Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 113

DASAR-DASAR PROSES

PENGOLAHAN MINERAL
Husaini
Bahan diklat Peningkatan Nilai Tambah Bijih
Bauksit di Kep. Riau
17-19 Oktober 2012

Puslitbang Tekmira
Bandung

PENDAHULUAN
Pengertian mineral dan bijih

Bahan galian atau mineral yaitu semua bahan tambang yang diketemukan
di alam diluar minyak dan gas bumi.

Mineral dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (UU No 4, 2009):

mineral radioaktif (U, Ce, La dll)


mineral logam (bijih emas, tembaga, dan timah),
mineral bukan logam (kapur, zeolit, dan bentonit),
batuan (gemstone dll)

Mineral didefinisikan sebagai senyawa anorganik alam yang memiliki


komposisi kimia dan struktur atom tertentu, misalnya :
- galena (PbS)
- sfalerit (ZnS)
- kasiterit (SnO2)
Bentuk mineral di alam tergantung reaktifitasnya terhadap
lingkungan.
Semakin reaktif suatu mineral, maka akan banyak ditemui dalam
bentuk senyawa, contohnya : FeS, FeO, Fe2O3, Al2SiO3, Al2O3 dsb.
Bentuk mineral di alam bisa berupa :
logam (native)
senyawa (sulfida, karbonat, dan klorida)
mineral kompleks (campuran bijih sulfide: PbS, ZnS, CuS dll.)
bijih refraktori sulit diolah karena memiliki butiran
sangat halus dan terdistribusi secara merata
3

KLASIFIKASI PROSES PENGOLAHAN MINERAL


Size Reduction &
Liberation

Concentration

Auxiliary Operations

1. Crushing

1. Sorting

1.Sizing
a). Screening
b). Classification

2. Grinding

2. Magnetic separation
a). Dry magnetic separation
i). low intensity magnetic separators
ii).high intensity magnetic separators
b). Wet magnetic separation
i). low intensity magnetic separators
ii). high intensity magnetic separators
iii). high gradient magnetic separators

2. Solid-liquid separation
a). Desliming
b). Sedimentation
c). Centrifuging
d). Filtration
e). Drying

3. Electrostatic separation

3. Scrubbing

4. Gravity concentration processes


a). Sink & Float
i). Heavy liquid separation
ii). Heavy media separation
b). Water concentration processes
i). Jigs
ii). Table
iii). Spiral
iv). Cones
v). Classifiers
-hydraulic classifiers
-mechanical classifiers
-cyclones

4. Mixing

KLASIFIKASI PROSES PENGOLAHAN MINERAL


(Lanjutan)
Size Reduction & Concentration
Liberation

Auxiliary Operations

5. Froth flotation

5. Sampling & analysis

6. Selective flocculation

6. Material handling

7. Amalgamation

7. Monitoring & control

8. Pyrometallurgy
a). Roasting
b). Chlorination
c). Calcination

8. Agglomeration
a). Sintering
b). Pelletizing
c). Nodulizing
d). Clinkering
e). Induration

9. Hydrometallurgy
a). Leaching
b). Precipitation
c). Ion exchange
d). Liquid-liquid separation

KARAKTERISASI MINERAL
Analisis kimia : untuk mengetahui komposisi kimia. yang
terkandung di dalam contoh bijih
Bobot isi (berupa bulk) berat bijih persatuan volume ruah (bulk)
Analisis Ayak :untuk mengetahui persen berat dari tiap fraksi
ukuran
Bisa cara basah (menggunakan ayakan standar Tyler)
Bisa cara kering (menggunakan ayakan standar Tyler)
Conto bijih untuk analisis ayak adalah hasil giling dengan
Ball Mill selama 30 menit
Analisis derajat liberasi dilakukan untuk mengetahui liberasi
butiran mineral berharga pada fraksi tertentu.
6

Analisis Mineralogi
Untuk mengidentifikasi mineral-mineral yang ada dalam conto bijih
pada tiap fraksi ukuran
Untuk mengetahui persen berat dari tiap-tiap fraksi ukuran
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan mikroskop terhadap
conto yang sudah dipoles (Polished Section) untuk melihat mineralmineral yang terdapat di dalam bijih galena

Uji Giling
Uji giling dilakukan dengan tujuan :
untuk mengetahui kemampuan giling (Grindability),
untuk menentukan waktu giling
penyebaran ukuran butir setelah mengalami pengecilan
ukuran
sebagai pegangan dalam uji pengolahan secara
konsentrasi gravity

Derajad liberasi suatu mineral


Mineral dari alam umumnya mengandung lebih dari satu jenis mineral,
baik mineral logam maupun mineral industri.
Kandungan mineral berharga (misal logam emas, perak, tembaga dll.)
umumnya berada di dalam mineral lainnya (batuan induknya) karena
ukuran butirannya yang relatif kecil.
Agar mineral berharga dapat ditingkatkan kadarnya, maka butiran
mineral berharga tersebut harus dipisahkan (diliberasi) dari mineral
induknya (gangue mineral).
Banyaknya mineral berharga yang terpisah (terliberasi) sangat
menentukan tingkat keberhasilan dalam pengkayaan mineral.
Dengan tingkat liberasi yang tinggi, mineral berharga akan memiliki
perbedaan sifat fisika yang signifikan dengan mineral pengotornya (misal
berat jenisnya), sehingga pemisahan secara graviti maupun pelarutan
mudah dilakukan.

Peningkatan kadar (upgrading) mineral


Merupakan upaya peningkatan mutu mineral (logam atau
non logam) agar dapat diproses lebih lanjut/digunakan
langsung.
Ada beberapa cara upgrading mineral :
cara kimia pelarutan
cara fisika konsentrasi graviti
cara biologi bio-leaching
kombinasi cara kimia, fisika, dan biologi.

10

Upgrading cara fisika meliputi:


1.Pemisahan yang didasarkan pada sifat optik dan radioaktifitas
atau biasa disebut sorting, termasuk pemisahan secara manual (hand
selection) untuk bijih berkadar tinggi;
2.Pemisahan yang didasarkan pada perbedaan berat jenis (adanya
mineral logam dalam mineral industri);
3.Pemisahan yang didasarkan pada perbedaan sifat permukaan
(mineral yang bersifat hidrofob diapungkan sehingga terpisah dari
mineral bersifat hidrofil);
4.Pemisahan yang didasarkan pada perbedaan sifat magnit (mineral
non-magnit akan terlempar oleh magnit, sebaliknya yang bersifat
magnit akan menempel); dan
5.Pemisahan yang didasarkan pada perbedaan sifat konduktifitas
listrik (mineral yang bersifat konduktor akan terlempar, sebaliknya
yang non-konduktor akan tertarik).

