5 - Sistem Transportasi Laut

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 48

WATER

TRANSPORTATION
Infrastructures, Modes, and Operations

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

TR 5101 Elemen dan Sistem Transportasi

Shipping exploits the water routes that cross


oceans as well as rivers and lakes.
Many of the oceanic routes are international
waters and are provided at no cost to the users.
In many coastal and inland waters too, shipping
lanes are free, although national regulations
may exclude foreign vessels from cabotage
trade.
Physical barriers:
Inland waterways: water depth and/or rapids preclude navigations.
Land barriers separate seas.
Canals can provide access for shipping, but may be tolled.
Maritime routes are still hindered by dominant winds, currents and
general weather patterns.
Rivers may not be useful for commercial navigation if their
orientations do not correspond to the directions of transport demand.

Drawbacks:
Sea transport slow at 15 knots (26 km/h)
Delays are encountered in ports (loading and unloading).

Rodrigue et al., 2006

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

WATER
TRANSPORT

1. Passenger vessels
Passenger ferries: short bodies of water, shuttle
type of service, smaller and faster ships.
Cruise ships: vacation trips of various durations,
large capacity ships.

2. Bulk carriers
Designed to carry specific commodities.
Differentiated into liquid and dry bulk vessels.
Max capacity is measured with deadweight
tonnage (dwt): the sum of weights of cargo,
fuel, fresh water, ballast water, provisions,
passengers, and crew. Largest tankers; the Ultra
Large Crude Carriers up to 500,000 dwt.
Tend to operate either on regular schedule
between two ports or on voyage basis (haul
cargoes between different ports based on
demand).

Rodrigue et al., 2006

(2014)
TR5101 - Puspita Dirgahayani (2013)

TYPES OF SHIPS

3. General cargo ships


Designed to carry non-bulk cargoes.
Traditional ships less than 10,000 dwt;
extremely slow loading and off-loading.
Recent ships up to 80,000 dwt, can be
loaded more efficiently.
Operate on liner services regular
scheduled service between fixed ports of call,
or as tramp ships (no schedule and move
between ports based on cargo availability).

4. Roll on roll off (RORO) vessels


Designed to allow cars, trucks and trains to
be loaded directly on board.
Appearing as ferries, these vessels are used
on deep-sea trades and are much larger than
typical ferry.
Rodrigue et al., 2006

(2014)
TR5101 - Puspita Dirgahayani (2013)

TYPES OF SHIPS

Triatmodjo, 2010

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

DIMENSI KAPAL

Deadweight Tonnage (DWT) atau bobot mati: kapasitas


angkut kapal, yaitu berat total muatan maksimum yang
diijinkan, bahan bakar, air bersih, dsb.
Length overall (LOA): panjang kapal dihitung dari ujung
depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan)
Draught (sarat): bagian kapal yang terendam air pada
keadaan muatan maksimum, atau jarak antara garis air
pada beban yang direncanakan (designed load water line)
dengan titik terendah kapal.
Panjang garis air (length between perpendiculars, L pp):
panjang antara kedua ujung design load waterline. Panjang
garis air sekitar 95% dari panjang total.
Lebar kapal (beam): jarak maksimum antara dua sisi kapal.
Triatmodjo, 2010

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Definisi

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Panjang: 294,13 m
Lebar: 32,31 m
Kedalaman: 12,5 13,2 m
Kapasitas: 50.000 60.000 DWT

An important feature of the economics of shipping is the capital


costs e.g. container ships $75 million, expensive class vessels
$800 million.
The annual cost of servicing the purchase is over half of the annual
operating costs. Container shipping to maintain a regular service
requires the deployment of many vessels (e.g. 14 ships in the case
of a typical Far East Europe service) a severe constraint on the
new entry of new player, although it is quite open industry.
Has a very international character, in terms of ownership and
flagging the nationality of ownership may be different from the
flagging.
Flag of convenience are means by which ship owners can obtain lower registration fees, lower
operating costs and fewer restrictions.
The countries with the largest registered fleets: Panama, Liberia, Greece, Malta, Cyprus and the
Bahamas very lax regulations.

Oceanic liner transport feature: the operation of conferences


(formal agreements between companies engaged on particular
trading routes: stabilizing the rates exporters are given
protection from swing in prices and are guaranteed a regular level
of service provision).
Rodrigue et al., 2006

(2014)
TR5101 - Puspita Dirgahayani (2013)

SHIPPING INDUSTRY

Ocean shipping services: wet bulk and dry bulk


About 5% of the worlds freight bill is for ocean shipping
called as the enabler of the global economy
Similar to truckload, ocean bulk market is also a very
volatile market sensitive to freight rates and demand
for service.
Issues: economies of scale, environmental issues and
risk assessment, safety.

Sussman, 2000

(2014)
TR5101 - Puspita Dirgahayani (2013)

OCEAN SHIPPING

Jenis:
Angkutan Laut
Angkutan Sungai dan Danau
Angkutan Penyeberangan: berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan
kendaraan beserta muatannya.

Angkutan Laut
Angkutan Laut Dalam Negeri: kapal berbendera Indonesia
dan berawak kapal WNI dan beroperasi antarpulau/antar
pelabuhan di wilayah perairan Indonesia asas cabotage
Angkutan Laut Luar Negeri
Angkutan Laut Khusus: usaha pokok untuk kepentingan
sendiri
Angkutan Laut Pelayaran-Rakyat: usaha masyarakat
tradisional
UU No. 17 Tahun 2008

(2014)
TR5101 - Puspita Dirgahayani (2013)

JENIS ANGKUTAN PERAIRAN

Trayek tetap dan teratur (liner)


Memperhatikan:
o Pengembangan pusat industri, perdagangan dan pariwisata;
o Pengembangan wilayah dan/atau daerah
o Rencana umum tata ruang
o Keterpaduan intra- dan antarmoda transportasi
o Perwujudan Wawasan Nusantara
Pengoperasian kapal oleh perusahaan angkatan laut nasional
mempertimbangkan:
o Kelaiklautan kapal
o Berbendera Indonesia dan diawaki WNI
o Keseimbangan permintaan dan tersdianya ruangan
o Kondisi alur dan fasilitas pelabuhan yang disinggahi
o Tipe dan ukuran kapal sesuai kebutuhan

Trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper)


Dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional dan wajib dilaporkan
kepada Pemerintah
UU No. 17 Tahun 2008 Pasal 9

(2014)
TR5101 - Puspita Dirgahayani (2013)

JENIS TRAYEK ANGKUTAN


LAUT DALAM NEGERI

PT (Persero) PELNI, 2011

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Trayek Tetap dan Teratur Angkutan


Laut Penumpang Dalam Negeri

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

PELABUHAN
Overview of Indonesians System

Tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan


dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiataan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
naik turun penumpang dan/atau bongkar muat
barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra- dan antarmoda
transportasi.
UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

PELABUHAN

Fasilitas pelabuhan yang terdiri atas:

Kolom sandar

Tempat kapal bersandar atau tambat

Tempat penumpukan

Tempat menunggu dan naik turun penumpang

Tempat bongkar muat barang

UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Fasilitas Pelabuhan

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Kramadibrata, 2001

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Triatmodjo, 2010

1. Pemecah gelombang: berfungsi melindungi daerah perairan


pelabuhan dari gangguan gelombang
2. Alur pelayaran: berfungsi mengarahkan kapal-kapal yang akan
keluar masuk pelabuhan
3. Kolam pelabuhan: daerah perairan di mana kapal berlabuh
untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerakan memutar
(di kolam putar), dsb. Kolam pelabuhan harus terlindung dari
gangguan gelombang dan mempunyai kedalaman yang cukup.
4. Dermaga: digunakan untuk merapatnya kapal dan
menambatkannya pada waktu bongkar muat barang.
o
o

Wharf: berada di garis pantai dan sejajar pantai


Pier atau jetty: menjorok tegak lurus pantai

5. Alat penambat: menambatkan kapal pada waktu merapat di


dermaga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat
ke dermaga.
Triatmodjo, 2010

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Bangunan pada Pelabuhan


(1/3)

6. Gedung lini 1 dan lapangan penumpukan terbuka:


terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barangbarang yang harus menunggu pengapalan atau
dibongkar dari kapal sebelum dikirim ke tempat tujuan.
7. Gedung terminal untuk keperluan administrasi.
8. Fasilitas bahan bakar untuk kapal.
9. Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain
yang diperlukan untuk membawa kapal keluar masuk
pelabuhan. Untuk kapal-kapal besar, keluar/masuknya
kapal dari/ke pelabuhan tidak boleh dengan kekuatan
mesinnya sendiri, sebab perputaran bolang baling kapal
dapat menimbulkan gelombang yang akan mengganggu
kapal-kapal yang sedang bongkar muat barang.
Triatmodjo, 2010

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Bangunan pada Pelabuhan


(2/3)

10.Peralatan bongkar muat barang seperti kran


darat (gantry crane), kran apung, kendaraan
untuk mengangkat/memindahkan barang seperti
fork lift, straddle carrier, sidelift truck, dll.
11.Fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan
penumpang, anak buah kapal dan muatan kapal
seperti terminal penumpang, ruang tunggu,
karantina, bea cukai, imigrasi, dokter pelabuhan,
keamanan.

Triatmodjo, 2010

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Bangunan pada Pelabuhan


(3/3)

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Courtesy of Youtube, Bagaimana Sesuatu Bekerja: Pelabuhan T. Priok, Kompas TV

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Garbarata

Terminal Penumpang:
Green building concept
3 terminal, 16.120 m2

Area
Check-in

Gapura Surya Nusantara, Detik Online, 6 Oktober 2014

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Toilet:
Air Limbah Toilet Diolah
Kembali

Interior Modern Mengadopsi


Pelabuhan Kapal Pesiar Miami

Boarding Lounge:
kapasitas 4.000 penumpang

Gapura Surya Nusantara, Detik Online, 6 Oktober 2014

Kemenhub telah menentukan 48 pelabuhan


umum yang harus memberlakukan 9 indikator
sesuai regulasi Dirjen Hubla.
Sembilan indikator tersebut, antara lain:
o
o
o
o
o
o
o
o
o

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

STANDARDISASI LAYANAN
KEPELABUHANAN

Waktu tunggu kapal (waiting time)


Waktu pelayanan panduan (approach time)
Waktu efektif (effective time vs berth time)
Produktivitas kerja
Receiving/delivery peti kemas
Tingkat penggunaan dermaga (bert occupancy ratio atau BOR)
Tingkat penggunaan gudang (shed occupancy ratio atau SOR)
Tingkat penggunaan lapangan (yard occupancy ratio atau YOR)
Kesiapan operasi peralatan

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. UM. 002/38/18/DJPL-11 Tahun 2011

Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan


hierarkinya
Pintu gerbang kegiatan perekonomian
Tempat kegiatan alih moda transportasi
Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan
Tempat distribusi, produksi dan konsolidasi muatan
atau barang
Mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan
negara
UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 68

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

PERAN PELABUHAN

Jenis (type):
Pelabuhan laut (seaport): untuk angkutan laut
Pelabuhan sungai dan danau (river/lake port):
untuk angkutan penyeberangan
Hierarki (hierarchy):
Pelabuhan utama (main port)
Pelabuhan pengumpul (collector port)
Pelabuhan pengumpan (feeder port)

UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 68

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

JENIS & HIERARKI


PELABUHAN

Pelabuhan
Utama

Pelabuhan
Pengumpul

Pelabuhan
Pengumpan

Fungsi
pokok
melayani
kegiatan

angkutan laut
dalam negeri dan
internasional, alih
muat angkutan
laut dalam negeri
dan internasional

angkutan laut
dalam negeri,
alih muat
angkutan laut
dalam negeri

angkutan laut
dalam negeri, alih
muat angkutan
laut dalam negeri

Volume

jumlah besar

jumlah
menengah

jumlah terbatas

jangkauan
pelayanan
antarprovinsi

jangkauan
pelayanan dalam
provinsi

Angkutan jangkauan
penyeber pelayanan antar
angan
provinsi

UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

HIERARKI PELABUHAN

PELABUHAN UTAMA
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

PELABUHAN PENGUMPAN
REGIONAL

a. Tata ruang wilayah provinsi dan


Kedekatan secara geografis dengan
pemerataan pembangunan
tujuan pasar internasional
antarprovinsi
Kedekatan dengan jalur pelayaran
b. Tata ruang wilayah
internasional
kabupaten/kota serta pemerataan
Memiliki jarak tertentu dengan
dan peningkatan pembangunan
pelabuhan utama lainnya
kabupaten/kota
Memiliki luas daratan dan perairan
c. Pusat pertumbuhan ekonomi
tertentu serta terlindung dari
daerah
gelombang
d. Jarak dengan pelabuhan
Mampu melayani kapal dengan
pengumpan lainnya
kapasitas tertentu
e. Luas daratan dan perairan
Berperan sebagai tempat alih muat f. Pelayanan penumpang dan
penumpang dan barang
barang antarkabupaten/kota
internasional
dan/atau antarkecamatan dalam
Volume kegiatan bongkar muar
1 (satu) kabupaten/kota
dengan jumlah tertentu
g. Kemampuan pelabuhan dalam
Harus berpedoman pada jaringan
melayani kapal
jalan nasional dan/atau jaringan
h. Harus berpedoman pada jaringan
kereta api nasional
jalan provinsi dan/atau kereta
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
provinsi

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

PENETAPAN LOKASI PELABUHAN

Pelabuhan di Indonesia diorganisasikan ke


dalam sistem hierarkis terdiri dari sekitar
1.700 pelabuhan
o Terdapat 111 pelabuhan komersial,
termasuk pelabuhan strategis yang dikelola
oleh Pelindo I, II, III, dan IV.
Rencana Induk Pelabuhan Nasional: Keputusan
Menteri Perhubungan No. KP 725 Tahun 2014
perubahan atas KP 414 Tahun 2013

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

SISTEM PELABUHAN DI
INDONESIA

PERUM
CAKUPAN
PELABUHA (PROVINSI)
N

PELABUHAN YANG DIATUR

Pelindo I

Aceh, Sumatera
Utara, Riau

Belawan, Pekanbaru, Dumai, Tanjung


Pinang, Lhokseumawe

Pelindo II

Sumbar, Jambi,
Sumsel, Bengkulu,
Lampung, Jakarta

Tanjung Priok, Panjang, Palembang,


Teluk Bayur, Pontianak, Cirebon, Jambi,
Bengkulu, Banten, Sunda Kelapa,
Pangkal Batam, Tanjung Pandan

Pelindo III

Kalteng, Kalsel, NTB,


NTT

Tanjung Perak, Tanjung Emas,


Banjarmasin, Benoa, Tenan/Kupang

Pelindo IV

Sulawesi (S, SE,


Tengah dan Utara),
Maluku, Irian Jaya

Makassar, Balikpapan, Samarinda,


Bitung, Ambon, Sorong, Biak, Jayapura

David Ray (2008) Reformasi Sektor Pelabuhan Indonesia dan UU Pelayaran


Tahun 2008, USAID - SENADA

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

PELABUHAN KOMERSIAL

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

SUMATERA :

JAWA :

1.
2.
3.
4.

10. Bojonegara
11. Tg. Priok
12. Tg. Intan
13. Tg. Emas
14. Tg. Perak

Sabang
Belawan
Dumai
Batam (Batu Ampar/
Sekupang/ Kabil/
Lobam)
5. Tg. Balai Karimun
6. Teluk Bayur
7. Tua Pejat
8. Palembang
9. Panjang

BALI NUSA TENGGARA :


15. Benoa
16. Tenau Kupang

KALIMANTAN :
17. Pontianak
18. Balikpapan
19.Sampit
20. Banjarmasin
21. Mekar Putih
SULAWESI :
22. Makassar
23. Pantoloan
24. Bitung

PAPUA KEP MALUKU :


25. Ambon
26. Ternate
27. Sorong
28. Jayapura
29. Merauke

PELABUHAN
BITUNG

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

PELABUHAN KUALA
TANJUNG

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Sumber: Cetak Biru Sistem Logistik Nasional

The very essence of seaports is to link maritime


networks and land networks (Weigend, 1958;
Vigarie, 1968)
The lack of interest for maritime networks alone
remains paradoxical for one main reason: the
biggest drivers of change are shipping lines
o Port selection strategies of increasingly powerful
carriers have profoundly modified the network
structure of many port regions worldwide (Slack, 1993;
Hoffmann, 1998)
o Although an immense literature exists on port selection
criteria by shipping lines and shippers (see Ng, 2009 for
a recent and thorough synthesis), it concentrates mostly
on economic criteria

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

PORT SELECTION CRITERIA


BY CARRIERS

The high frequency of ship visits (Slack, 1985; Bird and


Bland, 1988; Tiwari et al., 2003; Sanchez et al., 2003; and
De Langen, 2007)
The speed and reliability of the container handling service
(UNCTAD, 1992; Tongzon & Ganesalingam, 1994)
The adequate port infrastructure, especially for loading and
unloading equipment availability and information
technology support (Tongzon & Ganesalingam, 1994)
Low cost of ports (Murphy et al., 1991, 1992)
High respond to the needs of port service users (DEste and
Meyrick, 1992; Ugboma et al, 2000; and De Langen, 2007)
The guarantee of goods security (DEste and Meyrick,
1992)
Sutomo & Soemardjito, 2012

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

PORT SELECTION CRITERIA


BY CARRIERS

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

KONEKTIVITAS GLOBAL: PERAN


PELABUHAN INDONESIA
11

15
Rotterdam

Shanghai

Dubai

9
Indonesia dilewati oleh satu Sea Lane of Communication
(SLoC), yaitu Selat Malaka yang menempati peringkat
pertama dalam jalur pelayaran kontainer global

Port
Kelang
Singapore

Jalur Utama

Tj. Priok 22

Penguatan konektivitas nasional dengan memperhatikan


posisi geo-strategis regional dan global, merupakan
modal utama percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia
Catatan:
Nomor dalam lingkaran menunjukkan peringkat
pelabuhan (container) berdasarkan volume bongkarmuat di dunia (dalam TEUs tahun 2013) berdasarkan
World Shipping Council

13

Mega Hub

Regional Hub

Mega Hub

Rendahnya pertumbuhan arus


barang (3,49% dalam 5 tahun
terakhir untuk 5 pelabuhan
utama), akibat:
Kualitas infrastruktur
pelabuhan yang kurang
memadai, khususnya
kapasitas bongkar muat
Kedalaman rata-rata hanya 6
meter sehingga tidak bisa
dimasuki kapal besar

Sumber: Global Competitiveness Index Report 2013-2014,


World Economic Forum

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Kualitas Pelabuhan Indonesia:


Peringkat 89 dari 148 Negara

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Rodrigue et al., 2006

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Rodrigue et al., 2006

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

Rodrigue et al., 2006

Fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran oleh Syahbandar


(pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan tertinggi untuk pengawasan keselamatan dan
keamanan pelayaran)
Fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan:
Otoritas Pelabuhan: dibentuk pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial
Unit Penyelenggara Pelabuhan: dibentuk pada pelabuhan yang belum
diusahakan secara komersial
Unit Penyelenggara Pelabuhan Pemerintah
Unit Penyelenggara Pelabuhan Pemerintah Daerah

Fungsi penyediaan jasa kepelabuhanan oleh Badan Usaha


Pelabuhan sesuai jenis usaha yang dimiliki (operator terminal
dan fasilitas pelabuhan lainnya dermaga, bahan bakar, air
bersih, fasilitas naik turun penumpang, bongkar muat
barang/peti kemas, jasa terminal, dll)
UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

KELEMBAGAAN

Menyediakan lahan daratan dan perairan pelabuhan

Menyediakan dan memelihara penahan


gelombang, kolam pelabuhan, alur-pelayaran dan
jaringan jalan
Menyediakan dan memelihara Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran
Menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan
di pelabuhan
Menyusun Rencana Induk Pelabuhan, serta Daerah
Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan
Mengusulkan tarif penggunaan perairan dan/atau
daerah, dan fasilitas pelabuhan
Menjamin kelancaran arus barang
UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

OTORITAS PELABUHAN

Menyediakan dan memelihara penahan


gelombang, kolam pelabuhan, alur-pelayaran
dan jaringan jalan
Menyediakan dan memelihara Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran
Menjamin keamanan dan ketertiban di
pelabuhan
Memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan
Menyusun Rencana Induk Pelabuhan, serta
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
Menjamin kelancaran arus barang
Menyediakan fasilitas pelabuhan
UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

TR5101 - Puspita Dirgahayani (2014)

UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN

Sussman, J. (2000) Introduction to Transportation Systems, Artech


House, Inc., Norwood, MA.
Rodrigue, J.P., C. Comtois, and B. Slack (2006) The Geography of
Transportation Systems, Routledge, New York.

Cesar Ducruet, Celine Rozenblat, Faraz Faidi (2010) Ports in multilevel maritime networks: evidence from the Atlantic, Journal of
Transport Geography 18, pp. 508-518

Heru Sutomo and Joewono Soemardjito (2012) Assessment Model of


the Port Effectiveness and Efficiency (Case Study: Western
Indonesia Region), Procedia Social and Behavioral Sciences 43, pp.
24-32

Soedjono Kramadibrata (2001) Perencanaan Pelabuhan, Penerbit ITB,


Bandung.

Bambang Triatmodjo (2010) Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset,


Yogyakarta.

(2014)
TR5101 - Puspita Dirgahayani (2013)

Reference:

You might also like