Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 19

Kebijakan Subsidi Benih

Oleh : Kelompok 4 Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian Kelas P WILDA AL ALUF YOGI DWI PRASETYO YOANITA FADLILAH IRIANI YOSI CHARINASARI YANUAR EKO NUR SASMITO ZAHROTUN NISAK LAILA EKA F YUDA PANGESTU PRIASMORO 115040200111073 115040201111166 115040201111167 115040201111188 115040201111267 115040201111329 115040207111032

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Subsidi Benih : Subsidi benih diartikan sebagai penggantian biaya produksi benih bersertifikat yang harus dibayar oleh Pemerintah apabila benih tersebut sudah terjual

Tujuan subsidi benih

(1) Membantu meringankan beban para petani tanaman pangan agar dapat membeli benih sebar bersertifikat dengan harga terjangkau; (2) Meningkatkan penggunaan benih bermutu varietas unggul; dan (3) Stabilisasi harga benih unggul bermutu. Sementara tujuan akhir yang hendak dicapai dari subsidi benih adalah untuk meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman pangan berkualitas.

Benih Subsidi :
Benih bersubsidi yang dimaksud adalah benih padi, jagung komposit, jagung hibrida dan kedelai bersertifikat yang diproduksi oleh PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero)

Dasar Hukum Pelaksanaan Kebijakan Subsidi


UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang APBN Tahun 2011 (Pasal 11), merupakan dasar pelaksanaan subsidi benih tahun 2011. Menurut UU tersebut, subsidi benih tahun 2011 dianggarkan sebesar Rp 120.322.880.000. Pada tahun-tahun sebelumnya, UU APBN belum mencantumkan alokasi anggaran untuk subsidi benih.

Mekanisme Penganggaran dan Pembayaran Subsidi

Mekanisme Penyaluran dan Pengawasan Benih Bersubsidi

Penghitungan Besaran Subsidi Benih


Formula Nilai Subsidi Benih adalah sebagai berikut:

Keterangan : NSB = Nilai subsidi benih; Qbenih(i) = Jumlah benih ke-i yang disubsidi; HPPbenih(i) = Harga Pokok Penjualan Benih ke-i yang disubsidi; HPbenih(i) = Harga Penyerahan benih ke-i yang disubsidi; n = jumlah jenis benih yang disubsidi (4); i adalah jenis benih yang disubsidi (padi non-hibrida, jagung komposit, jagung hibrida dan kedelai).

Ketentuan Harga Benih Bersubsidi


Harga benih bersubsidi yang dikenal sebagai Harga Penyerahan (HP) benih per kg pada tahun 2011 Selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Harga Benih Bersubsidi Menurut Sumbernya Tahun 2011 (Rp/kg).
Komoditas 1. Padi Non-Hibrida Hibrida Non Hibrida 2. Jagung: Hibrida Komposit 3. Kedelai 29.262 7.947 10.489 29.145 7.607 9.945 33.469 10.051 33.469 11.255 50.595 5.562 5.306 5.548 6.425 Non PSO PSO Subsidi CBN BLBU

Sumber: Komunikasi langsung dengan Direktur Litbang PT Sang Hyang Seri, 6 Mei 2011.

Target Penyaluran Benih Bersubsidi


Target penyaluran benih bersubsidi selama 2006-2010 diperlihatkan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Target Penyaluran Benih Bersubsidi 2006-2010 (ton)