11

Upgrading cara kimia :


Proses hidrometalurgi (pelarutan, presipitasi,
adsorpsi, dan pertukaran ion)
Pirometalurgi (roasting, smelting)
Elektrometalurgi (electrowinning, electrorefining)
Dalam upgrading mineral harus didahului dg raw
material study (studi bahan asal) untuk mengetahui
karakteristiknya:
Analisis kimia (komposisi kimia)
Analisis fisika (ukuran butir, berat jenis,
komposisi mineral
Dll

12

Kegiatan Pendukung Dalam Upgrading Mineral


No

Deskripsi

Parameter

Preparasi

Menyiapkan sampel: pengeringan, peremukan,


penggerusan, sampling

Uji ayak

Menentukan berat masing-masing fraksi ukuran

Uji giling

Menentukan kekerasan bijih dan waktu giling

Mineralogi

Menentukan komposisi mineral, derajad liberasi,


ukuran partikel

Mikroskopi/SEM Menentukan bentuk kristal, ukuran kristal,


derajad liberasi

XRD & XRF

Menentukan komposisi mineral dan komposisi


kimia

Analisis fisika

Menentukan: berat jenis, bulk density, porositas,


daya serap, bleaching power, luas permukaan
spesifik dll

Analisis kimia

Menentukan komposisi kimia


13

Pemisahan dengan Gravitasi


-Pemisahan dengan air (konsentrasi graviti)
-Pemisahan dengan media berat
(dense media separation)

14

Kriteria-Konsentrasi
Harga kriteria-konsentrasi merupakan ukuran mudah tidaknya suatu
mineral dapat dipisahkan dari mineral lain secara gravity
Rumus Kriteria-Konsentrasi adalah :
SL 1
SH 1
Dimana : SL = Bj. mineral berat
SH = Bj. mineral ringan
Kriteria-Konsentrasi dapat ditentukan dengan batasan-batasan sbb :
KK > 2,50 : pemisahan mudah dilakukan untuk semua ukuran (sampai
ukuran sangat halus (-100 mikron atau lebih rendah)
KK = 1,75-2,5 : pemisahan masih ekonomis untuk ukuran 150 mikron (65-100
mesh).
KK = 1,50-1,75 : pemisahan agak sulit dilakukan, pemisahan masih

bisa dilakukan untuk ukuran 1700 mikron (10 mesh ke atas)


KK = 1,25-1,50 : pemisahan sulit dilakukan, hanya untuk pasir dan
kerikil
KK<1,25 : tidak mungkin
15

Alat-alat Untuk Konsentrasi Graviti :

Pan
Sluice Box
Jig
Meja Goyang
Humprey spiral

16

Gambar 1. Berbagai Macam Bentuk


Pan dan Operasi Pengolahannya
17

Gambar 2. Butiran emas hasil


pengolahan dan beberapa macam
produk dari emas

18

Gambar 3. Berbagai Macam Bentuk


Sluice Box

19

Gambar 4.

Sluice Box

20

Gambar 5.
rifflenya

Sluice Box dengan

21

Pemisahan dengan Jig


Operasi jig terdiri dari 2 aksi yaitu :
partikel berat lebih cepat mengendap dr partikel
ringan (pengaruh hindered setting)
proses pemisahan aliran air ke atas yg
memisahkan partikel karena densitinya
Kedua aksi ini bergabung dalam jig oleh gerakan sluri
yg dihasilkan secara mekanik atau oleh udara

22

Gambar 6. Jig

23

Pemisahan dengan Spiral Concentrators


Spiral concentrator menggunakan graviti untuk
memisahkan partikel yg berbeda densitasnya
Spiral concentrator terdiri dari satu atau lebih spiral yg
ditahan oleh kolom pusat
Ketika sluri bergerak turun dr spiral, mineral dg densitas
tinggi dan densitas rendah mengalami stratifikasi
(stratified) dan terpisah oleh pemisah pada ujung spiral

24

Tailing

Middling Concentrate

Gambar 7. Spiral Concentrator

25

Pemisahan dengan Meja Goyang


Aliran air membawa material di atas meja yg memiliki
sekat (riffles) yg tegak lurus arah umpan
Partikel-partikel tertahan dibelakang setiap riffle dan
stratifikasi terjadi dimana partikel lebih berat tenggelam
pada bagian bawah
Partikel lebih ringan terbawa aliran air di atas riffle
masuk daerah tailing
Aksi goyang meja membawa partikel berat sepanjang
bagian belakag riffle ke daerah konsentrat
26

Gambar 8. Berbagai Macam Bentuk Meja


Ngoyang

Gambar 9. Meja Goyang


28

Gambar 10. Pola Aliran Partikel pada Meja


Goyang
29

Gambar 11. Humprey


Spiral

30

Separation in Dense Media


Pemisahan secara graviti terjadi karena laju pengendapan
partikel dalam air yg berbeda membuat terjadinya
pemisahan
Ukuran partikel, bentuk, dan densitas berpengaruh
terhadap efisiensi pemisahan
Pemisahan media berat berlangsung dalam media fluida
dengan densitas berada di antara fraksi berat dan fraksi
ringan yang dipisahkan.
Pemisahan ini hanya tergantung pada berat jenis saja
31

Gambar 12. Dense Media Separator


32

DMS fluid media


Media
Sand in water
Fine (- 50 micron or 270 mesh)Magnetite in water
Atomised Ferrosilicon in water
Heavy Liquids for lab testing

Density
1.2 - 1.6
1.6 2.5
2.4 3.5
1.5 3.5

33

Untuk menghitung persen perolehan (recovery) emas mengikuti rumus- rumus


neraca massa sebagai berikut :
F
= C + T .(1)
fF
= cC + tT . (2)
R
= cC/fF x 100% ...(3)
Dimana :

R = Recovery (%)
F = Berat feed (ton)
C = Berat konsentrat (ton)
T = Berat Tailing (ton)
f, c, t = masing-masing kadar feed (gr/t), kadar
konsentrat (gr/t) dan kadar tailing (grt)

Dalam pengolahan secara kontinu, bila berat logam emas dalam bijih
dibandingkan dengan bijih sangat kecil, maka dapat ditulis sbb :
BERAT UMPAN = BERAT TAILING
F
= T (4)
fF
= cC + tT
cC
= (f t) F
R
= (f t) F x 100%
f.F
R
= f t x 100% (5)
f
34

Neraca Metalurgi (1)

Kegunaan
Menghitung laju alir masa dalam sistem pada kondisi tetap (steadystate)
Mengevaluasi hasil uji metalurgi (evaluation of metallurgical testwork)
Membandingkan dua jenis pengolahan atau rangkaian proses yang
berbeda (comparison of two different mills or circuits)
Mengontrol jalannya proses di pabrik (process control of an operation
plant)

Data yang diperlukan


Sampel untuk penentuan kadar
Berat/laju alir materila
Kadar unsur/elemen yang diperlukan

35

Neraca Metalurgi (2)


Metodanya tergantung pada persamaan dan data
dalam bentuk tabel
Equations

Ada 2 persamaan
F=C+T
Ff = Cc + Tt

Dimana : F = berat umpan (feed), ton (100%)


C = berat konsentrat, ton (% berat)
T = berat tailing, ton (% berat)
f, c, t = kadar elemen dalam masing-masing aliran
(%, g/t, ppm, etc.)

