ISPM NO. 15 DAN PELUANG USAHA KEMASAN KAYU (WOOD PACKAGING)
BAGI INDUSTRI KEHUTANAN
SPM NO.16 and Opportunity of Wood Packaging Business for Forest Industry)
Oleh By
Krisdianta'’, Kresno Agus Hendarto? dan M. Zahrul Muttagin?
*Staf Penelti pada Pusiitbang Teknologi Hasil Hutan, Bogor
2 Staf Peneliti pada Puslit SOSEK Kehutanan, Bogor
*Dosen Tetap Akademi Manajemen Kesatuan dan Staf Penelti pada Pusit SOSEK Kehutanan, Bogor
ABSTRAK Wood packaging. Currently, almost all wood industries
hhave been equipped with kiln drying. This fact showes
Fetes = cer " err meee pe that current wood industries could actually be utilized
enemas” hasil hutan, memertukan ” sandar to produce wood packaging that meet ISPM No.15
engemasan untuk —menjaga-mutunya, Paket ae een si ian
engemasan yang paling dikenal adalah kotak kayu,
atau disebut juga palet. Kayu adalah bahan yang
mengandung (ignoselulosa dan mudah terserang jamur
dan serangga. Dalam kondisi ini, palet berkayu dapat
menjadi media penyebaran jamur dan serangga ke
Penjuru negeri. “Untuk menghinderi kerusakan’ yong
lebih parah, IPPC melalui FAO telah mengeturakan
{$tandar Internasional untuk Upaya Fitosanitari (SPH)
No. 15. Dalom standar tersebut, seluruh ‘paket
engemasan erkayu termasuk palet, kerangjang
berkayu dan stiker harus diproses dalam suatu:
erlakuan menggunakan panas atau dengan melakukan
fumigasi dengan metil bromida, Jika standar tidak
ferpenuhi, maka komditas ekspor tersebut akan
dikembalikan ke negara asal
Dengan menggunakan analisis statistika deskriptif,
‘makalah ini mencoba mendisusikan ISPM#5 de
Kemungkinan penerapannya di industri pengolahan
kay, “Khususnya kemasan berkayy. Saat ini hampir
semua industri keyy telah dilengkapi dengan mesin
pengering. Fakta ini menunfukkan bahwa industri kay
saat ini dapat diarahkan untuk memproduksi kemasen
erkayu yang memenuhi syarat Standar ISPM Nomor 15.
‘atu kunci: Ekspor, WTO, kemasan berkayu, ISPM#TS.
ABSTRACT
Export commodities, such as spices, textiles, fruits and
forest products, require packaging standard to maintain
the quality of the products. The most. popular
packaging set is wooden box, which is also known as
pallets. Wood as lignocellulosic material is susceptible
4o fungi and insect attacks. In this condition, wooden
lets can be an agent for transiting fungi and insects
@eress the countries. To avoid further destruction, IPPC
through FAO has issued International Standard for
rytosanitary Measure (ISPM) No.15. In the standard,
sgl wooden ‘packaging set including pallet, wooden
Pucket and sticker has to be processed in a heat
treatment or fumigation with methyl bromide. If the
tandard is not met, the exported materials will be
standard,
Keywords: Export, WTO, Wood Packaging, ISPM#15
PENDAHULUAN
Setiap komoditi ekspor, batk itu berupa hasil bumi,
tekstil, buah-buahan dan’ hasit hutan, memerlukan
standar pengemasan agar kualitas barang yang diekspor
dapat terjaga sampai di negara tujuan. Sebelum
imasukkan ke dalam kontainer, umumnya barang yang
akan diekspor dikemas dalam -peti atau tong. yang
terbuat dari kayu. Setain itu, bagian bawah dari barang
diberi pallet kayu untuk memudahkan penataan dalary
ontainer dan pengangkutan barang dengan forklift.
