Farmasi Klinik Pengantar

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 46

Farmasi Klinik

Pengantar
Tahoma Siregar, Msi., Apt.
Rara Merinda Puspitasari, M. Farm., Apt
Putu Rika Veryanti, M. Farm-Klin, Apt
Ainun Wulandari, M. Sc., apt

FARMASIS

KLINIK (CLINICAL
PHARMAcIST)

FARMASI

KLINIK (CLINICAL
PHARMACY)

What is a clinical
pharmacist?

A part of the patients health care team

Clinical pharmacists work directly with


physicians, other health professionals,
and patients to ensure that the
medications prescribed for patients
contribute to the best possible health
outcomes

Educated and trained in direct patient care


environments, including medical centers, clinics, and a
variety of other health care settings
(ACCP, American collage of Clin. Pharm)

CLINICAL PHARMASIST

Within the system of health care experts in the


therapeutic use of medications.
A primary source of scientifically valid information
and advice regarding the safe, appropriate, and costeffective use of medications.

Provide medication
therapy evaluations
and recommendations
to patients and health
care professionals.

What do clinical pharmacists


do?

Assess the status of the patients health problems and


determine whether the prescribed medications are optimally
meeting the patients needs and goals of care.
Evaluate the appropriateness and effectiveness of the
patients medications.
Recognize untreated health problems that could be
improved or resolved with appropriate medication therapy.
Follow the patients progress to determine the effects of the
patients medications on his or her health.
Consult with the patients physicians and other health
care providers in selecting the medication therapy that
best meets the patients needs and contributes effectively to the
overall therapy goals.
Advise the patient on how to best take his or her medications.
Support the health care teams efforts to educate the
patient on other important steps to improve or maintain health,
such as exercise, diet, and(ACCP,
preventive
steps
like immunization.
American
collage
of Clin. Pharm)

FARMASI KLINIK
DEFINISI

The area of pharmacy concerned with


the science and practice of rational
medication
use.
A health science discipline in which
pharmacists provide patient care that
optimizes medication therapy and
promotes health, wellness, and disease
prevention.
(ACCP, American collage of Clin. Pharm)

FARMASI KLINIK
DEFINISI

Farmasi klinik adalah suatu keahlian khas ilmu


kesehatan, bertanggung jawab untuk memastikan
penggunaan obat yang aman dan sesuai pada
pasien, melalui penerapan pengetahuan dan
berbagai fungsi terspesialisasi dalam perawatan
pasien yang memerlukan pendidikan khusus
(spesialisasi) dan atau pelatihan terstruktur
tertentu. (Charles 2004, ROY MD 1998)

Farmasi klinis menurut Clinical Resource and Audit


Group (1996) didefinisikan sebagai A dicipline
concerned with the application of pharmaceutical
expertise to help maximise drug efficacy and
minimise in individual patients .

FARMASI KLINIK
DEFINISI

Pelayanan farmasi dalam pengertian


tradisional, berkaitan dengan meracik
dan distribusi sediaan obat untuk
digunakan langsung oleh pasien, tetapi
pelayanan professional diperluas
dengan menambahkan pengaruh
pada penulisan dan penggunaan
obat-obatan.

FARMASI KLINIK

Praktek farmasi klinik mempunyai filososfi


pharmaceutical care (Asuhan
Kefarmasian)
Praktek kefarmasian yang berorientasi
kepada pasien lebih dari orientasi kepada
produk, meliputi berorientasi penyakit,
berorientasi obat dan dalam praktek
berorientasi antar disiplin.

Definisi dan Dasar Hukum

Heppler dan Strand (1990) mendefinisikan


Pharmaceutical Care sebagai The responsible
provision of drug therapy for the purpose of
achieving definite outcomes that improve a
patients quality of life . Layanan / kepedulian
kefarmasian sebagai ketentuan mengenai
tanggung jawab terapi obat yang bertujuan untuk
mencapai hasil akhir secara jelas yang
memperbaiki kualitas hidup pasien.
Cipolle, Strand dan Morley (1998)
menyempurnakan definisi ini menjadi A practice
in which the practitioner takes responsibility for a
patients drugs therapy needs, and is held
accontable for this commitment .