36

Neraca Metalurgi (3)


Metodanya tergantung pada persamaan dan data
dalam bentuk tabel
Persamaan

Ada 3 persamaan :
F = C1 + C2 + T
Ff1 = C1c11 + C2c21 + Tt1
Ff2 = C1c12 + C2c22 + Tt2

C1

C2

dimana: F = berat umpan (feed), ton (100%)


C1 dan C2 = Berat konsentrat-1 dan 2, ton (% berat)
T = tailing, ton (% berat)
f1, c11 , c21 , t1 = kadar element 1 (%, g/t, ppm, etc.)

37

Neraca Metalurgi (4)


Dihasilkan 2 persamaan untuk perhitungan
C = 100 * (f-t)/(c-t)
%Recovery = 100 * c(f-t) /f(c-t)

Tabel Neraca Metalurgi

f
Product

Weight%

Assay (%)

Tailing

C
T

c
t

Feed

100

Concentrate

Units
Cc
Tt
100f

%Recovery

Cc/f
Tt/f
100
38

PEMISAHAN DENGAN MAGNIT


(MAGNETIC SEPARATION)
Pemisahan mineral terjadi karena adanya perbedaan sifat
kemagnitan.
Digunakan untuk memisahkan:
mineral-mineral berharga (bersifat magnit) dari gangue
mineral (bersifat bukan magnit), misal : magnetik
dipisahkan dari kuarsa
pengotor bersifat magnetik/mineral berharga lainnya dari
mineral bukan magnetik, misal: mineral kasiterit
dipisahkan dari wolframit
mineral jenis ferromagnetik :yaitu magnetite (paling
banyak).

39

Ada 3 sifat magnit


1. Paramagnetic: tertarik secara lemah oleh magnit,
contohnya adalah :
Mineral : ilmenit(FeTiO3), hematit (Fe2O3),
rutile(TiO2), wolframite (Fe,Mn)WO4, monazite (rare
eart posphate), siderite (FeCO3), manganese minerals
dan garnet.
Beberapa elemen: Ni, Co, Mn, Cr, Ce, Ti, O, dan
logam-logam kelompok Pt.
Sifat paramagnetik dari suatu meneral dikarenakan
adanya besi dalam bentuk feromagnetik.
40

2. Ferromagnetic: tertarik secara kuat oleh magnit, misal :


magnetite, pirhotit.
Ferromagnetic merupakan sifat khusus dari
paramagnetic, yang melibatkan gaya yang sangat tinggi.
Material feromagnetic dapat dipengaruhi oleh gaya
magnetik yang sangat besar dan tetap memiliki sifat
magnetik (remanence) bila terpisah dari medan magnit.
Ferromagnetic dapat dikonsentrasi dengan magentic
separator pada intensitas yang rendah, misalnya magnetic
(Fe3O4).
Hematit (Fe2O3) dan Siderite(FeCO3), dapat dipanaskan
(roasting) menghasilkan magnetite, sehingga
menghasilkan pemisahan yang baik.

41

3. Nonmagnetic atau Diamagnetic: tertolak oleh magnit, misal:


kuarsa, kalsit.
Cara pemisahan ada 2:
Kering : untuk partikel berukuran kasar
Basah : untuk partikel berukuran halus
Ada dua tipe alat pemisah:
Jenis drum : berbentuk silinder yang berputar
mengelilingi magnit yang diam; bagian bawah silinder
tercelup dalam air.
Jenis belt : umpan yang tersuspensi dengan air
dimasukkan lewat bagian ujung bawah belt yang berputar;
magnit dipasang sedemikian rupa sehingga kutubkutubnya menghadap lengkungan bawah belt.
42

Gambar 13. Two types of dry separator for higly


magnetic material
43

Gambar 14.
44

ELEKTROSTATIK (ELECTROSTATIC SEPARATION)


Pemisahan mineral terjadi karena adanya perbedaan sifat konduktifitas
listrik dari mineral-mineral yang ada dalam bijih.
Ada dua klasifiksi pengkonsentrasian secara listrik :
Electrostatic separation : dasar dari pengaruh elektrostatik adalah
muatan (charge):
Bermuatan positif bila secara keseluruhan kekurangan elektron
Bermuatan negatif bila kelebihan elektron
High tension separation
Pemakaiannya terbatas, terutama banyak dipakai untuk pemisahan
mineral yang terdapat pada endapan pasir pantai atau endapan
aluvial (streamplacers) .
Umpan yang akan diolah harus kering,
Kapasitas pemisahanuntuk material-material berukuran halus
sangat rendah
Untuk operasi yang efisien,umpan harus berbentuk satu
lapisan,ketebalan satu partikel, yang sangat mengurangi kapasitas
bila ukuran partikel sebesar 75 mikron.
45

Klasifikasi material dari sisi elektrostastik :


Conductors : bila elektronnya sangat mobil (highly mobile)
Insulators (dielectrics) : bila mobolitas elektron sangat rendah
Semi conductors: mobilitas elektron lebih tinggi daripada dielctrics
Mobilitas elektron bertambah untuk semua bahan dengan meningkatnya
kuat medan listrik, sehingga dengan potensial medan yang tinggi,
dielectrics menjadi conductors.
Dalam pemisahan elektrostastik, partikel-partikel mineral dalam umpan
dimuati secara induksi, konduksi atau friksi dari suatu permukaan
bermuatan.
Partikel-partikel yang bersifat konduktor dan permukaan yang bermuatan
saling tolak menolak, sedangkan secara bersamaan pertikel-partikel non
konduktor tidak terpengaruh.

