FINAL RAP Itjen 2020-2024

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 153
RENCANA AKSI PROGRAM 2020-2024 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA e INSPEKTORAT JENDERAL Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling No, 4-9 Kuningan - Jakarta Selatan 12950 Telp. 021 - 5201590 (Hunting) - Pes. 3100, 3102, 3104 Fax. 021 - 5201589/5223011 GERMAS KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.02.02/1/1@(3 /2022 TENTANG RENCANA AKSI PROGRAM INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN, Menimbang ia. bahwa dalam rangka menjawab disrupsi dan tantangan di masa yang akan datang, Kementerian Kesehatan melakukan Transformasi Kesehatan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024; b. bahwa substansi perubahan Renstra mencerminkan prinsip dan tujuan dari Transformasi Kesehatan, dan perubahan tersebut mencakup 6 (enam) hal prinsip atau disebut sebagai pilar Transformasi Kesehatan yang juga merupakan bentuk penerjemahan reformasi sistem keschatan nasional; c. bahwa kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai Transformasi Kesehatan, perlu_dilakukan Penyesuaian Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Tahun 2020-2024 sebagai acuan bagi pelaksana program di lingkup Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan kegiatannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan hurufc perlu ditetapkan Keputusan —_Inspektur —_Jenderal Kementerian Kesehatan tentang Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2020 ~ 2024. , 180 37007, CERTIFIED Mengingat 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2009 Nomor 144); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 96); Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 127); Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Keschatan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 193); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Tahun 2020 Nomor 10); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84 Tahun 2019 tentang Tata Kelola Pengawasan Intern Kementerian Kesehatan (Berita Negara Tahun 2019 Nomor 1759); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Tahun 2022 Nomor 156); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 (Berita Negara Tahun 2022 Nomor 461); Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA MEMUTUSKAN KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN TENTANG RENCANA AKSI PROGRAM. INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN ‘TAHUN 2020-2024. Menetapkan Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 tercantum dalam lampiran keputusan ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Inspektur Jenderal ini. Rencana Aksi Program Inspektorat/ Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU digunakan sebagai: a. Pedoman bagi Inspektorat Jenderal dalam penyusunan perencanaan tahunan b. Pedoman bagi Inspektorat Jenderal dalam penyclenggaraan program pengawasan dengan berdasarkan pada pertimbangan risiko komprehensif sesuai susunan Register Risiko (Risk Profile) pada setiap satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan RI cc. menjadi pedoman kerja kegiatan pengawasan bagi Aparat Pengawasan Fungsional di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan untuk menghasilkan rekomendasi_ kepada Menteri Kesehatan atas program prioritas transformasi kesehatan dan atensi Menteri Kesehatan. d. Target kinerja masing-masing inspektorat dengan melakukan monitoring atas pencapaian kinerja pengawasan sesuai lingkup binaan yang akan dilakukan pengawasan. Perubahan Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 ini, dapat dilaksanakan agar sejalan dengan —perubahan lingkungan eksternal maupun internal. KEEMPAT KELIMA Pada saat keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan RI Nomor HK.02.02/1.1/35/2021 tentang Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan diadakan perbaikan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penempatannya. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 29 Desember 2022 INSPEKTUR JENDERAL, te MURTI UTAMI KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya sehingga dokumen Rencana Aksi Program (RAP) Inspektorat Jenderal Tahun 2020-2024 dapat terselesaikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2022-2024, diamanatkan bahwa Rencana Strategis (Renstra) digunakan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Selanjutnya Renstra diturunkan dalam bentuk RAP pada tingkat eselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) di tingkat eselon II. RAP Tahun 2020-2024 ini merupakan bentuk penyesuaian dokumen perencanaan sesuai dengan perkembangan kebijakan Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 merujuk pada Permenkes Nomor 13 Tahun 2022 dan arahan Menteri Kesehatan. RAP Inspektorat Jenderal dimaksudkan sebagai acuan bagi penyusunan perencanaan tahunan dan pedoman penyelenggaraan program pengawasan. RAP ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam mewujudkan pengawasan yang berkualitas. Kami ucapkan terima kasih kepada scluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dokumen Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Tahun 2022-2024 ini. Jakarta, 9 Desember 2022 Inspektur Jender, Y drg. Murti Utami, QGIA, CGCAE DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN. ‘A. Latar Belakang.. B. Maksud dan Tujuan...... Cc. Dasar Hukum BAB Il KONDISI UMUM, TANTANGAN, DAN ANALISIS SITUASI A. Kondisi Umum.. B. Tantangan. C. Analisis Situasi .. BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN.. A. Tyjuan.. B. Program ..... C. Kegiatan. BAB IV KEBIJAKAN PENGAWASAN.. A. Arah Kebijakan Pengawasan. B. Tujuan dan Sasaran Pengawasan C. Sasaran Pengawasan..... D. Kegiatan Pengawasan.. BAB IV PENUTUP...... LAMPIRAN... Lampiran Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan RI Nomor: HK.02.02/1/ 1618/2022 tentang Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Tahun 2020-2024 RENCANA AKSI PROGRAM INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2020-2024 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, disebutkan bahwa pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antarupaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode sebelumnya. Oleh karena itu, perlu disusun rencana pembangunan kesehatan yang berkesinambungan. Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga merupakan periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan strategis. Rencana Pembangunan Jangka 2- Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 akan memengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan sctara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (Upper-Middle Income Country) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada RPJMN. Selanjutnya Menteri_- Kesehatan mengamanahkan bahwa Renstra Kementerian Kesehatan harus dijabarkan dalam Rencana Aksi Program (RAP) Unit Eselon I. Sejak ditetapkannya Renstra Kementerian Kesehatan pada tahun 2020, telah terjadi disrupsi besar-besaran dalam kehidupan manusia bahkan pada skala global karena adanya pandemi COVID-19 schingga sektor Kesehatan menghadapi berbagai tantangan. Untuk menghadapi tantangan tersebut, perlu dilakukan reformasi sistem kesehatan nasional yang diterjemahkan oleh Kementerian Kesehatan ke dalam transformasi kesehatan. Perubahan Renstra Kementerian Kesehatan sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2022 menetapkan rumusan operasional atas gagasan dan konsep transformasi tersebut. Substansi perubahan Renstra mencerminkan prinsip dan tujuan dari transformasi kesehatan. Renstra Kementerian Kesehatan diharapkan dapat menggambarkan kapasitas dan bentuk respons Kementerian Kesehatan dalam menjawab disrupsi dan tantangan di masa yang akan datang, sebagaimana dirangkum dalam matriks Transformasi Sistem Kesehatan berikut ini. Transformasi Sistem Kesehatan 2021-2024 ‘SPAWN dan 8 Par Transtormasi Perubahan Renstra tersebut menjadi konsekuensi logis ketika sektor kesehatan akan bertransformasi. Perubahan tersebut mencakup 6 (enam) hal prinsip atau disebut sebagai pilar transformasi kesehatan yang juga merupakan bentuk penerjemahan reformasi sistem kesehatan nasional, yaitu: 1. Transformasi Layanan Primer, mencakup upaya promotif dan preventif yang Komprehensif, perluasan jenis antigen, imunisasi, penguatan kapasitas, dan perluasan skrining di layanan primer dan peningkatan akses, SDM, obat, dan kualitas layanan serta penguatan layanan laboratorium untuk deteksi penyakit atau faktor risiko yang berdampak pada masyarakat; 2. Transformasi Layanan Rujukan, yaitu dengan perbaikan mekanisme rujukan danpeningkatan akses dan mutu layanan rumah sakit, dan layanan laboratorium kesehatan masyarakat; 3. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan dalam menghadapi -4 Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah penyakit/kedaruratan kesehatan masyarakat, melalui kemandirian kefarmasian dan alat kesehatan, Penguatan surveilans yang adekuat berbasis komunitas dan laboratorium, serta penguatan sistem penanganan bencana dan kedaruratan kesehatan; 4, Transformasi Pembiayaan Kesehatan, untuk menjamin pembiayaan yang selalu tersedia dan transparan, efektif dan efisien, serta berkeadilan; 5. Transformasi SDM Kesehatan, dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan jumlah, jenis, dan kapasitas SDM kesehatan; dan 6. Transformasi Teknologi Kesehatan, yang mencakup: (1) integrasi dan pengembangan sistem data kesehatan, @) integrasi dan pengembangan sistem aplikasi kesehatan, dan @) pengembangan ekosistem teknologi Kesehatan (cegulasi/kebijakan yang = mendukung, —_— memberikan kemudahan/fasilitasi, pendampingan, pembinaan serta pengawasan yang memudahkan atau mendukung bagi proses Pengembangan dan pemanfaatan teknologi Kesehatan yang berkelanjutan) yang disertai peningkatan tata kelola dan kebijakan keschatan. Berdasarkan perkembangan kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai Transformasi Kesehatan, perlu dilakukan penyesuaian Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Tahun 2020-2024. B. Maksud dan Tujuan Rencana aksi program Inspektorat Jenderal dimaksudkan sebagai acuan bagi pelaksana program di lingkup Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan kegiatannya. Rencana aksi program Inspektorat Jenderal pada tahun 2020-2024 bertujuan: 1, mendukung pencapaian rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024; 2. menentukan arah dan sasaran kegiatan program dukungan -5- manajemen Kementerian Kesehatan pada Inspektorat Jenderal tahun 2020-2024 yang berkesinambungan; dan 3. menjadi pedoman perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, serta pengembangan kegiatan pada Inspektorat Jenderal. . Dasar Hukum. 1, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 ~ 2025. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Keschatan. 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 6. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional. 7. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024. 8. Peraturan Menteri Keschatan Nomor 84 Tahun 2019 tentang Tata Kelola Pengawasan Intem Kementerian Kesehatan. 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. 11, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/1974/ 2022 tentang Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Kesehatan. -6- BAB IL KONDISI UMUM, TANTANGAN, DAN ANALISIS SITUASI A. Kondisi Umum Sebagaimana diamanatkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 ‘Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas untuk Menyelenggarakan Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: 1. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan; 2. pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; 3. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; 4. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan; 5. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan 6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Inspektorat Jenderal memiliki lima unit eselon Il dengan tugas sebagai berikut. 1, Inspektorat_ I mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan pengawasan intern, dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta analisis pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan. Adapun unit binaan Inspektorat I meliputi Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2. Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan pengawasan intern, dan penyusunan Japoran hasil pengawasan serta analisis pelaporan dan pemantauan -7- tindak lanjut hasil pengawasan. Adapun unit binaan Inspektorat II meliputi Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. 3. Inspektorat TI mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan pengawasen intern, dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta analisis pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan. Adapun unit binaan Inspektorat III meliputi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. 4. Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan pengawasan intern, dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta analisis pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan. Adapun unit binaan Inspektorat IV meliputi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan. 5. Inspektorat Investigasi_ mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri, dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta analisis pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan, 6. Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Inspektorat Jenderal. Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, ditetapkan bahwa Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan di antaranya adalah Meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik. Indikator Sasaran Strategis tersebut yakni Indeks capaian tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun Sasaran Program Inspektorat Jenderal Kemenkes 2020- 2024 adalah Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Pengelolaan Keuangan Bersih dan Efektif serta Meningkatnya Efcktivitas 8- Pengendalian Intern Pemerintah dengan indikator kinerja program Nilai Integritas Organisasi dan Nilai Maturitas SPIP Terintegrasi. Namun demikian, seiring dengan perubahan situasi yang dinamis, terdapat arahan dari Menteri Kesehatan dan Inspektur Jenderal sehingga terdapat penambahan 5 Indikator Kinerja Program yang baru yaitu sebagai berikut. 1. Nilai Reformasi Birokrasi Inspektorat Jenderal. 2, Nilai Kinerja Anggaran Inspektorat Jenderal. 3. Persentase Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK yang telah tuntas di tindaklanjuti Inspektorat Jenderal. 4, Persentase realisasi anggaran Inspektorat Jenderal. 5. Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap Program Transformasi Kesehatan dan/atau Program Strategis Lainnya. Rencana Aksi Program (RAP) Inspektorat Jenderal tahun 2020- 2024 merupakan penjabaran dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan di tingkat Eselon I pada Inspektorat Jenderal yang berisikan strategi dalam rangka pencapaian sasaran program meliputi: 1. peningkatan pengawasan internal atas penerapan tata kelola — manajemen risiko dan pengendalian internal, 2. peningkatan pengawasan melalui audit investigasi_ dan penanganan pengaduan masyarakat, dan 3. dukungan manajemen dan pelaksanaan program, B, Tantangan Tantangan yang dihadapi oleh Inspektorat Jenderal di antaranya 1. Pengelolaan Program Kesehatan belum sepenuhnya memperhatikan nilai kemanfaatan terhadap alokasi anggaran. 