Definisi dan Dasar Hukum

Pharmaceutical care adalah penyediaan


pelayanan langsung dan bertanggung
jawab yang berkaitan dengan obat dengan
maksud pencapaian hasil yang pasti dan
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Dasar hukum dalam penyelenggaraan


pelayanan farmasi klinis di Rumah Sakit di
Indonesia adalah Permenkes No. 58 th
2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit

PERMENKES 58 TH 2014

Pelayanan farmasi klinik merupakan


pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek
samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety)
sehingga kualitas hidup pasien (quality
of life) terjamin.

Tujuan Farmasi Klinik

Memaksimalkan efek terapi


obat
Meminimalkan resiko,
toksisitas obat dan efek yg
tidak diinginkan
Meminimalkan biaya
Menghormati pilihan pasien

PATIENT ORIENTED

KONTRIBUSI FARMASI

Kontribusi dalam proses peresepan:


Sebelum ; misal, ikut serta dalam

kebijakan formularium
Selama ; mempengaruhi
pengetahuan, sikap, dan prioritas
dalam penulisan resep
Sesudah ; terlibat dalam koreksi dan
evaluasi peresepan.

Keterampilan farmasi klinik yang


diperlukan meliputi kemampuan ;

Pengetahuan terapeutik
Pemilihan obat pada keadaan sakit pasien
Menggunakan catatan kasus pasien
Interpretasi data laboratorium
Pendekatan pemecahan masalah yang
sistematik
Identifikasi kontra indikasi obat
Mengenal efek obat tidak diinginkan (ADR)
potensial / yang mungkin terjadi
Keputusan formulasi dan stabilitas obat

Keterampilan farmasi klinik yang


diperlukan meliputi kemampuan ;

Kajian literatur medis dan obat


Rekomendasi dosis dan aturan pakai
Komunikasi efektif dengan pasien dan
tenaga kesehatan lain (misal dokter,
perawat, ahli gizi)
Menanggapi pertanyaan lisan
Membuat instruksi yang jelas
Argumentasi dan pemberian pendapat
Menyajikan laporan kasus

CLINICAL
PHARMACY
REQUIREMENTS

PHYSICAL
ASSESMEN
T SKILL

PENGETAHU
AN
RENCANA
TERAPI

PENGETA
HUAN
TERAPI
OBAT

PENGETAH
UAN
PENYAKIT

KEMAMPUA
N
INTREPRET
ASI DATA
LAB

PATIEN
T CARE

PENGETAHUA
N TERAPI
NON-OBAT

KEAHLIAN
BERKOMUNIKAS
I
KEMAMPU
AN
INFORMAS
I OBAT

KEMAMPUA
N
MONITORIN
G PASIEN

Kompetensi
Dokter vs Apoteker
DOKTER

Penegakan
Diagnosis

APOTEKER

Konsep penyakit
(anatomi,
fisiologi,patofisiolo
gi, patogenesis)
Interpretasi data
klinis
Komunikasi
EBM

Pilihan
terapi
Farmakologi
Farmakoterapi
Product
knowledge

AKTIVITAS FARMASI KLINIS

Pemantauan dan pemeriksaan peresepan


Penyiapan dan penyimpanan obat
Ketepatan penggunaan obat
Kesesuaian bentuk sediaan obat
Memberikan informasi obat
Membuat penilaian terapeutik
Identifikasi pasien dan faktor risiko medis
Formulasi dan menetapkan kebijakan
peresepan

AKTIVITAS FARMASI KLINIS

Kesesuaian obat dan ketepatan dosis


Memantau terapi obat
Riwayat pemakaian obat pasien masuk
rumah sakit
Konsultasi pasien
Mengelola rekam medik
Menerapkan kebijakan dan pedoman
peresepan
Terlibat dalam penelitian dan uji coba

