Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 13
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 MOTIVASI MASYARAKAT DAN PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DI KELURAHAN TOBIMEITA KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI *La Ode Agus Salim Mando!, Aminuddin Mane Kandari’, Safril Kasim’, La Ode Midi?, Andi Ryan Hidayat' Yurusan Kehutanan Fakultas Kehutaran dan Ilmu Lingkungan UHO Jl, Mayjend S. Parman, Komp. Kampus Lama Kendari, 93121, Kendari, Indonesia. 2Jurusan [me Lingkungan Fakultas Kehu‘anan dan Ilmu Lingkungan UHO JI. Mayjend S. Parman, Komp. Kampus Lama Kendari, 93121, Kendari, Indonesia, * Correspondence author: mandolaodeagussalim@gmailcom Abstrak: Tujuan penelitian yaitu untuk mengamalisis motivasi masyarakat dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan penerapan fungsi pengelolzan dalam hutan sakyat Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli Kota Kendar pada bulan Apzil 2018. Dalam menganalisis data digunakan metode analisis kualitatif, pada bagian motivasi dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu, motivasi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Adapan analisis untuk fimgsi pengelolaan dibagi dalam 4 (empat) aspek yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil perelitian tethadap Motivasi masyarakat dalam mengelola hutan, menunjukkan bahwa aspek sosial dan ekonomi masyarakat meniliki motivasi sangat tinggi Karena mereka membutubican lapangan pekerjzan untuk menculaupi kebutuhan hidup keluarganya dan ‘meningkatkan pendapatan. Pada aspek lingkungan, motivasi masyarakat tinggi karena dengan mengelola futan rakyat keadaan linzkungan mereka dapat lebih terjaga Penerapan fimgsi manajemen pada pengelolaan hutan rakyat menmunjukkan semua fungsi manajemen terealisasi dengan taik, hanya pada fungsi pengorganisasian tidak ada organisasi formal yang dibentuk ‘Keywords: Motivasi Masyarakat; Fungsi Pengelolean; Hutan Rakyat 1. Pendahuluan Deforestasi hutan Indonesia telah banyak dikemukakan berbagai peneliti dari banyak lembaga renelitian, Kalangan lembaga swadaya masyarakat, media massa, maupun pihak pemerintah (Suprayitno @ al. 2012). Konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertambanzan diindikasikan masih menjadi penyebab utama terjadinya deforestasi di Indonesia. Selain itu, terjadinya kebakaran hutan an lahan juza menjadi penyebab vrama deforestasi di Indonesia. Sekitar 4.4 juta hektar Jahan atau setara 8 kali luas pulau Bali terbakar antara tahun 2015 sampai 2019 (Pratama, 2020). ‘Kernsakan hutan. tidak bisa lepas dari keberadaan penduduk yang berada di sekitamya Jumiah penduduk yang menempati suatu lingkungan tertentu akan mempengaruhi kualitas dati lingkungan itu sendiri (Midi dan Mando, 2015). Semakin besarjumiah penduduk akan semakin besar pula kemangkinan terjacinya perubatian kualitas lingkungen (Midi dan Mando, 2015). Menurut Simon (2008) dalaen Mando 2f al. (2020) menyeburican bahwa konsekaensi logis dari pertambahan jumlah penduduk adalah semakin ‘meningkatny kebutukan bahan pangan, kayu bakar, kayu perkakas dan pertukangan, hijavan makanan 87 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 temak dan penunman rasio kepemilikan fahan pertanian Eksploitasi terhadap sumberdaya hutan secara berlebihan merupakan salah satu bentuk tekanan, sehingga sumberdaya huten tidak mampu lagi memberikan manfaat yang diharapkan oleh masyarakat (Trianggana, 2012), ‘Kemampuan kawasan hutan untuk menyuplai Kebutuhan manusia sudah mulai menurun, sehingga dibutuhkan Iahan baru yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan kaya ‘takar, pertukengan, pangan, hijauan makanan temak dan lain-lain (Hidayat, 2018). Lahan baru tersebut ‘terada di lahan milik masyarakat yang dikembangkan dengan satu jenis atau berbagai jenis tanaman yang didominasi oleh pepohonan (Hidayat, 2018). Menurut Keputusan Menteri Kelutanan No 49/KPTS.11/1907, tangaal 20 Januari 1997 bahwa bhutan rakyat adalah hutan yang dimiliti oleh 1 dengan Ivas 0,25 ha dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan darvatau jenis tanaman lainnya lebih dari 50% dan/atau pada tahun pertama dengan tanaman sebanyak minimal S00 tanaman per hektar. Motivasi pada diri masyarakat akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuai yang diinginkan, motiovasi masyarakat untuk menghelola hutan rakyat juga diperlukan untuk pengelolaan iutan yang baik dengan fingsi pengelolaan yang tepat dan juga untuk menciptakan hutan yang lestari serta masyarakat sejahra. ‘Kemajuan pengembangan hutan rakyat dart tahun ketahun semakin meningkat, luas hutan rakyat yang ada di Indonesia mencapai 1.560.229 ha Puspitojati ot al, 2014). Salah satu hutan rakyat yang sementara berkembang saat ini adalah hutan rakyat vang terletak di Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota ‘Kendari. Masyarakat begitu antusias dalam melakukan pengelolaan hutan rakyat. Hal ini dapat dilihat ati luasnya Hutan Rakyat yang mencapai 23 ha. Namun sampai saat ini belum diketahui apa yang ‘memotivasi masyarakat dalam pengeloaan Hutan Rakyat. Oleh Karena itu, perlu kajion yang berkaitan dengan motivasi masyarakat dalam pengelolaan Hiutan Rakyat. Selain itu, perlu diketahsi bagaimana penerapan fungsi pengelolaan Hutan Rakyat, 2. Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan di hutan rakvat di Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota ‘Kendari pada bulan April 2018. Populasi dalam penelitian ini yaitu petani hutan rakyat di Kelurahan ‘Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari sebanyak 28 jiwa. Ankunto (2006) berpendapat babwa jika populasi Kurang dari scratus maka populasi dijadikan sebagai sampcl, aamun jika lebih dari scratus, Penatikan sampel dilakukan sebanyak 10-30% dari populasi. Banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 28 jiwa. Pengambilan responden dilakukan dengan cara sensus, yaitu responden yang diambil merupakan populasi penelitian. Bahan utama dalam pengambilan data adalah lembar kuisioner yang ‘terupa isian dan pertanyaan yang ditujukan kepada respondea. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif yang diinterptasikan secara kvalitatif, yang meliputi motivasi masyarekat untuk melakukan Kegiatan pengelolaan hutan rakyat dan penerapan fungsi pengelolaan hutan rakyat. Adapun analisis yang dilakukan dapat dirinci sebagai berikut 2.1. Analisis Motivasi Masyarakat Analisis yang berkaitan dengan motivasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan Hutan Rakyat ‘apat dilihat dari 3 (tiga) aspek yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. a) Sosial Analisis sosial dilakukan dengan metihat jumtah keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan Hutan Rakyat dan manfzat hasil hutan yang dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Tingkat motivasi masyarakat dapat diketahui dengan melakukan pembobotan, untuk lebih jelas dapet dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Bobot Tinzkat Motivasi Sosial Masyarakat Bobot _Kritesia Tingkat Motivasi Sosial Masyarakat 2) ) 4 Sete 3 Cukup Setuju 2 Korang Setuju 8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810X No Bobot _Kriteria Tingkat Motivasi Sosial Masyarakat Q) @ Sumber “Yi fiantari, 2002 dalam Manalu et al, 2015 Tabel 1 menunjulkkan babwa jawaban yang setuju diberi nilai 4, cukup setuju diberi nilai 3, kurang setuju diteri nilai 2, tidak setuju diberi nilai 1. Skor ini ditetapkan untuk pembobotan tinekat motivasi sosial masyarakat dalam melakukan pengelolaan hutan rakyat. Selanjutnya, nilai setiap responden dijumlahkan dan dibuat pemeringkatan dengan skala penilaian. Skala int disesvaikan dengan jumlah pertaayaan dalam kuisioner yaitu 3 pertanyaan. Schingga bila semua jawabannya rendah diperoleh total penilaian 3, namun bila jawaban tinggi diberi total penilaian 12. Oleh karena itu, kelas intervalnya adalah sebagai berikut ‘Selisih perkategori aoe a (Yudiantari, 2002 dalam Manaiu ef al. 3015). \Selisih perkategori = Kelas interval = =" ‘Selisin perkategori = 2.25 ‘Riileria peniaian Kategori moiivasisosial masyarakal dalam pengelotuan Hlutan Rakyat dayat Giiat pada Tabel 2. ‘abel 2. Kriteria Tingkat Motivasi Sosial Masyarakat Kriteria Tingkat Motivasi No Interval Skor Sosial Masyarakat 1 -9,90-12.19 Sangat Tingsi 2 Tinggi 3 Sedang 4 Rendah, ‘Sumber : Olahan Xuisioner Talun 2018 ») Ekonomi Analisis ekonomi dapat ditihat dari kebutuhan masyarakat yang tercukvpi dari hasil pengelolaan hutan ‘akyat, pendapatan meningkat dan jumlah pendapatan masyarakat dengan melakukan pengelolzan hutan rakyat. Pembobotan jawaban sama sengan pembobotan pada aspek sosial. Demikian pula pemeringkatan juga sama, Karena junnlah pertanyaan pada kuisioner adalah 3 (tiga). 9) Lingkungan Pemeringkatan motivasi lingkungan masyarakat diajukan 2 pertanyaan dengan total nilai maksimum 8 dari masing-masing pertanyaan dan nilai minimum 2 dari masing-masing pertanyaan.. Selanjutnyanilai setiap responden dijumlahkan dan dibuat pemeringkatan dengan skalz penilaian sebagai berikut: ‘ering dor ee “amie ‘Selisih perkeategori \Wudiantari, 2002 dalam Manalu et al, 2015), ‘Selisih perkategori = Interval Kelas Selisih perkategori = 1.5 Kriteria penilatan kategori motivasi lingkungan masyarakat dalam peagelolaan Hutan Rakyat dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Kriteria Tingkat Motivasi Lingkungan Masyarakat. No Interval Stor Nfiteria Tingkat Motivasi Lingkungan Masyarakat 89 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 @ 1 Sangat Tinggi 2 Tinggi 3 Sedane 4 Rendah ‘Sumer : Olahan Kuisioner Tain 2018 2.2 Amalisis Penerapan Fungsi Manajemen Penerapan fungsi manajemen hutan rakyat dapat dilihat dari 4 (empat) aspek vaita perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan. Untuk analisis perencanzan dapat dilihat dari ada ‘tidakaya perencanaan yang dilakukan masyarakat sebefum melakukan pengelolaan hutan rakyat baik secara tertulis ataupun tidak tertutis. selanjutnya untuk analisis pengorganisasian dapat dilihat dati keterlibatan masyarakat dalam mengikuti crganisasi atan kelompok yang berkaitan dengan kelestarian Jingkungen, Sementara itu, analisis yang berkaitan dengan pelaksanaan dapat dilihat dari kegiatan apa saja yang dilakukan masyarakat untuk membangun hutan rakyst, memelihara hutan rakyat, memanen hasil hutan rakyat, mengoiah hasil hutan rakyat, dan memasarkan hasil hutan rakyat. Adapun analisis ‘yang berkaitan dengan pengeontorolan pengelolaan hutan dapst dilihat dari evaluasi yang dilakukan ‘pemerintzh maupun masyarakat sendiri diakhir periode pengelolaan hutan rakyat. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Keadaan Umum Responden ‘Karakteristik responden yang mengelola Hutan Rakyat di Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari dimaksud adalah umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan an nas hutan rakyat (ha). Lebin jelasnya diuraikan sebagai Deritut: a. Umur Responden ‘Unur seseorag akan sangat betpengaruh tethadap aktivitasnya dalam memenuhi kebvtuhan sehari- hari. Sesuai hasil penelitian dengan melakukan wawancara, umur responden yang termasuk dalam Kategori usia produktif muda adalah 15-30 tahun, usia produktif menengah 31-35 tahun, usia produktif dewasa 46-60 tahun, usia produltif lanjat atau tua > 61 tahun. Lebih jelasaya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Identitas Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari Tahun 2018 No Unur (tatun) Jumiah (wa) Persentase @ oo 6) @ T1530 o 0.00 2 ahs 5 17,86 3 4660 a 75,00 4 261 2 74 Jumiah 38 100,00 ‘Sunber : Data primer diolah tahun 2018 Tabel 4 menusjukkan bahwa masyarakat sebagai pengelola hutan rakyat umumnya berada pada usia produktif Usia umur 46-60 lebih mendominasi sebesar 75 %, disusul usia 31-45 tahun sebesar 17,86 %. ‘al ini menunjukkan bahwa semakin matang usia seseorang, maka kemampuan bespikir untuk mengelola ‘nutan rakyat juga lebih baik. Nikoyan eral. (2020) menyatakan bahwa umur adalah salah satu faktor yang dapat mempeagarshi kemampuan fisik dalam tekerja dan berfikir. Selain itu, pada usia tersebut masih didukung oleh kemampuan fisik dalam mengerjakan lahan mereka sendiri Hal senada sesuai yang disampaikan Nikoyan et ai. (2020) bahiva secara substansial, petani yang memiliki usia produktif dapat meningkatkan juntlah petani karena kemampuan energi yang lebih besar. b. Jumlah Tanggungan Keluarga 90 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 Banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak dalam sata rumah menjadi ‘tanggungan kepala keluarga merupakan jumlah tanggungan keluarga. Dengan jumlah yang besar dati ‘tanggungan Keluarga sebenamya merupakan aset yang penting sebagai sumber tenaga kerja dalam pengembanagan usaha. Sesuai hasil penelitian dengan menggunakan kuisioner, dan hasil kuisioner yang ditelititerdapat 4-5 jumlah keluarga pada 1 keluarga Lebih jelasnya disajikan pada Tabel 5 Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari Tahun 2018 No Zee Tanggungan 5 stoh (Twa) _Persentase (%) @ ® ® 5 1 2 0 0.00 2 a 4 1429 3 45 2 82.14 4 26 1 357 Jumiah 28 100.00 ‘Sumber: Data primer diolah tahun 2018 Tabel 5 menunjukkan bahwa masyarakat yang mengelola huuten rakyat didominasi oleh jumlah ‘tanggungan keluarga yang lebih banyak. Untuk jumlah tanggungan berkisar 4-5 jiwa sebanyak 82,14 %, isusul jumlah tangeungan 2-3 jiwa yakni 14,29 %. Sisanya jumlah tanggungan saina dengan di atas 6 jiwa sebesar 3,57 % Menurut Mantra (2003) dalam Awal (2018), jumlah anggota keluarga sangat ‘menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Lebih lanjut disampaikan bakwa, semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi, Dengan demikian capat disimpulkan banwa semakin banyak jumlah tanggungan, maka semakin besar pula keinginan untuk ‘mengelola hutan rakyat Karena dengan mengelola hutan rakyat, maka kebutuhan hidup masyarakat Kelurahan Tobimeita dapat terpenuhi. Tingkat Pendidikan Pendidikan dizrtikan sebagai u:aha yang dijalankan oleh sesorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hiéup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental, Tingkat pendidiken masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan global di masa depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikanaya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat vang mengelola hutan rakyat dalam penelitian ini isajikan pada Tabel 6 ‘Tabel 6. Jumlah Responden BerdasarkanTingkat Pendidikandi Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari Tahun 2018 Tingkat Pendidikan Tumiah iw) Persentase (6) Oy a @ ‘Tamat Pergurvan Tinggi 0 0,00 2 ‘Tamat SMA 9 32,14 ‘Tamat SMP 19 67.86 ‘Tammat Sekolah Dasar 0 9,00 Jumiah 28 100,00 ‘Sumber: Data primer diolah tala 2018 91 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 Tabel 6 menunjulekan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan tamat SD tidak ada (0%). SMP terdapat 19 jawa (67,86%), tamat SMA 9 jiwa 2,14) dan tamat pergurvan tinggi tidak ada (0%6). ‘Hal ini menandakan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan pemilik hutan rakyat tergolong rendah. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi proses penyerapan informasi, penerapan pengetaluan, sikap dan prilaku responden dalam mengelola hutan rakyat. Menurut Ardiyaningnum et al. (2020) menyatakan ‘tahwa pendidilcan merupakan salah satu factor yang akan membentuk dan menambah pengetahuan petani tentang konservasi lahan. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia Ardiyaningrum et al. 2020). Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pola berpikir juga semakin maju sehingga akan lebih cepat dalam menerima inovasi Puspitaningsih etal, 2016; Basri, 2016) 4. Jenis Pekerjaan Pekerjaan adalah Kegistan yang harus cilakukan orang untuk memenuhi kebutuhannya Setiap hari manusia mempunyai kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Beberapa pekerjaan sangat berhubungan dengan tempat mereka berada, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, setiap orang harus bekerja. Pekerjaan itu terbagi menjadi 2 (dua) macam jenis pekerjaan. yaima pekerjaan yang menghasilkan barang can ada juga pekerjaan yang menghasilkan jasa. Untuk lebih jelasnya, jumlah responden berdasarkan |jenis pekerjaan responden pads penelitian ini disajikan pada tabel 7 Tabel 7. Jumilah Responden Berdasarkaa Jenis Pekerjaandi Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari Tahua 2018 No Tenis Pekerjaan Jumiah (wa) Persentase (1 @ @ @ @ 7 etani Pecemak 7 23,00 2 INS ° 0.00 3 WiraswastaBuruh/Tukang 2 75.00 4 Tidak Kerja o 0,00 Jumlah 28 100,00 ‘Sumber: Data primer diolah tahun 2018 Tabel 7 menunjulekan bahwa masyarakat yang melakukan pengelclaan lahan hutan rakyat didominasi yang memiliki jenis pekerjaan wiraswasta/buruh'tukang sebanyak 21 orang atan 75 %. Adapy petani/petemak berjumlah 7 (tujuh) orang atau 25%, Golongan dengan jenis pekerjaan PNS tidak satupun ‘yang menggarap hotan rakyat monokultur ataupun campuran (sistem agroforestri). Golongan dengan jens pekerjaan petani umumnya adalah pekerja murni petani yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengelola lahan hutan rakyat dengan berbagai pola. Untuk golongen wiraswasta/burub/tukang adalah ‘masyarakat yang mengelola latan hutan rakyat sebagai sampingan, sehingza pola tanam yang digunakan adalah monokultur. Menurst Basit (1999) dalam Pratama etal. (2015), pekerjaan pokok adalah pekerjaan ‘yang dilakukan seseorang dengan curahan jam Kerja terbanyak dan atau pekerjaan tersebut memberikan sumbangen pendaoatan yang terbesar, sedangkan pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan tambahan yang dimiliki seseorang, biasanya pekerjzan ini ada dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan pokok belum mencukvpi untuk mememuhi kebutuhan pokok sehari-hari atau pekerjaan sampingan ada karena masih ada sisa waktu seseorang setelah mengezjakan pekerjaan pokoknya, e. Luas Hutan Rakyat ‘Luas Hutan Rakyat yang dimaksud adalah fuas areal yang ditanami atau yang ditumbubi pohon pada rmusim tertentu. Pada umumnya laban hutan rakyat merupakan lahan yang dibagi ke dalam pelak-petak ‘untuk memudahkan dalam pengetolaarya, Inas lahan juga mempengaruhi hasil pendapatan pengelota, semakin fuas lahan yang dikelola, maka akan semakin banyak pohon yang dapat ditanam. Jumlah 92 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 responden berdasarkan fas Hutan Rakyat yang dikelola oleh masing-masing responden disajikan pada Tabel 8, Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Hutan Rakyat Responden di Kelurahan Tobimeita, ‘Kecamatan Abeli, Kota Kendari Tahua 2018, ‘Ne Luas Lahan (ka) Tamlah (iiwa) Persentase (6) @ 2 g) @ 1 £05 13 46.43 206-2 4 50,00 3 221 1 357 Jumiah 28 100,00 Sumber: Data primer diolah tahun 2018 Tabel 8 menunjukkan bahwa responden dengan jumlah 14 orang tau 50 % memiliki luas lahan yang lebih besar yakni 0,6-2 ha umumnya diusahakan sebagai lahan hutan rakyat., dimana, untuk luas Hutan ‘Rakyat dengan luas 0.6-1,5 (ha) terdapat 12 jiva (42,86%), dan untuk fas Hutan Rakyat dengan luas 22,1 terdapat 1 jitra (,57%). Luas lahan yang dikelola terpengaruh terhadap besamya pendapatan yang diterima pemilik hutan takyat, semakin Tuas lahan maka semakin besar pendapatan yang diterima sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya (Saihani, 2011) 3.2. Motivasi dalam Pengelolaan Hutan Rakyat ‘Motivasi secara konseptual berkorelasi langsung dengan kelestarian htan rakyat dan kesejahteraan petani. Motivasi yang baik menggamberkan pethatian yang baik dari petani techradap proses dan kegiatan hutan rakyat sehingga lebih intensif, dan mendorong terwujudnya Kelestarian hutan rakyat dan dapat ‘meningketkan pendapatan Sebaliknya, motivasi rendah dapat memberi pengaru negatif terhadap kelestarian hutan rakyat dan juga pendapatan rumah tangga petani. Hasil analisis menunjukkan