2, Budaya Antikorupsi Unit Kerja belum dilaksanakan secara masif. 3, Tata Kelola Keuangan belum efektif, efisien dan akuntabel. Pengendalian Intern Unit Kerja belum sepenuhnya diterapkan. 5. Transformasi Budaya Kerja yang belum _sepenuhnya diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas sebagai ASN Kementerian Kesehatan. 6. Menjaga akuntabilitas Program Transformasi Kesehatan. C. Analisis Situasi Dalam menyusun Perubahan Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Tahun 2020-2024 dengan memperhatikan tantangan yang dihadapi, Inspektorat Jenderal telah melakukan analisis situasi menggunakan pendekatan logical framework analysis sebagai berikut. LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS REVISI RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT JENDERAL, Berdasarkan logical framework di atas, terdapat tiga health goals yang telah ditetapkan yaitu 1) Tercapainya Efektivitas Pengendalian Intern, 2) Tercapainya Akuntabilitas Pelaksanaan Program Transformasi Kesehatan, dan 3) Tercapainya Tata Kelola Organisasi Kemenkes yang, ‘Transparan dan Akuntabel. Dalam mencapai health goals tersebut, terdapat beberapa tantangan seperti 1) Pengelolaan Program Kesehatan belum sepenuhnya memperhatikan nilai kemanfaatan terhadap alokasi anggaran; 2) Budaya Antikorupsi unit kerja belum dilaksanakan secara -10- masif; 3) Tata Kelola Keuangan belum efektif, efisien, dan akuntabel; 4) Pengendalian Intern Unit Kerja belum sepenuhnya diterapkan; 5) Menjaga akuntabilitas Program Transformasi Keschatan; dan 6) ‘Transformasi Budaya Kerja yang belum sepenuhnya diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas sebagai ASN Kementerian Keschatan. Untuk mencapai ketiga health goals di atas, Inspektorat Jenderal menetapkan dua sasaran program dan tujuh Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu sebagai berikut. 1. Sasaran Program: Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Pengelolaan Keuangan Bersih dan Efektif serta Meningkatnya Efektivitas Pengendalian Intern Pemerintah. Indikator Kinerja Program: a. Nilai Integritas Organisasi, dengan target pada tahun 2024 sebesar 78, b. Nilai Maturitas SPIP Terintegrasi, dengan target pada tahun 2024 sebesar 3 (nilai rata-rata 3,5). c, Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap Program Transformasi Kesehatan dan/atau Program Strategis Lainnya, dengan target pada tahun 2024 sebanyak 4 rekomendasi kebijakan. 2. Sasaran Program: Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas, Pembinaan dan Pemberian Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan. a. Nilai Reformasi Birokrasi Inspektorat Jenderal, dengan target pada tahun 2024 sebesar 98. b. Nilai Kinerja Anggaran Inspektorat Jenderal, dengan target pada tahun 2024 sebesar 95. ©. Persentase Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK yang telah tuntas di tindaklanjuti Inspektorat Jenderal, dengan target pada tahun 2024 sebesar 92,5%. d. Persentase realisasi anggaran Inspektorat Jenderal, dengan target pada tahun 2024 sebesar 95%. -11- Selanjutnya ditetapkan Indikator Kinerja Kegiatan untuk eselon I Inspektorat Jenderal yaitu sebagai berikut. 1, Nilai Integritas Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat, dengan target pada tahun 2024 sebesar 78 pada unit kerja Inspektorat I, Ul, Ml, dan IV. 2. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli Pembangun Integritas, dengan target pada tahun 2024 sebesar 30% pada unit kerja Inspektorat I, I, II, dan IV. 3. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat yang menerapkan budaya anti korupsi, dengan target pada tahun 2024 sebesar 70% pada unit kerja Inspektorat I, Il, Ill, dan IV. 4. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat yang — mengimplementasikan manajemen risiko yang terdefinisi, dengan target pada tahun 2024 sebesar 75% pada unit kerja Inspektorat 1, II, Ill, dan IV. 5. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat_ yang memiliki maturitas SPIP yang terdefinisi, dengan target pada tahun 2024 sebesar 75% pada unit kerja Inspektorat I, Il, Ill, dan IV. 6. Persentase Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang efektif di lingkup binaan Inspektorat, dengan target pada tahun 2024 sebesar 75% pada unit kerja Inspektorat I dan IV. 7. Persentase Satuan Kepatuhan Intern (SKI) yang efektif di lingkup binaan Inspektorat, dengan target pada tahun 2024 sebesar 75% pada unit kerja Inspektorat I, II, IIl, dan IV. 8. Persentase unit kerja kantor pusat dan kantor daerah lingkup binaan Inspektorat yang memiliki nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) minimal BB, dengan target pada tahun 2024 sebesar 90% untuk unit kerja Inspektorat I, 96% untuk unit kerja Inspektorat I, 90% untuk unit kerja Inspektorat I, dan 10. il. 12. 13. 14. 15. ~12- 99% untuk unit kerja Inspektorat IV. Persentase rekomendasi hasil pengawasan layanan kesehatan haji yang ditindaklanjuti, dengan target pada tahun 2024 sebesar 90% untuk unit kerja Inspektorat Il. Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap Program Transformasi Kesehatan dan/atau Program Strategis Lainnya, dengan target pada tahun 2024 sebanyak 1 rekomendasi kebijakan untuk unit kerja Inspektorat I, If, III, dan IV. Persentase realisasi anggaran Inspektorat, dengan target pada tahun 2024 sebesar 95% untuk unit kerja Inspektorat I, II, Ill, IV, Investigasi, dan Sekretariat Inspektorat Jenderal. Persentase Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK yang telah tuntas di tindaklanjuti Inspektorat Jenderal, dengan target pada tahun 2024 sebesar 92,5% untuk unit kerja Inspektorat I Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan/atau Kantor Daerah (KD) yang memperoleh predikat WBK dan WBBM Nasional, dengan target pada tahun 2024 sebesar 50% untuk unit Kerja Inspektorat Investigasi. Nilai Reformasi Birokrasi Inspektorat Jenderal, dengan target pada tahun 2024 sebesar 98 untuk unit kerja Sekretariat Inspektorat Jenderal, Nilai Kinerja Penganggaran Inspektorat Jenderal, dengan target pada tahun 2024 sebesar 95 untuk unit kerja Sekretariat Inspektorat Jenderal -13- BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN A. Tujuan Tujuan pengawasan intern oleh Inspektorat Jenderal adalah untuk memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan, yaitu: 1, meningkatnya ketaatan, kehematan, efisiensi dan efcktivitas pencapaian tujuan dan sasaran penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan; 2. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dan pengendalian intern dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan; dan 3. meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan Kementerian Kesehatan yang akuntabel. B. Program Inspektorat Jenderal mendukung pelaksanaan Program Dukungan Manajemen dimana telah ditetapkan sasaran program dan indikator Kinerja programnya, Adapun sasaran program dan indikator kinerja program yang ditetapkan yaitu sebagai berikut. Periode 2020 - 2021 Sasaran Program: Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas tata kelola pemerintahan serta tercapainya sasaran Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan. Indikator Kinerja Program: 1, Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan Definisi Operasional: Rekomendasi Kebijakan adalah policy brief yang dihasilkan dari analisis atas hasil pengawasan 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup -14- Kementerian Kesehatan yang dilakukan oleh Inspektorat dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan. Cara Perhitungan: Jumlah policy brief dari analisis atas hasil pengawasan 4 (empat) Program Prioritas Nasional/ Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan yang dilakukan Inspektorat Jenderal. Target: 2020 sebanyak 4 rekomendasi kebijakan; 2021 sebanyak 4 rekomendasi kebijakan. . Persentase satker KP/KD yang telah memenuhi predikat WBK/WBBM (Kemenkes/Nasional) (Baseline TA 2019 : 19,67) Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memenuhi predikat WBK adalah Satker KP/KD yang mendapatkan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dari Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD yang mendapatkan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dari Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI dibagi dengan jumlah seluruh Satker KP/KD dikali 100%. Target: 2020 sebesar 40; 2021 sebesar 50. . Tingkat kapabilitas APIP/Internal Audit Capability Model ([ACM) (Baseline TA 2019: 3) Definisi Operasional: Tingkat Kapabilitas APIP/Internal Audit Capability Model (IACM) adalah Tingkat Kapabilitas APIP Kementerian Kesehatan hasil penilaian BPKP. Cara Perhitungan: Hasil Penilaian Kapabilitas APIP Kementerian Kesehatan oleh BPKP dalam 5 (lima) level. ‘Target: 2020 sebesar 3; 2021 sebesar 3. -15- Periode 2022 - 2024 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program pada tahun 2022-2024 mengalami perubahan sebagai berikut. Sasaran Program: Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja dan Pengelolaan Keuangan Bersih dan Efektif serta Meningkatnya Efektivitas Pengendalian Intern Pemerintah. Indikator Kinerja Program: 1, Nilai Integritas Organisasi Definisi Operasional: Nilai Integritas Organisasi adalah nilai komposit dari hasil survei penilaian integritas berdasarkan pedoman Survei Penilaian Integritas (SPI) yang diterbitkan KPK yang dilakukan terhadap institusi Kementerian Kesehatan RI untuk memetakan dan memonitor risiko korupsi. Cara Perhitungan: Hasil Survei Penilaian Integritas oleh Tim Pelaksana SPI secara swakelola dan/atau oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Target: 2022 sebesar 74; 2023 sebesar 76; dan 2024 sebesar 78. 2, Nilai Maturitas SPIP Terintegrasi Definisi Operasional: Nilai Maturitas SPIP terintegrasi adalah hasil penilaian BPKP atau Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan terhadap maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), maturitas Manajemen Risiko dan Indeks Efektifitas Pengendalian Korupsi (IEPK) di Kementerian Keschatan. Cara Perhitungan: Hasil Penilaian Maturitas SPIP terintegrasi Kementerian Kesehatan olch BPKP atau Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. ‘Target: 2022 sebesar 3 (nilai rata-rata 3,00); 2023 sebesar 3 (nilai rata-rata 3,25); dan 2024 sebesar 3 (nilai rata-rata 3,50). 3. Jumlah rekomendasi ke! terhadap Program Transformasi Kesehatan dan/atau Program jakan berdasarkan hasil pengawasan Strategis Lainnya. Definisi Operasional: Rekomendasi Kebijakan adalah policy brief wv -16- yang dihasilkan dari analisis atas hasil Pengawasan Program ‘Transformasi Kesehatan dan/atau Program Strategis Lainnya di Lingkup Kementerian Kesehatan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan. Cara Perhitungan: Jumlah policy brief dari analisis atas hasil Pengawasan Program Transformasi Kesehatan dan/atau Program Strategis Lainnya di lingkup Kementerian Kesehatan yang dilakukan Inspektorat Jenderal. Target: 2023 sebanyak 4 rekomendasi kebijakan dan 2024 sebanyak 4 rekomendasi kebijakan. Sasaran Program: Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas, Pembinaan dan Pemberian Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan. Indikator Kinerja Program: . Nilai Reformasi Birokrasi Inspektorat Jenderal Definisi Operasional: Hasil penilaian reformasi birokrasi di Unit Utama pada tahun berjalan. Cara Perhitungan: Indeks nilai RB Unit Utama berdasarkan hasil penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB) dibagi standar nilai. Target: 2023 sebesar 96 dan 2023 sebesar 98. . Nilai Kinerja Anggaran Inspektorat Jenderal Definisi Operasional: Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari: (1) Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi__anggaran, konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA-K/L secara tahunan, (2) Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam RENJA K/L dan RENSTRA K/L secara tahunan, (3) Aspek -17- Konteks yang memperhitungkan relevansi, kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui intervensi program. Cara Perhitungan: Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi, konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi SMART Kementerian Keuangan. Target: 2023 sebesar 93 dan 2024 sebesar 95. 6. Persentase Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK yang telah tuntas ditindaklanjuti Inspektorat Jenderal Definisi Operasional: Rekomendasi hasil pemeriksaan BPK yang telah tuntas ditindaklanjuti pada tahun berjalan yang tercatat sebagai rekomendasi hasil pemeriksaan BPK di Inspektorat Jenderal. Cara Perhitungan: Jumlah rekomendasi yang telah ditindaklanjuti oleh Inspektorat Jenderal dibagi dengan jumlah rekomendasi hasil pemeriksaan BPK pada Inspektorat Jenderal dikali 100. Target: 2023 sebesar 92,5% dan 2024 sebesar 92,5%. 7. Persentase realisasi anggaran Inspektorat Jenderal Definisi Operasional: Persentase realisasi anggaran adalah besarnya Persentase anggaran yang terealisasi yang tercatat secara bruto berdasarkan aplikasi Monitoring SAKTI Kementerian Keuangan. Cara Perhitungan: Persentase realisasi anggaran Inspektorat Jenderal yang tercatat dalam aplikasi Monitoring SAKTI Kementerian Keuangan Target: 2023 sebesar 95% dan 2024 sebesar 95%. C. Kegiatan Inspektorat Jenderal mendukung pelaksanaan tiga Kegiatan yaitu Kegiatan Peningkatan Pengawasan Internal atas Penerapan Tata Kelola- Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal, Kegiatan Peningkatan Pengawasan melalui Audit Investigasi dan Penanganan Pengaduan Masyarakat, dan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan -18- Program dimana telah ditetapkan sasaran kegiatan dan indikator Kinerja kegiatannya. Adapun sasaran kegiatan dan indikator kinerja kegiatan yang ditetapkan yaitu sebagai berikut. Periode 2020 - 2021 Kegiatan 1: Kegiatan Peningkatan Pengawasan Internal atas Penerapan ‘Tata Kelola-Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal. Sasaran Kegiatan 1: Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan serta Tercapainya Sasaran Reformasi Birokrasi Lingkup Unit Kerja Binaan Inspektorat I, Il, II], dan IV. Indikator Kinerja Kegiatan 1: 1, Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di Tingkup binaan Inspektorat I Definisi Operasional: Rekomendasi kebijakan adalah policy brief yang dihasilkan dari analisis atas hasil Pengawasan satu Program Prioritas Nasional/Program Strategis di Lingkup Inspektorat I yang disampaikan kepada Inspektur Jenderal untuk dilanjutkan kepada Menteri Kesehatan. Cara Perhitungan: Jumlah policy brief dari analisis atas Hasil Pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat L Target Kinerja: Tahun 2020 sebanyak 1 rekomendasi kebijakan; dan Tahun 2021 sebanyak 1 rekomendasi kebijakan. Penanggung Jawab: Inspektorat I. 2, Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat II Definisi Operasional: Rekomendasi kebijakan adalah policy brief yang dihasilkan dari analisis atas hasil Pengawasan satu Program Prioritas Nasional/Program Strategis di Lingkup Inspektorat Il yang disampaikan kepada Inspektur Jenderal untuk dilanjutkan kepada -19- Menteri Kesehatan, Cara Perhitungan: Jumlah policy brief dari analisis atas Hasil Pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat I. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebanyak | rekomendasi kebijakan; dan Tahun 2021 sebanyak 1 rekomendasi kebijakan. Penanggung Jawab: Inspektorat Il. Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat IIT Definisi Operasional: Rekomendasi kebijakan adalah policy brief yang dihasilkan dari analisis atas hasil Pengawasan satu Program Prioritas Nasional Program Strategis di Lingkup Inspektorat Ill yang disampaikan kepada Inspektur Jenderal untuk dilanjutkan kepada Menteri Kesehatan. Cara Perhitungan: Jumlah policy brief dari analisis atas Hasil Pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat I. Target Kinerja : Tahun 2020 sebanyak 1 rekomendasi kebijakan; dan Tahun 2021 sebanyak 1 rekomendasi kebijakan. Penanggung Jawab: Inspektorat IIL. Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat IV Definisi Operasional: Rekomendasi kebijakan adalah policy brief yang dihasilkan dari analisis atas hasil Pengawasan satu Program Prioritas Nasional/Program Strategis di Lingkup Inspektorat IV yang disampaikan kepada Inspektur Jenderal untuk dilanjutkan kepada Menteri Kesehatan. Cara Perhitungan: Jumlah policy brief dari analisis atas Hasil Pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat IV. ‘Target Kinerja : Tahun 2020 sebanyak 1 rekomendasi kebijakan; ~20- dan Tahun 2021 sebanyak 1 rekomendasi kebijakan. Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase satker KP/KD dengan nilai persepsi anti korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat I Definisi Operasional: Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi yang diukur dengan kriteria penilaian: sangat baik: 85-100 baik: 75-84 cukup: 60-74 kurang: <60. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 dibagi jumlah total satker KP/KD binaan Inspektorat I dikali 100%. Target Kinerja : Tahun 2020 sebesar 40; dan Tahun 2021 sebesar 50. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Persentase satker KP/KD dengan nilai persepsi anti korupsi minimal 7S pada lingkup binaan Inspektorat 11 Definisi Operasional: Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi yang diukur dengan kriteria penilaian: sangat baik: 85-100 baik: 75-84 cukup: 60-74 kurang: <60. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 dibagi jumlah total satker KP/KD binaan Inspektorat II dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 40; dan Tahun 2021 sebesar 50. Penanggung Jawab: Inspektorat Il Persentase satker KP/KD dengan nilai persepsi anti korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat III Definisi Operasional: Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi yang diukur dengan kriteria penilaian: sangat baik: 85-100 baik: 75-84 cukup: 60-74 kurang: <60. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 dibagi jumlah total satker KP/KD binaan Inspektorat III dikali 100%. Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 40; dan Tahun 2021 sebesar 50. Penanggung Jawab: Inspektorat III. 8. 10 il. -21- Persentase satker KP/KD dengan nilai persepsi anti korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat IV Definisi Operasional: Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi yang diukur dengan kriteria penilaian: sangat baik: 85-100 baik: 75-84 cukup: 60-74 kurang: <60. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 dibagi jumlah total satker KP/KD binaan Inspektorat IV dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 40; dan Tahun 2021 sebesar 50. Penanggung Jawab: Inspektorat LV. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki nilai maturitas SPIP level 3 Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memiliki nilai maturitas SPIP level 3 yang diukur dari penilaian mandiri Maturitas SPIP dengan lima tingkatan/level. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi hasil penilaian Maturitas SPIP secara mandiri terhadap Satker KP/KD di lingkup binaan Inspektorat I pada Level 3 dibagi dengan seluruh Satker KP/KD dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 20. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki nilai maturitas SPIP level 3 Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memiliki nilai maturitas SPIP level 3 yang diukur dari penilaian mandiri Maturitas SPIP dengan lima tingkatan/level Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi hasil penilaian Maturitas SPIP secara mandiri terhadap Satker KP/KD di lingkup binaan Inspektorat If pada Level 3 dibagi dengan seluruh Satker KP/KD dikali 100%. ‘Target Kinerj ‘ahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 20. Penanggung Jawab: Inspektorat II. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat III yang 12. 13. -22- memiliki nilai maturitas SPIP level 3 Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memiliki nilai maturitas SPIP level 3 yang diukur dari penilaian mandiri Maturitas SPIP dengan lima tingkatan /level. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi hasil penilaian Maturitas SPIP secara mandiri terhadap Satker KP/KD di lingkup binaan Inspektorat III pada Level 3 dibagi dengan scluruh Satker KP/KD dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 20. Penanggung Jawab: Inspektorat III. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki nilai maturitas SPIP level 3 Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memiliki nilai maturitas SPIP level 3 yang diukur dari penilaian mandiri Maturitas SPIP dengan lima tingkatan/level. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi hasil penilaian Maturitas SPIP secara mandiri terhadap Satker KP/KD di lingkup binaan Inspektorat IV pada Level 3 dibagi dengan seluruh Satker KP/KD dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 20. Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan lingkup binaan Inspektorat I Definisi Operasional: Rekomendasi hasil pengawasan yang ditindaklanjuti adalah rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan yang tercatat sebagai saldo rekomendasi di Inspektorat Jenderal. Cara Perhitungan: Jumlah rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti tahun berjalan dibagi dengan penjumlahan saldo awal tahun berjalan dengan rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang baru di tahun berjalan dikali 100%. 14. 15. 16. -23- ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 60; dan Tahun 2021 sebesar 65. Penanggung Jawab: Inspektorat I Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan lingkup binaan Inspektorat II Definisi Operasional: Rekomendasi hasil pengawasan yang ditindaklanjuti adalah rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan yang tercatat sebagai saldo rekomendasi di Inspektorat Jenderal. Cara Perhitungan: Jumlah rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti tahun berjalan dibagi dengan penjumlahan saldo awal tahun berjalan dengan rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang baru di tahun berjalan dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 60; dan Tahun 2021 sebesar 65. Penanggung Jawab: Inspektorat IL Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan lingkup binaan Inspektorat III Definisi Operasional: Rekomendasi hasil pengawasan yang ditindaklanjuti adalah rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan yang tercatat sebagai saldo rekomendasi di Inspektorat Jenderal. Cara Perhitungan: Jumlah rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti tahun berjalan dibagi dengan penjumlahan saldo awal tahun berjalan dengan rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang baru di tahun berjalan dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 60; dan Tahun 2021 sebesar 65. Penanggung Jawab: Inspektorat IIL. Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan lingkup binaan Inspektorat IV 17. 