Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 48

RK5212

KONSERVASI LINGKUNGAN PERKOTAAN

METODOLOGI DAN METODE KONSERVASI

Dr.-Ing. Widjaja Martokusumo

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Introduksi Kuliah

Topik:
 Metodologi dan Metode Konservasi

Sub Topik:
 Teknik Dokumentasi dan Pengumpulan Informasi
 Topografi Objek/Benda/Kawasan Konservasi/Denkmal-topographie
 Penentuan makna kultural (cultural assessment) menurut metode Burra Charter

Capaian Belajar:
 Mahasiswa dapat menyebut berbagai teknik dan dapat memilih dokumentasi
dan menerapkan serta melakukan penilaian makna kultural sebuah objek
secara tepat
Pokok Bahasan

 Cultural Heritage
 Cultural Assessment

 Cultural Mapping

 Mapping
Methodology
 Synthesis Map
Cultural Heritage

“… is the entire corpus of material signs -either artistic


or symbolic- handed on by the past to each culture, and
therefore, to the whole of mankind … and is the
storehouse of human experience.” (UNESCO, 1989)
Cultural Heritage
Konvensi UNESCO 1972

 monuments: architectural works, works of monumental sculpture and


painting, elements or structures of an archaeological nature, inscriptions,
cave dwellings and combinations of features, which are of outstanding
universal value (OUV) from the point of view of history, art or science;
 groups of buildings: groups of separate or connected buildings
which, because of their architecture, their homogeneity or their place in
the landscape, are of outstanding universal value (OUV) from the point
of view of history, art or science;
 sites: works of man or the combined works of nature and man, and
areas including archaeological sites which are of outstanding universal
value from the historical, aesthetic, ethnological or anthropological point
of view.
Conservation
 All the process of looking after a
place to retain its cultural
significance.

 It includes maintenance and,


according to circumstance, may
include preservation, restoration,
reconstruction, repair, and
adaptation

 It is often a combination of some


of these
Degrees of Conservation

 PRESERVATION: Maintaining the fabric of a place in its


existing state and retarding deterioration
 RESTORATION: Returning the existing fabric of a place to a
known earlier state by removing accretions or by re-
assembling existing components without the introduction of
new materials
 RECONSTRUCTION: Returning a place to a known earlier
state as nearly as possible, distinguished by the introduction
of materials (new and old) into the fabric
 ADAPTATION: Modifying a place to suite proposed
compatible use (no change to its culturally significant fabric,
changes which are substantially reversible, changes which
require a minimal impact)
Xintiandi, Shanghai
Elemen-elemen Bangunan dan
Citra Visual Lingkungan
Doc. D. Tanumihardja, 2008
General principles

 Conservation demands prudence, a systematic approach and discipline


 Rigidity should be avoided since individual cases may present problems
 Conservation is based on a respect for the existing fabric with the least possible physical
intervention.
 It should not distort the evidence provided by the fabric as the traces on it of additions,
alterations and earlier treatments are evidence of the place’s history and uses
 Conservation should not be undertaken unless adequate resources are available to ensure
that the fabric is not left in a vulnerable state and that the cultural significance of the place
is not impaired.
 It must be emphasized that the best conservation often involves the least work and can be
inexpensive
 A place should remain in its historical location.
 The moving of all of part of it should only be allowed if it is the sole means of ensuring
security and preservation and should be returned should changed circumstances make this
practicable
 Any structure which is moved should be to an appropriate setting and given an appropriate
use
Criteria for Good Conservation
UNESCO Asia Pacific Awards for Culture Heritage Conservation

 Articulating heritage values, significance, and spirit of place


 Employing appropriate use and appropriate adaptation
 Good interpretation of social, historical, architectural significance in
conservation project
 Understanding of issues of technical conservation as they relate to
significance
 Application of appropriate building and architectural techniques
 Application of appropriate materials
 Application of new elements and creative technical solutions
 Contribution to community’s cultural continuum
 Generating positive impact on conservation practice and policy
 Economically, environmentally, socially, culturally viable and sustainable
 Demonstrating technical consistency, complexity, and integration of project
methodology, including clarity of documentation
Cultural Significance

 Aesthetic, historic, scientific or social value


for past, present, or future generations
 Besides the cultural significance, the
qualities to be preserved include:
 The formal appearance, interior and
exterior, of a place as defined by scale,
size, style, construction, materials, color,
and decoration
 The relationship between a place and
its surrounding setting, both natural and
man-made
 The various functions that the place has
acquired over time
Current developments

 Idea of “accumulated significance” (Burra Charter, 1979).