motivasi petani berpengaruh secara nyata bagi Kelestarian hutan rakyat di Kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli Kota Kendari, Tingkat motivasi masyarakat dalam mengelola hutan rakyat di tagi dakam empat kategori ‘yaitu setuju, kurang setuyu, cukup setuju dan tidak setuju a. Motivasi Sosial ‘Motivasi Masyarakat dalam melakukan pengelotaan hnutan rakyat berdasarkan aspek sosial tecbagi ‘menjadi 3 (tiga), yaitu : adanya lapangan pekerjaan, Kkebutuhan tercukupi, dan kesejahteraan. Dari ketiga indikator ini total skor yang dipercleh bila dirata-ratakan bemilai 10,64. Nilai ini menunjakkan bahwa ‘masyakarakat mengusahakan hutan rakyat dengan motivasi sosial sanget tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. ‘Tabel 9. Motivast Masyarakat Berdasarkan Aspek Sosial dalam Pengelolzaan Hutan Rakyat. ‘Aspek Sosial Toul No JawabanResponden -_Adanya Lapangan Kebutula Pekerizan Tercukupi ——_Seiabtera ® ® @) @) © © 1 Setyje 112 28 44 184 2 Cakeup Seryju 0 3 51 14 3 Kurang Setuyu 0 0 o o PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 4 Tidak Setuju o o 0 0 Jumiah it 91 93 298 Rata-rata (dibagi 28) 4 325 3.39 10,64 ‘Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2078 ‘Berdasarkan Tabel 9 di atas terinat bahwa kecenderungan responden setuju bahwa dengan mengelola hnutan rakyat membuka lapangan kerja bagi mereka dan kelvarga. Hutan rakyat menjadikan masyarakat dapat merasakan manfaamya, di antaranya tersedianva peluang Kerja yang cukup besar sehingza masyarakat dapat terlibat terutama pada saat adanya pemanenan kayu (Saraswati dan Disarmawan, 2014). Selain itu, kebututan mereka dapat tercukupi, sehingza masyerakat dapat hidup lebih sejahterah. Menurut Saraswati dan Dharmawan (2014) menyatakan bahwa hutan sebagai sélah satu sumber penghidapan ‘masyarakat memiliki peranan penting dalam menjamin kelangsuagan hidup manusia Masyarakat umumnya mengkombinasikan tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Tanaman kehutanan ‘merupakan investasi jangka panjangseperti tanaman jati, makani, sengon dan lain-lain. Adapun tanaman pertanian seperti jagung, ubi kayu, sayur-sayuran, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutubzan schari-hari. ‘Namun, tidak sedikit masyarakat menjualnya ke pasar untuk menambah pengkasilan b. Motivasi Ekonomi ‘Kecendeningan masyarakat menjatubkan pithan untuk mengusahakan hutan rakyat, Karena mereka beranggap ddan merasakan bahwa pengelolazn hutan rakyat dan memberikan keuntungan secara ekonomi ‘Ada (tiga) Indiketor yang menjadi bahan penilaian tingi-rendahnya tingkat motivasi dari aspek ekonomi, ‘yaitu : pendapatan meningkat, daya beli meningkat, dan nilai pendapetan. Terlihat dengan jelas pada Tabel 10. Motivasi masyarakat mengusahakan hutaa rakyyat karena alasan ekonomi dengan nilai rata-rata adalah 10,86 yang berada pada kategori sangat tinggi. Dari tiga indicator ‘yang ada alasan motivasi ekonomi yang paling tinggi adalah adanya peningkatan masyarakat meningkat dengan mengusahakan hutan rakyat. Pendapatan meaingkat dapat diperkuat dengan rata-rata pendapatan att usaha hutan rakyat terdapat 14 orang yang pendapatannya berada pada kisaran Rp. 1.708.855,00 — Rp. 2.177.052,00’bulan. Adapun masyarskat yang memiliki pendapatan Rp. 1.360.658,00 — Rp. 1.768.855,00/oulan juza 14 orang, dengan pendapatan seperti ini, maka daya beli mereka juga akan meningket. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 ‘Tabel 10. Mottvasi Masyarakat Berdasarkan Aspek Ekonomi dalam Pengelolzan Hutan Rakyat ‘Aspek Ekonomi Total No Jawaban Responden Pendapatan “Daya” —~—~SC@ Menizat Meningkat _Nisi Pendapatan o_o ® @ © © 1 Setuju 112 40 56 208 2 Cakup Setuju 0 54 42 96 3 Karang Setuyu 0 0 0 0 4 Tidak Setuju ° ° ° ° Jumlah m2 o4 98 304 Rata-rata (dibagi 28) 4 3.36 35 10,86 ‘Sumber : Data Primer Diolah Takan 2018 eran hutan rakyat yang menghidupi masyarakat telah memberi Kontribusi ekonomi nyata pada masa sckarang dan masa depan (Mohtar et al, 2019). Hasil penelitian dari Aminah (2013) yang menyatakan bahwa keuntuagan petani hutan rakyat antara 70.54%. Menurut Aminzh etal. (2013) menyebutkan bahwa ‘Hasil dari hutan rakyat baik kayu maupun non kayu memberikan kontribusi yang paling tinggi yaite 94 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 sebesar Rp 17.619.649 per tahun (70.54%) dari rata-rata pendapatan total petani. Lebih lanjut disampaikan kontribusi huvan rakyat terhadap pendapatan petani tergolong tinggi. a dec ead Tingkat Pendapatan (Rp/Bulan) Gambar 1. Nilai Pendapatan dari Usaha Hutan Rakyat di Kelurahan Tobimeita Motivasi Lingkungan Pengelolaan hutan rakyat tidak saja berorientasi pada kepentingan ekonomi semata, akan tetapi juga ‘untuk menjaga kestabilan lingkungan. Seperti pada musim hnyjan tidak terjadi banjir dan pada musim kemarau tidak meayebabkan kekeringaa, perlidungan tethadap flora dan fauna di dalamnya, penyerapan karbon, menyuplai oksigen, dan lain-lain. Dalam penelitian ini indikator untuk menilai motivasi ‘masyarakat dalam mengelola hutan rakyat dari aspek linzkungan dapat ditinjan dari permukaan air pada ‘musim hujan dan padamusim kemarau. Indicator ini menjadi bahan penilaian, karena discsvaikan dengan ‘pengetahuan dan pemahaman masyarakat. selain ite, Kondisi infikator tersebut dapat dilihat Iangsung oleh masyarakat pada saatnya tiba. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 berikut. Tabel 11. Motivasi Masyarakat dalam Pengelolzan Hutan Rakyat Berdasarkan Aspek Lingkungan Aspek Lingkangan Total No Jawaban Responden _Petmukan Sungai Permukan Sungai Normal padaMusim Normal pada Musim Kemarau Hoyjan oO ® 3) a © 1 Setuju 0 0 0 2 Cukup Setuju ea 84 168 3 Kurang Setuju 0 ° 0 4 Tidak Setuju o ° 0 Jumiah - 84 84 168 Rata-rata (dibagi 28) 3 3 6 ‘Sumber ; Data Primer Diolah Taman 2018 Terlihat dengan jelas bahwa kecenderungan masyarakat memilih mengelola tutan rakyat juga ‘termasuk Kategori tinggi dari aspek lingcungan dengan nilai 6. Jawaban ini lebih dilandasi dari pengalaman mereka setiap tahunnya dengan mengamati kondisi permukaan air pada saat terjadi musim: kemarau dan penghuajan Pada musim kemarau hujan tidak sempat menjadikan kali dan sungai ‘mongering. Demikian pula disaat musim hujan, kali dan sungai tidak sampai meluap hingga menjadi banjir. Tentunya kondisi seperti ini menjadi sangat ideal bagi maryarakat untuk mengelola Iahan mereka sebagai lahan hutan rakyat. Mengingat besitu penting keberadaannya untuk kelestarian dan kestabilan ekosistem, 95 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 3.3. Penerapan Fungs! Pengelolaan Hutan Rakyat a. Perencanzan Seluruh responden telah melakukan perencanaan. Sehingga dapet dikatakan bahwa sebagian besar pengelola hutan rakyat sudah mengetahui pentingnya perencanaan. Manfaat dilakukannya perencanaan adalah untuk menentukan altematif, kebijakan, program dan prosedur yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Untuk mengetahui penerapan fimgsi pengelolaan pada aspek ‘perencanzan dapat dilinat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah Responden Berdzsarkan Penerapan Fungsi Pengelolaaan Huan Rakyat pada AspekPerencanaan No FunesiPengelotaan —Jomlh Giwa) Tota Fosse Perencanzan Ya ‘Tidak liwa) oO © @ © 8) Rencana Program 1 epiaean 2B 0 28 100 Perencanzan 2 TertuisTidakeTermtis P17 * * 5 100 3__ManfuatPerencaan M17 28 39 61 100 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2018 ‘Berdasarkan Tabe! 12, terlinat dengan jelas bahwa semua responden membuat perencanaan sebelum melangsungkan kegiatan pengetotzan ntan, Namun, perencanaan yang éibuat hanya 11 responden (39 6) yang mencatamya baik pada tuku maupun di papan tutis kerja Adapun yang tidak mencatatnya berjumlah 17 responden (61%). Banyak mereka tidak mencatatnya karena hanya untuk kepentingan pribadi, sehingga tidak perlu dibuat catatan b. Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan pengumpalan potensi orang pada sekelompok orang untuk bekerja ‘bersama-sama dan mencapai tujuan bersama. Pengorganisasian perlu dilakukan agar dalam memaserkan hasil butan dapat lebih mudan, dan dapat membante masyarakat untuk mendapatkan informasi lebih untuk tanaman yang mereka kembangkan. Untuk mengetahni penerapan fimgsi pengelolzan pada aspek ‘pengorganisasian dapet dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Jumlah Responden Berdasarkan Penerapan Fungsi Pengelolazan Hutan Rakyat pada Aspek Perencanaan Fungsi Pengelolaan Tumlah Gia Perscatase C3 ye iz Gia) Tora —‘Feneaase OT, Organisasi Ya ‘Tidak (liwa)‘Ya__—‘Tidak ood ® ® 8 6 @ ® Organisasi yang 5 1 ee 0 8 28 0 100 © 100 g, Rabepatipas 28 28 0 100 =~ 100 dalam Organisasi Sumber : Data Primer Diolah Tala 2078 Pengorganisasian dalam pengelolaan hutan rakyat dapat citinjau secara kelembagaan formal maupun ‘non formal. Secare formal memang belum ada organisasi kelompok tani hutan atau semacamnya Namun, 96 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 ati aspek non formal, pengaturan ataa pengorganisasi pengelolaan hutan itt ada melalui koordinasi anggota keluarga masyarakat. di dalam lembaga non formal tersebut ada ayah sebagai ketua, Ibu sebagai wakil, dan anak-anak sebagai anggota. Biasanya mereka kompak, dimana ayah memimpin pegelolaan ‘nutan, bu ikut membantu memberikan masukxan dan mengatur Keuangan pengelolaan hutan rakyat ‘Adapun anak kadang mereica membantu kegiatan orang tua mereka dalam pengelolaan imitan rakyat Pelaksanaan Pembangunan hutan terdiri dari beberapa Kegiatan, untuk membangun hutan yang lestari diperlukan ‘tindakan-tindzkan atau prinsip-prinsip yang mexjamin terwujudnya pengelolaan hutan yang lestari, ag2° hhotan yang dikelola oleh masyarakat dapat digunakan secara terus menerusserta menghasilkan hasil hutan ‘yang baik dengan harga jual yang tinggi. Pada tahapan pelaksanaan, maka dapat dilihat dalam 5 (lina) indikator yaitu : pembangunan hutan, pemeliharzan hutan, pemanenan hutan, pengolahan dan pemasaran. Tabel 14. Penerapan Fungsi