46

Faktor-faktor yang berpengaruh:


Temperatur
Humiditas (Humidity)
Kecepatan putar rotor (Rotor speed)
Intensitas medan listrik (Intensity of electric field)
Uuran partikel (Particle size)
Distribusi ukuran partikel (Particle size distribution)
Partikel yang terlapisi butiran sangat halus (Particle coating
by fines)

47

Gambar 15

48

Gambar 16

49

Gambar 17. Different flowsheets in which electrostratic


separation is included

50

Gambar 18.
51

FLOTASI (dipatenkan pada tahun 1906)


Flotasi merupakan proses yang selektif untuk memisahkan bijih-bijih
kompleks, seperti: lead-zinc, copper-zinc dll.
Bisa digunakan untuk mengolah mineral-mineral: bijih sulfida (CuS, PbS,
dan ZnS), bijih oksida (hematit dan kasiterit), mineral teroksidasi (malasit dan
serusit), dan bijih non-logam (fluorite, phosphates, dan fine coal).
Flotasi merupakan teknik pengolahan mineral paling penting dan banyak
dipakai.
Bijih-bijih kompleks berkadar rendah yang dianggap kurang ekonomis
dapat diolah dengan cara flotasi.
Kadar tailing proses flotasi lebih rendah dari tailing proses gravitasi.

52

Pemisahan dengan Flotation


Flotasi adalah proses pemisahan mineral yang berlangsung dalam sluri
mineral-air
Permukaan mineral yg dipilih dibuat hidropobik (tidak suka air)
dengan menambahkan pereaksi yg selektif
Partikel hidropobik dapat menempel pada gelembung udara yg
dialirkan ke dalam sluri dan terbawa oleh lapisan busa di atas sluri
sehingga bterpisah dari partikel hidropilik
Selain ditambahkan pereaksi, proses flotasi tergantung pada dua
parameter utama: waktu tinggal yg dibutuhkan untuk terjadinya proses
pemisahan dan jumlah sel flotasi yg dibutuhkan
Pengadukan dan aerasi yg dibutuhkan untuk kondisi flotasi yg
optimum, menentukan tipe mekanisme flotasi dan input daya yg
dibutuhkan
53

Gambar 19. Sel Flotasi

54

Hydrofobing
reagents

Air bubble
Air bubble
Particle

Particlesurface

Gambar 20. Mekanisme Flotasi

55

Bijih Galena
Crushing
- 10 mesh
Grinding

Air

- 140 mesh (80 %)


Flotasi
Konsentrat

Tailing

Gambar 21. Bagan alir proses flotasi


56

Data-data penting yang diperlukan dari hasil tes flotasi:


Ukuran bijh yang optimum (batas atas 300 m; batas bawah 5 m)
Jumlah pereaksi kimia yang dibutuhkan dan lokasi/titik penambahan
pereaksi
Densiti sluri untuk menentukan ukuran dan jumlah sel flotasi
Waktu flotasi
Suhu sluri (umumnya suhu kamar)
Kehomogenan bijih
Sifat korosi dan erosi sluri diperlukan untuk penentuan material alat
Tipe rangkaian (circuit)

57

EKSTRAKSI HIDROMETALURGI
(Proses Hilir-Downstream Processing)

58

Tahapan Pengambilan Mineral


Berharga
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
size)
Tahap 6

Peledakan (Blasting)
Peremukan I (Primary Crushing)
Peremukan II (Secondary Crushing)
Penggerusan (Grinding)
Pemisahan ukuran (Separation by

- Pemisahan mineral berharga


(Separation by values)
Tahap 7 - Ekstraksi logam berharga
(Extraction of values)

59

Pengolahan di Lokasi Tambang (Mine/mill complex)


Menghasilkan bijih/konsentrat/logam yang belum dimurnikan
Produk diangkut dengan pesawat, kereta, truk atau kapal ke pabrik
peleburan atau pemurnian (smelter or refinery)
Jika pelarutan dilakukan di lokasi tambang/pengolahan, dihasilkan logam
belum murni atau produk akhir

Peleburan (Smelting)
Proses pirometalurgi tahap banyak (multi-stage)
Pemanasan (roasting) untuk memisahkan/mengontrol kandungan belerang
Pelelehan (melting) untuk memisahkan oksida-oksida dari sulfida (flux dan
slag)
Oksidasi (oxidation) untuk memisahkan belerang dan besi
Memerlukan pengontrolan gas SO 2 dan sistem pembuangan slag

60

Pelarutan (Leaching)
Proses hidrometalurgi (hydrometallurgical processing)
vat leach, agitation leach, heap leach, in-situ leach
Pressure Oxidation or Biological Leaching
Pemisahan padat/cair atau proses adsorpsi
(solid/liquid separation or ion adsorption process)
Pemurnian larutan (ekstraksi solven/pertukaran ion)
(solution purification (solvent extraction/ion exchange)
Memerlukan metoda pembuangan tresidu (pemisahan air/penampungan)
(need residue disposal method (dewatering/storage))

Pemurnian (Refining)
Proses elektrometalurgi (electrometallurgical processing)
Elektrolisis (electrowinning) untuk mengambil logam dari larutan
Pemurnian (electrorefining) untuk memurnikan logam yang belum murni
Pengolahan (treatment) endapan halus untuk diambil komponen berharganya ( PMs
recovery)

61

EKSTRAKSI LOGAM DARI MINERAL BERHARGA

Ada 3 macam cara ekstraksi :

hidrometalurgi

elektrometalurgi
pirometalurgi

62

Ekstraksi Hidrometalurgi

Terbagi 2 tahap :
Mineral berharga
bijih hasil proses/
produk metalurgi
lain

Pelarutan

Pengambilan logam
berharga dari larutan

ekstraksi solven
pertukaran ion
adsorpsi
presipitasi
Dll.

Gambar 22. Bagan Alir Ekstraksi Hidrometaurgi


63

Gambar. 23. Proses Hidrometalurgi secara Umum

64

Kinetika Reaksi Proses Pelarutan


Dalam proses pelarutan kinetika reaksi sangat menentukan keberhasilan
proses.
Sistem reaksi kimia secara fisik dapat digolongkan ke dalam dua sistem, yaitu
sistem reaksi homogen dan sistem reaksi heterogen.
Sistem reaksi homogen : hanya melibatkan satu macam fasa dalam
reaksi-reaksi kimia yang terjadi
Sistem reaksi heterogen : melibatkan dua atau tiga macam fasa yang
bereaksi.
Reaksi-reaksi heterogen dicirikan oleh adanya antarmuka antara fasa reaktan.
Sifat antarmuka dan luas permukaan sangat berpengaruh dan menentukan
kinetika reaksinya.
Contoh : pelarutan bijih tembaga merupakan reaksi yang berlangsung
dalam sistem heterogen, dimana fasa padat (Cu) bereaksi dengan fasa cair
asam sulfat dan adanya gas oksigen yang terlarut (Bircumshaw dan Riddiford,
1952).