Valuing the historic, cultural, social, and scientific significance of
places & objects from the multiple-perspectives of all stake
holders
 Recognition of intangible heritage and the revival of
traditional techniques and craftsmanship (Nara Document,
1994)
 People-centered, community-based, participatory
conservation. Challenging the state, empowering the bottom-up
approaches
 Paradigm shift: from government’s initiative to public-private-
community strategic alliance
Cultural Assessment

 Teknik Dokumentasi dan Pengumpulan Informasi


 Topografi Objek/Benda/Kawasan
Konservasi/Denkmaltopographie
 Penentuan makna kultural (cultural assessment)
menurut metode Burra Charter
Penentuan Signifikansi dan
Kebijakan Konservasi

Untuk dapat menyatakan suatu objek


pemugaran/pelestarian mempunyai signifikansi
untuk dipugar, maka perlu dilakukan:
 Pengumpulan bukti-bukti (evidences)

 Koordinasi dan analisis bukti-bukti

 Menaksir/memperkirakan signifikansi

 Menyusun pernyataan signifikansi


Teknik Dokumentasi dan
Pengumpulan Informasi

1. Gambar Rencana (asli)


2. Gambar Terukur (measured drawing)
3. Gambar Terbangun (as-built drawing)
Teknik Dokumentasi dan
Pengumpulan Informasi
1. GAMBAR RENCANA (ASLI)
Kalau ada…?
2. GAMBAR TERUKUR/MEASURED DRAWING
Gambar terukur berkaitan erat dengan arsitektur dan merupakan pengukuran
ulang bangunan/objek dalam jangka waktu lama setelah bangunan selesai
dikonstruksikan, karena mungkin sudah ada modifikasi dari penghuni selama umur
bangunan
 Gambar terukur penting dilakukan karena dapat digunakan dalam usaha
pelestarian, dokumentasi lingkungan atau bangunan yang akan dihancurkan,
memudahkan usaha pemeliharaan rutin lingkungan atau bangunan tersebut, serta
untuk menetapkan kebijaksanaan. Khusus dalam gambar terukur (measured drawing)
akan menunjukan adanya suatu tambahan, renovasi dan lain-lain untuk tujuan
sejarah.
 Gambar yang dihasilkan harus lebih spesifik sehingga informasi yang terdapat di
dalamnya pun bersifat spesifik (tidak untuk umum). Dalam gambar terukur ini pun
harus memiliki waktu atau tanggal pada analisa kondisi bangunan.
Teknik Dokumentasi dan
Pengumpulan Informasi
3. GAMBAR TERBANGUN (AS-BUILT DRAWING)
 Gambar terbangun adalah gambar yang dibuat setelah bangunan tersebut selesai
dibangun (serah terima), berisi lengkap dengan semua perubahan yang terjadi
pada saat pembangunan.
 Ada beberapa hal penting dalam pembuatan gambar terukur setelah menetapkan
benda atau bangunan yang akan diukur (berdasarkan Standar Pelestarian Budaya
AS), yaitu:
 Gambar jenis apa yang paling tepat untuk menunjukkan signifikansi pada bangunan
tersebut
 Detail apa yang harus disajikan berhubungan dengan skala yang dipilih
 Berapa banyak ukuran dan catatan dalam gambar yang diperlukan
 Seberapa jauh tingkat ketepatan ukuran gambar tersebut (centimeter, meter, standar
internasional, dll)
 Jenis dan ukuran apa yang paling tepat dipakai
 Dimensi dari gambar terukur dapat diperoleh dari 3 sumber: dokumen gambar kerja
(working drawing) pengukuran ulang, dan foto.
Perekaman Grafis (measured drawing)
Wisma Kerkhoven,
Observatorium Lembang
Wisma Kerkhoven,
Observatorium Lembang

Gambar terukur (measured drawing)


Elemen-elemen Bangunan
dan Citra Visual Lingkungan

Sumber: M. Trieb et al, 1988


1. General data
Name of Surveyor Checklist data (field form checklist)
Film number/ frame number
2. Historical data
Names of building or structure (current and historic)
Location (street, city, county, state)
Present function, including industrial processes
Date of completion
Architect, designer or manufacturer
Major modification with dates
Source of information
Unexplored sources
3. Visual survey data
Foundation material(s)
Wall material(s)
Structural and mechanical systems
Bays
Stories
Measurements
Shape and orientation
Roof (shape, material, other features such as chimneys, dormers, cupolas, etc.)
Openings (doors, windows)
Porches, verandas, balconies
Exterior trim
4. Notable interior features (if interior is examined)
Plan, decorative features, finishes
Machinery in place
5. Setting
Integrity of site
Associated buildings
Interrelationships (include water and transportation features if relevant)
Notable landscaping
Has structure been relocated?
6. Condition
Present condition
Is this building being adversely affected? By what?
Other (specify)
Peta Land use Bandung 1933

