IKM - DR LILIK - Administrasi & Manajemen Puskesmas

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 78

Dr.

Lilik Djuari, dr,


Mkes, AKK

Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 128 /


MENKES / SK / II / 2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
VII. Primary health care:
1. reflects and evolves from the economic conditions and
sociocultural and political characteristics of the country and its
communities and is based on the application of the relevant
results of social, biomedical and health services research and
public health experience;
2. addresses the main health problems in the community, providing
promotive, preventive, curative and rehabilitative services
accordingly;
3. includes at least : education concerning prevailing health
problems and the methods of preventing and controlling them;
promotion of food supply and proper nutrition; an adequate
supply of safe water and basic sanitation; maternal and child
health care, including family planning; immunization against the
major infectious diseases; prevention and control of locally
endemic diseases; appropriate treatment of common diseases
and injuries; and provision of essential drugs;
International Conference on Primary Health Care, Alma-Ata, USSR, 6-12 September 1978
1. Pelayanan Pengobatan Tradisional
2. Pelayanan Rumah Sakit (Kuratif)
3. Pelayanan Rumah Sakit (Kuratif) + KIA (Preventif) dan BP (Kuratif)
4. 1949 1952 : BANDUNG PLAN :
Preventif + Kuratif dalam satu pimpinan
Kuratif : memperluas tempat perawatan orang + anak sakit,
memperbanyak BP
Preventif : BALAI KIA, Pembinaan Pendidikan Kesehatan Intensif
5. 1950 : Pilot Project PKMD (PEMBANGUNAN KESEHATAN
MASYARAKAT DESA) di BEKASI dengan kegiatan :
BP, P2M, KIA, PKM, PHN, GIZI, PENGUMPULAN DATA
6. 1967 1970 : PUSKESMAS
7. 1974 1984 : Pedoman Kerja PUSKEMAS, SKN, Stratifikasi
PUSKESMAS
8. 1984 1999 Pengembangan Fungsi PUSKESMAS
9. OTONOMI DAERAH : Penilaian Kinerja PUSKESMAS
10. PUSKESMAS KHUSUS : PUSKESMAS JALAN RAYA, PUSKESMAS
WISATA, PUSKESMAS INDUSTRI, PUSKESMAS KELAUTAN, dsb.
PENGERTIAN
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 128 / MENKES / SK / II / 2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah
satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat
lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah
kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-
masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
VISI
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju
terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah
gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4


indikator utama yakni :
1) Lingkungan sehat
2) Perilaku sehat
3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
MISI
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar
memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang
sesuai.
TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud dera
FUNGSI
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama
pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk
dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan
keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
KEDUDUKAN
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya
dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah :
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional
adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama
yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang merupakan unit struktural Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter
gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.
Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah
kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti posyandu,
polindes, pos obat desa dan pos UKK. Kedudukan puskesmas di
antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.
ORGANISASI
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan
beban tugas masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur
organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi
puskesmas sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan:
Data dan informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan pengawasan
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan
terhadap UKBM
Upaya kesehatan perorangan
d. Jaringan pelayanan puskesmas
Unit puskesmas pembantu
Unit puskesmas keliling
Unit bidan di desa/komunitas

2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi
puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab
masing-masing unit puskesmas.
Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut
dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan
yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan
masyarakat.
STRUKTUR
ORGANISASI
TATA KERJA
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi
dengan kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang
diselenggarakan di tingkat kecamatan. Koordinasi
tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh
puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup
pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan
administratif, puskesmas bertanggungjawab kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina serta memberikan
bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang
dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, puskesmas
menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan
memantau kegiatan yang diselenggarakan.
Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan
bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai
kebutuhan.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat
dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya
kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan
dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti
rumah sakit (kabupaten/kota) dan berbagai balai kesehatan
masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan
mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai
kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat,
balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya
kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan
berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai
kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan
melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam
koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis
adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus
dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait
yang ada di tingkat kecamatan. Diharapkan di satu pihak,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kecamatan
tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait,
sedangkan di pihak lain pembangunan yang diselenggarakan
oleh sektor lain di tingkat kecamatan berdampak positif
terhadap kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan
dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek
pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang
menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan,
serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra
puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan.
Badan Penyantun Puskesmas (BPP)

Pengertian:
Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat
peduli kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja
puskesmas dalam menyelenggarakan upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kerja puskesmas.

