Kegawatdaruratan Paru

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 101

GAWAT

DARURAT PARU

5/16/17 10
djois
2 keadaan gawat darurat

Keadaan gawat
darurat MEDIK

Keadaan gawat
darurat BEDAH
5/16/17 10

djois
BATASAN
Keadaan Gawat Darurat:
Membahayakan Jiwa

Perlu Tindakan: cepat


tepat
adekuat
Apabila tidak :
kematian atau cacat

5/16/17 10

djois
GAWAT DARURAT
PARU
Hemoptisis
Pneumotoraks Spontan
Severe Acute Asthma
Attack
PPOK Eksaserbasi Akut
Edema Paru
Gagal Napas
5/16/17 10

djois
GAGAL NAPAS

5/16/17 10

djois
5/16/17 10

djois
FAAL PARU

1. FAAL VENTILASI

2. FAAL DIFUSI

3. FAAL PERFUSI

5/16/17 10

djois
ANALISA
GAS DARAH

pH : 7.35 - 7.45,
Pa O2 : 80 - 100 mmHg,
Pa CO2 : 35 - 45 mmHg
HCO3 : 22 - 24 m Mol /
liter

5/16/17 10

djois
Macam Gangguan
Gagal Napas

Gangguan Faal Ventilasi :


Pa O2 & PaCO2
Hipoksemia & Hiperkapnea

Gangguan Faal Difusi :


PaO2 & PaCO2 normal /
Hipoksemia & Normo- /
Hipokapnea
5/16/17 10

djois
GAGAL NAPAS

RULE OF FIFTY :
Pa O2 < 50 mmHg
Pa CO2 > 50 mm Hg
atau
Pa O2 < 40 mmHg
Pa CO2 > 60 mmHg

5/16/17 10

djois
GANGGUAN
VENTILASI
Kelainan Saluran Pernapasan
( gangguan obstruktif : asma, PPOK )

Kelainan Parenkim Paru / Pleura / Dinding


Thorax
( gangguan. restriktif : fibrosis / schwarte, efusi pleura
masif, pneumothorax )

Kelainan Otot Pernafasan / Syaraf


(GBS, poliomyelitis, encephalitis, meningitis, myasthenia
gravis )

5/16/17 10

djois
GANGGUAN DIFUSI
Edema Paru
- kardiogenik ( gagal jantung )
- non kardiogenik
ARDS ( adult respiratory distress syndrome )
Pneumonitis ( alveolitis )

- Interstitial Pneumonia
- Interstitial Fibrosis

5/16/17 10

djois
GANGGUAN PERFUSI
Gagal Jantung
sindroma hiperkinetik
sindroma hipokinetik

Emboli paru

Gangguan
Vaskuler
5/16/17 10

djois
GAGAL NAFAS TIPE I
DIAGNOSIS
Klinis: batuk, ronki, takikardi,sianosis

Radiologi : patchy bilateral


alveolar opacity

BGA : PaO2 turun


PaCO2 turun
GAGAL NAFAS TIPE I
TERAPI
Oksigenasi : nasal,masker
ventilator
Airway bebas
Terapi penyakit dasar :
Antibiotik, morfin, diuretik, posisi pasien
GAGAL NAFAS TIPE II
DIAGNOSIS

Klinis :
Hipoksemi :takipneu, berkeringat

Hiperkapni :gelisah, agitasi, koma

BGA :
PaCO2 > 50 mmHg PaO2 < 60 mmHg
HCO3- / BE normal atau meningkat
GAGAL NAFAS TIPE II
TERAPI
Support ventilation: latihan batuk,suction
Oksigen terkontrol
Koreksi asam basa
Terapi penyakit dasar:
PPOK : bronkodilator
ASMA
EKSASERBASI
AKUT
PENDAHULUAN

salah satu penyebab utama kasus


kegawatdaruratan dan rawat inap

Pemahaman
EKSASERBASI patofisiologi,
terapi
/ meningkat
SERANGAN
ASMA

alasan utama pasien untuk


mencari pertolongan
Kaplan AG, Balter MS,
DEFINISI
Expert Panel report NHLBI
2007
Penyakit inflamasi kronik saluran napas dengan
banyak sel yang berperan terutama sel mast,
sel epitel, eosinofil, limfosit T, makrofag, dan
neutrofil. Pada individu rentan proses tersebut
menyebabkan wheezing berulang, sesak napas,
ASMA
dada terasa penuh (chest tightness), dan batuk
terutama malam dan atau menjelang pagi