Kayu sebagai bahan pengemas merupakan bahan
\ignoselutosa yang tersusun atas selulosa, lignin dan
homosetulosa. Selain itu, kayu juga memiliki sifat
hhigroskopis, yaitu mudah melepaskan air dalam kondisi
lingkungannya kering dan meryerap air dalam kondisi
sekitarnya tembab. Dengan adanya kandungan selulosa
dan air dalam kayu menyebabkan kayu mudah diserang
oleh organisme perusak kayu baik itu jamur maupuiy
serangga (Brown et al., 1949)
Kemasan kayu biasanya menggunakan bahan kayu
mentah yang tidak diolah, sehingga mutunya relstit
rendah. Kayu sebagai bahan pengepakan sangat beresiko
menjadi agen penyebaran_organisme perusak kayu
seperti Jamur perusak kayu, bubuk kayu, nematoda dan
rayap. Selain itu, kayu untuk pengepakan umumnya
digunakan secara__berulang-ulang sehingga selain,
kualitasnya tidak terjaga, kerusakan akibat serangan
organisme perusak kayu juga tidak terdeteksi,
Kemasan kayu berpotensi sebagai media penularan
organisme perusak kayu, dalam perdagangan.lintas
Regara. Contoh berpindahnya jenis serangea perusak
kayu dari satu negara ke negara lain adalah penyebaran
Cryptotermes cynocephalus yang lebih dikenal ‘dengan
rayap kayu Kering dan asal utamanya indonesia telah
menyebar di hampir seluruh negara yang beriklim trops.
Selain itu, Coptotermes formosanus atau rayap subteran
Yang berasal dari Taiwan telah berkembang di Hawai
dan Amerika Utara, Hal ini disebabkan pada masa itu
eredaran peti kemas kayu tidak diawast, sehingga kayu
kkemasan berlaku sebagai media penyebaran rayap-rayap
tersebut (Tarumingkeng dan Cotto, 2005).SUANTO ta PH Ho, 15 Dan Pang
i
haha Hema ay (Hood Packaging)
fag laut Huta
Untuk itu, Sekretariat Konvensi Internasional untuk
pertindungan Tanaman (International Plant, Protection
Convention) atau sering disingkat dengan IPPC melalui
Food and Agricultural Organization (FAO) pada bulan
Naret 2002. menetapkan ketentuan international
Standard for Phytosanitary Measure (ISPM) No. 15.
Ketentuan tersebut menyebutkan bahwa seluruh
kemasan. kayu baik berupa pallet, tong kayu dan
penopang untuk peryerta Komaditi ekspor _wasib
Fremenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh badan
Gunla tersebut. Sangs! yang jelas terhadap pelanggaran
Ketentuan tersebut adalah ditolaknya barang ekspor
Merck ke negara tujyan dan diekspor ulang atau
Sikembatikan ke pihak pengekspor (re-ekspor) dengan
biaya ditanggung oleh pihak pengekspor asal_ barang:
Dalam Kenyataannya proses re-ekspor int sangat mahal
Gan sangat. merugikan pihak asal_barang. Apabila
Ketentuan ini diberlakukan dan pengusaha Indonesia
tidak mematuhi ketentuan ISP No.15, maka pengusaha
Indonesia akan mengalami kerugian besa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untule
mengidentifikasi tentang apa yang dimaksud dengan
ISPMNo. 15 dan kemungkinan pengembangan industri
pengolahan kayu di Indonesia sebagat penyedia jase
Fengemasan dengan bahan kayu sesuai Ketentuan SPM
No.15.
METODOLOG!
Sesuai dengan tujuan di atas, maka penelitian ini
menggunakan metode deskriptif sebagai analsis data,
Kaclen (2008) menyatakan bahwa metode deskriptit
wealah suatu metode dalam meneliti objek, balk berupa
filairnila’ budaya manusia, system pemikiran filsafat,
milaLnilai etika, nilai Karya seni, sekelompok manusia,
peristiwa atau objek budaya lainnya. Tujuannya adalah
Frembuat untuk membuat deskripsi, gambaran atau
Tukisan secara sistematis dan objektif, mengenai fakta
fakta, sifatsifat, cir-ciri serta hubungan diantara
tnsure-unsur yang ada atau suatu fenomena tertentu,
Data yang diperlukan datam penelitian ini diambit
dari studi pustaka. Berbeda dengan penelitian lapangan,
foxasi pengumpulan data untuk studi pustaka jauh lebih
uss bahkan. tidak mengenal batasan ruang, Pada
penelitian. ini, data diperoteh dari _perpustakaan,
fnajalah, koran dan juga internet.