Fungsi:
a. Melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan oleh puskesmas (to serve)
b. Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan
keberhasilan pembangunan kesehatan oleh puskesmas (to
advocate)
c. Melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan
tentang kinerja puskesmas (to watch)
UPAYA

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui


puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju
Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :
A. Upaya Kesehatan Wajib
B. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global
serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi
5. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
6. Upaya Pengobatan
1. PENGEMBANGAN DESA SIAGA :
a. Desa / Kelurahan Siaga yang terbentuk
b. Desa/Kelurahan Siaga Bina
c. Desa/Kelurahan Siaga Tumbuh
d. Desa/Kelurahan Siaga Kembang
e. Desa/Kelurahan Siaga Paripurna
f. Desa/Kelurahan Siaga Aktif
KRITERIA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

Forum Masyarakat Ada, tetapi Berjalan, tetapi


Desa/Kelurahan belum jalan belum rutin Berjalan setiap tri- Berjalan setiap Bulan
setiap tri-wulan wulan,
KPM / Kader Sudah ada min. 2 orang Sudah ada 3-5 orang Sudah ada 6-8 orang Sudah ada 9 orang
Kesehatan/ Kader atau lebih
Tehnis
Kemudahan Akses Ya Ya Ya Ya
Pelayanan Kesehatan
Posyandu & UKBM
lainnya Aktif
Posyandu ya,
PENTAHAPAN
UKBM lainnya tidak
aktif
Posyandu &
2 UKBM lainnya aktif
Posyandu &
3 UKBM lainnya aktif
Posyandu &
4 UKBM lainnya aktif

Dalam bentuk
Dukungan dana untuk
kegiatan kesehatan di
matriks,
Sudah ada dari
pentahapan
pemerintah desa dan
perkembangan
Sudah ada dari
pemerintah desa dan
Sudah ada dari
pemerintah desa dan
Sudah ada dari
pemerintah desa dan
Desa/Kelurahan
desa dan kelurahan Siaga Aktif
kelurahan serta belum ter sebut di atas
kelurahan serta satu dapat digambarkan
kelurahan serta dua kelurahan serta dua
sebagai berikut ada sumber lainnya sumber lainnya baik
masyarakat ataupun
sumber lainnya yaitu
masyarakat dan dunia
sumber lainnya yaitu
masyarakat dan dunia
dunia usaha usaha usaha

Peran Masyarakat dan Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
Organisasi masyarakat namun masyarakat yang masyarakat yang masyarakat yang
Kemasyarakatan tidak ada peran aktif didukung peran aktif didukung peran aktif didukung peran aktif
ormas satu ormas dua ormas lebih dari dua ormas

Peraturan Kepala Desa Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
atau peraturan direalisasikan direalisasikan direalisasikan
Bupati/walikota
Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS
Rumah Tangga Kurang dari 20% rumah minimal 20% rumah minimal 40% rumah minimal 70% rumah
tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada
2. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PHBS
a. Pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan
Rumah Tangga
Rumah Tangga Sehat (10 Indikator)

b. Intervensi dan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada


Kelompok Rumah Tangga
Institusi Pendidikan (Sekolah)
Institusi Sarana Kesehatan
Institusi TTU
Institusi tempat kerja
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT
3. PENGEMBANGAN UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
a. Jumlah Posyandu
b. Posyandu Pratama
c. Posyandu Madya
d. Posyandu Purnama
e. Posyandu Mandiri

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA (III) MANDIRI


(I) (II) (IV)
Jumlah Kader <5 5 atau lebih 5 atau lebih 5 atau lebih
Frek. Timbang < 8 kali/th 8 X atau 8 X atau 8 X atau
lebih/th lebih/th lebih/th
Cakupan KIA < 50% < 50% >50% > 50%
Cakupan KB < 50% < 50% >50% > 50%
Cak. Imunisasi < 50% < 50% > 50% > 50%
Rerata D/S < 50% < 50% > 50% > 50%
Prog.Tambahan - - + +
Cak. Dana Sehat < 50% < 50% < 50% > 50%
Peraturan perUU. Pedoman :
1. KMK No. 585 ttg Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di
Puskesmas
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1529/
MENKES/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
1. Penyehatan Air
a. Pengawasan Sarana Air Bersih ( SAB )
b. Sarana Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan
c. Jumlah KK yang memiliki akses terhadap SAB
2. Penyehatan Makanan dan Minuman
3. Penyehatan Perumahan dan Sanitasi Dasar
4. Pembinaan Tempat-Tempat Umum ( TTU )
5. Klinik Sanitasi
6. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) =
Pemberdayaan Masyarakat
TTU : kolam renang
Pondok
Pesantren Terminal
Sekolah Stasiun
Rumah Sakit Pelabuhan
Hotel Masjid
Pasar Gereja
Tempat Dll.
Wisata /