Gina 2010 EKSASERBASI ASM


episode peningkatan sesak napas, batuk, mengi, rasa
berat di dada, atau kombinasi gejala-gejala tersebut
STATUS Kotaru, Mc Fadden. Acute exaserbation of
ASMATIKUS asthma 2008
keadaan kegagalan atau tidak respons pada serangan
asma yang telah diterapi secara adekuat baik di unit
rawat jalan maupun di unit gawat darurat
PATOFISIOLOGI
HIPER
RESPONSI
F
EDEMA SAL.NAPA
S
HIPER
SAL. SEKRESI
NAPAS MUKUS

BRONKO AIRWAY
KONSTRI REMODEL-
KSI LING

HAMBATAN ALIRAN UDARA

BAKTERI
VIRUS RESPIRASI/HRV
(M.pneumonie,C.pneumonia
e
OBAT, Krisis emosi Alergen,polutan

EKSASERBASI
PDPI,2003: Gilbert TW, Denlinger LC. Role of Infection in The development and Exacerbation of Asthma.
NIH Public Acces.Expert Rev Respir Med. 4. 71-83.2010
KONTROL ASMA YANG Disfungsi psikologis
JELEK ( psikosis, kecemasan,
depresi)
Riwayat rawat inap akibat Pemakaian bronkodilator dgn
asma dosis yg makin meningkat
Disfungsi psikologis Riwayat pemakaian
( psikosis, kecemasan, kortikosteroid oral sebagai
depresi) pengontrol
Penyakit Kardiovaskular dan
Sosio-ekonomi rendah penyakit
Paru kronis

Risk factor
Fatal acute asthma
Hodder R, Lougheed D. Management of acute asthma in adults in the emergency department :
nonventilatory management. In Canadian Medical Association Journal, 2010.
MANIFESTASI KLINIS
Tabel 1. Gejala dan tanda umum asma akut/eksaserbasi
(dikutip dari: Hospital Physician,2006)

GEJALA DAN TANDA EKSASERBASI ASMA


Subyektif Obyektif
Dyspneu Takipnea ( berat, > 30x/mnt)
Batuk Takikardi ( berat, >
Wheezing 120x/mnt)
Rasa berat di dada Upright positioning
( chest tightness) Pulsus paradoksus ( berat, >
Diaphoresis 12mmhg)
Produksi sputum Retraksi sternokleidomastoid
Payah ( exhaustion) Perubahan derajat kesadaran
Telegraphic speech

(dikutip dari: Hospital Physician,2006)


PENILAIAN DAN EVALUASI

TATALAKSANA EKSASERBASI ASMA DIMULAI DGN PENILAIAN


DERAJAT BERAT SERANGAN DAN EVALUASI YG MELIPUTI RISK
FACTOR FATAL ASTHMA*

OKSIGENASI &
KECUALI SERANGAN BERAT BRONKODILATOR
DAHULUKAN*
DIAGNOSIS BANDING EKSASERBASI ASMA**

1. Obstruksi jalan napas atas


2. Aspirasi benda asing
3. Sindroma disfungsi korda vokalis
4. Edema paru
5. PPOK eksaserbasi akut
6. Reaksi Konversi hysterik

*Jain DG, Singal SK, Clark RK. Understanding and managing Acute Severe and Difficult Asthma. In Clinical Medicine.
Journal Indian Academy of Clinical Medicine. Vol.7.2006

**Hodder R, Lougheed D. Management of acute asthma in adults in the emergency department : nonventilatory
management. In Canadian Medical Association Journal, 2010.
PEMBAGIAN DERAJAT BERAT SERANGAN ASMA

PDPI,2003
Penanganan Asma Eksaserbasi di
Rumah Sakit

Penilaian Awal
Anamnesis, PF (auskultasi, penggunaan otot bantu napas, denyut jantung, frekuensi napas),
APE atau VEP1 , saturasi oksigen, dan tes lain yang diperlukan

Terapi Awal
Inhalasi 2-agonis kerja cepat selang 20 menit selama 1 jam.
Oksigenasi sampai tercapai saturasi O2 > 90% (95% pada anak-anak)
Steroid sistemik jika tidak ada respons segera, atau jika pasien sebelumnya
sudah menggunakan steroid oral atau jika derajat keparahan sudah berat
Sedasi merupakan kontra-indikasi terapi asma eksaserbasi.