18. -24- Definisi Operasional: Rekomendasi hasil pengawasan yang ditindaklanjuti adalah rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan yang tercatat sebagai saldo rekomendasi di Inspektorat Jenderal. Cara Perhitungan: Jumlah rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti tahun berjalan dibagi dengan penjumlahan saldo awal tahun berjalan dengan rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang baru di tahun berjalan dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 60; dan Tahun 2021 sebesar 65. Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase laporan keuangan satker lingkup binaan Inspektorat I yang memenuhi SAP dan pengendalian intern yang memadai Definisi Operasional: Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai adalah Laporan Keuangan yang telah dilakukan aktivitas Pengawasan: 1.Pendampingan PIPK 2.Reviu PIPK 3.Reviu Realisasi Anggaran 4.Pemantauan dan Pengelolaan Aset dan Barang Persediaan 5.Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan 6.Pendampingan PBJ serta Hasil Reviu Laporan Keuangan telah ditindaklanjuti pada saat Reviu. Cara Perhitungan: Jumlah satker yang diintervensi dan tidak memiliki rekomendasi catatan hasil reviu dibagi satker yang direncanakan direviu dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 100; dan Tahun 2021 sebesar 100. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Persentase laporan keuangan satker lingkup binaan Inspektorat II yang memenuhi SAP dan pengendalian intern yang memadai Definisi Operasional: Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai adalah Laporan Keuangan yang telah dilakukan aktivitas Pengawasan: 1.Pendampingan PIPK 2.Reviu PIPK 3.Reviu Realisasi Anggaran 19. 20. -25- 4.Pemantauan dan Pengelolaan Aset dan Barang Persediaan 5.Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan 6.Pendampingan PBJ serta Hasil Reviu Laporan Keuangan telah ditindaklanjuti pada saat Reviu. Cara Perhitungan: Jumlah satker yang diintervensi dan tidak memiliki rekomendasi catatan hasil reviu dibagi satker yang direncanakan direviu dikali 100%. Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 100; dan Tahun 2021 sebesar 100. Penanggung Jawab: Inspektorat II. Persentase laporan keuangan satker lingkup binaan Inspektorat III yang memenuhi SAP dan pengendalian intern yang memadai Definisi Operasional: Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai adalah Laporan Keuangan yang telah dilakukan aktivitas Pengawasan: 1.Pendampingan PIPK 2.Reviu PIPK 3.Reviu Realisasi Anggaran 4.Pemantauan dan Pengelolaan Aset dan Barang Persediaan 5.Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan 6.Pendampingan PBJ serta Hasil Reviu Laporan Keuangan telah ditindaklanjuti pada saat Reviu, Cara Perhitungan: Jumlah satker yang diintervensi dan tidak memiliki rekomendasi catatan hasil reviu dibagi satker yang direncanakan direviu dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 100; dan Tahun 2021 sebesar 100. Penanggung Jawab: Inspektorat Ill. Persentase laporan keuangan satker lingkup binaan Inspektorat IV yang memenuhi SAP dan pengendalian intern yang memadai Definisi Operasional: Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai adalah Laporan Keuangan yang telah dilakukan aktivitas Pengawasan: 1 Pendampingan PIPK 2. Reviu PIPK 3.Reviu Realisasi Anggaran 4.Pemantauan dan Pengelolaan Aset dan Barang Persediaan 21. 22. - 26 - 5.Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan 6.Pendampingan PBJ serta Hasil Reviu Laporan Keuangan telah ditindaklanjuti pada saat Reviu. Cara Perhitungan: Jumlah satker yang diintervensi dan tidak memiliki rekomendasi catatan hasil reviu dibagi satker yang direncanakan direviu dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 100; dan Tahun 2021 sebesar 100. Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase DIPA satker lingkup binaan Inspektorat I yang tidak memiliki catatan halaman [Va Definisi Operasional: Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki catatan halaman IVa DIPA adalah DIPA yang berisi informasi terkait anggaran yang diblokir, output cadangan atau hal lainnya yang menjadi catatan hasil reviu RKA- K/L. DIPA yang menjadi ukuran adalah DIPA awal satker. Cara Perhitungan: Jumlah DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa dibagi dengan jumlah Satker yang mendapatkan DIPA dikali 100%, ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 75; dan Tahun 2021 sebesar 80. Penanggung Jawab: Inspektorat I Persentase DIPA satker lingkup binaan Inspektorat Il yang tidak memiliki catatan halaman IVa Definisi Operasional: Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki catatan halaman IVa DIPA adalah DIPA yang berisi informasi terkait anggaran yang diblokir, output cadangan atau hal lainnya yang menjadi catatan hasil reviu RKA- K/L. DIPA yang menjadi ukuran adalah DIPA awal satker. Cara Perhitungan: Jumlah DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa dibagi dengan jumlah Satker yang mendapatkan DIPA dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 40; dan Tahun 2021 sebesar 50 Penanggung Jawab: Inspektorat Il. 23. 24. 25. -27- Persentase DIPA satker lingkup binaan Inspektorat III yang tidak memiliki catatan halaman IVa Definisi Operasional: Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki catatan halaman IVa DIPA adalah DIPA yang berisi informasi terkait anggaran yang diblokir, output cadangan atau hal lainnya yang menjadi catatan hasil reviu RKA- K/L. DIPA yang menjadi ukuran adalah DIPA awal satker. Cara Perhitungan: Jumlah DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa dibagi dengan jumlah Satker yang mendapatkan DIPA dikali 100%, ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 90; dan Tahun 2021 sebesar 91. Penanggung Jawab: Inspektorat Ill. Persentase DIPA satker lingkup binaan Inspektorat IV yang tidak memiliki catatan halaman IVa Definisi Operasional: Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki catatan halaman IVa DIPA adalah DIPA yang berisi informasi terkait anggaran yang diblokir, output cadangan atau hal lainnya yang menjadi catatan hasil reviu RKA-K/L. DIPA yang menjadi ukuran adalah DIPA awal satker. Cara Perhitungan: Jumlah DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa dibagi dengan jumlah Satker yang mendapatkan DIPA dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 40; dan Tahun 2021 sebesar 50. Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat 1 yang memperoleh nilai hasil evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" adalah Satker yang memperoleh predikat sangat baik dengan nilai angka >70 sampai dengan 80 hasil Evaluasi SAKIP. Cara Perhitungan: Jumlah Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" dibagi dengan jumlah Satker KP/KD yang dilakukan Evaluasi SAKIP dikali 100%. 26. 27. 28. 28 - ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 90; dan Tahun 2021 sebesar 92. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat Il yang memperoleh nilai hasil evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" adalah Satker yang memperoleh predikat sangat baik dengan nilai angka >70 sampai dengan 80 hasil Evaluasi SAKIP. Cara Perhitungan: Jumlah Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan Kategori "BB" dibagi dengan jumlah Satker KP/KD yang dilakukan Evaluasi SAKIP dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 90; dan Tahun 2021 sebesar 92. Penanggung Jawab: Inspektorat II. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat Il yang memperoleh nilai hasil evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" adalah Satker yang memperoleh predikat sangat baik dengan nilai angka >70 sampai dengan 80 hasil Evaluasi SAKIP. Cara Perhitungan: Jumlah Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" dibagi dengan jumlah Satker KP/KD yang dilakukan Evaluasi SAKIP dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 90; dan Tahun 2021 sebesar 92. Penanggung Jawab: Inspektorat III. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat IV yang memperoleh nilai hasil evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" Definisi Operasional: Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" adalah Satker yang memperoleh predikat sangat baik dengan nilai angka >70 sampai dengan 80 hasil Evaluasi SAKIP. Cara Perhitungan: Jumlah Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB" dibagi dengan jumlah Satker KP/KD yang dilakukan Evaluasi SAKIP dikali 100%. 29. 30. 31. -29- ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 90; dan Tahun 2021 sebesar 92. Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat I yang mengimplementasikan manajemen risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Definisi Operasional: Satker KP/KD yang mengimplementasikan manajemen risiko adalah Satker KP/KD dengan Maturitas Level 3 yang telah menjalankan fungsi pengendalian internal dan memastikan bahwa Manajemen Risiko telah diterapkan sesuai dengan ketentuan dan regulasi yang ada. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD yang mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dibagi dengan jumlah seluruh Satker KP/KD dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 20. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat I yang mengimplementasikan manajemen risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Definisi Operasional: Satker KP/KD yang mengimplementasikan manajemen risiko adalah Satker KP/KD dengan Maturitas Level 3 yang telah menjalankan fungsi pengendalian internal dan memastikan bahwa Manajemen Risiko telah diterapkan sesuai dengan ketentuan dan regulasi yang ada. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD yang mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dibagi dengan jumlah seluruh Satker KP/KD dikali 100%. Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 20. Penanggung Jawab: Inspektorat Il. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat III yang mengimplementasikan manajemen risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya 32. 33. -30- Definisi Operasional: Satker KP/KD yang mengimplementasikan manajemen risiko adalah Satker KP/KD dengan Maturitas Level 3 yang telah menjalankan fungsi pengendalian internal dan memastikan bahwa Manajemen Risiko telah diterapkan sesuai dengan ketentuan dan regulasi yang ada. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD yang mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dibagi dengan jumlah seluruh Satker KP/KD dikali 100%, ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 20. Penanggung Jawab: Inspektorat Ill. Persentase satker KP/KD lingkup binaan Inspektorat IV yang mengimplementasikan manajemen risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Definisi Operasional: Satker KP/KD yang mengimplementasikan manajemen risiko adalah Satker KP/KD dengan Maturitas Level 3 yang telah menjalankan fungsi pengendalian internal dan memastikan bahwa Manajemen Risiko telah diterapkan sesuai dengan ketentuan dan regulasi yang ada. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker KP/KD yang mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dibagi dengan jumlah seluruh Satker KP/KD dikali 100%. Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 20, Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis teknologi informasi lingkup binaan Inspektorat I Definisi Operasional: Pelaksanaan Audit Kinerja yang dilakukan oleh Inspektorat I yang telah menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen audit baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. Cara Perhitungan: Jumlah audit kinerja yang dilakukan oleh Inspektorat I yang telah menggunakan aplikasi sistem informasi 34, 35, 36. -31- manajemen dibagi dengan seluruh jumlah aktivitas audit yang dilakukan dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 20; dan Tahun 2021 sebesar 60. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis teknologi informasi lingkup binaan Inspektorat Il Definisi Operasional: Pelaksanaan Audit Kinerja yang dilakukan oleh Inspektorat II yang telah menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen audit baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. Cara Perhitungan: Jumlah audit kinerja yang dilakukan oleh Inspektorat II yang telah menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen dibagi dengan seluruh jumlah aktivitas audit yang dilakukan dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 20; dan Tahun 2021 sebesar 60. Penanggung Jawab: Inspektorat II. Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis teknologi informasi lingkup binaan Inspektorat III Definisi Operasional: Pelaksanaan Audit Kinerja yang dilakukan oleh Inspektorat I yang telah menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen audit baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. Cara Perhitungan: Jumlah audit kinerja yang dilakuken oleh Inspektorat III yang telah menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen dibagi dengan seluruh jumlah aktivitas audit yang dilakukan dikali 100%. ‘ahun 2020 sebesar 20; dan Tahun 2021 sebesar 60. Target Kinerja: Penanggung Jawab: Inspektorat III. Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis teknologi informasi lingkup binaan Inspektorat IV Definisi Operasional: Pelaksanaan Audit Kinerja yang dilakukan oleh Inspektorat IV yang telah menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen audit baik dalam perencanaan, pelaksanaan -32- dan penyusunan laporan. Cara Perhitungan; Jumlah audit kinerja yang dilakukan oleh Inspektorat IV yang telah menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen dibagi dengan seluruh jumlah aktivitas audit yang dilakukan dikali 100%, ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 20; dan Tahun 2021 sebesar 60. Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Kegiatan 2: Kegiatan Peningkatan Pengawasan melalui Audit Investigasi dan Penanganan Pengaduan Masyarakat. Sasaran Kegiatan 2: Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara. Indikator_Kinerja Kegiatan 2: 1. Persentase pengaduan masyaraket berkadar pengawasan yang ditindaklanjuti Definisi Operasional: Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan yang ditindaklanjuti adalah pengaduan masyarakat mengandung informasi atau adanya indikasi terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh aparatur Kementerian Keschatan yang berpotensi mengakibatkan kerugian masyarakat atau negara yang yang ditindaklanjuti dengan klarifikasi dan atau ADTT. Cara Perhitungan: Jumlah pengaduan masyarakat berkadar pengawasan yang ditindaklanjuti dibagi dengan total pengaduan masyarakat yang berkadar pengawasan dikali 100%. Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 100; dan Tahun 2021 sebesar 100. Penanggung Jawab: Inspektorat Investigasi. 2, Persentase rekomendasi hasil audit dengan tujuan tertentu yang ditindaklanjuti Definisi Operasional: Rekomendasi hasil audit dengan tujuan tertentu yang ditindaklanjuti adalah rekomendasi hasil audit dengan tujuan tertentu yang telah ditindaklanjuti. -33- Cara Perhitungan: Jumlah rekomendasi hasil audit dengan tujuan tertentu yang ditindaklanjuti tahun berjalan dibagi dengan penjumlahan saldo awal tahun berjalan dengan rekomendasi hasil audit dengan tujuan tertentu yang baru di tahun berjalan dikali 100%. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 45; dan Tahun 2021 sebesar 50. Penanggung Jawab: Inspektorat Investigasi. 