65

65

Tahapan mekanisme reaksi padat


cair adalah:

= NBL
a
padatan

pelarut

Difusi molekul/ion reaktan


melalui lapis batas nernst menuju
permukaan padatan
Absorpsi pada permukaan
padatan

d
e
antarmuka padat - cair

Reaksi pada permukaan padatan


Desorpsi hasil reaksi yang
meninggalkan permukaan padatan
Difusi hasil reaksi melalui lapis
batas nernst menuju pelarut

Gambar 24. Mekanisme Reaksi Padat Cair


(Habashi, 1993).
66

66

PROSES PELARUTAN
Prinsip umum
Definisi: Leaching adalah proses ekstraksi bahan mudah larut
(soluble constituent) dari suatu padatan dengan menggunakan
pelarut.
Dalam metalurgi ekstraktif, proses pelarutan mineral tertentu
(mineral-mineral) dari suatu bijih atau konsentrat, atau pelarutan
bahan-bahan tertentu dari produk metalurgi seperti: calcines,
mattes, scrap alloys, anodic slimes, dll.
Bijih yang akan dilarutkan harus digerus agar mineral berharga
terliberasi.
Faktor ekonomi biasanya menentukan ukuran partikel dalam
bijih sebelum diproses.
67

67

Bahan pelarut
Pemilihan pelarut tergantung pada banyak faktor, yaitu:
Sifat kimia dan fisika bahan yang akan dilarutkan
Harga bahan pelarut
Kekuatan bahan pelarut yang bersifat korosi dalam kaitannya
dengan pemilihan material konstruksi
Selektifitas pelarutan terhadap senyawa yang diharapkan
Kemampuan untuk diregenerasi, misalnya: dalam pelarutan ZnO
dengan H2SO4, asam diregenerasi selama proses elektrolisis

68

68

Selektifitas pelarut terhadap mineral tertentu dalam bijih tergantung pada:


Konsentrasi bahan pelarut
Makin besar konsentrasi pelarut, dalam hal tertentu, hanya sedikit meningkatkan persen
perolehan mineral berharga, tetapi ekstraksi terhadap mineral lainnya meningkat.
Misal pelarutan bijih tembaga oksida dengan asam, pengaturan keasaman mempunyai
pengaruh yang besar terhadap pelarutan mineral-mineral yang tidak dikehendaki.

Suhu
Kadang-kadang kenaikan suhu mempunyai pengaruh yang kecil pada peningkatan
efisiensi pelarutan terhadap mineral berharga, tetapi bahkan meningkatkan jumlah
pengotor yang terlarut.

Waktu kontak
Waktu kontak yang lebih lama antara pelarut dengan bijih dapat meningkatkan
persentase pengotor dalam larutan.
Contohnya mineral tembaga oksida bila dikontakkan dengan asam sulfat encer akan
terlarut pertama dari bijih. Mineral besi dan alumunium (sebagai felspar dan serisit) akan
terlarut terus menerus, secara perlahan-lahan akan pecah dalam kondisi asam.
Jadi waktu kontak yang minimum menghasilkan perolehan tembaga yang maksimum
dan sedikit mengandung pengotor.
69

69

Bahan pelarut yang umum digunakan:


1. Air
Air sendiri digunakan untuk melarutkan kalsin yang dihasilkan dari
proses sulfating atau chloridizing roasting, seperti: pelarutan seng
sulfat,dan Re2O7 dari debu terbang (flue dust) dalam MoS2 roasting:
Re2O7 + H2O 2 HReO4 (asam perhenik)
Air yang mengandung udara atau oksigen di bawah tekanan dan suhu
sekitar 150oC melarutkan sulfida, merubahnya menjadi sulfat,
contohnya:

NiS + 2 O2 (aq) NiSO4 (aq)

70

70

2. Larutan garam
a). Feri sulfat: digunakan untuk melarutkan mineral sulfida:
CuS + Fe2(SO4)3 CuSO4 + 2 FeSO4 + S
Garan fero yang dihasilkan dapat dioksidasi dengan udara untuk direcycle.
b). Sodium karbonat: digunakan untuk melarutkan bijih uranium:
UO2 + 3 Na2CO3 + H2O + O2 Na4[UO2 (CO3)3] + 2 NaOH
c). Sodium klorida: digunakan untuk melarutkan PbSO4:
PbSO4 + 2 NaCl Na2SO4 + PbCl2
PbCl2 + 2 NaCl Na2 [PbCl4]
d). Sodium sianid: digunakan untuk melarutkan emas dan perak dari bijihnya:
2 Au+4NaCN + O2 + 2H2O 2 Na[Au(CN)2] + 2 NaOH + H2O2
e). Sodium sulfida: digunakan untuk melarutkan mineral sulfida, membentuk
polisulfida yang larut:
Sb2S3 + 3 Na2S 2 Na3[SbS3]
f). Sodium tiosulfat: digunakan untuk melarutkan AgCl yang dihasilkan dari salt
roasting dari bijih:
2 AgCl + Na2S2O3 Ag2S2O3 + 2 NaCl
Ag2S2O3 + 2 Na2S2O3 Na4[Ag2 (S2O3)3]

71

3. Air klorin
Air klorin dapat digunakan untuk melarutkan bijih emas, tetapi
ditinggalkan setelah proses sianidasi ditemukan. Air klorin diusulkan untuk
melarutkan bijih sulfida:
ZnS + Cl2(aq) ZnCl2(aq) + S
4. Asam
Asam sulfat merupakan bahan pelarut yang paling penting, karena
paling murah, masalah korosi yang ditimbulkan tidak terlalu berat, dan
efektif untuk melarutkan kebanyakan bijih.
Asam sulfat digunakan baik dalam konsentrasi rendah, pekat, atau
kadang-kadang dicampur dengan asam florida (hydrofluoric acid).
Dalam banyak hal, asam sisa proses elektrolisa diatur konsentrasinya
dan digunakan untuk bahan pelarut.
72

72

Bijih sulfida langsung larut dalam asam sulfat encer:


CuCO3.Cu(OH)2 + 2 H2SO4 2 CuSO4 + CO2 + 3 H2O
ZnO + H2SO4 ZnSO4 + H2O
Pengotor seperti besi oksida dalam bijih dilarutkan:
Fe2O3 + 3 H2SO4 Fe2(SO4)3 + 3 H2O
Tetapi dapat dieliminasi karena hidrolisis, jika keasaman berkurang:
Fe2(SO4)3 + 6 H2O 2 Fe(OH)3 + 3 H2SO4
Mineral titanium hanya akan terlarut dalam asam dengan konsentrasi tinggi, dan jika terlarut,
produknya akan terhidrolisa bila keasaman berkurang.
Material-material refraktori seperti: mineral zirkonium, niobium, dan tantalum serta siliceous gangue
tidak dapat larut.
Karbonat mengkonsumsi sejumlah asam yang tidak perlu dan menyebabkan munculnya busa selama
proses pelarutan.
Jenis asam lain, seperti asam klorida dan asam nitrat, penggunaannya sangat terbatas.
73

73
Aqua regia digunakan untuk melarutkan bijih platina, dan pemurnian emas dan perak secara parting.

5. Basa
Sodium hidroksida digunakan terutama untuk melarutkan alumina dari
bauksit, bijih wolframite dan sheelite.
Amonium hidroksida digunakan untuk ekstraksi logam-logam
Contoh :bijih tembaga dan nikel membentuk amin yang mudah larut.
Pelarutan dengan menggunakan basa mempunyai beberapa keuntungan:
a) masalah korosi tidak ada;
b) sangat cocok untuk bijih yang mengandung gangue karbonat;
c) lebih selektif karena besi oksida tidak terlarut.

74

74

METODA DAN PERALATAN


Kadar bijih dan kemudahan mineral dapat terlarut dengan bahan
pelarut tertentu merupakan faktor pengontrol dalam memilih metoda
pelarutan.
Metoda-metoda pelarutan yang umum digunakan adalah sbb:
1. Pelarutan ditempat (leaching in place)
Metoda ini terutama digunakan untuk bijih tembaga dengan kadar
yang sangat rendah, yang bila ditambang dan diangkut akan
mengeluarkan biaya yang tinggi (tidak menguntungkan).
Proses pelarutan berlangsung dalam perioda waktu yang lama
(berminggu-minggu atau tahunan)
Produk akhirnya berupa tembaga sulfat yang dapat dikumpulkan
melalui saluran yang sudah disediakan.
75

75

2. Pelarutan tumpukan atau timbunan bijih (heap atau dump leaching)


Luas area sekitar 300 x 400 ft, dibuat miring, bagian bawah dilapisi
aspal.
Bijih kadar rendah ditumpuk pada ketinggian antara 20-30 ft.
Air atau asam sulfat encer disemprotkan di atas permukaan tumpukan
bijih, larutan yang dihasilkan dikumpulkan pada bagian bawah tumpukan
bijih tersebut.
3. Pelarutan cara perkolasi (percolation atau vat leaching)
Bijih yang akan dilarutkan dimasukkan ke dalam tangki yang pada
bagian bawahnya dilengakspi dengan media filter.
Pelarut ditambahkan dari bagian atas tangki dan dibiarkan melewati bijih.
Tangki umumnya berkapasitas 12000 ton bijih.
Proses ini cocok untuk material yang porous dan pasiran (sandy) dan

76

76

4. Pelarutan dalam bentuk sluri dengan pengadukan


(pulp leaching with agitation)
Sluri dari bijih, konsentrat, kalsin, dll. biasanya disiapkan untuk pelarutan dengan cara
menggerus material dalam air (untuk menekan debu) menghasilkan ukuran partikel
yang optimum.
Persen solid bervariasi antara 40-70 %.
Bahan pelarut ditambahkan dan sluri diaduk secara terus menerus.
Pengaduknya bermacam-macam, yaitu:
Dengan pengaduk mekanik (mechanically driven paddles)
Dengan udara bertekanan (compressed air)
Dengan kombinasi udara dan pengadukan mekanik (combined air and
mechanical agitation)
5. Pemasakan panas (hot digestion)
Di sini dibutuhkan konsentrasi larutan yang tinggi (asam atau basa) dan suhu tinggi
(pada atau mendekati titik didih larutan) dikombinasikan dengan pengadukan yang
efisien.
Alat pemasak (digester) berupa tangki terbuka, dipanaskan dari luar dan beroperasi
secara batch.

77

77

6. Acid curing
Bijih yang sudah digerus sampai kehalusan tertentu dibasahi dengan air
sampai kadar airnya 10 %.
Kemudian asam sulfat pekat dan material dibiarkan berada dalam bin/
pile atau dipanggang dengan pemanasan.
Material tersebut kemudian dibuat sluri dengan menambahkan air.
Larutan kaya dipisahkan dengan cara filtrasi atau dekantasi.
Metoda ini kadang-kadang digunakan untuk bijih uranium yang tidak
dapat diolah secara menguntungkan dengan metoda standar.
Slime anoda dari elektrolisis tembaga juga diolah dengan cara yang sama
untuk menguraikan selenida dan telurida dari tembaga dan perak.

78

78

7. Pelarutan dengan tekanan (leaching under pressure)


Tanpa udara
Dalam hal ini bijih dipanaskan dengan bahan pelarut pada suhu diatas
titik didih larutan untuk mencapai laju reaksi yang tinggi.
Oleh karena itu, proses harus dilakukan dalam alat sistem tertutup yang
tahan terhadap tekanan uap air dari larutan pada suhu tersebut.
Contoh: pelarutan bauksit dengan larutan soda kostik.
Dengan udara
Di sini tekanan dalam autoclove disebabkan oleh tekanan larutan plus
tekanan oksigen/udara.
Dalam hal ini laju pelarutan tergantung pada tekanan parsial oksigen dan
tidak dari tekanan total. Metoda ini digunakan terutama untuk pelarutan
bijih sulfida atau bijih uranium oksida.
79

79

PENGAMBILAN LOGAM DARI LARUTAN

80

80

1. SEMENTASI
Larutan Cu dapat dipresipitasi menjadi logam dengan cara
mengkontakkan larutan tersebut dengan besi padat.
Cara ini sudah berlangsung sejak 500 tahun yang lalu, dan sampai
sekarang masih digunakan. Reaksi kimia total dapat dituliskan sbb:
Cu2+ + Fe = Cu + Fe2+ . (1)
Reaksi tersebut memperlihatkan, bahwa bila paku dari besi
dicelupkan ke dalam larutan tembaga sulfat, maka permukaan paku
akan terlapisi oleh tembaga.
Mekanisme reaksi penggantian langsung dapat terlihat dari
pertimbangan-pertimbangan elektrokimia.
Reaksi setengah sel reduksi ion Cu menjadi logam dapat ditulis sbb:
Cu2+ + 2e = Cu .......(2)
81

81

Jadi Zn dapat digunakan untuk presipitasi Ag atau Au dari larutan sianid


atau bromida.
Zn + 2Au(CN)2 = Zn(CN)2 + 2Au
Ekses Zn dipisahkan dengan oksidasi, bila logam berharga dilelehkan
membentuk ingot.
Reaksi tidak selektif dan hampir semua elemen logam lain yang ada
dalam larutan juga mengalami presipitasi oleh Zn.
Sifat ini berguna untuk pemurnian larutan dari elemen yang sangat
elektronegatif.
Contoh: penambahan bubuk seng ke dalam larutan seng sulfat
menyebabkan pengotor seperti: Co, Cd, Cu, Ni, Sb, dan Th
mengalami presipitasi meninggalkan larutan murni SEHINGGA
seng dapat diambil dengan cara lain.
Padatan seng diganti secara periodik.