Penilaian Ulang setelah 1 jam


APE, saturasi Q2, tes lain yang diperlukan

GINA Updated 2010


lanjutan .
Penilaian Ulang stlh 1 jam

Derajat Sedang Derajat Berat


APE 60-80% dari yang diperkirakan APE < 60% dari yang diperkirakan
Pem. Fisik : gejala sedang, penggunaan PF: gejala berat saat istirahat, retraksi dada
otot bantu pernapasan Riwayat faktor resiko mendekati asma yang
fatal
Tidak ada perbaikan setelah terapi awal
Oksigen
Inhalasi 2-agonis dan anti-kolinergik
setiap 60 menit Inhalasi 2 -agonis dan anti-kolinergik
Glukokortikosteroid oral Oksigen
Teruskan terapi 1-3 jam jika ada perbaikan Glukokortikosteroid sistemik
Magnesium IV

Penilaian Ulang stlh 1-2 jam

Respons tidak baik Respons buruk


Respons baik
selama 1-2 jam selama 1-2 jam

ef. GINA Updated 2010


Respons Baik Respons tidak lengkap Respons jelek
Bertahan 60 menit setelah
selama 1-2 jam selama 1 jam
terapi terakhir Pasien resiko tinggi
PF : normal Pasien resiko tinggi PF: gejala berat, kesadaran
APE > 70% PF: gejala ringan-sedang menurun, kebingungan
Tidak stres APE < 70% APE < 30%
Saturasi O2 > 90% Saturasi O2 tidak membaik PCO2 > 45mm Hg
(95% pada anak-anak) PO2 < 60mm Hg

Pulangkan ke Rumah
Rawat Rumah Sakit Rawat di ICU
Lanjutkan -agonis inhalasi
2
(acute care setting) Inh 2-agonis + anti-kolinergik
Pertimbangkan steroid oral Steroid IV
Pertimbangkan inhaler Inh -agonis anti-kolinergik
2 Pertimbangkan 2 -agonis IV
kombinasi Steroid sistemik Oksigen
Edukasi pasien: Oksigen
Pertimbangkan teofilin IV
Cara pakai obat yang benar Magnesium IV
Intubasi dan ventilasi mekanik
Buat rencana aksi Monitor APE, saturasi O2 , nadi
jika perlu
Follow-up teratur

Perbaikan Tidak membaik


Kriteria bisa dipulangkan Rawat di ICU
jika APE > 60% dari yang Jika tidak ada perbaikan
setelah 6-12 jam
diperkirakan
Kondisi tetap pada saat
terapi oral / inhalasi
PENILAIAN ULANG & PEMULANGAN

- GINA,2010
-Camargo CA, Rachelefsky G. Managing Asthma Exacerbations in the Emergency Departement.
Summary of the National Asthma Education and Prevention Program Expert Panel. Proc Am Thorac
PPOK EKSASERBASI
AKUT
Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
(PDPI 2011) :
adalah penyakit paru yang dapat dicegah
dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran
udara yang tidak sepenuhnya reversibel,
bersifat progresif dan berhubungan
dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun/berbahaya,
disertai efek ekstraparu yang berkontribusi
terhadap derajat berat penyakit
Penatalaksanaan
Eksaserbasi

Eksaserbasi PPOK adalah :


kejadian yang bersifat akut
yang ditandai dengan
perburukan gejala respirasi
pasien melebihi gejala normal
harian dan menyebabkan
perubahan pengobatan
Dampak Eksaserbasi PPOK

Penurunan Perburukan
kualitas hidup gejala

EKSASERBASI
Penurunan Peningkatan biaya
Fungsi paru pengobatan

Peningkatan
mortalitas
Penatalaksanaan eksaserbasi
Opsi Terapi

Oksigen : pemberian secara titrasi untuk menurunkan hipoksemia


dan mencapai target saturasi 88-92%

Bronkodilator: Inhalasi short-acting beta2-agonist (SABA),


antikolinergik

Sistemik kotikosteroid: Waktu pemulihan lebih singkat, perbaikan


fungsi paru (FEV1) dan hipoksemia arterial (PaO2), serta
penurunan risiko kekambuhan dini, juga penurunan lamanya
dirawat di RS (length of stay)
Dosis yang direkomendasikan : 30-40 mg prednisolone per hari
selama 10-14 hari
Penatalaksanaan Eksaserbasi
Opsi terapi