PELAYANAN Farmasi Klinis


Pendahuluan
Pelayanan farmasi klinik diperlukan oleh pasien
untuk memberikan jaminan pengobatan rasional
(efektif, aman, tersedia dan biaya terjangkau)
dan penghormatan pilihan pasien.
Untuk dapat memulai farmasi klinik diperlukan
persiapan, sosialisasi konsep kepada pimpinan
rumah sakit, dokter, perawat dan farmasis
tentang filosofi, tujuan, sasaran, manfaat dan
pelaksanaan kegiatan pelayanan farmasi klinis.
Hal penting lain adalah komunikasi saling
mempercayai antar tenaga kesehatan, dukungan
pimpinan rumah sakit dan tenaga kesehatan.

Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinis

Penyelenggaraan farmasi klinik memerlukan


upaya sosialisasi dan dukungan bagi
penerapannya oleh pemerintah, organisasi
rumah sakit, perguruan tinggi, organisasi
profesi maupun LSM di bidang kesehatan
perlu lebih ditingkatkan.
Dalam memulai pelayanan farmasi klinik,
jalinan komunikasi yang intensif dan saling
mempercayai antara tenaga kesehatan
yang terlibat diperlukan.

Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinis

Diperlukan adanya kebijakan dari pimpinan


rumah sakit untuk mendukung pelaksanaan
dan praktek yang berbasis pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta dukungan
informasi dari Pusat Informasi Obat.
Pelayanan farmasi klinis dimulai kegiatan
setempat dan kegiatan sederhana.
Pelatihan farmasis untuk menerapkan
farmasi klinis adalah proses panjang.

Jangkauan pelayanan farmasi klinik

Peran lain yang juga penting dalam


menunjang keberhasilan pengobatan yang
rasional yaitu keikutsertaan farmasis dalam
penyusunan dan pengelolaan formularium,
penyediaan informasi obat dan saran, serta
promosi kesehatan yang dapat berhasil
lebih baik dengan dukungan PIO.

FILOSOFI

Terapi obat ditujukan untuk meningkatkan


kualitas hidup pasien, namun adakalanya tidak
sesuai yang diinginkan yaitu terjadi drug
related problem (DRP).
Ketidakberhasilan pengobatan dapat
disebabkan oleh :
1. Penulisan resep yang tidak tepat
2. Penyerahan obat yang tidak tepat
3. Perilaku pasien yang tidak mendukung
4. Idiosinkrasi
5. Pemantauan / Monitoring terapi yang

tidak tepat

FILOSOFI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Dengan melakukan monitoring kemungkinan


dapat ditemukan DRP yang dapat
dikategorikan:
Pasien tidak memperoleh obat sesuai indikasi
Obat tidak tepat
Dosis terlalu tinggi
Dosis subterapi
Gagal menerima obat
Timbul reaksi obat tidak diinginkan
Terjadi interaksi obat
Memperoleh obat yang tidak sesuai

PELAYANAN FARMASI KLINIK


PERMENKES 58 TH 2014

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:


1. pengkajian dan pelayanan Resep;
2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
3. rekonsiliasi Obat;
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
5. konseling;
6. visite;
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10. dispensing sediaan steril; dan
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pelayanan Resep dimulai dari
penerimaan,
pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian Resep,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk
peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan

upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian


Obat (medication error).

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pengkajian Resep
Persyaratan administrasi,

nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
tanggal Resep; dan
Ruangan/unit/asal resep (ranap)

Persyaratan farmasetik,
nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
dosis dan Jumlah Obat;
stabilitas; dan
aturan dan cara penggunaan.

Persyaratan klinis
ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
duplikasi pengobatan;
alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
kontraindikasi; dan
interaksi Obat.

2.Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh
Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan
Obat pasien
Kegiatan:
Penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada
pasien/keluarganya; dan
Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat
pasien.
Informasi yang harus didapatkan:
nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan,
frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;
reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi;
dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah
Obat yang tersisa).

