Professional Documents
Culture Documents
Onkologi Paru
Onkologi Paru
Rongga Toraks
Dr. Irvan Medison. SpP
Tumor paru
1.Hamartoma
a. cartilaginous
b. Fibroleiomyomatous
2. Chndroma of bronchus
3. Cystadenoma of bronchus
4. Fibroma
5. Myxoma
6. Lipoma
Definisi Kanker
Kanker
Proliferasi abnormal dari sel
jaringan tubuh manusia dengan
kecenderungan menyebar ke
tempat-tempat di luar tempat asal
sel/jaringan tubuh tadi
KANKER PARU
Kanker paru adalah Semua penyakit keganasan di
paru, baik primer dari paru maupun metastase tumor
ke paru
Primer
SekunderCa Mamae
(metastase ) Ca prostat
Osteo sarcoma
Tumor ovarium
( meigh sindrom )
EPIDEMIOLOGI
Data statistik di berbagai negara
menunjukan angka kejadian kanker paru
cendrung meningkat
Prostate 33%
Lung & bronchus 14%
Colon & rectum
11%
Urinary bladder 6%
Melanoma of skin 4%
Non-Hodgkin
lymphoma 4%
Kidney 3%
Oral Cavity 3%
Leukemia 3%
Pancreas
2%
All Other Sites 17%
Women
658,800
32% Breast
12% Lung & bronchus
11% Colon & rectum
6% Uterine corpus
4% Ovary
4%
Non-Hodgkin
lymphoma
3% Melanoma of skin
3% Thyroid
2% Pancreas
2% Urinary bladder
20% All Other Sites
*Excludes basal and squamous cell skin cancers and in situ carcinomas except urinary bladder.
Source: American Cancer Society, 2003.
Women
270,600
Epidemiologi
1/25/17
Dikenal abad ke 15
Meningkat lebih abad yang lalu
Bersifat fatal 5` SR < 10 %
Insiden : = 5 : 1
Umur : 40 70 tahun
Epidemiologi
dunia
1/3 dari kematian ok keganasan terjadi pada laki-laki
Kanker paru Jepang penyebab kematian utama
keganasan pada laki-laki
Indonesia
Data nasional belum ada
RS persahabatan
Urutan ke 3 dari 10 penyakit keganasan
R.S.Persahabatan Jakarta
Tahun 1970-1976
6,6 thn
Sebanyak 382 kasus ( 63,5 / tahun )
Tahun 1984-1988
4 thn
Sebanyak 666 kasus ( 166,5 / tahun )
Tahun 1992
1 thn
Sebanyak 228 kasus (228 / tahun )
180
150
120
90
60
30
0
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
www.kankerparu.org
rumah sakit
Jml kasus
Patogenesis
Etiologi dan patogenesis kanker ?
Teori-teori
Herediter
Vairal carcinogenesis ( hepatitis B )
Ketidak seimbangan antara tumor gen supresor dan gen protoonkogen
Proto onkogen adalah gen yg berperan terjadinya dysregulasi
atau mengasilkan protein abnormal sehingga terjadi gangguan
perkembangan sel normal menjadi proses keganasan
Gen protoonkogen ( K-ras, c-myc, bel-2)
Gen supresor adalah gen yang merubah/mengontrol sehingga
tidak terjadi pembentukan sel yang abnormal
Gen supresor (Rb, P53,3p LOH)
Onkogen
normal
Ras
myc
P53
Rb
Proliferasi
Apoptosis
Siklus sel
faktor pertumbuhan
Siklus sel
p53
bcl2
Cancer
1/25/17
Gen tumor
supresor
Faktor risiko
Laki-laki : perempuan ( 3-5 : 1)
Usia > 40 th
Work place exposure
Nickel, arsenic, asbes, beryllium dll
Urban residents 1.5-2 kali rural resident
polusi udara
Ada riwayat keluarga kanker paru
Perokok pasif
Perokok resiko kanker meningkat 26%
Kira kira 85-90% insiden kanker paru
pada orang perokok
: Benzpyrene
Dibenzanthracene
Benzofluoranthenes
Basik fraksi
:Nitrosamines
Asidik fraksi
:Tumor promoting agent
Residual fraksi :Nikel, cadmium,
Polonium 210
Fase uap :
1/25/17
: Nikel karbonyl
Hydrazin
Vinyl chlorida
Nitrogen oksida
Nitrosodiethylamine
DIAGNOSIS`
TUJUAN
Menentukan jenis histopatologi
Menentukan derajat kanker paru
Menentukan lokasi tumor
Menentukan performan status
Menentukan terapi yang akan dipilih
DIAGNOSIS CA PARU
1. Gambaran klinis ( Anamnesis ;gejala klinis,
Pemeriksaan Fisik )