TPM :
Restoran
Rumah Makan
Depot
Jasa boga
dll.
40
Peraturan perUU. Pedoman :
1. KMK No. 715 ttg Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga
2. KMK No. 907 ttg Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
minum
3. KMK No. 942 ttg Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi
Makanan Jajanan
4. KMK No. 1098 ttg Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan
Dan Restoran
5. KMK No. 1405 ttg Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri
6. KMK No. 1407 ttg Pedoman Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara
1. Kesehatan Ibu
a. Pelayanan Kesehatan bagi Bumil sesuai standard, untuk
kunjungan lengkap (K4)
b. Drop out K1 - K4
c. Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten
d. Pelayanan Nifas Lengkap sesuai standar
e. Pelayanan Maternal Risti/komplikasi yang ditangani

2. Kesehatan Bayi
a. Pelayanan Neonatal Risti/Komplikasi yang ditangani
b. Pelayanan Neonatal sesuai standar (KN lengkap)
c. Pelayanan Bayi Paripurna

3. Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah


a. Pelayanan kesehatan anak Balita
b. Pelayanan kesehatan Anak Pra Sekolah

43
K1 = Kunjungan pertama Bumil :
K1 Akses : K1 tidak memandang
umur kehamilan
K1 Murni : K1 pada umur
kehamilan < 12 mgg (Trimester
I)
K4 = Kunjungan Bumil 1-1-2 : ANC = 5 T :
1) Trimester I = min. 1 x 1) Tinggi Badan & Berat
2) Trimester II = min. 1 x Badan
3) Trimester III = min. 2 x 2) Tekanan Darah
3) Tinggi Fundus Uteri
4) TT (imunisasi)
KN 1 : 5) Tablet Fe
1) Neonatus dini (hari 1-3) , min. = 1 x
2) Neonatus dini (hari 4-7) , min. = 1 x
KN 2 : Kunjungan Neonatus (<28 hari)
1) Neonatus dini (hari 1-3) , min. = 1 x
2) Neonatus dini (hari 4-7) , min. = 1 x
3) Hari 8 28 , min. =
44 1 x
4. Upaya Kesehatan Anak Usia sekolah dan Remaja
a. Jumlah Murid yang dilakukan penjaringan kesehatannya
Murid kelas I SD/MI
Murid kelas VII SMP/MTs
Murid kelas X SMS/MA
b. Frekuensi pembinaan kesehatan disekolah
c. Jumlah kader yang dilatih tentang kesehatan
d. Cakupan pelayanan kesehatan remaja

5. Pelayanan Keluarga Berencana


a. Cakupan KB aktif (contraceptive prevalence rate/CPR)
b. Cakupan peserta KB baru
c. Cakupan KB Drop Out
d. Cakupan peserta KB mengalami komplikasi
e. Cakupan peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi
f. Cakupan peserta KB mengalami efek samping
Peraturan perUU. Pedoman :
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI no.
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 155/MENKES/PER/I/2010
tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita
3. Kementerian Kesehatan RI, Sekretariat Jenderal, Pedoman
Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta :. 2011
1. PELAYANAN GIZI MASYARAKAT
a. Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi Pada Balita 2 kali per
tahun
bayi 6 - 11 bl. mendapat Vit. A 100.000 SI 1x pertahun (capsule
biru) (Pebruari atau Agustus)
anak balita (1-4 tahun) mendapat Vit. A 200.000 SI 2x pertahun
(capsule merah) (Pebruari dan Agustus)
b. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada Bumil
c. BUMIL KEK (ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm )

2. PENANGANAN GANGGUAN GIZI


a. Balita Gizi buruk mendapat perawatan
b. MP-ASI Pada anak usia 6-24 bulan
c. Pemberian PMT Pemulihan balita gizi buruk
d. BALITA BAWAH GARIS MERAH
e. Cakupan Rumah Tangga yang mengkonsumsi garam beryodium
3. PEMANTAUAN STATUS
a. Desa bebas rawan gizi
b. Balita naik berat badannya (N/D)
c. Persentase Balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

