Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 42

SHORT BOWEL

SYNDROME
Text Book Reading
CURRENT Diagnosis & Treatment: Surgery, 13e>Chapter 29.
Small Intestine

DEFINISI

Suatu sindroma yang terjadi setelah


pembedahan usus halus yang
ekstensif disertai gejala diare,
steatorea, malnutrisi.

ETIOLOGI

Pada orang dewasa, short bowel


sindrom dapat terjadi akibat :
Trauma
Trombosis mesenterium
Enteritis regional
Radiation enteropati
Strangulated small bowel obstruction
Neoplasma

ETIOLOGI

Pada anak umumnya :


Necrotizing enterocolitis
Congenital atresia

The ability of a patient to maintain


nutrition after massive small bowel
resection depends on
The extent and site of resection
Ada tidaknya colon
Fungsi absorpsi dari usus yg tersisa
Adaptasi dari usus yg tersisa
Sifat alami penyakit dasar dan
komplikasinya

Usus yang tersisa :


3 m Abnormalitas nutrisi
2 m Pd sebagian besar pasien
fungsinya secara klinis akan
berkurang
1 m membutuhkan nutrisi
parenteral dirumah tanpa batas.

Reseksi jejenum direseksi Ileum mengambil


fungsi absorbsinya. Karena transpor :
garam empedu,
Vitamin B12
Kolesterol

Reseksi pada daerah ini buruk toleransinya

Reseksi >100 cm distal ileum


Diarrhea
steatorrhea

Blind loop syndrome


Calcium oxalate urinary tract calculi
(70-10%)
Enteric hyperoxaluria
Extensive ileal resection and an intact
colon

D-Lactic acidosis

Rangkaian Klinis
Periode pasca operasi > 2 L cairan
dan elektrolit perhari hilang karena
diare.
Bila adaptasi usus halus baik :
parenteral nutrition oral (kapasitas
absorbsi )

Mukosa menjadi hiperplasi


Vili memanjang
Kripta menjadi lebih dalam
Dinding menebal
Intestinum elongasi dan dilatasi.

Treatment of severe short bowel


syndrome dibagi 3:
1.
2.

3.

Stage 1 (Intravenous Feeding)


Stage 2 (Intravenous and Oral
Feeding)
Stage 3 (Complete Oral Feeding)

Stage 1 (Intravenous Feeding)

13 months
Diarrhea is massive
Should receive nothing by mouth
IVF and electrolyte therapy and parenteral
nutrition harus diberikan
Catheter sepsis complication
Reduction of gastric secretion
control of diarrhea
protection of perianal skin from irritation.

Stage 2 (Intravenous and oral


Feeding)

Oral feedings should not be initiated


until diarrhea subsides to less than
2.5 L/d.
Intravenous nutrition should
continue while oral intake begins.
Toleransi diet liquid isotonik diet
liquid polymeric makanan
selective (normal fat = low fat)

Stage 3 (Complete oral Feeding)

Dalam beberapa bulan, complete


oral intake diharapkan tercapai pada
pasien dengan usus halus tersisa 1-2
m. Full adaptation 2 tahun.
Maintenance BW 20% below normal
Acceptable bowel habits
Productive life

Vitamin B12 (1000 g im / 23 months) for life.

Hyperoxaluria dicegah dg diet low fat and


oxalate; supplemen calcium or citrate oral
Minimize diarrhea
Pancreatic enzyme supplemen bisa <diarrhea.
Deficiencies in magnesium, vitamins D, A, and
K, and water-soluble vitamins should be
prevented.
Osteomalacia is common.

Blind loop syndrome may require


treatment.
Reduce acid secretion : H2 receptor
antagonists or proton pump
inhibitors
Incidensi cholelithiasis me
(pigment > cholesterol)

Terimakasih

Unabsorbed fatty acids combine


with calcium, preventing the
formation of insoluble calcium
oxalate and allowing oxalate to
remain available for absorption.
(2) Unabsorbed fatty acids and bile
acids increase the permeability of
the colon to oxalate.
(1)

BACK

D-Lactic acidosis may result from colonic


fermentation of unabsorbed carbohydrate;
symptoms of confusion, loss of memory,
slurred speech, unsteady gait, and
inappropriate behavior resemble those
associated with alcoholic intoxication.
Treatment includes correction of the
acidosis with bicarbonate infusion,
thiamine replacement, and antibiotics to
reduce colonic flora.
BACK

EPIDEMIOLOGI

Lennard-Jones (1990) melaporkan


insiden sebanyak 2 penderita per 1
juta penduduk di Inggris.
Byrne dkk (1995) melaporkan
sebanyak 10.000 20.000 penderita
di Amerika Serikat.
Moreno dkk (2005) melaporkan
insiden sebanyak 1,8 penderita per 1
juta penduduk di Spanyol.

PATOFISIOLOGI

Usus halus berfungsi :


a).Mensekresikan enzim,
b).Mendigestikan karbohidrat, protein
dan lemak,

c).Mengabsorpsikan air, elektrolit,


vitamin, mineral, asam lemak dan
garam empedu dan
d). Fungsi pergerakan usus halus.

PATOFISIOLOGI

Panjang usus halus dewasa 600 cm.


Reseksi usus > 75 % maka penderita akan
mengalami malabsorpsi.
Walaupun terdapat pertimbangan secara
individual, reseksi hingga 75% usus halus
biasanya dapat ditoleransi jika ileum
terminal dan katup ileocaecum
dipertahankan.
Malabsorbsi garam empedu menyebabkan
diare, dan stearore, hal ini terjadi jika 100
cm atau lebih ileum distal direseksi.

