populasi, Untuk itu sampel yang diambil untuk populast harus betul-betul representative (Sugiyana,2011) Sampet dalam 5a penelitian ini adalah responden yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dari populasi dan telah menandatangani informed consent. Pemilihan sumpel ditentukan dengan metode comsecutive sampling, yaitu metode pemilian sampel- yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kiteris pemilihan, sempai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2011). Untuk metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode consecutive sampling. Penelitian ini terttiasuk penelitian analitik kontinyu 2 populasi dengan komparasi sehingga rimus yang digunakan untuk menentukan ‘besar campel sebagai berikut (M.S, Dahlan,2009), pe eau +a? (,~? 0 Zi-w2 + Derajat tingkat kemaknaan untuk 95% adalah Z a= 1,960 Zp : Kekuatan uji dari penelitian yakni 80% adalah Z = 0,842 hi : Nilai mean Kelompok kontrol yang di dapat dari penelitian sebelumnya (Suksinah, Suhaimi, Iehsan, 2016) We : Nilai mean kelompok uji cobs yang didapat dari peneliti sebelumnya o +: estimasi varian kedua kelompok dari penelitian sebelumnya ‘yang telah dihitung Parameter yang berasal dari kepustakaan adalah wy dan j2, sedangkan 56 Dalam penelitian ini pencliti menggunakan koreksi atau penambahan juralah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian. Adapun perhitungan yang digunakan adalah : Dimana a : Besar sainpel setelah dikoreksi a : Jumlah sampel herdasarkan estimasi sebeluninya : | f « Prediksi persentase saihpel drop out : 15% = 0,15 Jodi jumtah sampel keseluruhan setelah dikoresio yaitu 14 orang tiap kelompok (pasien dan keliargn pasien), 37 Kriterla Inklust Kriteria inklusi adalah Kriteria yang harus dimiliki oleh individu dalam populssi untuk dapat dijadikan sampel dalam penelitian (Dharma, 2011), Adapun kritetia inklusi sebagai berikut: 3. Bersedi: menjadi responden b,. Pasien terdiagnosa’ Congestive Heart Failure oleh dokter spesialis jantung. cc. Mendapat terapi pengobatan gagal jantung standar (lasik, aspar K. digitalis dan obat-obat yang tidak mempengaruhi tidur pasien) 4. Kondisi stabil (kesadaran compos ments, hemodinamik stabil) . Pasien yang sudah lebih dari dua hari dirawat dirumah sakit £ Diruanjgan rawat inap ICCU. Kriteria Eksklust ‘Kriteria eksklusi dalah kniteria yang tidak boleh ada atau tidak boleh dimiliki sampel. yang akan digunakan, dalam penelitian (Dharma, 2011), Kriteria ekskhusi adalah sebagai berikut: a, Gagal jantung yang terdapat disaritmia yang menganeam (VT tanpa nadi, VF dan lainnya) b. Pasien yang pulang atau berhenti menjalani rawat inap atas permintaan dan yang meninggal sebelum pengobstan selesai C. Tempat dan Waktu Penetitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sekit A. Wahab Sjahranie Samarinda pada 22 April sampai dengan 6 Mei 2019, D. Definisi Operasional Definisi operasional adalah penentuan Konstrak alau sifat yang akan dipelajari’ sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan Konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang Isin untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cari yang santa aiau mengembangkan cara pengukuran Konstrak yang lebih baik (Sugiyono, 2014), Definisi operasional dapat difihat pada tabel 3.1 dibawah ini. ‘Tabel 1.1 Tabel Defintst Operastonal - ‘Definisi No. Variabel evap Hasil Ukur Ala Ukur Skala 1) Varabel ——_ Pemberian Pengearé Independen _ tindakan dimana ‘Busur Derajat Posisi Semi pengaturan posisi Fowter tidur debgan ase meninggikan pada bazian kepala, babu, pongexanee 45° dari perrmukaat horizontal vempat tidur. © Varuubel _Kualiias dur Suma total kuesioncr Taterval Dependent yang dialami skor dari 7 Kualitas pasien diukur —_kammponen Tidur dengan kuesioner tersebut PSQLyang berisi: (Mean, Median, SD. ‘Min ~ Max. 59 25% CD) emudia untuk analisis bivariat kualitas obat untuk tidur, —tidur-Dupat disfungsi tidur —_ dikategorikan: waktu siang hati, O)Bagus-< 5 1: Bunik>3 E. Instrumen Penelitian 1 Alat dan Bahan Alat dan bahon yang digunokan dalam penelitian ini adalah S Posisi Semi Fowler 45° , kuisioner, penggaris busur derajat dan bantal ‘Uji Vallditas dan Reliabilitas Uji validitas menggambarkan-ketepatan pengukuran suatu instrumen, arfinya suatu instramen dikatakan Valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang scharusnya diukur. Tnstrumen penelitian juga harus reliabilitas. Reliabilitas yaitu tingkat konsistensi dari suatu penguktran, Uji validitas dan realibilitas tidak dilakukan karena kuisioner The Pittshurch Sleep Quality Index (PSH yang telah melewati uji validitas dan reubilitas serta merupakan variable terukur dan lembar observ: telah terstandarisasi secara internasional, F. Teknik Pengumpulan Data 1 Tahap Perstapan a, Mengurus surat izin penelitian ke kantor Program Studi DAV Keperawatan Politeknik. Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur. b. Melakukan survei pendahuluan di Rumah Sakit A. Wahab Sjahranic ‘Samarinda untuk menigetahtti jumiah penderits Congestive Heart Failure c. Melakukan uji etik penelitian keperawatan. 2) Tahap Pelaksanaan Pada penclitian ini, peneliti melakukan pengumpulan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie. Kemudian penelifi mengajukan izin dan kesepakatan agar mau menjadi sampel dan menandatangani infarmed consent bagi responden yang bersedia ‘menjadi sampel penelitin. Responden yang bersedia akan diberikan lembar keuisioner terlebih dabulu untuk mengetahut kualitas tidur yang dialami pada pasien Congestive Heart Failure. Kemudian setelah itu dilakukan intervensi posisi ridur 45 derajat, Sesi ini dilakukan selama 3 hari pada setiap saat pasien ingin tidur, Pada hari Giakbir sesi, pasien akan diberikan kembali fembar kuisioner untuk mengukur kualitas tidurnya. st 3 Tahap Akhir Data yang telah terkumpul diolah menggunakan software statistik menurut (Noteadmodjo.2010) pengolahan data dapat dilakukan dengan cempat tahap_yaitu: a. £diting : pada whap ini peneliti melakukan pengecekan isian formulir atau lembar observasi yaitu dengan melakukan pengecekan nama, usia, lama, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan b, Coding : pada tahap ini penelitian melakukan perubahan dats berbentuk ‘huruf menjadi angka/bilangan. ¢. Processing © pada tahap ini peneliti memasukkan data atau meaginput dsta yong sudsh dilakukan pengkodean ke komputer dan dimasukkan dalam master fabel. d. Clearing : pada tahap ini pencliti melakukan pengecekan kembali data ‘yang sudah dimasukkan pada master tabel apakah ada kesalahan atau tidak. G, Analisis Data Dalam penclitian ini semua data hasil penclian dianalisis menggunakan program software statistik pada komputer. Analisis data dilakukan secara sistematik antara lain.

You might also like