82

82

2. PERTUKARAN ION
Beberapa mineral alam memiliki muatan elektron residual:
Contoh: lempung aluminosilikat, zeolit, selulosa, dan batubara,.
Bila bahan tersebut dicelup dalam larutan, ion dari muatan yang berlawanan
dengan padatan, akan tertarik dan menempel pada permukaan padatan.
Ion-ion yang tertarik kemudian dapat dilepaskan (dielutriasi) dengan mencuci
padatan menggunakan larutan yang mengandung ion-ion dengan tanda yang sama
seperti padatan asal.
Prinsip ini telah digunakan pada pelunakan air.
Resin sintetik dari cross-linked polymer seperti polistiren, umum digunakan untuk
ekstraksi logam, dan asam digunakan untuk melekatkan kelompok gugus fungsional
jenis Cl, NO3, CO3OH, dan COOH.
Kedua yang pertama (Cl, NO3) bekerja sebagai anion yang dapat dipertukarkan,
sedangkan kedua yang terakhir (CO3OH, dan COOH) sebagai kation H +.
83

83

Ion yang melekat bermuatan positif untuk mengekstraksi kation:


R-X+ + M+ = R-M+ + X+
sedangkan yang bermuatan negatif untuk menghilangkan anion:
R+X- + M- = R+M- + Xdi mana R menunjukkan resin dan X ion yang melekat.
Contoh, ion uranium komplek dapat diambil melalui reaksi seperti
berikut:
UO2(SO4)34- + 4RNO3 = R4UO2(SO4)3 +4NO3-

84

84

3. EKSTRAKSI SOLVEN
Ekstraksi solven merupakan cara yang efisien baik untuk pemurnian maupun
peningkatan konsentrasi ion-ion tertentu, menghasilkan larutan yang cocok sebagai
umpan untuk proses electrowinning.
Cairan hasil dari suatu proses pelarutan dicampur dengan cairan yang tidak mudah
larut (immiscible) yang biasanya bahan organik yang harganya relatif murah, seperti
kerosen atau benzene.
Fasa organik mengandung bahan kimia yang mampu membentuk senyawa dengan ion
yang dikehendaki dalam konsentrat.
Pereaksi harus selektif dalam mengekstraksi ion-ion logam, dan ion-ion harus mudah
diambil dari fasa organik untuk meregenerasi senyawa sehingga dapat digunakan
kembali (recycling).
Baik pereaksi maupun yang membentuk komplek dengan ion logam harus mudah larut
dalam fasa organik dan tidak mudah larut dalam fasa air.
Bahan-bahan pengekstrak yang tersedia bermacam-macam, yang dipilih berdasarkan
pada: kecocokannya terhadap ion-ion yang akan diambil, ion-ion pengotor yang ada
dalam cairan, pH larutan dan jenis asam atau basa yang digunakan untuk proses
85
pelarutan bijih.
85

Contoh bahan untuk ekstraksi solven adalah LIX hydroxime.


Bahan ini digunakan untuk mengekstraksi ion-ion dari larutan asam. Mekanisme
pertukarannya dapat digambarkan sbb:
M 2+ (aq) + 2 RH(org) = R2M(org) + 2H+(aq) .... (1)
Persaman di atas menunjukkan bahwa ion H+ tertukar dengan ion logam dan posisi
kesetimbangan dibentuk oleh konsentrasi ion hidrogen. Keasaman larutan bertambah
selama ekstraksi (loading) kedalam fasa organik, dan keasaman larutan atau
konsentrasi ion-ion dalam larutan harus dibatasi untuk mengontrol berkurangnya pH
larutan.
Mekanisme pertukaran untuk larutan alkali (dengan amonia) sbb:
M(NH3)42+ (aq) + 2 RH(org) = R2M(org) + 2NH4+(aq) +NH3(aq) (2)
Pengekstraksi lain yang melibatkan perpindahan pasangan organik (organic pairs),
seperti pada pereaksi CLX 50 untuk larutan klorida :
Pereaksi dimuati pada konsentrasi NH4+ rendah pada contoh (1), dan pada
konsentrasi Cl- tinggi untuk contoh yang kedua.
Kondisi yang berlawanan ini digunakan untuk proses stripping. pH larutan baik pada
reaksi loading maupun stripping tidak berubah.

86

86

Gambar 25. Dasar Operasi Proses Solvent Extraction


Dikombinasikan dg Electrowinning (Biswas, 1994).
87

87

Gambar 26. Solvent extraction/electrowinning


circuit in a copper heap leaching process
88

Gambar 27. Proses Ekstraksi Solven


(Solvent extraction process)
89

Perpindahan Cu dari larutan ke


gelembung organik
(Transfer of copper from the leach
solution into the organic droplets).

Perpindahan Cu dari gelembung


organik ke elektrolit asaam sulfat
(Transfer of copper from the
organic droplets into the sulfuric
acid electrolyte).