49
Peraturan perUU. Pedoman :
1. KMK No. 913 ttg Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi
Bangsa Indonesia
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 747/MENKES/SK/VI/2007
tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga
3. Kementrian Kesehatan RI, Buku Panduan Kader Posyandu
Menuju Keluarga Sadar Gizi, Jakarta, 2011.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no.
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 155/MENKES/PER/I/2010
tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita
6. Kementrian Kesehatan RI, Buku Panduan Kader Posyandu
Menuju Keluarga Sadar Gizi, Jakarta, 2011.
7. Kementerian Kesehatan RI, Sekretariat Jenderal, Pedoman
Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta :. 2011
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 747/MENKES/SK/VI/2007
tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga
1. Diare
a. Penemuan penderita Diare yang diobati di Puskesmas dan
Kader
b. Penggunaan oralit
c. Penggunaan RL
d. Penderita diare balita yang diberi tablet Zinc
e. Case Fatality Rate KLB Diare

2. ISPA
a. Cakupan penemuan penderita Pnemonia balitaDPT + HB
Combo 1

3. KUSTA
a. Penemuan Penderita Kusta Baru (Case Detection Rate)
b. Proporsi kasus kusta anak
c. Proporsi kasus kusta Tk II
d. Prevalensi Kusta (PR)
e. RFT Rate penderita PB
f. RFT Rate penderita MB
4. TB PARU
a. Penemuan suspect penderita TB
b. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara suspek TB
c. Angka keberhasilan pengobatan pasien baru BTA positif
d. Angka kesalahan Laboratorium ( untuk PPM & PRM )

5. Pencegahan dan penaggulangan PMS dan HIV / AIDS


a. Jumlah kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di Puskesmas
b. Kelompok sasaran yang dijangkau

6. Demam Berdarah Dengue (DBD)


a. Insidens kasus DBD
b. Prosentase Penderita DBD ditangani
c. Case Fatality Rate Kasus (CDR) penyakit DBD
d. Angka Bebas Jentik ( ABJ )
e. Jumlah wilayah KLB DBD

53
7. MALARIA
a. Penderita klinis malaria yang dilakukan pemeriksaan Sediaan
Darah (SD)
b. Penderita positif malaria yang diobati sesuai standar (ACT)
c. Penderita positif malaria yang di Follow up

8. Pencegahan dan Penangulangan Rabies*)


a. Cuci luka terhadap kasus gigitan Hewan Perantara Rabies
b. Vaksinasi terhadap kasus gigitan HPR yang berindikasi

9. Pelayanan Imunisasi*)
a. Imunisasi HB 0 - 7 hari pada bayi
b. Imunisasi BCG pada bayi
c. Imunisasi DPT/HB 1 pada bayi
d. Imunisasi DPT/HB 3 pada bayi
e. Imunisasi Campak pada bayi
f. Drop Out DPT /HB 1 - Campak
g. Drop Out DPT /HB 1 - DPT/HB 3
54
h. UCI Desa
i. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD
j. Imunisasi campak pada anak kelas 1 SD
k. Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 dan 3
l. Imunisasi TT 5 pada WUS (15 - 45 tahun)
m. Pemantauan suhu lemari es vaksin
n. Ketersediaan vaksin

10.Pengamatan Penyakit (surveilance Epidemiologi)


a. Laporan STP (surveilan Terpadu Penyakit) yg tepat waktu
b. Kelengkapan Laporan STP (surveilan Terpadu Penyakit)
c. Laporan C1 (campak) yang tepat waktu
d. Kelengkapan Laporan C1 (campak)
e. Laporan W2 (mingguan)yang tepat waktu
f. Kelengkapan Laporan W2 (mingguan)
g. Grafik Penyakit Potensial wabah
h. Laporan KIPI Zero reporting
i. Desa/kel.yg mengalami KLB ditanggulangi < 24 jam 55
Peraturan perUU. Pedoman :
1. KMK No. 1059 ttg Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
2. KMK No. 1611 ttg Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
3. KMK No. 1626 ttg Pedoman Pemantauan Dan Penanggulangan
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
4. KMK No. 1116 ttg Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan
5. KMK No. 1479 ttg Pedoman Peneyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit tidak
menular terpadu
6. KMK No. 1507 ttg Pedoman Pelayanan Konseling Dan Testing
HIV-AIDS Secara Sukarela (VCT)
7. KMK No. 1582 ttg Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit
Kaki Gajah)
1. Pengobatan
a. Visit rate (Jumlah kunjungan/jumlah penduduk)
b. CONTACT RATE