2. Radiologis ( torak PA/ Lat, CT Scan torak)
3. Patologi anatomi (Sitologi sputum, bilasan
bronkus, TTB, BAJH, sitologi cairan pleura,
biopsi pleura )
4. Tumor marker P53,
5. Bronkoskopi ( diagnosis dan terapi )
Gejala klinik
1. Terhadap saluran nafas
batuk-batuk kronis
hemoptysis
Kelumpuhan diaphragma
Kelumpuhan N. brachialis
3. Gejala Metastase
Tulang
Otak
Dll
4. Non metastase extra pulmonary manifestation of
bronchogenic carcinoma
Hypertropic osteo atropaty
Neurophati
Diagnosa
Anamnesa :
Keluhan Utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kebiasaan ( merokok, dll)
Riwayat pekerjaan ( berhubungan dengan polusi )
Pemeriksaan :
- Keadaan umum
- Gejala klinik
- Radiologi PA / Lat / Tomografi
- Laboratorium : rutin
sitologi sputum
1. GAMBARAN KLINIS
Anamnesis
GAMBARAN KLINIS
Anamnesis
Anamnesis
Riwayat sakit, riwayat pengobatan
Mangunnegoro:
43% pasien kanker paru didiagnosis
sebagai Tb paru
Taufik:
38% pasien kanker paru telah diobati sebagai Tb
paru ketika diagnosis kanker paru ditegakkan
Pemeriksaan Fisik
Inspesi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Horners Syndrome
& Brachial Plexus
Syndrome
2.Radiologis
Ro/ toraks PA
Ro/ pa lateral
Posisi / lokasi tumor
Ct scan toraks
Ukuran massa tumor < 1cm
Mengetahui KGB hilus
Massa radioopak
destruksi iga I
di puncak paru,
RONTGEN TORAKS
Tumor sekunder
Riwayat tumor di
tempat lain
Secara radiologis
gambarannya multiple
nodul
ATELEKTASIS
CT SCAN TORAK
3. Patologi Anatomi
Sitologi sputum
Cara pengambilan sputun yang baik yaitu sputum pagi
hari/habis bangun tidur, kumur-kumur, tarik nafas dalam baru di
batukan
Pembagian lain
1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil
( K P K S K ) atau Small cell lung
cancer
(SCLC)
2. Kanker paru jenis bukan karsinoma sel
kecil
(K P B K S K ) atau Non small cell
lung cancer ( N S C L C )
1/25/17
4. Tumor marker
Belum di sepakati
Cyfra 21.1, NSE , SCC
Baru di gunakan sebagai follow up
pengobatan
5. Bronkoskopi
Diagnosis
Diagnosis makroskopis/penampakan
Dapat melihat sumber perdarahan
Mengambil bahan dengan bilasan, sikatan, biopsi
trasbronkial
Menentukan derajat tumor ( T )
Terapiotik
Pemasangan sten
Mengambil korpus alienum
BRONKOSKOPI
Diagnosa dini
Tujuan :
Menemukan kanker paru dini
Terbatas epitel bronkus
= Ca insitu
Resiko tinggi
umur 40 tahun
Perokok berat / sedang
Terpapar zat karsinogen
1/25/17
Diagnosa dini
Tumor 1 cm ( 10 mm) -- 25 - 30 Doubling time
-- 7 - 590 hari
-- 60 -- 70 % umur nya
Ikeda :
Tumor < 20 mm
Tumor 20 30 mm
masih dini
1/25/17
Curiga
TDK
curig
+
a
TDK Evalusai
derajat/
obat
Mungkin
ganas tapi
perlu DD
TDK
TDK
TDK
Tidak
mencurigak
an
Pem
TDK
saringan di
atas
diteruskan
TDK
Tx
T N M
No
Mo
Tis
No
Mo
Derajat
IA
T1
No
Mo
Derajat
IB
T2
No
Mo
Derajat II A
T1
N1
Mo
Derajat II B
T2
N1
Mo
Derajat
1/25/17
T N M
Derajat III A
T1
T2
T3
T3
N2
N2
N1
N2
Mo
Mo
Mo
Mo
Derajat III B
Sembarang T
T4
N3
Sembarang N
Mo
Mo
Derajat IV
Sembarang T
Sembarang N
M1
1/25/17
Kategori T , N , M
Kanker paru
T
To
Tx
Tis
T1
T2
utama
: Tumor primer
: Tumor primer ( - )
: Tumor ( - ), sitologi ( + )
: Karsinoma insitu
: Tumor < 3 cm, dalam bronkus lobus
: Tumor > 3 cm, dalam bronkus
lebih 2 cm dari carina mengenai pleura
visceral, atelektasis dan pneumonitis
1/25/17
T4 :
1/25/17
Mo
M1
1/25/17
TERAPI
Macam-macam terapi
Kemoterapi
Operatif
Radioterapi
Imunoterapi
Terapi Hormon
Terapi gen
Suportif
Combined modality therapy
Definisi Kemoterapi
Sitostatika
Bersifat sitotoxic,artinya
normal.
Penggolongan Kemoterapi
Berdasarkan farmakologik :
Alkylating agents
Antibiotic antineoplastics
Antimetabolites
Antineoplastic that alter hormone balance
Biological response modifiers
Miscellaneous antineoplastics
Alkylating agents
Antimetabolites
Fase :M
Setelah Sintesis DNA dan pengaturan gene-gene
selesai ,Penggandaan sel mulai dilakukan ,yang
disebut fase Mitosis (Fase M).
Sitostatika bekerja dengan menghambat mitosis pada
metafase
Contoh Sitostatika yang bekerja pada fase ini :
Alkaloid Vinca (Vincristine)
Manfaat Kemoterapi
Menghalangi pertumbuhan sel kanker
Mencegah metastasis
Menghilangkan gejala yang ditimbulkan
Mengecilkan/ menghilangkan massa kanker
Kemoradioterapi
Sekuensial
Alternating
Konkuren
Karnofsky
Ket
90-100
Aktif normal
70-80
50-60
30-40
10-20
0-10
Tidak sadar
OPERATIF
Syarat operatif
Non small cell carcinoma
Stad < IIb
Toleransi/ faal paru yang tinggal
Pneumonektomi resiko ringan jika VEP1 > 60% dan KVP N
Pneumonektomi resiko sedang VEP1 > 60% dan KVP > 35%
Performan status
Karnofsky ( 70-80 )
WHO
(1)
Jenis operasi
Segmentek tomi
Lobektomi
pneumonektomi
OPERATIF
Paliatif/suportif
Dapat dilakukan pada stad > IIB untuk tujuan
mengecilkan masa tumor untuk
mengurangi sesak
Mengurangi tekanan
Non small cell ca
KEMOTERAPI
Prinsip pemilihan jenis A Kanker
RADIO TERAPI
Radiosensitiv
Small sel ca, adeno ca, large sel ca,
squamous sel ca ( radio resisten
Paliatif
Mengurangi sesak
Mengurangi nyeri tu destruksi iga
hemoptoe
Kuratif
5000-6000 cm rad
5 minggu
Hb > 10 gr %
Trombosit > 100 000
Leukosit 5000 10 000
PS > 60
Targeted terapi
Obat bekerja langsung kepada el yang
mengalami mutasi
Pencegahan
Primer
Menghentikan Merokok
Mencegah menjadi perokok
Vit A
Anti oksidan
Beta karoten
VIT C
VIT E
Sekunder :
Penemuan kasus dini
Hasilnya tidak positif
Tumor
Mediastinum
TUMOR MEDIASTINUM
Rongga mediastinum
Rongga yang terdapat antara
paru kiri dan kanan
Berisi;
jantung
pembuluh darah (arteri
dan vena)
Trakea
Kelenjer timus
Kel enjer getah bening
dan salurannya
Syaraf
Jaringan ikat
Tumor mediastinum
Tumor yang terdapat di dalam
rongga mediastinum
Rongga mediastinum sempit
Tumor menekan organ
sekitar mengancam jiwa
Sebagian besar tumor
mediastinum tumbuh lambat
Anatomi mediastinum
Mediastinum secara anatomi dibagi
atas 4 bagian
1. Mediastinum superior:
Mulai pintu atas rongga dada
sampai ke vertebre torakal ke
5 dan bagian bawah sternum
2. Mediastinum anterior
Dari garis batas mediastinum
superior ke diafragma de
depan jantung
3. Mediastinum posterior
Dari garis batas mediastinum
superior ke diafragma
dibelakang jantung
4. Mediastinum medial ( tengah)