HASIL DAN PEMBAHASAN
'A. Peraturan Pengemasan Barang Dengan Kayu (SPM
No. 15)
Berdasarkan kekhawatiran bahan kay untuk
kemasan ekspor menjadi media pembawa organisme
perusak kayu, maka sidang FAO di Roma pada tahun
S602, menetapkan International Standard For
Phytosanitary Measures No.15 yang lebih dikenal dengan
SPM # 15 yang berisi peraturan pengemasan barang
dengan Kayu, Standar ini menetapkan perlunya tindakan
phytosanitary untuk mengurangi_ resiko menyebarnya
Prganisme perusak Kayu pada material Kemasan kay
yang. digunakan dalam perdagangan Internasiona.
Pengertian Kemasan kayu dalam ketentuan ini adalah
segala bentuk kayu yang menyertai Komoditas ekspor,
seperti palet, pengganjal (dunnage), peti Kayu (crating),
tong kayu (drum) dan penyangga (skids). Ketentuan (SPM
Novis memberikan pengecuatian terhadap bahan kay
yang telah diolan seperti kayu lapis, papan partikel,
apan serat dan venir kayu dengan ketebalan kurang
dari 6 mm.
Peraturan yang tertuang dalam \SPM No. 15 itu berisi
kewajiban untuk menggunakan bahan kayu yang bebas
Ralit (debarked). Setain itu, Kayu yang digunakan harus
felah melalui perlakuan panas (heat treatment) atau
proses fumigasi dengan Methyl Bromida (MB). Dalam
Petentuan ISPM No.15 itu juga disebutkan ketentuan
tentang cara-cara pertakuan dan sertifikas! (marking)
Aetuk kemasan Kays yang dipergunakan dalam
perdagangan Internasional.
perlakuan yang diwaffokan untuk kayy utuh yang
bebas kulit adalah kayu harus diberi_perlakuan
pemanasan (Heat Treatment/HT) dengan suhu paling
pendah 56°C pada bagian inti kayu selama Kurang lebih
Sov menit. Perlakuan ini mempunyai _tujuan
nenghilangkan organisme perusak kayu yang mungkin
fidup. di dalam kayu. Selain pemanasan sebagal
ritemmatif Kayu dapat juga di fumigasi dengan methyl
promida dengan ketentuan seperti ditampilkan dalam
Tabel 1
_Tobet 1, Pnggunaan Net Bromide pad Press Fumie!
Suhu | Konsentrasi minimum (g/m) tbs/1000 c.f.
CO Some | 2iam | 4jam [16 jam
Tu | 362.05 [24r ns | 177,06 | 14/0,875
Ferm | 4272,63 | 28/4,75 | 207 1,25 | 17/ 1,06
cit 48730 | 2/2,0
ai a3e [19/189
Setetah melalui salah satu pertakuan balk
pemberian paras ataupun fumigasi, maka kemasan kayy
Pemebut harus diberi label yang telah ditetapkan oleh
IPPC dengan teraan kode yang jelas (Gambar 1.)
Gambar ts Label Vang Haris Tampak Pada Kemasan Kays
ari gambar 1 di atas, gambar label menunjukkan
logo IPPC sedangkan XX merupakan kode asal negara
fpengekspor, dalam hal ini Kode Indonesia adalah 1D.
Figa digit angka adalah no registrasi | perusahaan
penvedia jasa_pengepakan kayu yang terdaftar datain
Bedan Karantina, Departemen Pertanian. Kode
Berikutnya YY adalah inislal dari perlakuan_ Kemasan
fayu, HT untuk perlakuan panas (heat treatment) dan
Me untuk pertakuan fumigasi dengan methyl bromide.