Antibiotika diberikan pada pasien


dengan :

3 gejala kardinal : sesak nafas


memberat, volume sputum
meningkat, dan purulensi sputum
meningkat.
Membutuhkan ventilator mekanik
Penatalaksanaan Eksaserbasi
Opsi Terapi
Noninvasive ventilation (NIV):
Perbaikan asidosis respiratorik, menurunkan : RR
(respiratory rate), keparahan gejala sesak nafas,
komplikasi dan lamanya dirawat di RS (length of
stay).
Mengurangi mortalitas dan kebutuhan intubasi
Penatalaksanaan Eksaserbasi
Indikasi Perawatan di RS

Peningkatan intensitas gejala


Severe underlying COPD
Onset of new physical signs
Gagal merespons terapi inisial saat
eksaserbasi
Adanya penyakit komorbid yang berat
Eksaserbasi yang sering
Usia lanjut
Dukungan di rumah yang tidak cukup
Penyulit
Gagal napas :
- sesak nafas dengan/tanpa sianosis
- sputum bertambah dan purulen
- demam
- kesadaran menurun
Infeksi berulang : sputum >> koloni
kuman

Cor pulmonale : EKG P pulmonal,


hematokrit >50%, gagal jantung kanan
Is this patient in distress?
pursed lip breathing atau ekspirasi
memanjang
Tripod position suggests distress, resting weight on
knees helps with chest expansion
Slow labored breathing is a sign of
respiratory failure
Cyanosis blue discoloration
suggests hypoxia
BATUK DARAH
Pendahuluan

Hemoptisis (batuk darah)

Merupakan kegawatdaruratan yang

memerlukan pertolongan segera


karena
dapat mengancam jiwa
Definisi
Batuk darah :
ekspektorasi darah yang berasal
dari
saluran napas di bawah pita suara
Bleeding rate :
100-1000 ml/24jam
Batuk darah
masif
Efek klinis :
- obstruksi asfiksia
- hipotensi
- kehilangan darah
kriteria batuk darah masif :

mlah darah yang dibatukkan


600 ml / 24 jam
250 < 600 ml / 24 jam, Hb < 10 gr%,
dalam 24 jam masih berlangsung
250 < 600 ml / 24 jam, Hb 10 gr%,
dalam pengamatan 48 jam masih berlangsung
Etiologi
Amerika :
~ Beberapa dekade lalu : TB,

bronkiektasis
~ Sekarang : kanker paru +
bronkitis

Negara berkembang : penyakit


infeksi
Sirkulasi bronkial
Sumber 95% radang paru,
perdarahan kanker paru
Sirkulasi pulmonal
5% infark paru, emboli
paru, aneurisma
Rassmusen
Etiolog 6 kelompok
i utama :
1.
1. Infeksi
Infeksi // radang
radang (TB,
(TB, bakteri,
bakteri, jamur,
jamur,
virus)
virus)
2.
2. Neoplasma
Neoplasma (Ca (Ca paru,
paru, metastase
metastase paru
paru
3.
3. Trauma
Trauma atau
atau benda
benda asing
asing
4.
4. Kelainan
Kelainan kardiopulmo
kardiopulmo vaskuler
vaskuler (MS,
(MS,
emboli
emboli // infark
infark paru)
paru)
5.
5. Perdarahan
Perdarahan alveoler
alveoler (sindr.
(sindr. Good
Good
Pasture)
Pasture)
6.
6. Lain-lain
Lain-lain (katamenial,
(katamenial,
pneumokoniosis)
Patofisiologi batuk darah
TB Paru
Pecahnya aneurisma Rasmussen pada
dinding
kavitas TB (dilatasi a. pulmonalis)
Arteri bronkialis yang mengalami dilatasi
dan
radang kronik
Kavitas yang baru terbentuk, dindingnya
penuh
jaringan granulasi
Ulserasi mukosa bronkus
Limfonodi mengalami kalsifikasi --->
Patofisiologi batuk
darah
Bronkiektasis
Pecahnya a. bronkialis yang
mengalami
dilatasi akibat peradangan dan
infeksi
Stenosis mitral
Hipertensi pulmoner
Ruptur pembuluh darah yang nekrosis
akibat proses reumatik akut

Neoplasma : proliferasi a. bronkial pd


Diagnosis
Anamnesis teliti
Bedakan dengan hematemesis,
epistaksis dan perdarahan gusi