 Bandung: Struktur kota Bandung


pada tahun 1933. Ciri morfologi
kawasan yang khas masih dapat
dibedakan pada saat itu, kini
perbedaan spesifik keduanya
hampir sulit untuk dikenali, kecuali
dari tipologi bangunan villa yang
semakin hari semakin berkurang.
Cukup signifikan dalam peta ini
adalah kawasan RTH, yang kini
(2008) sudah semakin berkurang,
akibat oemanfaatan lahan tanpa
aturan yang jelas
 Sumber: Arsip Nr. E29.11, Koninklijk
Instituut voor Taal-, Land- en
Volkenkunde, Leiden, The
Netherlands
Peta Sintesis Jakarta Kota Tua

 Kota Tua Jakarta: Analisis struktur


kawasan/ tipo-morfologi kawasan
Kota Tua dan Sunda kelapa, Jakarta.
Selain dari tipologi bangunan yang
khas, floorscape kawasan kota tua
masih dapat dikenali meski di sana-
sini sudah terjadi perubahan
signifikan, seperti misalnya
pembangunan jalan Harbour Toll
Road, dan Flyover Pasar Pagi.
 Sumber: W. Martokusumo bersama
Lab. PSUD, Dept. Arsitektur ITB, 2002
Peta Analisis
Peta Analisis
Peta Analisis
Teknik Dokumentasi dan Pengumpulan Informasi

1. Tahap Penelitian/Penelusuran
 Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan
dan memeriksa baik bukti-bukti dokumen, maupun bukti-bukti
fisik.
 Sumber-sumber untuk mendapatkan bukti-bukti dokumen:

 Surat menyurat dan laporan tertulis

 Sketsa-sketsa

 Foto

 Peta, denah dan laporan survai

 Informasi lisan

 Bahan-bahan publikasi (media cetak)


Teknik Dokumentasi dan
Pengumpulan Informasi
2. Tahap Perumusan Kebijakan Konservasi
Setelah diputuskan apakah suatu bangunan/lingkungan cukup
berharga untuk dipugar atau dikonservasi, maka kita harus
menyusun strategi tentang apa yang bisa dilakukan terhadap
bangunan tersebut, supaya bisa lebih berdaya guna bagi
lingkungan. Penentuan kebijakan/strategi konservasi perlu
mempertimbangkan beberapa aspek (Conservation Plan
dalam Piagam Burra, 1982), yaitu:
 permintaan klien,

 persyaratan eksternal/peraturan-peraturan,

 persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melindungi


signifikansi budaya dan
 kondisi fisik bangunan saat itu.
Cultural Assessment
(metode Burra Charter)
 Dalam piagam Burra 1982 (Burra Charter),
signifikansi budaya (cultural significance) adalah suatu
konsep untuk membantu dalam mengidentifikasi sifat
dan menilai/menaksir nilai yang membuat suatu
tempat atau objek berharga bagi kita dan
masyarakat.

 Aspek-aspek yang dianalisis antara lain berkaitan


dengan nilai-nilai estetik, sejarah, keilmuan, atau
sosial untuk pemahaman kondisi masa lalu, serta
diyakini akan memberikan kontribusi nilai bagi masa
kini dan masa depan
Kriteria penilaian

Kriteria penilaian sebuah objek atau tempat dapat ditinjau dari:


 Ability to demonstrate
It concerned with the importance of a place as evidence and with the physical
survival of that evidence in the fabric.Such evidence can be of value to social
and scientific investigation and to the history of aesthetic (...)
 Associational links
This criterion relates to those associational links which are not attested to by
aby surviving or discoverable evidence. These may never have been physical
evidence of the association (...) Irrespectives of whether evidence survives or
not, places can have associational significance for a variety of reasons (...)
 Aesthetic/formal aspects
This criterion relates to formal or aesthetic qualities. These can be assessed
under conventional headings of scale, materials, texture, colour, space and the
relationship of components. (...) also, the relationship of a place with its
setting is equally important (...)
Gathering Evidence Documentary Evidence

Physical Evidence
Co-ordinating and analysing
Evidence

Ability to demonstrate
Assessing Significance Associational links
aesthetic, social, scientific, historic
Formal or aesthetic qualities

Stating Significance Stage 1:


Cultural Significance

Gathering Information for the develoment of conservation policy

Client’s requirements or feasible Requirements for retention of significance


uses
External requirements Evidence Physical condition

Developing a conservation policy

Stating Conservation Policy

Stage 2:
Strategy for implementing
conservation policy Conservation Policy
The Burra Charter, 1982
Conservation Plan

 Sebuah analisis sejarah dari sebuah tempat (Apa yang


membuat tempat ini penting dari tinjauan historis?)
 Sebuah analisis kondisi tempat saat ini (Kondisi sebuah
kawasan seperti apa?)
 Sebuah statement of significance (Hal apa yang membuat
sebuah tempat menjadi begitu penting?)
 Kebijakan-kebijakan dan rekomendasi-rekomendasi untuk
perlindungan bangunan/struktur bersejarah
 Sebuah action plan untuk implementasi dari kebijakan-
kebijakan yang disepakati
Cultural Mapping