Tahun 2006 2007

Padi Non Hibrida 110.500 130.053

Jagung Hibrida 2.800 2.400

Jagung Komposit 1.600 1.347

Kedelai 5.455 6.000

2008
2009 2010

95.000
95.000 62.500

2.500
2.500 3.000

1.948
1.766 2.000

2.000
2.000 2.000

Sumber: Kementerian Pertanian

Realisasi Penyaluran Benih Bersubsidi


Pada tahun 2006-2010 penyaluran benih padi dan kedelai bersubsidi cenderung mengalami penurunan, sedangkan untuk subsidi benih jagung hibrida dan benih jagung komposit mengalami peningkatan. Realisasi penyaluran benih belum mencapai 100%. Pada tahun 2010, realisasi penyaluran benih padi sebesar 80,24% dan benih kedelai sebesar 70,95%. Sedangkan untuk penyaluran benih jagung hibrida persentasenya sebesar 21,13% dan benih jagung komposit persentasenya sebesar 39,45%. Target penyaluran benih padi bersubsidi pada tahun 2011 adalah sebesar 62.500 ton, benih jagung hibrida 3.450 ton, benih jagung komposit 1.250 ton dan 1.306 ton untuk benih kedelai.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa proses penyaluran benih bersubsidi kurang efektif karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah: 1. Target yang dikehendaki menurun dan sebagian besar para petani telah mengenal benih varietas unggul bermutu 2. Penyalurannya hanya melalui kios-kios benih yang ditunjuk oleh PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani 3. Adanya Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) yang diberikan Pemerintah kepada petani secara gratis untuk meningkatkan ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul bermutu sehingga hal ini akan mengurangi penggunaan benih bersubsidi.

Dengan semakin banyaknya produsen atau penangkar benih maka terjadi persaingan yang sehat antar produsen benih, dan harga yang tercipta adalah harga normal. Harga normal adalah harga yang ditetapkan oleh pabrik atau penangkar benih. Dalam hal ini harga benih dari penangkar lebih rendah daripada harga benih bersubdsidi

Efektifitas Kebijakan Subsidi


Efektivitas pemberian benih bersubsidi masih rendah (Pusat Kebijakan APBN, 2010). o PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani sebagai produsen penerima benih bersubsidi belum mampu meningkatkan angka penjualan benih bersubsidinya karena penggunaan benih bersertifikat masih lebih rendah dari kebutuhan benih per musim tanam per hektar lahan. o Pemberian subsidi benih juga tidak terlalu bermanfaat di tingkat petani karena harga jual benih padi oleh kedua produsen benih BUMN (PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani) masih terlalu tinggi. o Petani dapat menghasilkan benih padi yang hampir sama mutunya yaitu dari hasil panen sendiri sebelumnya atau membeli dari penangkar/petani lain. o Selain itu, orientasi petani tanaman pangan adalah lebih pada minimalisasi biaya produksi, bukan maksimalisasi keuntungan usahatani.

Masalah yang Terkait dengan Benih Bersubsidi


Adanya benih palsu Benih kadaluwarsa Mutu benih dalam kantong yang tidak sesuai dengan warna label. Hal ini terjadi karena pengawasan terhadap peredaran benih sebar bersubsidi (Extension Seeds/ES) masih terbatas. Petani membeli benih stok (Stock Seeds/SS) berlabel ungu, dengan alasan: (1) Mutu benih SS lebih bagus dibanding benih ES utamanya dari segi daya tumbuh, kesuburan daun, dan jumlah anakan; dan (2) Hasil panennya dapat digunakan untuk benih setelah dilakukan seleksi dan yang hasilpanennya juga masih bagus. Sementara itu, benih SS seharusnya tidak digunakan sebagai ES karena masih ada sifat benih yang belum stabil.

Kontribusi Benih Bersubsidi dalam Pemenuhan Kebutuhan Benih Unggul Nasional


Benih yang digunakan oleh petani, baik benih padi, jagung maupun kedelai, berasal dari PSO (pemerintah) dan non-PSO (sumber non pemerintah). PSO terdiri dari subsidi, BLBU dan CBN. Dari data tabel penggunaan benih padi, jagung dan kedelai dapat diketahui bahwa benih bersubsidi pada tahun 2010 hanya memberikan kontribusi sangat kecil dalam pemenuhan kebutuhan benih nasional, yaitu 23,58% untuk benih padi, bahkan untuk benih jagung dan benih kedelai masing-masing hanya 2,28% dan 5,08%. Kebutuhan benih untuk padi lebih banyak dipenuhi dari BLBU dan non-PSO, untuk jagung lebih banyak dari non-PSO, sedangkan untuk kedelai lebih banyak dari BLBU.

Tabel Penggunaan Benih Padi, Jagung dan Kedelai Menurut Sumber, 2010 (%)
Uraian PSO : Subsidi BLBU CBN Total PSO Non PSO Total 23.58 36.92 3.04 63.54 36.46 100 2.28 22.71 4.92 29.92 70.08 100 5.08 77.22 9.85 92.14 7.86 100 Padi Jagung Kedelai

Sumber: Ditjen Tanaman Pangan (2011), diolah.

You might also like