Pemeriksaan Fisik
Selain toraks, periksa organ lain
THT,
abdomen dll
Tabel 1. Perbedaan hemoptisis dan hematemisis
Keadaan Hemoptisis Hematemesis
---------------------------------------------------------------------
Prodromal rasa tidak enak mual,
gangguan di tenggorok, batuk
lambung, muntah

Onset darah dibatukkan darah


dimuntahkan
dpt disertai muntah dapat disertai
batuk

Penampilan berbuih tidak berbuih

Warna merah segar merah tua


Keadaan Hemoptisis Hematemesis
---------------------------------------------------------------
Reaksi pH - alkalis - asam

Riwayat peny - peny. Paru - peminum


alkohol, - ulkus
peptikum, - penyakit hati

Anemia - kadang-kadang - sering

Feses - Guaiac (-) - uji Guaiac


(+)
Pemeriksaan
laboratorium
Darah rutin : Hb, leko, Ht
Uji faal pembekuan darah
Kuman BTA, MO lain, jamur
Sitologi sputum
Pemeriksaan radiologis

Foto toraks PA dan lateral


~ atelektasis ~ kalsifikasi
~ infiltrat ~ kaviti
~ fibrosis ~ tumor
~ cincin-cincin / sarang tawon

CT Scan toraks
Pemeriksaan angiografi dan scan
perfusi paru
Melihat emboli paru
15% kasus hemoptisis tidak
diketahui
penyebabnya
~ idiopatik
~ hemoptisis essential
Penatalaksanaan
Tujuan
1. Mencegah asfiksia akibat batuk darah
2. Melokasi asal perdarahan
3. Menghentikan perdarahan
4. Mendapatkan diagnosis
Tahap I . Pembebasan jalan napas
dan stabilisasi
penderita :
Menenangkan dan mengistirahatkan

penderita, os diberitahu agar tidak


takut
membatukkan darah yang ada di
saluran
napasnya
Menjaga agar jalan napas tetap
terbuka
Pemberian obat :
~ Obat hemostatik bila ada
gangguan
pembekuan darah
~ Obat penekan refleks batuk
Pemeriksaan faal hemostasis
Tindakan yang dilakukan pada serangan
batuk darah tergantung keadaan orang
sakit yaitu :
Os dengan KU dan refleks batuk yang baik
penderita didudukkan dan diinstruksikan
agar
membatukkan darah dengan benar
Os dengan KU berat dan refleks batuk yang
tidak adekuat letakkan pada posisi
Trendelenburg ringan dan miring ke sisi yang

sakit.
Bila batuk darah terus berlanjut
pasang ETT bila perlu dipasang kateter
Forgaty menghentikan perdarahan
Tahap II. Mencari lokasi dan
penyebab perdarahan
Tahap kedua ini dapat dilakukan
dengan
pemeriksaan radiologi (foto toraks,
CT
Scan toraks, angiografi) dan
pemeriksaan
bronkoskopi menggunakan FOB atau
bronkoskopi rigid
Tahap III. Pemberian terapi
spesifik:
Terapi spesifik ditujukan untuk menghentikan
dan mencegah berulangnya perdarahan,
terdiri dari :
Terapi menggunakan bronkoskopi :
~ Alirkan bronkus dengan larutan garam
fisiologis dingin
~ Pemberian obat topikal vasokonstriksi
pembuluh darah diusahakan dengan larutan
epineprin (1:20.000)
~ Tamponade endobronkial
~ Fotokoagulasi laser (Nd-YAG Laser)
Tindakan operasi
Tujuan operasi selain untuk
menghentikan perdarahan , juga
untuk menyelamatkan penderita (life
saving)
Bila dengan cara konservatif tidak
bisa menghentikan batuk darah
yang masif
Sumber perdarahan harus diketahui
dengan jelas (pemeriksaan
bronkoskopi)
Komplikasi batuk darah
Anemia hipovolemik
Syok hipovolemik
Hipotensi
Kematian karena asfiksia
(gumpalan darah menyumbat jalan
napas)
Pneumotoraks

69
Pneumothoraks akumulasi udara
ekstrapulmonal rongga dada
Pneumotoraks robekan pleura
viseralis/ terbukanya dinding dada
pendesakan paru oleh udara kolaps
Jarang didapatkan pada masa anak-
anak
Udara masuk ke rongga dada dapat
primer atau sekunder, spontan,
traumatik, iatrogenik, atau katamenial.