2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Hemoglobin pada ibu hamil
b. Pemeriksaan darah trombosit tersangka DBD
c. Pemeriksaan test kehamilan
d. Pemeriksaan sputum penderita tersangka TB
e. Pemeriksaan Protein Urine pada ibu hamil
Peraturan perUU. Pedoman :
1. PMK No. 1796 Th 2011 ttg Registrasi Tenaga Kesehatan
2. PMK No. 2052 Th 2011 ttg Izin Praktik Kedokteran
3. PMK No. 1438 Th 2010 ttg Standar Pelayanan Kedokteran
4. PMK No. 290 Th 2008 ttg Persetujuan-Tindakan-Kedokteran
5. PMK No. 269 ttg Rekam Medis
6. PMK No. 001 Th 2012 ttg Sistem Rujukan Yankes Perorangan
7. KMK No. 296 ttg Pengobatan Dasar Puskesmas
8. KMK No. 290 ttg Persetujuan Tindakan Kedokteran
9. PMK No. HK.02.02-068 Th 2010 ttg Kewajiban Menggunakan
Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
10. KMK No. 1027 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan
masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk
pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang
dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan


penunjang, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat
menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat
dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat


upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut
di atas yang sesuai dengan kebutuhan.

Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam


rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
C. UPAYA KESEHATAN INOVATIF

1. Ruang Bersalin
2. Poli Spesialis Anak
3. Poli Spesialis Kandungan
4. Poli Paru
5. Poli Anak
6. Mother Class
7. Klinik Gizi
8. Klinik DDTK
9. See and Treat
Peraturan perUU. Pedoman :
1. KMK No. 279 ttg Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
AZAS PENYELENGGARAAN
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan
puskesmas secara terpadu.
Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari
ketiga fungsi puskesmas.
Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip
dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan
setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun
upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Dalam arti puskesmas bertanggungjawab meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan
berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
kecamatan, sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan
terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama
(primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa
serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung puskesmas
lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan
realisasi dari pelaksanaan azas pertanggungjawaban
wilayah.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu
dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun
Puskesmas (BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas
dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi,
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru
dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan
(DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos
UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana
Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana
sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana
keagamaan
3. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya
hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas
harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari
tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan, yakni :
a. Keterpaduan lintas program
= upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh
keterpaduan lintas program antara lain :
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan,
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
jiwa
3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan
jiwa, promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor
= upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib,
pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor
terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
1. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
3. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB
4. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi,
dunia usaha, PKK, PLKB
5. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja,
koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
6. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
4. Azas rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas.
Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat
dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib,
pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar
sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu
(baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat
inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke
puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas
tiga macam:
1) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada
tenaga puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan
medik di puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar
biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan
apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan,
padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak
mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,
maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman
peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium
kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat,
vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
2) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian
masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
masalah kesehatan masyarakat dan tanggungjawab
penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara
lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Kerja,
Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih)
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan
operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak
mampu.
Secara skematis pelaksanaan azas rujukan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Rujukan Pelayanan Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan Kesehatan Masyarakat
RS Umum/Khusus Strata Strata Depkes
Pusat/Provinsi ketiga ketiga Dinkes Provinsi

RS Umum/Khusus Kab/Kota, BP4,


Strata Strata Dinkes Kab/Kota,
BKMM, Klinik Spesialis Swasta,
kedua kedua BP4, BKMM, BKKM
Praktek Dokter Spesialis Swasta
Praktek Dokter Swasta
(dr.keluarga), Puskesmas, Strata Strata Puskesmas
Balai Pengobatan, BKIA, pertama pertama
Praktek Bidan Swasta
UKBM:Posyandu,
Posyandu Polindes,
Masyarakat Masyarakat
Polindes UKBM lain

Kader Kesehatan,
Upaya Kesehatan Perorangan/ Perorangan/
Upaya Kesehatan
Keluarga Mandiri keluarga keluarga
Keluarga Mandiri
Peraturan perUU. Pedoman :
1. PMK No. 001 Th 2012 ttg Sistem Rujukan Yankes Perorangan
1. Declaration of Alma-Ata, International Conference on Primary Health
Care, Alma-Ata, USSR, 6-12 September 1978
2. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, 2004
3. Trihono, ARRIMES Manajemen Puskesmas, 2005
4. Depkes RI, Pedoman Kerja Puskesmas jilid I IV
5. Depkes RI, Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas, 2006
6. Depkes RI, Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas, 2006
7. Depkes RI, Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas, 2006
8. Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional , 2009
9. Depkes RI, Pusat Data dan Informasi, Glosarium Data dan Informasi
Kesehatan, 2006
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 128 / MENKES / SK / II / 2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 828 / MENKES / SK / IX/ 2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten / Kota
12. Keputusan Menteri Kesehatan no. 922/MENKES/SK/X/2008 tentang
Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 001 tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 971 / MENKES / PER / XI / 2009
tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan
15. Peraturan Pemerintah no. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. HK.02.02/MENKES/068/I/2010
tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 001 tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
18. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis
19. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

You might also like