Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 47

DASAR HUKUM

1. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG


PELAYAN KESEHATAN TRADISIONA PASAL 70
1) Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan
mendorong peran aktif masyarakat dalam upaya
pengembangan kesehatan tradisional.
2) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
diarahkan agar masyarakat dapat melakukan perawatan
kesehatan secara mandiri (asuhan mandiri) dan benar.
3) Perawatan kesehatan secara mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (21 dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan taman
obat keluarga dan keterampilan

2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 9 TAHUN 2016


TENTANG UPAYA PENGEMBAANGAN PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL MELALUI ASUHAN MANDIRI PEMANFAATAN TOGA
DAN KETRAMPILAN
ASUHAN MANDIRI
PEMANFAATAN TOGA DAN
AKUPRESUR

upaya untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan serta mencegah dan mengatasi
masalah/gangguan kesehatan ringan secara
mandiri oleh individu dalam keluarga, kelompok
atau masyarakat, dengan memanfaatkan TOGA
dan akupresur
1. Murah, aman dan mudah di dapat
karena ada disekitar kita
2. Dapat meningkatan asupan gizi
keluarga.
3. Menciptakan keindahan dan
KENAPA penghijauan lingkungan.
DENGAN TOGA 4. Untuk melestarian warisan budaya
??? bangsa.
5. Menggalian jenis tanaman lokal asli
daerah setempat/tanaman langka
yang berkhasiat obat.
6. Menambah pendapatan keluarga
Aman dan mudah dilakukan untuk diri sendiri
maupun untuk keluarga (dengan titik-tik yang
terpilih)
KENAPA 1. Akupresur dapat mencegah dan
DENGAN mengatasi ganguan kesehatan ringan yang
ada di masyarakat
AKUPRESUR 2. Memelihara dan Meningkatkan daya
tahan tubuh
3. Memulihkan kesehatan
4. Aman, bermanfaat dan dapat dilakukan
sendiri (asuhan mandiri)
a. Pembentukan tim pelatih tingkat provinsi melalui Pelatihan
Bagi Pelatih (TOT) asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan oleh Kemenkes. Kadinkes prov menetapkan tim
pelatih tingkat provinsi melalui Surat Keputusan (SK).
b. Pembentukan tim pelatih tingkat kab/kota melalui Pelatihan
Bagi Pelatih (TOT) asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan oleh dinkes prov. Kadinkes kab/kota
menetapkan tim pelatih tingkat kab/kota melalui Surat
Keputusan (SK).
c. Pembentukan fasilitator melalui Pelatihan Bagi Fasilitator
(TOF) asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan
oleh Dinkes Kab/Kota. Kepala Puskesmas menetapkan
fasilitator tingkat Puskesmas melalui Surat Keputusan (SK).
d. Orientasi Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan
Keterampilan oleh Puskesmas.
a. Fasilitator yang sudah ditetapkan melalui SK melakukan
sosialisasi internal kepada lintas program dan yang difasilitasi
oleh kepala Puskesmas.
b. Fasilitator yang sudah ditetapkan melalui SK melakukan
sosialisasi kepada lintas sektor terkait, serta mitra lainnya
melalui forum lokakarya mini dalam rangka yang difasilitasi
oleh kepala Puskesmas.
c. Puskesmas mengembangkan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) kesehatan tradisional dengan dukungan lintas sektor.
a. Fasilitator melakukan orientasi asuhan mandiri pemanfaatan
TOGA dan keterampilan bagi kader, didampingi oleh pelatih
tingkat kabupaten/kota yang sudah memiliki sertifikat TOT,
menggunakan modul dan bahan belajar yang ditetapkan
3. PELAKSANAAN PEMBENTUKAN
KELOMPOK ASUHAN MANDIRI
Fasilitator bersama mitra melakukan fasilitasi
pembentukan kelompok asuhan mandiri dengan
memanfaatkan dana dari berbagai sumber, dengan cara:
a. Mengidentifikasi kelompok yang sudah ada di
masyarakat contohnya dasa wisma, kelompok tani,
kelompok nelayan, arisan dan kelompok lainnya.
b. Mensosialisasikan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan kepada kelompok masyarakat.
c. mbentukan kelompok asuhan mandiri diharapkan
dapat terbentuk dalam kurun waktu paling lama 3-6
bulan sejak dilakukannya orientasi kader.
d. Kader membentuk kelompok asuhan mandiri dengan kriteria 1 kelompok terdiri
atas 5 sampai 10 Kepala Keluarga (KK), melalui langkah-langkah:
Forming
Kader memfasilitasi keluarga binaan dalam kelompok untuk saling mengenal
lebih dekat satu sama yang lainnya, misalnya untuk saling menceritakan
tentang pengalamannya dalam memanfaatkan TOGA ataupun saling
memberikan informasi tentang TOGA yang mereka miliki di rumah masing-
masing.
Storming
Kader memfasilitasi kepada anggota kelompok untuk bersama-sama
membicarakan rencana kegiatan kelompok dan semua anggota kelompok
diberikan kesempatan untuk berbicara dan memberikan ide.
Norming
Setelah semua saling mengenal, kader mengajak para anggota kelompok
untuk bersama-sama membuat struktur organisasi misalnya ketua, wakil
ketua, sekretaris, bendahara dan tugas masing-masing serta membuat tata
tertib yang harus dipatuhi bersama.
Performing
Pada tahap selanjutnya adalah performing, dimana kelompok asuhan mandiri
sudah terbentuk dengan stuktur organisasi dimana setiap yang duduk dalam
struktur organisasi telah mempunyai peran dan tugas masing-masing,
sehingga setiap orang merasa saling tergantung dan membutuhkan satu sama
lainnya.
Setelah terbentuk kelompok asuhan mandiri, kader didampingi fasilitator
dan mitra melakukan pendekatan kepada kelompok, bertujuan untuk
menghapus rasa cemas, menempatkan kelompok pada posisi yang tepat,
menciptakan suasana yang kondusif, menumbuhkan rasa percaya diri,
memberi kesempatan bagi setiap anggota kelompok untuk berkembang
dan mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pendapat.
Kader melakukan pembinaan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan
TOGA dan keterampilan melalui pembekalan pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan secara rutin satu bulan sekali dan
berkesinambungan disesuaikan dengan jadwal kegiatan yang telah dibuat
bersama, didampingi oleh fasilitator dan mitra.
Pembentukan kelompok asuhan mandiri merupakan salah satu bentuk
dari upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang bersifat swadaya.
Namun demikian, kegiatan peningkatan kapasitas, baik tenaga, sumber
daya maupun kelembagaan terkait dengan tahap pembentukan kelompok
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan bisa mendapatkan
bantuan fasilitasi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun
sumber lain yang tidak mengikat.
TINGKAT PUSAT
1. Kementerian Kesehatan dalam hal ini Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional, sebagai sektor utama berkoordinasi
dengan lintas program dan lintas sektor terkait yang meliputi
kegiatan berikut:
2. Menetapkan kebijakan dan (NSPK) Norma, Standar, Prosedur
dan Kriteria yang terkait dengan Asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan Asuhan Mandiri (UKM Kesehatan
Tradisional) di jenjang pelayanan.
3. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKAKL) pengembangan asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
4. Melakukan sosialisasi dan advokasi kepada pemangku
kepentingan dengan lintas program dan lintas sektor tingkat
pusat untuk mendapatkan dukungan dalam
penyelenggaraan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan secara nasional.
TINGKAT PUSAT
5. Melakukan sosialisasi Pedoman Asuhan
Mandiri Pemanfaatan TOGA dan
Keterampilan kepada lintas program, lintas
sektor dan Organisasi Masyarakat di tingkat
pusat dan provinsi.
6. Meningkatkan kapasitas SDM level/tingkat
provinsi melalui TOT asuhan mandiri untuk
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
provinsi dalam pemanfaatan TOGA dan
keterampilan.
7. Melakukan pembinaan pelaksanaan
kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan
TOGA dan keterampilan di tingkat provinsi.
TINGKAT PROVINSI
Dinas Kesehatan Provinsi sebagai Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) dapat berkoordinasi dengan lintas
program dan lintas sektor terkait dengan kegiatan
sebagai berikut:
1. Membuat kebijakan tingkat provinsi dalam
mendukung kebijakan tingkat pusat sebagai
Pedoman Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan
Keterampilan.
2. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) kegiatan asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
3. