Proyek FPSO Brotojoyo Di Ladang Salawati

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 59

PROYEK FPSO

BROTOJOYO DI
LADANG SALAWATI

FPSO Brotojoyo Ship Particular


Vessel Type : FPSO
Hull Type : Single
LOA : 202.5 m
Beam (Extreme) : 38.4 m
Depth Moulded : 18.6 m
Draft summer (max) : 11.8 m
DWT : 60875 MT
Classification Society : BKI/NKK
Owner : PT. Buana Listya Tama
Operator : PT. Gemilang Bina Lintas Tirta

FPSO Brotojoyo Histori Operasi


2006-2010 : Ladang Salawati, Sorong, Papua Barat (JOB

Pertamina-Petrochina Salawati)
2010-2012 : Ladang Pagerungan Utara (Kangean Energy
Indonesia)
2015-sekarang : Ladang Salawati, Sorong, Papua Barat
(JOB Pertamina-Petrochina Salawati)

Latar Belakang Proyek


Tahun 2014 PT. Buana Listya Tama mendapatkan proyek

konversi FPSO Brotojoyo untuk beroperasi di Ladang


Salawati milik JOB Pertamina-Petrochina Salawati
Dilakukan penambahan peralatan Gas Lift Compressor
(GLC) untuk Gas Lift Injection
Konversi yang dilakukan meliputi :
-Pembongkaran Water Heater Equipment
-Penambahan frame pada skid dan kaki pondasi GLC
-Modifikasi perpipaan di sistem produksi

Operasi FPSO Brotojoyo


Production Rate : 1998 BPD
Mooring System : Spread Mooring (8 Mooring Chain & 8

Anchor)
Riser system : 1 Oil 6 Flexible Riser with Floater, 1
Gas Lift 3 Flexible Riser with Floater, 1
Fibre
Optic Cable
Personnel On Board (POB) : 31 Persons

Tahapan Proyek FPSO Brotojoyo


Engineering
Phase
Conversion
Phase
Installation
Phase

Commisioning

Gambar 1. Diagram Alur Proyek


FPSO Brotojoyo

Operation

Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Proyek


Joint Operating Body Pertamina Petrochina Salawati

(JOB PPS) : Charterer


PT. Buana Listya Tama : Main Contractor
PT. Jasa Marina Indah : Shipyard Sub Contractor
PT. Global Maritime Asia : Marine Engineering Consultant
Sub Contractor
PT. Marin Konsultan & Enjiner : GLC Engineering
Consultant Sub Contractor
PT. Pualam Emas Sejahtera : Installation Sub Contractor
PT. JF Moore International : Marine Warranty Surveyor
PT. Valarbi : Certification Sub Contractor

PT. Ovalangga Citra Samudra : Tank Cleaning Sub

Contractor
PT Indo Compression International : GLC Supplier
PT. Ocean Buana Lines : AHTS Supplier
PT Geospecialist : Location Survey Sub Contractor

1. Engineering Phase
Dibagi menjadi tiga tahap :

- Conversion Engineering
- Preparation Installation Engineering
- Installation Engineering

1.1 Conversion Engineering


Rekayasa untuk keperluan konversi FPSO (Penambahan

GLC)
Terdiri dari :
- GLC Layout / New General Arrangement
- GLC Skid And Foundation Design
- Lifting Procedure

GLC Layout / New GA


Rancangan tata letak Equipment GLC pada FPSO

Brotojoyo
Layout GLC akan memengaruhi Process Flow Diagram,
Piping & Instrument Design, Stabilitas kapal

Gambar 1.1. General Arrangement


Setelah Penambahan GLC

Gambar 1.3. Process Flow Diagram


FPSO Brotojoyo

GLC Skid and Foundation Design


Desain dan Analisa Skid dan pondasi untuk peletakan

GLC di FPSO
Tujuan analisa Skid dan Pondasi GLC :
- Mendesain Skid dan pondasi agar mampu menahan
GLC pada kondisi operasi dan transit (towing)
- Memeriksa kemampuan kekuatan lokal dek dalam
menahan skid, pondasi serta GLC
- Menganalisa kemungkinan deformasi lambung kapal
akibat penambahan skid dan pondasi GLC
- Menganalisa motion dan percepatan kapal akibat
penambahan skid dan pondasi GLC

Gambar1.4. Permodelan Skid dan


Pondasi dengan menggunakan SACS

Gambar 1.5. Model Elemen Hingga


Skid dan Pondasi GLC

Lifting Procedure
Prosedur sebagai acuan untuk proses Lifting GLC
Informasi yang ada pada Lifting procedure antara lain :

- Deskripsi setiap pekerja yang terlibat dalam Lifting


- Urutan proses aktivitas Lifting GLC
- tabel Assessment of Condition at Site
- Contingency Plan

Tabel 1.1 Assessment of Condition at


Site

Tabel 1.2. Contingency Plan

1.2 Preparation Installation Engineering


Rekayasa untuk keperluan persiapan instalasi FPSO
Terdiri dari :

- Towing Procedure FPSO Brotojoyo


- Towing Procedure Barge DKU-6 (Material barge)
- Analisa stabilitas FPSO pada saat Towing
- Analisa transpor Barge DKU-6

Towing Procedure FPSO Brotojoyo dan Barge DKU6


Prosedur yang dijadikan acuan dalam melakukan proses

Towing FPSO dan Barge


Informasi yang ada di Towing Procedure antara lain :
- Vessel Data, baik towed unit maupun towing unit
- Urutan aktivitas Towing
- Contingency Plan
- Perhitungan Bollard Pull yang dibutuhkan untuk
Towing
- Batas keadaan cuaca untuk proses Towing

Analisa Stabilitas FPSO Brotojoyo Pada Saat


Towing
Analisa dilakukan untuk memastikan FPSO Brotojoyo

tetap stabil selama proses Towing


Stabilitas kapal ditentukan berdasarkan Momen
Pengembali kapal (Righting Moment) ketika kapal
mengalami oleng (Heeling)

Analisa Transpor Barge DKU-6


Analisa untuk memastikan Mooring system dibawa oleh

Barge DKU-6 dengan aman


Analisa yang dilakukan antara lain :
- Analisa stabilitas Barge DKU-6 pada saat membawa
muatan
- Analisa Motion dari Barge
- Perhitungan Steel Wire Rope Lashing
- Desain Sea Fastening/Padeye

1.3 Installation Engineering


Rekayasa untuk keperluan instalasi di lokasi operasi
Terdiri dari :

- Analisa Mooring
- Analisa Riser
- Mooring Installation and Hookup Procedure

Analisa Mooring
Analisa sistem tambat FPSO Brotojoyo selama masa

operasi
Tujuan dari Analisa Mooring :
- Desain sistem tambat yang mampu beroperasi selama
masa operasi
- Menganalisa perilaku struktur FPSO pada saat
ditambat, ditampilkan dalam bentuk Grafik Respose
Amplitude Operator
- Menghitung tegangan mooring chain dan offset FPSO
Brotojoyo

Gambar 1.7. Konfigurasi Mooring

Analisa Riser
Analisa untuk memastikan Riser mampu beroperasi

selama masa operasi FPSO


Tujuan dari analisa antara lain :
- Menganalisa tegangan pada riser selama 2 tahun
masa operasi
- Menganalisa jari-jari lengkungan (Bending Radius)
Riser

Gambar 1.8. Konfigurasi Riser

Mooring Installation and Hookup Procedure


Prosedur yang dijadikan acuan untuk Instalasi dan Hook

up Mooring
Informasi yang terdapat pada prosedur antara lain :
- Daftar kapal dan peralatan yang digunakan pada
aktivitas intalasi mooring
- Penjabaran tugas pekerja yang terlibat
- Urutan proses aktivitas instalasi dan hookup mooring

2. Conversion Phase
Fase konversi FPSO (Pemasangan GLC)
Tahapan pada fase konversi antara lain :

- Fabrikasi Skid dan pondasi GLC


- Instalasi GLC pada Skid (Lifting)
- Modifikasi sistem perpipaan
- Inspeksi dan penerbitan SKPP

Fabrikasi Skid dan Pondasi GLC


Pengerjaan skid dan pondasi untuk GLC berdasarkan

framing plan yang sudah ditentukan


Skid dan pondasi menggunakan milik water heater yang
ditambah beberapa frame dan 2 kaki pondasi

Gambar 2.1. Desain Skid dan Pondasi GLC

Instalasi GLC pada Skid


Instalasi GLC pada FPSO Brotojoyo akan menggunakan

proses lifting
Sebelum proses Lifting, dilakukan pengecekan pre lifting
antara lain keadaan cuaca, kondisi kapal, peralatan
rigging.
GLC akan diangkat menggunakan Crane Barge Baruna III
milik PT. JMI
Setelah GLC terletak di skid, maka akan dilakukan
Seafastening

Gambar 2.2. GLC Lifting Arrangement

Modifikasi Sistem Perpipaan


Sistem perpipaan dirubah untuk menyesuaikan

penambahan GLC sesuai dengan PFD dan P&ID baru


Karena perpipaan menggunakan tekanan tinggi, Welder
harus memiliki sertifikat las 6G
Setelah perpipaan selesai di instalasi, dilakukan xray test
dan hydro test pada pipa untuk mendeteksi kebocoran

Inspeksi dan Penerbitan SKPP


Setelah konversi selesai dilakukan, dilakukan Inspeksi

oleh PT. Valarbi untuk penerbitan Sertifikat Kelayakan


Penggunaan Perlatan (SKPP) oleh Ditjen Migas
Peralatan yang harus memiliki SKPP antara lain :
- Pedestal Crane
- Pressure Safety Valve
- Pressure Vessel (Separator)
- Electrical
- Rotary Equipment (Permesinan, GLC)

3. Installation Phase
Fase instalasi dibagi dua tahap:

- Preparation Installation at Shipyard


- Installation at Site

3.1 Preparation Installation at Shipyard


Aktivitas persiapan yang dilakukan sebelum kapal di

towing menuju lokasi operasi


Aktivitas yang dilakukan antara lain :
- Inspeksi AHTS & FPSO sebelum towing
- Inspeksi Barge DKU-6 & Towing tug sebelum towing
- Inspeksi Crane Barge
- Load Test winch FPSO, untuk keperluan Hookup
- Load Test pada Winch Barge DKU-6 untuk keperluan
instalasi mooring di lokasi operasi
- FPSO Towing to Site
- Barge DKU-6 Towing to Site

Inspeksi FPSO dan Barge DKU-6 Sebelum Towing


FPSO akan di towing oleh AHTS Marine Supply 02
Barge DKU-6 akan di towing oleh Towing Tug KM Berkah

Pandanaran
Inspeksi yang dilakukan antara lain :
- Visual Inspection Winch AHTS
- Ballasting dan Trimming
- Bahan bakar
- Seafastening muatan dan peralatan

Gambar 3.1. Stowage Plan Barge DKU-6

Inspeksi Crane Barge


Untuk keperluan instalasi FPSO Brotojoyo, maka

digunakan Crane Barge Wahyu Pandanaran milik PT.


Pualam Emas Sejahtera
Inspeksi yang dilakukan adalah Load Test pada peralatan
crane untuk memastikan crane mampu menahan beban
yang dibutuhkan pada saat instalasi

Barge DKU-6 Towing ke Lokasi Operasi


Setelah menerima Towage Approval, Barge DKU-6 akan

di towing menuju Salawati


Barge DKU-6 serta Crane Barge Wahyu Pandanaran
akan berangkat lebih dulu ke lokasi operasi daripada
FPSO agar Mooring system bisa di laydown sebelum
FPSO tiba diokasi

Gambar 3.2. Rute Towing DKU-6

Gambar 3.3. Towing Arrangement DKU-6

FPSO Brotojoyo Towing ke Lokasi Operasi


Setelah menerima Towage Approval, FPSO Brotojoyo

akan di towing menuju Salawati


FPSO Brotojoyo serta AHTS Marine Supply 02
direncanakan tiba setelah Mooring Anchor di laydown
agar bisa langsung hookup dan memaksimalkan
penyewaan AHTS

Gambar 3.4. Towing Arrangement FPSO Brotojoyo

3.2 Installation at Site


Instalasi Mooring dan riser FPSO Brotojoyo
Berikut tahapan Instalasi di Lokasi Operasi :
1. Survei lokasi
2. Peletakan jangkar (Anchor Laydown) pada dasar

laut
3. Hookup dan Positioning
4. Instalasi Riser dan Fibre Optic

Survei Lokasi
Survei untuk memastikan titik koordinat Mooring dan

FPSO Brotojoyo menggunakan GPS


Untuk Membantu Instalasi Mooring dan Positioning FPSO
Brotojoyo

Peletakan Jangkar Pada Dasar Laut


Instalasi mooring system (8 anchor + 8 500m mooring

chain) pada dasar laut


Stepvris MK5 Anchor diposisikan di dasar laut dengan
bantuan Crane Barge Wahyu Pandanaran dan ditandai
letaknya dengan buoy
Mooring chain yang terhubung pada anchor diarahkan
menuju titik koordinat FPSO untuk mempermudah hookup
Mooring system ditarik (tension) sebesar 160 ton
menggunakan winch Barge DKU-6 dan crane
Ujung Mooring chain akan dipasang buoy sebagai
penanda

Hookup
Mooring chain yang sudah di laydown dihubungkan pada

chain stopper di FPSO Brotojoyo dengan bantuan AHTS


Marine Supply 02
Mooring chain dan buoy dikaitkan pada chain lock di
AHTS, dan wire sling dari FPSO dihubungkan pada
mooring chain tersebut
Mooring chain ditarik oleh winch FPSO hingga melewati
fairlead dan dikunci pada chain stopper
Mooring chain diatur agar memiliki sudut 32 derajat

Instalasi Riser dan Fibre Optic


Pemasangan Riser Head pada Flange di Platform TBA-4

dan Connection Frame pada FPSO Brotojoyo dengan


bantuan Crane Barge Wahyu Pandanaran
10 Floater dipasang pada 6 Oil Riser
3 Floater dipasang pada 3 Gas Riser
Fibre Optic diinstalasi pada sambungan FPSO Brotojoyo
dan Platform TBA-4 menggunakan Crane Barge Wahyu
Pandanaran

Commisioning Phase
Terdapat dua bagian pada Commisioning Phase :
a) Precommisioning
b) Commisioning

Pre Commisioning
Persiapan yang dilakukan pada sistem produksi FPSO

Brotojoyo sebelum memulai produksi


Persiapan yang dilakukan antara lain :
a) Uji Hydrotest Riser dan sistem perpipaan
b) Uji fungsi peralatan
c) Inert gas pada tangki kargo
d) Penerbitan SKPI

Uji Hydrotest Riser dan sistem perpipaan


Uji Hydrotest dilakukan untuk mendeteksi adanya

kebocoran pada riser dan sistem perpipaan


Riser dan sistem perpipaan dialiri air dan dipompa selama
24 jam. Apabila pada 24 jam apabila tekanan yang diukur
berkurang, maka terdapat indikasi adanya kebocoran
6 Oil Riser dilakukan hydrotest pada tekanan 800 psi
selama 24 jam
3 Gas Riser dilakukan Hydrotest pada tekanan 3000 psi
selama 24 jam

Function Test
Uji fungsi peralatan dilakukan pada setiap equipment

yang merupakan bagian dari sistem produksi FPSO


Brotojoyo
Kru FPSO Brotojoyo memeriksa equipment sesuai
checklist dan membuat Inspection Report yang akan
diberikan pada tim proyek FPSO Brotojoyo.

Inert Gas
Tangki kargo akan menyimpan bahan mudah terbakar,

sehingga resiko kebakaran harus dikurangi


Inert Gas digunakan pada tangki kargo untuk mengurangi
kadar oksigen pada tangki gas
Kadar oksigen pada tangki kargo harus kurang dari 8%
total volume tangki

Penerbitan SKPI
PT Valarbi dan Ditjen Migas memeriksa sistem produksi

dan metering FPSO Brotojoyo


Apabila FPSO Brotojoyo dianggap layak untuk melakukan
produksi, akan diterbitkan Sertifakat Kelayakan
Penggunaan Instalasi oleh Ditjen Migas

FPSO Brotojoyo Commisioning


Sistem produksi mulai menerima hidrokarbon dari

wellhead
Commisioning dimulai ketika hidrokarbon telah memasuki
sistem produksi dan flare tower mengeluarkan hasil
pembakaran gas buang

FPSO Brotojoyo Operation


FPSO Brotojoyo memproduksi minyak secara stabil

dengan jumlah produksi rata-rata 1998 Bpd


PT. GBLT mengelola sistem produksi dan operasi kapal
Offshore Installation Manager (OIM) akan mengirimkan
Daily Operation Report (DOR) kepada Offshore
Department.

Dailly Operation Report


DOR dikirim oleh OIM kepada tim offshore department PT. Buana

Listya Tama dan diketahui oleh perwakilan JOB PPS sebagai charterer
Informasi yang terdapat di DOR antara lain :
a) Jumlah produksi minyak, gas, dan air yang diproduksi oleh kapal
tiap hari.
b) Safety Highlights, yaitu catatan aktivitas yang berhubungan dengan
keselamatan kapal
c) Safety Man Hours, yaitu jumlah hari semenjak Lost Time Injury
(LTI) terbaru
d) Kondisi cuaca pada lokasi operasi
e) Daftar kapal yang bertugas sebagai Standby Vessel
f) Daftar kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh kru kapal
selama 24 jam terakhir
g) Jumlah personel yang ada di FPSO Brotojoyo

Gambar 4.1. Organization Chart FPSO Brotojoyo

You might also like