SBuangkan’ DB adalah tanda untuk kayu tanpa Kult
{aebarked). Dalam ketentuan disebutkan bahwa label
dorergitempatkan pada kemasan Kay yang mudah
Silthat tetap! tidak boleh berwarna merah atau oranye,
Setiap unsur Keterangan dan logonya harus lengkap dan
tidak mudah terkelupas.
urna Tigh Kesstuan Nomer 1 Vm 7, Apri 2005a
e
8
it
el
ah
e,
ea rer ee ee ee ee ay
2p lei
Pada saat oitetapkan pada tahun 2002, banyak
negaa berkembang termasuk Indonesia _menyatakan
belum sign dengan peraturan baru tersebut. Beberapa
negara tetah memberlakukan peraturan tersebut mulai
2004 diantaranya India, Australia, Brazil, Canada dan
Swiss. Memasuki tahun’ 2005, semakin banyak negara
yang mulai membertakukan standard tersebut. Negara-
negara yang tergabung dalam Uni Eropa _mulai
memberlakukan peraturan ISPM No. 15 pada bulan Maret
2005, Korea mulai memberlakukan bulan Juni 2005,
‘Amerika Serikat_mulai memberlakukan peraturan ini
bbulan September 2005. Dengan pemberlakuan secara
efektif pada tahun 2005, maka peraturan tersebut,
sangat berpengaruh terhadap kelancaran ekspor
Indonesia, sehingga ketentuan tersebut perlu dipahami
dan ciantisipasi penerapannya oleh para pelaku bisnis di
Indonesia.
B. Prosedur Registrasi
Industri pengolahan kayu yang tertarik untuk
menjadi penyedia jasa_pengemasan kayu harus,
mendaftarkan perusahaannya kepada Badan Karantina,
Departemen Pertanian. Setelah__mendaftarkan
perusahaannya, maka —_perusahaan—_tersebut
mendapatkan nomor registrasi__khusus untuk
dicantumkan dalam label kemasan kayu (Gambar 1).
Perusahaan pengemas yang telah diregistrasi akan
diberikan otorisasi_penggunaan label oleh Badan
Karantina Pertanian. Untuk selanjutnya perusahaan
tersebut bertanggung jawab terhadap penggunaan label
tersebut.
Persyaratan registrasinya adalah:
a. Perusahaan merupakan badan hukum Indonesia dan
berdomisli di Indonesia,
b. Bidang Usaha perusahaan_ meliputi pengemasan
dengan _bahan kayu, termasuk palletising dan
memberi jasa kepada pihak ketiga.
c. Terdaftar sebagai pembayar pajak
4. Memiliki akses terhadap perlakuan panas atau
fumigasi.
Memiliki akses kendati mutu untuk pest
management.
f. Menyediakan’ penanggung jawab teknis yang
memiliki pengetahuan yang memadai di bidang
pengemasan dan pest management.
Dalam proses registrasi, Badan Karantina akan
memastikan ketentuan-ketentuan dalam SPM No. 15,
dapat dilaksanakan dalam kegiatan ekspor. Hal ini untuk
menunjang tugas Badan Karantina, diantaranya,
Pengawasan sertifikasi dan pelabelan, pemeriksaan atas
hasil perlakuan dalam hal ini kayu Kemasan, registrasi
an audit terhadap perusahaan pengemas (Departemen
Pertanian, 2003).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem
kendali mutu kayu kemasan adalah bahan baku kayu
harus tanpa kulit, pengukuran suhu bagian inti kayu
harus mencapai minimal 56°C dalam waktu minimal 30,
menit pada tiga tempat berbeda dalam satu potong
kayu untuk memastikan hilangnya serangga penggerek
kayu. Setelah keluar dari dapur pengering, kadar air
kayu harus dipertahankan dibawah 20%. Kayu yang telah
diberi perlakuan panas diangkut dengan forklift. yang
bersin dan ditempatkan dalam gudang yang kondisinya
tertutup, berventilas! baik, tidak bocor, kondis lantai di
Dural mia Kesatvan Nomer 1 Volume 7, A 2005
cor dengan semen padat tanpa retakan dan tidak mudah
terendam banjir. Selain itu, dilakukan pest control
secara rutin. Hal ini bertujuan menghindari relnfestasi
serangan jamur dan serangga perusak kayu.