70
ETIOLOGI DAN PATOGENESA

Pneumotoraks primer spontan pneumotoraks


yang terjadi tanpa riwayat penyakit paru
sebelumnya ataupun trauma, kecelakaan, dan
dapat terjadi pada individu yang sehat
PSP terjadi karena ruptur bleb subpleura,
biasanya terletak di apeks
Pneumotoraks spontan sekunder terjadi karena
komplikasi penyakit paru, anamnesa riwayat
penyakit paru sebelumnya : PPOK,TB Paru, dll,
episode trauma (-)

71
BEBERAPA FAKTOR TIMBULNYA
PNEUMOTHORAX SPONTAN

LOCUS MINORIS RESISTENTIAE


( penyakit dasar )
di Indonesia terbanyak ok TB Paru

AUSLSSUNG MOMENT ( faktor pencetus )


Kegiatan fisik dengan Valsalva manuver terjadi
peningkatan tekanan intrapulmonal
secara mendadak tempat di parenkim paru
dengan tahanan rendah (locus minoris) robek
terjadi fistel udara menyelinapmasuk kedalam
cavum pleurae
72
Etiologi dan
Patogenesa

Pneumotoraks traumatik
pneumotoraks akibat trauma di
dada, kadang disertai
hematopneumotoraks
Pneumotoraks iatrogenik akibat
tindakan medis : trakeotomi,
torasentesis, biopsi transbronkial,
terapi akupuntur
Pneumotoraks katamenial
pneumotoraks yang terjadi
sehubungan dengan siklus
menstruasi, biasanya timbul
setelah 48-72 jam menstruasi
73
MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS

Onset mendadak dan derajat


keparahan tergantung dari paru yang
kolaps
Klinis nyeri, sesak napas, dan
sianosis
Pada bayi, tanda dan gejala fisik
dapat sukar untuk diketahui
Biasanya, terjadi distres napas,
retraksi, dan penurunan suara napas
pada paru terkait 74
Diagnosa Fisik
Inspeksi Pergerakan napas
Palpasi gerak napas tertinggal,
trakea bergeser (terdorong)
Perkusi hipersonor

Auskultasi suara nafas vesikuler


menurun, suara gurgling (fistula
terbuka ~ udara)
Diagnosis radiologis

75
Evidence tension pergeseran
mediastinum, circulatory
compromise
Ukuran pneumothorax Light:

Ukuran pneumothoraks 15-20 %


disebut pneumothoraks minor dan
belum memerlukan tindakan76

intervensi yang agresif


Pemeriksaan Radiologis Pneumothoraks

77
Tension Pneumothoraks
Gawat darurat medis
Udara dapat memasuki
rongga pleura selama
inspirasi ttp tidak
dapat keluar pada saat
ekspirasi
Manifestasi klinik :
distress napas,
sianosis,dan biasanya
terjadi keringat berlebihan,
hipotensi dan takikardi.
Tension pneumothoraks
Diagnosis
Dipikirkan pada pasien
dengan kondisi yang
menurun secara tiba-tiba
setelah : ventilasi mekanik
atau telah menjalani suatu
prosedur yang dapat
mengakibatkan
pneumothoraks
Foto thoraks : pergeseran
mediastinum kontralateral
dan penekanan diafragma
ipsilateral
DIAGNOSIS BANDING
Emfisema lokal atau generalisata,
bleb emfisematous luas
kavitas paru luas
cystic formations
hernia diafragmatika

80
TATALAKSANA
Tatalaksana pneumotoraks ~ derajat
kolaps paru dan kegawatan penyakit paru
dasar
Pneumotoraks kecil atau sedang resolve
tanpa terapi, 1 minggu.
Pneumotoraks kecil (< 5%) dengan asma
juga dapat sembuh spontan
Pemberian oksigen 100% mempercepat
resolusi
> 20% kolaps/ tension diperlukan terapi
definitif 81
Indikasi Pemasangan Thorax
Drain
Trauma toraks (hematotoraks,
pneumotoraks, tension
pneumothorax,
hematopneumotoraks).
Infeksi (empiema).
Keganasan (efusi pleura atau
fluidotoraks).
Keadaan khusus (pasca torakotomi,
operasi jantung)

82

BTS, 2003
Tension pneumothorax kausa ter
komplikasi ventilator tekanan
positif gejala klinis
Tindakan dekompresi segera
penanganan awal tension
pneumothorax pneumotoraks
biasa drainase toraks
Pneumotoraks berulang adhesi
yang kuat paru-paru dan dinding
toraks, sklerosing (tetrasiklin, talk,
atau silver nitrate)
nyeri dada Distress hipotensi suara nafas
napas (-)
sesak takikardi deviasi trakea vena leher
83
Sarung tangan & mantel
steril
Larutan antiseptik kulit
Doek steril
Kassa
Spuit dan jarum (2125 G)
Pisau bedah
Benang (misalnya silk 1-0)
Instrumen untuk diseksi
tumpul (misalnya klem
bengkok)
Guidewire dengan dilators
(bila digunakan tube yang
kecil)
Konektor

84
Posisi paling ideal di tempat
tidur, lengan pada sisi lesi
yang akan dipasang diletakkan
di belakang kepala
Insersi drain toraks dilakukan
pada area segitiga aman
(safe triangle) m.
latissimus dorsi (ant), tepi lat
Pectoralis mayor, garis yang
ditarik horizontal dari superior
puting payudara dan apeks
dibawah ketiak
85
Ukuran kateter thoraks
Pasien Ukuran kateter thoraks

Bayi dan anak kecil 8 -12 Fr

Anak dan dewasa muda 16 20 Fr

Dewasa 24 32 Fr

Dewasa besar 36-40 Fr

86
TEKNIK PEMASANGAN DRAINASE TORAKS
1) Desinfeksi kulit dan penutupan doek
steril anestesi infiltrasi Tempat yang
akan dipasang drain adalah :
a)Linea axillaris ant ICS iga VI-VII
(teknik Buelau)
b)Linea medio-klavikularis, ICS II
(teknik Monaldi).
2) Incisi 2 cm dipasang jahitan penahan
secara matras vertical miring
3) Dengan gunting berujung lengkung atau
klem tumpul lengkung, jaringan bawah
kulit dibebaskan sampai dengan pleura
87
4) Drain dimasukkan kraniolateral
5) Drain didorong masuk diputar sedikit ke arah
lateral sampai ujung dibawah apeks paru (teknik
Buelau), Monaldi bawah lateral s/d
pertengahan rongga toraks diikat dengan
benang pengikat berputar ganda, diakhiri dengan
simpul hidup
6) Diklem sistem botol penampung tekanan
negatif rongga intrapleural dan menampung
sekret

88
Pemasangan kateter thoraks dengan trokar

89
Pemasangan kateter thoraks
dengan pembedahan

90
Fiksasi Kateter thoraks

91
92
Jenis-jenis
kateter thoraks

93
KOMPLIKASI PEMASANGAN
THORAX DRAIN
Komplikasi dini: Komplikasi lanjut:
Pipa drainase toraks
Hemotoraks buntu
Emfisema subkutis Hemototraks
Laserasi paru Empiema
Pneumotoraks
Penetrasi ke diafragma
atau rongga abdomen
Pipa masuk di subkutan
Nyeri
Pipa terlepas

94
ARDS (Adult Respiratory
Distress Syndrome)

5/16/17 95
Definisi
Acute Lung Injury :
PaO2/FIO2 < 250 300 mmHg

ARDS:PaO2/FIO2 < 150 200 mmHg

ARDS : hipoksemia yang menetap disertai


infiltrat bilateral tanpa peningkatan
tekanan atrium kiri

5/16/17 96
Terapi
1. memperbaiki kelainan yang
mencetuskannya
2. mencegah atau memulihkan
mekanisme cedera kapiler alveol
3. mengurangi konsekuensi
patofisiologis melalui terapi suportif

5/16/17 97
1. Memperbaiki kelainan yang
mencetuskannya
Infeksi : antibiotika
Syok hipovolemik : penggantian
cairan
Overdosis : antidot/ eliminasi/
neutralisasi

5/16/17 98
2. Mencegah atau Memulihkan Mekanisme
Cedera Kapiler Alveoli

Steroid : mencegah aktivasi


komplemen dan agregasi neutrofil

5/16/17 99
3. Mengurangi konsekuensi
patologis dg tx suportif
Mengurangi edema paru : diuretik,
dialisis
Meminimalkan efek pada
pertukaran gas : terapi O2 dengan
ventilasi mekanis

5/16/17 100
Thank You

5/16/17 101

You might also like