PATOFISIOLOGI
RESEKSI DUODENUM
Besi dan asam folat tidak dapat diserap
anemia defisiensi besi dan asam folat

PATOFISIOLOGI
RESEKSI JEJUNUM
Tidak mengalami gangguan absorpsi
karbohidrat, protein cairan dan
elektrolit, ileum akan mengambil alih
fungsi absorpsi jejunum.
Fungsi sekresi hormon tidak dapat
digantikan ileum. Penurunan sekresi
kolesistokinin dan sekretin mengurangi
kontraksi kandung empedu dan sekresi
pankreas.
Pengeluaran cairan yang berlebihan
disertai pengeluaran elektrolit, mineral
dan nitrogen dapat dikurangi dengan
pemberian H2 antagonis.

PATOFISIOLOGI
RESEKSI ILEUM
Gangguan absorpsi asam empedu,
vitamin B 12, vitamin yang larut dalam
lemak dan cairan diare dan steatorea.
pH dan volume urin lebih rendah
kandungan kalsium, oksalat dan urat
lebih tinggi meningkatkan
kemungkinan pembentukan batu
saluran kemih.
Gangguan sirkulasi enterohepatik dan
asam empedu, sehingga kemungkinan
pembentukan batu empedu meningkat.

PATOFISIOLOGI
RESEKSI KATUP ILEOSEKAL
Katup ini dapat mempengaruhi waktu
transit, sehingga dapat memperlama
kontak antara nutrisi di lumen dengan
permukaan mukosa usus.
Katup ini juga dapat mencegah refluk
bakteri yang dapat mengakibatkan
diare.

PATOFISIOLOGI
ADAPTASI USUS
Beberapa adaptasi akibat reseksi usus
diantaranya adalah hiperplasia seluler,
hipertropi vili, pemanjangan usus, perubahan
motilitas dan perubahan hormonal.
Semua ini akan berakibat peningkatan fungsi
absorpsi usus.
Adaptasi pasca reseksi ini dipengaruhi
beberapa faktor yaitu hormon enterik, nutrisi
yang ada di lumen, sekresi pankreato-biliaris,
poliamin, aliran darah di mukosa, faktor
pertumbuhan epidermal dan pengaruh syaraf.

PATOFISIOLOGI

Kemampuan pasien dalam


mempertahankan nutrisi setelah reseksi
usus halus secara luas tergantung pada
luas dan letak reseksi,
ada atau tidak adanya katup
ileocaecum dan kolon,
fungsi absorbsi sisa usus dan adaptasi
usus
sifat dasar proses penyakit yang
mendasari dan komplikasinya.

Algorithm 8-1. Short bowel syndrome. (Reprinted from Gastroenterology, 124,


4, Buchman AL, et al, AGA technical review on short bowel syndrome and
intestinal transplantation, 1111-1134, copyright 2003, with permission from the
American Gastroenterological Association.)

TERAPI
A. Terapi Nutrisi
1. Stadium 1 (makanan intravena), dapat
berlangsung selama 1-3 bulan.

TPN should be provided using 25 to


30 kcal/kg/day and 1.5 to 2.0
g/kg/day protein as a goal.

Hipersekresi asam AH2 atau PPI


Diare inhibisi motilitas usus
(loperamide), somatostatin (octreotide)
menurunkan frekuensi diare

TERAPI
2.

Stadium 2 (makanan intravena dan oral).


Standard enteral formula should be
introduced after the first week or week 2
postoperatively
Makanan oral diare < 2.5 L/hari.
Nutrisi intavena dilanjutkan
Diet polymeric cair dan rendah lemak.
ORS can be made at home by the patient
based on the WHO recipe: 1 L tap water,
NaCl (2.5 g), KCl (1.5 g), Na2CO2 (2.5 g),
table sugar (20 g).

TERAPI
3.

Stadium 3 (makan oral secara


sempurna).
Adaptasi penuh 2 tahun.
Reseksi ileum yang luas vitamin
B12 parenteral (1000 ug
intramuskuler setiap 2-3 bulan)
selama hidupnya.
Hyperoxaluria diet rendah lemak
dan oxalat pembentukan batu
saluran kemih.

B. Terapi Pembedahan
Nontransplantasi

Tujuan meningkatkan absorpsi cairan


dan nutrient dengan memperlambat
transit usus atau meningkatkan panjang
usus.
Operasi pemanjangan usus dengan
prosedur longitudinal intestinal
lengthening and tailoring (LILT) yang
diperkenalkan oleh Bianchi tahun 1980.
Prosedur ini memerlukan pemisahan dari
pembuluh darah usus halus, diikuti
dengan pembagian longitudinal usus
dengan anastomosis end to end.

THE BIANCHI METHOD

Prosedur serial transverse


enteroplasty (STEP). Prosedur ini
dibentuk untuk menyempurnakan
pemanjangan usus halus yang
dilatasi tanpa memerlukan
pemisahan pembuluh darah.

THE STEP PROCEDURE

C. Transplantasi usus

Indikasi
Komplikasi yang mengancam
nyawa yang diakibatkan oleh gagal
usus dan atau terapi TPN jangka
panjang.
Komplikasi yang spesifik seperti
gagal hati yang mengancam,
trombosis vena sentral dan
frekuensi episode dehidrasi berat.

TERIMA KASIH

You might also like