 Cultural mapping has been recognized by UNESCO


as a crucial tool and technique in preserving the
world's intangible and tangible cultural assets.
(encompasses a wide range of techniques and
activities from community-based participatory data
collection and management to sophisticated
mapping using GIS).
Cultural Mapping

 Pemetaan budaya adalah sebuah cara


mengidentifikasi makna budaya bagi masyarakat,
sekaligus juga untuk mengidentifikasi elemen-
elemen budaya yang dapat menghasilkan nilai
tambah (sosial dan ekonomi), merekam, melestarikan
atau membangun elemen-elemen tersebut dengan
cara baru dan kreatif.

 “Cultural mapping is a way of defining what culture means to the community,


identifying the elements of culture that add value (both social and economic),
recording, preserving or building on these elements in new and creative ways.”

 “Each cultural mapping project will be as individual as the community it reflects. It is up


to you and your community to decide how you will present and preserve the
information that comes to light during the cultural mapping process.”
Cultural Mapping

 Cultural mapping involves a community identifying and


documenting local cultural resources. Through this research
cultural elements are recorded – the tangibles like galleries, craft
industries, distinctive landmarks, local events and industries, as
well as the intangibles like memories, personal histories, attitudes
and values.
 After researching the elements that make a community unique,
cultural mapping involves initiating a range of community
activities or projects, to record, conserve and use these elements.
 …the most fundamental goal of cultural mapping is to help
communities recognize, celebrate, and support cultural diversity
for economic, social and regional development.
 (Keynote speech, Clark, Sutherland & Young 1995. Cultural Mapping Symposium and
Workshop, Australia).
Keuntungan Pemetaan Budaya

 1. Pembangunan komunitas
Pemetaan budaya dapat membantu dalam mengidentifikasi
dan membangun keberanian berusaha/berkembang, dan
dapat menghasilkan pengertian yang baik tentang
keragaman budaya, yang proses rekonsiliasi, isu-isu
kesetaraan dan memperkirakan nilai sosial untuk tujuan
pelestarian budaya.
 2. Kreativitas
Kisah, ide, konsep, imaji, rancangan dan informasi yang
terungkap oleh pemetaan dapat merangsang dan
membangun kreativitas baru dalam berbagai seni dan
kerajinan.
Keuntungan Pemetaan Budaya

 3. Pariwisata
Inisiatif pariwisata budaya dan ecotourism bisa dimulai
berdasarkan penemuan sumber baru dari masyarakat melalui
pemetaan budaya. Dengan koordinasi antara masyarakat,
pemerintah dan operator pariwisata bisa diciptakan
prasarana dan produk baru seperti jejak peninggalan budaya
dan alam, pengalaman tinggal dengan masyarakat setempat.
 4. Perencanaan, perancangan dan
rehabilitasi/perbaikan lingkungan
Pemetaan dapat membantu masyarakat untuk terlibat lebih
banyak dalam proses perencanaan dan pembangunan.
Keinginan-keinginan masyarakat yang tercatat dalam
pemetaan dapat disertakan dalam perencanaan dewan kota
ataupun proyek peremajaan kawasan.
Keuntungan Pemetaan Budaya

 5. Pendidikan dan Rekreasi


Cultural mapping tidak saja bermanfaat dalam segi pendidikan, namun juga
merupakan sarana edukasi yang rekreatif, misalnya:
 Material untuk pengembangan kurikulum pendidikan
 Bahan penyusunan sistem informasi (data base)
 Promosi kegiatan kerjasama dalam lingkup kebudayaan
 Promosi kegiatan pemahaman dan kesadaran akan keragaman budaya

 6. Jaringan Informasi & Telecommunity/komunitas


Jarak Jauh
Ada kesempatan baru yang muncul untuk informasi dan pengalaman budaya
dari teknologi komunikasi dan jaringan informasi baru. Kegiatan pemetaan
budaya biasanya didorong oleh kebutuhan masyarakat, misalnya untuk
meningkatkan lapangan kerja, meningkatkan pariwisata, mengadakan kembali
suatu tempat bersejarah atau bentang jalan, atau meningkatkan pengalaman
dan hasil budaya.
Mapping Methodology

 Social Mapping
 Cognitive Mapping

 Mind Mapping

 Concept Mapping
Mapping

 Social Mapping: untuk memetakan jejaring sosial


 Cognitive Mapping: merupakan reprepresentasi
spasial internal dari sebuah informasi lingkungan
 Mind Mapping: sebuah alat pembelajaran dan
berpikir untuk pencatatan dan penyerapan
informasi
 Concept Mapping: merupakan sebuah alat bantu
untuk mendukung dan memperbaiki proses berpikir.

You might also like