Manajemen dalam Aspek Pelaksanaan no emickepann BBA OND asaya) PERRO saa = Ya Tidak Ya Tidak 1 Pembangunan Hutan 2B 0 2B 100 0 100 2 Pemeliharaan Hutan 2B 0 2B 100 0 100 3 Pemanenan hasil Hutan 28 0 28 100 0 100 ¢ Pegdabaianas 2088S RST AD _—— uo 8 ea @n 10 ‘Sumber : Data Primer Diolah Taian 2018 ‘Berdasarkan Tabel 14 di atas, memberikan informasi bahwa bentuk-bentuk pelaksanaan teknikt kchutanan hampir semua dilakukan oleh responden. Tercatat pembangunan hutan, pemeliharaan, dan ‘pemanenan hasil hutan 100% dilaksanakan Adapun pengolahan hasil hutan hanya 20 orang (71.43 %) dan pemasaran hanya 11 orang (39,29 %). ‘Kegiatan pemtangunan hutan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu : persiapan lahan, penyediaan bibit, dan penanaman. Kegiatan petsiapan Jahan sendiri terdiri dari pembersihan dan penggemburan lahan, pemagaran, pembuataa pondo-pondo (0s jaga). dan pembvatan Iubang tanam, dan pembuatan tempat penampungan bibit. Untuk pembersian dan penggemburan fahan, pembvatan Iubang tanam ukuran 3 m x3 m, dan pemagaran semua responden melakukannya (100%). Namun, untuk pembuatan pos jagza terdapat sekitar 20 orang (71,43 %), lial ini wajar karena tidak semua petani mengelola hutan rakyatnya dengan sistem agroforestri, sehingza penjazaamnya tidak intensif Penyediaan bibit dilakukan dengan pembuatan tempat bibit hanya 11 orang (39,29 %) yang melakukan, itupun bukan kebun persemaian, akan ‘etapi bibit tersebut dibeli atau dibagikan oleh pemerintah, sebelum akhimya masyarakat menanam pada ‘masing-masing kebun mereka. Bagi masyaraket yang tidak membuat tempat bibit, viasanya langsung ditanama di lokasi lahan mereka. Adapun Kegiatan penanaman dilaknkan dengan jarak3 mx 3 m, namun ‘ila ingin menyisipkan tanaman semusim atau tahunan, maka jarak tanam 4 m x 4m. Kegiatan pelaksanaan kedua adalah pemeliharaan hutan, yang terdiri - kegiatan penyulaman ada sekitar 11 orang (39,29 %), pemangkasan 9 orang (32,1476), pendangiran 4 orang (14,29 %), pemupukan 11 orang (39,29 %), penjarangong 4 orang (14,20 %), pemelitaraan techadap hama dan penvakit 11 orang 9,29 %), penjagaan 11 orang (39,29 %). Tidak semua petani melakukan bentuk-bentuk kegiatan pemeliharaan, hal ini terjadi karena pertimbangan besamya biasaya dan alokasi waktu yang dikeluarkan ‘juga lebih banyak. ‘Kegiatan ketiga, keempat, dan kelima adalah pemanenan hasil hutan 11 orang (32,29 %), pengolahan 11 orang (32,29 %), pemasaran 11 orang (32,29 9). Kegiatan pemanenan hasil hutan terbagi menjadi 2 (dua) yakni hasil butan kayu dan non kayu, Hesil hutan kayu tidak dipanen oleh pemilik fuutan rakyat melainkan oleh pembeli. Untuk hasil hutan aon kayu benspa tanaman pertanian biasanya dipanen sendin 97 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 oleh masyarakat. Kegiatan pengolahan basil juga sama, bila hasil hutan kayu masyarakat tidak ‘mengolahnya, melainkan hasil non kays ada yg diolah ada yang langsung dipasarkan. Adapun kegiatan pemasaran juga sama halnya pada dua tentuk kegiatan sebelumaya, yakni bila hasil hutan kayu ipasarkan Sendiri oleh masyarakat, dimana pembeli langsung membeli ditempat. Sementara hasil hutan non kayu ada yang dijual ke pasar ada yang dikonsumsi sendiri 4. Evaluasi Evaluasi atau pengawasan merugakan pengendalian dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan pelaksancan, apakah dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat memberikan hasil atau tidak. Evalvasi perl dilakcokan pada setiap melakukan pengelolaan, agar kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dapat menjadi acuan untuk melakukan kegiatan tersebut dilain waktu. Kegiatan evaluasi pengelolaan hutan rakyat berdasarkan hasil penelitian hanya dilkasanakan olen masyarakat ita sendiri, sedangkan oleh pemerintah ‘tidak pernah dilakukan. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di hutan rakyat Keluratian Tobomeita dapat diambil Kesimpulan sebagai berikeut 1. Motivasi masyarakat untuk mengelola hutan rakyat dibagi menjadi 3 (tiga) aspek, pada aspek sosial dan ekonoi, masyarakat memiliki motivasi sangat tinggi, adapun pada axpek lingkungan, motivasi masyarakat tinggi Penerapan fungsi pengelolzan yang diterapian oleh masyarakat pada pengelolaan hutan rakyat di ‘Kelurehan Tobimeita dibagi dalam 4 aspek yaits, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Tetapi pengelolaen hutan rakyat di Kecamatan Tobimeita tidak diadakan atau dibentok organisasi apapun, Daftar Pustaka Aminah, L.N., R. Qumiaty, dan W. Hidayat 2013. Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Petani i Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. 1 (1) : 47-54, diakses tanggal 9 Oktober 2021, tersedia pada - hhttps://jurnal.fp.unila.ac id/index php THT/article/view! 291/284. Ardiyaningrum, I, 2020. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan tethadap Sikap Masyarakat dalam Konservasi Lahan Kering di Kecamatan Selo. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek (SNPBS) keV - Isutsu Stratesi Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya, diakses pada tanggal 7 Oktober 2021, tersedia pada ‘ttps:/‘pubtikasiilmiah, ums ac id’bitstream handle/11617/12248/p.114-118%2014a%20 Ardiyaningrom_%20Sri%420Budiastuti_%J0Komariah pdf?sequence=1 &isA llowed=y. Asikcunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV). P.T Rineka Cipta. Jakarta, Awal, A. 2018. Pengaruh Pendapatan dan Jumiah Tangzungan Kelvarga Petani Padi terhadap Tingkat Pendidikan Anak di Desa Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa. Skripsi. Jurusan imu Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar, diakses paca tanggal 7 Oktober 2021. tersedia— pada hnttp//repositori ninalauddin ac id/12478/1 Pengaruih?420Pendapatan’620Dan’20}umlah%20Tangzungan’:20Keluarga%20Petani pdf. Basti, H., 2016. Analisis Persepsi Petani terhadap Pemenfuatan Bokashi pada Pertanian Padi Sawah. AGRISEP. 15(2), 135-142 diakses tanggal 7 Oktober 2021, tersedia pada - DOL https:doi.org/10 31186 jagrisep.15.2.135-142. ‘Hidayat, R.A, 2018. Motivasi Masyarakat dan Penerapan Fungsi Pengelolaan dalam Pengelotaan Hutan Rakyat, Studi Kasus di Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari. Skripsi. Jurusan Kelutanan Fakulias Kehuutanan dan Thmu Lingkungan, Universitas Halu Oleo. Kendati 98 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SILVIKULTUR KE-VIII eISSN 2961-810 Keputusan Menteri Kehutanan. Nomor. 49/kpts-11/1997 Tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat Tanggal 20 Januari 1997, ‘Nikoyan, A., S. Kasim, Z. Uslinawaty, R. Yani. 2020. Peran dan Manfaat Kelembagaan Kelompok Tani Pelestari Hutan datam Pengelolaan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa. Perrenial. 16 (1) : 34-39, diakses pada tanggal 7 Oktober 2021, tersedia pada : htp:/dx doi org/10.24250/perennial, v16il £072 Manalu, B,E. Siti, L.. dan Pindi, P., 2015. Persepsi Masyarakat Tethadap Pengembangan Ekowisata Di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, Sumatra Utara Mando, L.0.4.S., AM. Kandari, Kahirun, Rosamatlinasiah, S. Kasim, L.O. Midi, W.O. Inda dan S Mardhatillah. 2020. Tingkat Partisipasi Pengelolaan dan Analisis Finansial Hutan Rakyat dengan Sisitem Tunda Tebang i Kabupaten Konawe Selatan, 3 (2) : 128 : 138. DOL ntps://doi.org/10.29303 jbl.v3i2.518, ‘Midi, Laode dan L.O.A.S. Mando. 2015. Pensksiran Potensi Kayu dari Hutan Rakyat di Kecamatan Barangka Kab. Muna Ecogreen, 1 (1). 89-100. Mohtar, A. HD. Walangitan, TM. Katiandagho. 2019. Kontribasi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Rumoong Atas Kecamatan Tereran Kabupaten Minchasa Selatan. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2021, tersedia pada - http://ejoumal.unsrat acid. Musdi, Harjanto, dan L. Sudawati. 2020. Kontritusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna. 2 (2) : 1-8. Diakses tanggal 9 Oktober 2021, tersedia pada ‘ttps://media neliti. conv'media publications/332788-kontribusi-hutan-rakyat-terhadap-pendapa- 67433030 paf, Pratama, C-D.. 10 Desember 2020. Masalah Deforestasi di Indonesia. Kompas.com. Rubrik Skola Diakses pada tanggal 6 Oktober 2021, tersedia pada = hitps:/www.kompas.com/skola! read2020/12/10/175226469/masaiah-deforestasi-di-indonesia, Pospitaningsin, O. S., Utami, B. W., Wijayanto, A. 2016. Pattisipasi Kelompok Tani dalam Mendukung Program-Program Pertanian Berkelanjutan di Kecamstan Puring. Kabupaten Kebumen. Caraka Tani 31(2), 79-85. Diakses tangzal 7 Oktober 2021, https:/jumal.uns.ac.id/carakatani! article/view11950/10490 Puspitojati, T., Mile, Y, M, Fauziah, E.,.dan Darusman, D., 2014. Hutan Rakyat Sumbangsih Masyarakat Pedesaan Untk Hutan Tanaman. PT. Kanisius Yogyakarta Saihani, A. 2011. Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Petani Padi Ciherang di Desa Sungai Durait Tengah Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jurnal ZIRAA'AH. 31 (3) 219-225. Diakses tanggal 7 Oktober 2021, tersedia pada :https://adoc pub analisis-faktor-sosial- ekonomi-terhadap-pendapatan-petani-pa htm! Saraswati, Y. dan AH. Dharmawan. 2014. Reliensi Nafkah rumah Tangga Petani Hutan Rakyat di Kecamatan Giriwoyo Wonogiri, 2 (1) : 63-75. Diakses 8 Oktober 2021, tersedia pada DOL10.22500/sodality.v2i1.9413 Suprayitne, AR, Sumardjo, D.S., Gani, B.G., Sugihen. 2012. Motivasi dan Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Hutan Kemiri di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. 9(2) : 182-196, diakses 12 Januari 2018, tersedia pada - https:/‘media neiti.com/media publications/8446-ID-motivation- and-participation-of-farmers-in-managing-the-candlenut-forest-in-maro.paf. Trianggana, O., 2012. Kontribusi Pengelolaan Hutan RakyatTerhadap Pendapataa Rumah Tangga Dan Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat (Studi Di Desa Babakanreuma, Kecamatan Sindangegung Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses tanggal 7 Oktober 2021, tersediapada Inttps:/epository pb ac.id/handle/123456780/57724, 99

You might also like