Professional Documents
Culture Documents
Curriculum Development
Curriculum Development
Curriculum Development
4. The principle of efficiency, i.e. see to it that can utilize in curriculum development time, cost, and other sources that there is an optimal, carefully and precisely so that the results adequately. 5. The principle of effectiveness; i.e. curriculum development activities seek to achieve goals without the wasteful activities, both in quality and quantity.
REFERENCES
http://www.multiage-education.com/russportfolio/curriculumtopics/bibliography.html#doll Agus Dharma, PhD Indonesia Basic Education Curriculum Current Content And Reform a paper, 2008 www.hariani25.wordpress.com akhmadsudrajat.wordpress.com
DEFINISI PEMBANGUNAN KURIKULUM Ada banyak titik pandangan yang berkaitan dengan definisi kurikulum. Definisi dari Peraturan Pendidikan 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi konsep pemikiran yang mendasari kurikulum. Ini menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan yang berhubungan dengan tujuan, isi, bahan dan cara digunakan sebagai arah proses kegiatan mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan termasuk tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut, Nunan di Richard (1987), definisi kurikulum dapat dilihat dari beberapa pandangan yaitu sebagai produk, sebagai perencanaan, dan sebagai suatu proses. Sisi kurikulum pandangan pertama sebagai item produk atau set ke diajarkan. Pada pandangan kedua, kurikulum dipandang sebagai urutan merencanakan bahan untuk mengajar siswa. Sisi terakhir pandangan bahwa kurikulum sebagai proses untuk menurunkan bahan. Lebih lanjut, Douglass dalam Oemar Hamalik (. 2001: p 17) menyatakan bahwa; "Kurikulum yang luas dan beragam seperti lingkungan sekolah anak. Secara luas dipahami, kurikulum mencakup tidak hanya pada subyek tetapi juga berbagai aspek lingkungan fisik dan sosial yang terdiri dari fasilitas sekolah, materi pelajaran, anak-anak lain dan guru dari interaksi atau anak dengan unsur-unsur hasil belajar ". Selain itu, seperti dikutip dalam Oliva (1992), L. Hollis Caswell dan Doak S. Campbell dilihat kurikulum sebagai semua pengalaman anak dimiliki di bawah bimbingan guru. Sejalan dengan pendapat itu, J.Galen Saylor, William M, Alexander dan Arthur Lewis didefinisikan bahwa kurikulum adalah rencana untuk menyediakan set kesempatan belajar bagi siswa untuk dididik. Pengembangan kurikulum dapat didefinisikan sebagai perencanaan yang sistematis dari apa yang diajarkan dan dipelajari di sekolah-sekolah yang tercermin dalam mata kuliah program studi dan sekolah. Ini kurikulum diwujudkan dalam dokumen resmi (biasanya kurikulum "panduan" untuk guru) dan dibuat wajib oleh departemen provinsi dan wilayah pendidikan. A. JENIS KURIKULUM DIGUNAKAN DI INDONESIA Menurut Ronald C. Doll, dalam bukunya, Perbaikan Kurikulum: Pengambilan Keputusan dan Proses, (Doll, (1996 p15) dalam Agus Dharma, PhD "Indonesia Pendidikan Dasar Kurikulum Konten Lancar Dan Reformasi" kertas, 2008). berjalan lebih jauh, menyatakan bahwa: Kurikulum sekolah adalah konten formal dan informal dan proses dimana peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman,
6
mengembangkan keterampilan, dan mengubah sikap, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah naungan sekolah tersebut. Sangat, ada dua cara dalam mengembangkan kurikulum, pada satu ekstrim adalah berbasis pusat atau atas pengembangan kurikulum ke bawah di mana kurikulum ditentukan oleh pusat, dan ada sedikit otonomi untuk sekolah. Pada ekstrem yang lain adalah kurikulum bottom-up atau berbasis sekolah, dikembangkan sepenuhnya oleh setiap sekolah. Pemerintah Indonesia, sampai saat ini telah melakukan penyesuaian kurikulum untuk lima kali, yang dilakukan pada tahun 1965, 1974, 1984, dan 2004. Penyesuaian kurikulum terakhir, yang dilakukan pada tahun 2004, dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi ini kemudian dirumuskan dan direvisi untuk datang Sekolah Kurikulum Berbasis (SBC), yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah Berbasis Kurikulum (KTSP) adalah kurikulum bawah ke atas. Telah dirilis didukung oleh semangat desentralisasi, yang menunjukkan adanya tindakan No otonomi, lokal 22 Tahun 1999 direvisi dengan Undang-Undang Otonomi, lokal No.32 tahun 2004 dan seiring dengan UU No 20 2003. Dalam kurikulum ini saham pemerintah, tanggung jawab pendidikan kepada pemerintah daerah dan sekolah. Pemerintah telah membuat panduan dalam menerapkan Kurikulum Berbasis Sekolah. Ini menjelaskan dalam beberapa standar sekolah harus diandalkan. Ada delapan standar menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 19 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada 16 Mei 2005 telah digambarkan dalam 8 standar Sekolah; (1) standar isi, (2) standar proses pengambilan, ( 3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik Dan Tenaga kependidikan, (5) standar Sarana Dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar PENILAIAN Pendidikan. B. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya aturan atau hukum yang akan menghidupkan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari atau bahkan menciptakan prinsip-prinsip mereka sendiri yang baru. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kurikulum di lembaga pendidikan sangat mungkin penggunaan prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan
7
menemukan banyak prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) membahas prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dibagi menjadi dua kelompok: (1) prinsip - prinsip umum: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas, (2) prinsip-prinsip tertentu: prinsip-prinsip yang berkaitan untuk tujuan pendidikan, prinsip-prinsip seleksi isi sehubungan dengan pendidikan, prinsip mengenai pemilihan proses belajar mengajar, prinsip mengenai pemilihan media dan alat pembelajaran, dan prinsipprinsip tentang pemilihan kegiatan penilaian. Sementara Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: 1. Prinsip relevansi; internal yang memiliki relevansi dalam kurikulum antar komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistemologist), permintaan dan pelajar potensial (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosiolog). 2. Prinsip fleksibilitas, dalam upaya pengembangan kurikulum yang dihasilkan oleh sifat fleksibel, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan untuk penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu selalu tumbuh, dan peserta didik kemampuan dan latar belakang. 3. Prinsip kontinuitas, yaitu adanya kurikulum, baik secara vertikal dan horizontal. Belajar pengalaman disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik di dalam tingkat kelas, antara tingkat pendidikan, serta antara tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan. 4. Prinsip efisiensi, yaitu memastikan bahwa dapat memanfaatkan dalam waktu pengembangan kurikulum, biaya, dan sumber lain yang ada, optimal hati-hati dan tepat sehingga hasilnya memadai. 5. Prinsip efektivitas; kegiatan pengembangan kurikulum yaitu berusaha untuk mencapai tujuan tanpa kegiatan boros, baik dalam kualitas dan kuantitas.
(1) content standards, (2) standards-making process, (3) competency standards, (4) standards of teachers and, (5) standard of facilities and infrastructure, (6) management standards, (7) standard financing, and (8) Assessment of Education standards.