Dari garis batas mediastinum
superior ke diafragma
diantara mediastinum
anterior dan posterior
Neurogenic
Berasal dari saraf ferifer
Neurofibroma
Neurilemoma( Schwanoma)
Neurosarcoma
Berasal dari ganlion simpatis
Ganglioneuroma
Ganglioneuroblastoma
Neuroblastoma
Berasal dari paraganglion
Pheochromocytoma
Chemodectoma
(Paraganglioma)
Thimic
Thymoma
Carcinoid
Thymolipoma
Lymphoma
Hodgkin.s
Histiocytic lymphoma
Undifferentiated
Germ Cell Tumors
Seminoma
Non seminomatous tumors
Pure embryonal cell
Mixed embryonal cell
Whith seminomatous elements
With trophoblastic element
With teratoid elements
With ektodermal sinus elements
( yolk sac tumors)
Teratoma , benign
Sambungan
Aneurysms
Mesenchymal Tumor
Fibroma and fibrosarcoma
Lipoma and liposarcoma
Myxoma
Mesothelioma
Leiomyoma and
leiomyosarcoma
Rhabdomiosarcoma
Xanthogranuloma
Mesenchymoma
Hemangioma
Hemangioendothelioma
Hemangiopeicytoma
Lymphangioma
Lymphangiomyoma
Lymphangiopericytoma
Endocrine Tumor
Thyroid
Parathyroid
Cysts
Pericardial
Broncogenic
Enteric
Thymic
Thoracic duct
Meningoceles
Hernias
Hiatal
Margagni
Lymphadenopathy
Implamatory
Granulomatous
Sarcoid
Berdasarkan lokasi
DIAGNOSIS
Untuk melakukan prosedur diagnostik harus
diperhatikan apakah pasien datang dengan
kegawatan ( napas , kardiovakuler atau saluran
cerna)
Pasien datang dengan kegawatan napas sering
membutuhkan tindakan emergensi atau semi
emergensi. Prosedur diagnostik ditunda dulu sampai
keadaaan gawat teratasi.
Klinis
Anamnesis
Tumor mediastinum sering tidak memberikan gejala dan
terdeteksi saat dilakukan foto toraks
Keluhan biasanya timbul apabila tumor sudah menekan atau
menginvasi struktur mediastinum
Gejala dan tanda yang timbul tergantung organ yang terlibat
Batuk, sesak napas atau stridor ditemukan apabila terjadi ;
penekanan pada trakea atau bronkus utama
Disfagia ; akibat penekan / invasi ke eosofagus
Sindroma vena cava superior ( SVKS); penekan Vena cava
superior
Suara serak dan batuk kering; nervus laringeus terlibat
Paralisis diafragma; penekanan nervus frenikus
Nyeri dinding dada ; pada tumor neurogenik/ tumor menekan
sisitem saraf
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik akan memberikan imformasi sesuai
dengan lokasi, ukuran dan keterlibatan organ lain, misal
data klinis lain dapat dijadikan informasi tambahan
seperti
Adanya mistenia gravis ------ timoma
Limfadenopati ---------------- limfoma.
Pemeriksaan penujang
Radiologi
Foto toraks
Dari foto toraks PA / lateral sudah dapat ditentukan lokasi
tumor; apakah di anterior, medial atau posterior ( untuk tumor
dengan ukuran yang besar sulit menentukan lokasi pastinya).