3. Rekonsiliasi Obat

Merupakan proses membandingkan instruksi


pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien.
Tujuan: Untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat
(medication error) seperti Obat tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat.
memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang

digunakan pasien;
mengidentifikasi ketidaksesuaian krn tdk
terdokumentasinya instruksi dokter
mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terbacanya instruksi dokter.

Medication error terjadi pada


pemindahan pasien dari satu RS ke RS lain, antar ruang

perawatan,
pada pasien yang keluar dari RS ke layanan kes primer
dan sebaliknya.

3. Pelayanan Informasi Obat


(PIO)

Merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,


rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker
kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit

PIO bertujuan untuk:


menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan
tenaga kesehatan di lingkungan RS dan pihak lain di luar RS;
menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alkes, dan
BMHP, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi;
Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

3. Pelayanan Informasi Obat


(PIO)
Kegiatan PIO meliputi:
menjawab pertanyaan;
menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi
sehubungan dengan penyusunan Formularium
Rumah Sakit;
bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi
pasien rawat jalan dan rawat inap;
melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya; dan
melakukan penelitian.

4. Konseling

Adalah suatu aktivitas pemberian nasihat


atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker
(konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak

dikehendaki (ROTD), dan


meningkatkan cost-effectiveness yang pada
akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan
Obat bagi pasien (patient safety).

4. KONSELING
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan
pasien;
menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan
Obat;
membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan
penggunaan Obat dengan penyakitnya;
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan;
mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
meningkatkan kemampuan pasien memecahkan
masalahnya dalam hal terapi;
mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan
meningkatkan mutu pengobatan pasien.

5. VISITE

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap


yang dilakukan Apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan
ROTD, meningkatkan terapi Obat yang rasional,
dan menyajikan informasi Obat kepada dokter,
pasien serta profesional kesehatan lainnya.

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah


keluar RS baik atas permintaan pasien maupun sesuai
dengan program RS Pelayanan Kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care).

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien.
Tujuan : Meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian
Obat, respons terapi, (ROTD);
pemberian rekomendasi penyelesaian masalah
terkait Obat; dan
pemantauan efektivitas dan efek samping terapi
Obat.

7. Monitoring Efek Samping


Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi.
MESO bertujuan:
Menemukan ESO sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang;
Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan
yang baru saja ditemukan;
mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;
meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak
dikehendaki; dan
mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak
dikehendaki.

8. Evaluasi Penggunaan Obat


(EPO)
Merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang
terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif
dan kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola
penggunaan Obat;
membandingkan pola penggunaan Obat pada
periode waktu tertentu;
memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan
Obat; dan
menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan
Obat.

9. Dispensing Sediaan Steril


Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas
produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta
menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
TUJUAN:
menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan;
menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :
1. Pencampuran Obat Suntik
2.
3.

Penyiapan Nutrisi Parenteral


Penanganan Sediaan Sitostatik

10. Pemantauan Kadar Obat dalam


Darah (PKOD)
merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas
permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang
sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter.
TUJUAN:
a. mengetahui Kadar Obat dalam Darah; dan
b. memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Kegiatan PKOD meliputi:
melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan
Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan
Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD); dan
menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
dan memberikan rekomendasi.

Dampak Pelayanan Farmasi Klinik

Penurunan angka kematian


Penurunan angka morbiditas
Pencegahan ADR
Memperbaiki efikasi dan menurunkan
ngka ADR
Penurunan biaya medis

Hambatan implementasi
Farmasi Klinik

Minimnya pengetahuan
Minimnya Pengalaman klinis
Kurang percaya diri
Kurang dukungan rumah sakit
Ketidaktahuan profesi kesehatan akan
peran farmasis klinik
Pekerjaan non-klinik yang banyak
Di batas/ZONA nyaman

TERIMA KASIH

You might also like