3. Jumlah satker yang telah memperoleh predikat WBK/WBBM Nasional Definisi Operasional: Satker yang telah memperoleh predikat WBK/WBBM Nasional adalah Satker yang mendapatkan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan/atau Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Satker yang mendapatkan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan/atau Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 10; dan Tahun 2021 sebesar 12. Penanggung Jawab: Inspektorat Investigasi. Kegiatan 3: Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Program. Sasaran Kegiatan 3: Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Indikator Kinerja Kegjatan 3: 1, Jumlah hasil analisis rekomendasi laporan hasil pengawasan per program Kementerian Kesehatan Definisi Operasional: Hasil Analisis Rekomendasi Laporan Hasil Pengawasan per program Kementerian Kesehatan adalah Hasil Analisis Rekomendasi Laporan Hasil Pengawasan per program yang disampaikan kepada Unit Utama terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan. Cara Perhitungan: Jumlah Hasil Analisis Rekomendasi Laporan Hasil -34- Pengawasan per program yang disampaikan kepada unit Utama di lingkungan Kementerian Kesehatan. Target Kinerja : Tahun 2020 sebesar 8; dan Tahun 2021 sebesar 8. Penanggung Jawab: Sekretariat Inspektorat Jenderal. 2. Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Inspektorat Jenderal Definisi Operasional: Nilai Reformasi Birokrasi pada komponen pengungkit lingkup Inspektorat Jenderal adalah Nilai Reformasi Birokrasi Inspektorat Jenderal pada komponen pengungkit berdasarkan hasil penilaian Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI atau Hasil Monitoring dan Evaluasi APIP, Cara Perhitungan: Nilai Reformasi Birokrasi Inspektorat Jenderal pada Komponen pengungkit berdasarkan hasil penilaian Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI atau Monitoring dan Evaluasi APIP dengan bobot maksimal 60. ‘Target Kinerja: Tahun 2020 sebesar 54,0; dan Tahun 2021 sebesar 54,5. Penanggung Jawab: Sekretariat Inspektorat Jenderal. Periode 2022 - 2024 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan pada tahun 2022-2024 mengalami perubahan sebagai berikut. Kegiatan 1: Peningkatan Pengawasan Internal atas Penerapan Tata Kelola Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal. Sasaran Kegiatan 1: Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan serta Tercapainya Sasaran Reformasi Birokrasi Lingkup Unit Kerja Binaan Inspektorat I, Il, II, dan IV. Indikator Kinerja Kegiatan 1: 1, Nilai Integritas Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat I Definisi Operasional: Nilai Integritas Organisasi adalah nilai Komposit dari hasil survei penilaian integritas berdasarkan pedoman Survei Penilaian Integritas yang diterbitkan KPK yang -35- dilakukan terhadap Unit Utama di Lingkup Binaan Inspektorat I. Cara Perhitungan: Hasil Survei Penilaian Integritas atas Unit Binaan Inspektorat I oleh Tim Pelaksana Survei Penilaian Integritas secara swakelola dan/atau Pihak Ketiga. ‘Target Kinerja: Tahun 2022 sebesar 74; Tahun 2023 sebesar 76; dan Tahun 2024 sebesar 78. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Nilai Integritas Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat II Definisi Operasional: Nilai Integritas Organisasi adalah nilai Komposit dari hasil survei penilaian integritas berdasarkan pedoman Survei Penilaian Integritas yang diterbitkan KPK yang dilakukan terhadap Unit Utama di Lingkup Binaan Inspektorat II. Cara Perhitungan: Hasil Survei Penilaian Integritas atas Unit Binaan Inspektorat II oleh Tim Pelaksana Survei Penilaian Integritas secara swakelola dan/atau Pihak Ketiga. ‘Target Kinerja: Tahun 2022 sebesar 74; Tahun 2023 sebesar 76; dan Tahun 2024 sebesar 78. Penanggung Jawab: Inspektorat Il. Nilai Integritas Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat III Definisi Operasional: Nilai Integritas Organisasi adalah nilai komposit dari hasil survei penilaian integritas berdasarkan pedoman Survei Penilaian Integritas yang diterbitkan KPK yang dilakukan terhadap Unit Utama di Lingkup Binaan Inspektorat Ill. Cara Perhitungan: Hasil Survei Penilaian Integritas atas Unit Binaan Inspektorat Ill oleh Tim Pelaksana Survei Penilaian Integritas secara swakelola dan/atau Pihak Ketiga. ‘Target Kinerja: Tahun 2022 sebesar 74; Tahun 2023 sebesar 76; dan Tahun 2024 sebesar 78. Penanggung Jawab: Inspektorat III. Nilai Integritas Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat IV Definisi Operasional: Nilai Integritas Organisasi_ adalah nilai Komposit dari hasil survei penilaian integritas berdasarkan pedoman Survei Penilaian Integritas yang diterbitkan KPK yang ~36- dilakukan terhadap Unit Utama di Lingkup Binaan Inspektorat IV. Cara Perhitungan: Hasil Survei Penilaian Integritas atas Unit Binaan Inspektorat IV oleh Tim Pelaksana Survei Penilaian Integritas secara swakelola dan/atau Pihak Ketiga. Target Kinerja: Tahun 2022 sebesar 7: dan Tahun 2024 sebesar 78. Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di Tahun 2023 sebesar 76; Tingkup binaan Inspektorat I yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli Pembangun Integritas. Definisi Operasional: Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Abli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat I dikali 100, Target Kinerja: Tahun 2022 sebanyak 20; Tahun 2023 sebanyak 25; dan Tahun 2024 sebanyak 30. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Abli Pembangun Integritas. Definisi Operasional: Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Abli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). -37- Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat Il yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan. Inspektorat II dikali 100 Target Kinerja: Tahun 2022 sebanyak 20; Tahun 2023 sebanyak 25; dan Tahun 2024 sebanyak 30. Penanggung Jawab: Inspektorat II. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli Pembangun Integritas. Definisi Operasional: Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Abli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat IIT yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat III dikali 100. ‘Target Kinerja: Tahun 2022 sebanyak 20; Tahun 2023 sebanyak 25; dan Tahun 2024 sebanyak 30, Penanggung Jawab: Inspektorat Ill. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli Pembangun Integritas. 10. -38- Definisi Operasional: Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Abli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki Agent of Change atau ASN tersertifikasi Penyuluh Antikorupsi dan/atau Ahli Pembangun Integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat IV dikali 100. Target Kinerja: Tahun 2022 sebanyak 20; Tahun 2023 sebanyak 25; dan Tahun 2024 sebanyak 30, Penanggung Jawab: Inspektorat IV. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat I yang menerapkan budaya anti korupsi Definisi Operasional: Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat I yang mendapatkan predikat WBK Kemenkes. Cara Perhitungan: Jumlah akumulasi Unit Kerja Kantor Pusat (KP} dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat I yang mendapatkan predikat WBK Kemenkes dibagi dengan jumlah seluruh Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) lingkup binaan Inspektorat I dikali 100. ‘Target Kinerja: Tahun 2022 sebesar 50; Tahun 2023 sebesar 60; dan Tahun 2024 sebesar 70. Penanggung Jawab: Inspektorat I. Persentase Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat II yang menerapkan budaya anti korupsi Definisi Operasional: Unit Kerja Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) di lingkup binaan Inspektorat II yang mendapatkan predikat WBK Kemenkes.

You might also like