Setelah kayu diberi label sesual perlakuannya dan
dibentuk sesuai_pesanan untuk kemasan komoditas
tertentu, pengepakan dapat dilakukan sendiri atau
‘menggunakan jasa pihak ketiga.
Kemasan kayu yang telah dipergunakan dalam
engiriman barang tidak bisa langsung digunakan
Kembali, melainkan harus diberi perlakuan dan
disertifikasi Kembali
C. Pengembangan Jasa Pengemasan Kayu Oleh
Industri Pengolahan Kayu
Berdasarkan diskus! Sosialisasi !SPM No.15 di Pusat
‘Standarisasi dan Lingkungan Kehutanan bulan April 2005
‘muncul kenyataan bahwa jumlah industri yang bergerak
di bidang jasa pengemasan kayu masih rendah. Hal ini
disebabkan bidang usaha ini kurang populer. Di
Banjarmasin, misalnya, perusahaan yang bergerak di
bidang pengepakan dengan kayu yang telah sesual
ketentuan ISPM No.15 belum ditemukan, sehingga para
eksportir harus melakukan pengepakan di kota lain
Dalam kondisi demikian maka biaya untuk mengangkut
barang tersebut menjadi lebih mahal.
Pada dasarnya, bidang pengemasan dengan kayu ini
dapat dilakukan oleh industri pengolahan kayu yang
telah ada saat ini. Hal ini disebabkan produk pallet tidak
menentukan dari jenis.tertentu, melainkan dapat
berupa jenis kayu campuran, seperti sengon, mahon,
meranti, kamper, borneo dan lain-lain. Pada prinsiprya,
pallet kayu dapat dibuat dari berbagai jenis hays
dengan erat jenis di atas 0,30 g/cm seperti jenis
meranti dan kamper dan diharapkan dapat menyangga
beban lebih dari 3.000 kg. Selain kekerasan_kayu,
kualitas pallet juga dipengaruhi oleh desain,
konstruksinya.
Selain tidak mensyaratkan suatu jenis kay
tertentu, kayu untuk kemasan pada umumnya berasal
dari kayu gergajian dengan potongan yang relatif kecil
dan tidak peru. dihaluskan permukaannya. Potongan
kayu gergajian tersebut cukup—dirakit atau
ddisambungkan dengan paku ulir, sehingga proses
Pembuatannya relatif mudah dan’ tidak memertukan
‘mesin Khusus,
Mengacu pada ketentuan ISPM No.15, salah satu
perlakuan kayunya adalah perlakuan panas (heat
treatment). Dalam hal ini, kayu harus dipanaskan daiam
dapur pengering dengan suhu bagian intinya mencapai
56°C selama minimal 30 menit. Periakuan panas ini
‘menjadikan kayu menjadi kering dan organisme perusak
kayu tidak berkembang dalam kayu. Periakuan panas ini
biasa dilakukan oleh industri pengolahan kayu melalui
pengeringan buatan dengan bahan bakar minyak,
sehingga perlakuan panas bukan menjadi masalah dalam
‘industri pengolahan kayu,
Berdasarkan hasil pendataan bersama _antara
Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian
dan Perdagangan Rl, jumlah Industri Primer Hasil Hutan
Kyu (IPHHK) sebanyak 1.540 unit, yang terdiri dari 327
unit industri kayu lapis dan “1.213 unit industri
enggergajian (Laban, 2005). Salah satu nila lebih dariIUDUNTO eta, 1H No, 15 Dag Peg Usha Kea Kap (had Paki
agi nd Keutinn
keberadaan industri penggergajian adalah
keberadaannya tersebar di berbagai wilayah tanah air,
sehingga industri pengolahan kayu berkembang dapat
menjadi penyedia jasa pengemasan di wilayah yang
belum memitiki perusahaan penyedia jasa pengemasan.
Saat ini, kayu gergajian diperjualbelikan dalam
bentuk sortimen baik untuk kayu konstruksimaupun
komponen mebel, namun dalam perkembangannya
industri penggergajian dapat merakit pallet sesual
dengan standar yang ditetapkan. Dalam hal ini nilat
tambah dari kayu yang dirakit menjadi produk pallet