Gambar 28. Mekanisme ekstraksi solven


90

Proses solvent extraction terdiri dari 2 tahap, yaitu:


1. Tahap Ekstraksi : terjadi proses pengambilan ion logam
tembaga dari larutan airnya ke fasa organik.
Reaksi yang terjadi pada tahap ekstraksi:
(Cu+2 + SO4-2)aq + 2 (RH)or (R2Cu)or + (2H+ + SO4-2)aq
2. Tahap Stripping : pelarutan/pelepasan kembali ion logam
tembaga dari fasa organik masuk ke fasa air
(2H+ + SO4-2)aq + (R2Cu)or 2(RH)or + (Cu+2 + SO4-2)aq

91

91

Stripping
Stripping ialah proses pengambilan ion logam yang di ekstraksi ke
fasa organik.
Proses ini merupakan lanjutan dari proses solvent extraction
dimana tembaga dalam larutan hasil leaching diikat oleh pelarut organik
untuk meningkatkan kadarnya.
Tembaga yang telah berada dalam fasa organik selanjutnya akan
melalui tahap stripping.
Proses ini dilakukan dengan cara mengontakkan larutan organik
tersebut dengan suatu larutan air yang asam dimana ion logam kembali
ke fasa larutan air dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan murni
sehingga memenuhi syarat untuk proses electrowinning yaitu 20-30 g/L,
sedangkan larutan organiknya digunakan kembali sebagai ekstraktan

92

92

Pada tahap stripping terjadi dua hal pokok, yaitu :


1. Pengambilan ion logam tembaga dari larutan organik dengan cara
mengontakkannya dengan larutan yang memiliki keasaman yang cukup
tinggi.
2. Regenerasi ekstraktan LIX
Reaksi yang terjadi pada proses stripping ialah sebagai berikut :
(R2Cu)or + (2H+ + SO4-2)aq 2(RH)or + (Cu+2 + SO4+2)aq
Keterangan :
RH = pelarut organik (LIX)
( )aq = dalam fasa larutan air
( )or = dalam fasa larutan organik
(R2Cu)or = Senyawa tembaga kompleks dalam fasa organik

93

93

Contoh logam berharga yang dapat diekstraksi dengan solvent


Extraction of Co and Ni from acid sulphate solutions,
Extraction of Cu from Heap Leach liquors,
Extraction of Cu from heap leach liquors;
Extraction of Co and Ni from sulphate solutions; .
Extraction of Ni and Co from ammonia solutions,
Solvent extraction of vanadium from both acidic and alkaline solutions,
Extraction of gold, nickel and cobalt,
Zn and Co extraction from acidic sulphate liquors by Cyanex 272
Selective extraction of rare earths metals from complex leach solutions,
Co extraction from acidic sulphate solutions
Co extraction from ammoniacal sulphate solutions

AMMONIA LEACH AND SOLVENT EXTRACTION FOR


THE RECOVERY OF VALUABLE METALS FROM ROAST-REDUCED
POLYMETALLIC OCEAN NODULES

Contoh hasil proses


roast-reduced
polymetallic nodules
analysing 1.175%
copper, 1.625% nickel
and 0.116% cobalt

ammonia-ammonium
carbonate
Leaching

LIX 84 in kerosene
Rec. Solv.Ext. Cu=93.9%,
Ni=94.23%, Co=62.50%,
Solvent
Extraction

Cu=2.40 g/L, Ni=3.41 g/L


Co= 0.163 g/L
Rec. Cu=93.95%,
Ni=96.53%, Co=64.65%

Stripping

Electrolysis

Kemurnian Products:
Cu 99.94% dan Ni 99.8%

Reaksi pelarutan Cu, Ni, Co dalam larutan amoniakal (lana and Akerkar, 1989):
Cu + 1/2 O2 + 2NH4+ + 2NH3 Cu(NH3) 42+ +H20 .(1)
Ni + 1/2 O2 + 2NH4+ + 4NH3 Ni(NH3) 62+ + H20 ..(2)
Co + 3/4 O2 + 3NH4+ + 3NH3 Co(NH3) 62+ + 3/2 H2O... (3)

95

ADASORPSI

Konsep Dasar
Melibatkan dua fasa:
1). Fluida mengandung solut (sebagai produk) dan pengotor
2). Padatan berpori (adsorbent) secara selektif mengikat solut
atau pengotor
Prosesnya melibatkan perpindahan komponen-komponen
dalam fasa cairan ke permukaan padatan (adsorbent)
Pada dasarnya, adsopsi mencakup perpindahan masa dan
kesetimbangan pada permukaan padatan/cairan
96

Proses pengkontakan cairan yang mengandung zat yang akan diadsorpsi


(solute) oleh adsorben (misal: bleaching earth, karbon aktif, bauksit
teraktifasi, alumina teraktifasi dll.) dilakukan pada suhu yang sesuai.
Jumlah solute yang terserap oleh adsorben adalah fungsi dari konsentrasi
solute yang ada dalam substrate yang ditunjukkan oleh persamaan
Freundlich sebagai berikut:
X= 1/k (C)1/n
di mana: C= konsentrasi kesetimbangan dari solute; k dan n = konstanta.
(n>1 untuk true adsorption).
Harga n akan semakin besar bila jumlah solute yang terserap atau
tertahan oleh adsorben makin tinggi.

97

97

Tujuan Adsorpsi

Ada berbagai macam tujuan yg disuguhkan adsorpsi, yaitu:


Menghilangkan pengotor (pengotor teradsorpsi pada
permukaan adsorbent)
Mengisolasi produk (pengurangan volume)
Untuk pemurnian
Dalam pertukaran ion, adsorpsi dapat juga digunakan untuk:
Menghilangkan mineral (demineralisasi)
Pengubahan (methathesis), misalnya menukar Na+ dengan
H+ untuk mengkonversi Na-sitrat menjadi asam sitrat
98

1.Tahap preadsorpsi: adsorbent berada


dalam fluida bebas solut
2. Penambahan aliran proses yang
mencakup solut (sbg produk) dan solut
lainnya
3. Adsorpsi terjadi, solut produk terikat
secara reversible pada adsorbent sedangkan
solut lainnya melewatinya
4. Pencucian (tdk selalu) adsorbent untuk
membersihkan pengotor yg ada
5. Elusi untuk mengambil solut sbg
produk
6. Regenerasi adsorbent

Gambar 29. Tahap-Tahap Dasar Pemisahan Secara Adsorpsi


99

Adsorpsi: melekatnya molekul dari fasa cairan ke permukaan


material padat
Desorpsi: lepasnya ikatan molekul (kebalikan dari adsorpsi)

Gambar 30. Adsorpsi pada antar muka padatan/gas


100

Downstream Processing of Gold


Gold processing options

101

Rangkaian Pemisahan
(Separation Circuit)

102

Downstream Processing of
Bauxite
Al2O3 production

103

Sistem Peremukan Dua Tahap


(Secondary Crushing Plant)

104

Desain Peremukan Tahap II Alternatif


(Alternate Secondary Crushing Plant
Design)

105

Open Circuit Crushing

106

Downstream Processing of
Copper

Oxide copper treatment

107

Heap Leach Operation


Installing a Plastic Membrane Liner

108

Zaldivar Copper Heap


Leach

109

Downstream Processing Complex


Copper Sulfide ore
Multiple-product Circuit

110

Downstream Processing of
Copper/Gold Ore

Typical Mine/Mill Treatment

111

Downstream Processing of Nickel


Typical Mine/Mill Treatment

112

Copper Anode Casting Wheel

113

You might also like