Tomografi
Sudah jarang dilakukan
CT scan toraks dgn kontras
Dapat menentukan lokasi tumor --- perkiraan
jenis
Menentukan stage ---sudah adanya invasi
sekitar atau belum
Membantu dalam pengambilan bahan sitologi
Untuk menentukan luas radiasi
sambungan
Angiografi
Mendeteksi aneurisma aorta ( lebih sensitif dari
flouroskopi dan ekokardiografi
sambungan
Floroskopi
Untuk melihat kemungkinan aneurisma aorta
Ekokardiografi
Untuk mendeteksi fulsasi pada tumor yang
diduga aneurima aorta
Oesopagografi
Melihat adanya penekan atau invasi pada
oesopagus
USG, MRI dan kedokteran nuklir
Prosedur endoskopi
Bronkoskopi
Dilakukan bila ada indikasi operasi
Dapat mem,berikan informasiadanya penekanan /
pendorongan
Apakah sudah terjadi invasi ke saluran napas
Bronkoskopi sering dapat membedakan tumor paru
dgn tumor mediastinum
Eosopagoskopi
Mediatinoskopi
Untuk tumor yang berlokasi di mediastinum anterior
Torakoskopi diagnostik
Pemeriksaan histologi
Bila BJH tidap dapat menentukan jenis sel dapat
dilakukan
Pengangkatan jaringan KGB --prosedur biopsi
Daniels
Biopsi mediastinal
Biopsi ekisisi pada tumor yang besar
Torakoskopi diagnostik
VATS (Vidio asisted Thoracic surgery)
Figure 1. Top, A: tip of the ultrasonic puncture bronchoscope (CP-EBUS; model XBF-UC260F) with
the linear curved-array ultrasonic transducer. Bottom, B: the balloon attached to the tip of the
bronchoscope is inflated with normal saline solution, and a dedicated TBNA needle is inserted
through the working channel.
Pemeriksaan Laboratorium
Uji tuber kulin ---curiga Limfadenitis TB
T3 T4--- bila curiga tumor tiroid
- fetoprotein dan - HCG dilakukan untuk golongan
tumor sel germinal, jika ada keraguan antara
seminoma dengan non seminoma.
Pada seminoma ----- - feto protein dan HCG
tinggi.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk
tumor mediastinum jinak ---- pembedahan
Tumor mediastinum ganas ----tergantung jenis sel
Jenis limfoma hodgkins dan non hodgkins
---sesuai protokol
Jenis non limfoma --- multi modaliti
PEMBEDAHAN, saja untuk tumor yang
resisten kemoterapi dan radiasi .
KEMOTERAPI
RADIASI
Timoma
Timoma
Epithelial neoplasms
Most are surrounded by fibrous capsule,
but may invade vital structures
Metastasis is rare
Can seed the pleural space but effusion is
rare
Goal is complete resection, with XRT for
incompletely excised tumors and
consideration of cisplatin based chemoTx
Keterangan
Penatalaksanaan
makroskopik berkapsul ,
secara mikroskopik tidak
tampak invasi ke kapsul
Stage
II
Stage III
Stage IV
A
Stage IV
B
Stage
Penatalaksanaan Timoma
Penatalaksanaan timomo tipe medular
Stage I II
Stage III
Stage IV A
Stage IV B
campuran
Penatalaksaan disesuaikan dengan
tipe histologik yang dominan.
Penatalaksanaan seminoma
Seminoma , adalah tumor yang sensitif terhadap
radiasi dan kemoterapi
Tidak ada indikasi bedah untuk tumor jenis ini
Kemoterapi diberikan setelah radiasi selesai,
tetapi respon terapi lebih baik dengan cara
kombinsi radio-kemoterapi
Bila ada kegawatan napas. Radiasi cito. Dilajutkan
dengan kemoterapi ( sisplatin based)
Nonseminoma
Tidak perlu
terapi lanjutan
Reseksi
( bedah)
Teratoma jinak
dan / jaringan
nekrotik
Tidak perlu
terapi lanjutan
Kadar HCG
atau AFP
meningkat
Lanjutkan
kemoterapi
Tumor dapat
diangkat atau
ada sisa tumor
Lanjutkan
kemoterapi
Supportive care
Tumor Neurogenik
Klasifikasi Histologik
Berasal dasi saraf tepi
Neurofibroma
Neurilemonma ( Schwannoma)
Neurosarcoma
Berasal dari gangglion simpatik ( symphathetic gangglia)
Ganglioneuroma
Ganglioneuroblastoma
Neuroblastoma
Berasal dari jaringan para ganglionok
Fakreomasitoma
Kemodektoma ( paraganglioma)
Neurofibroma
Terima kasih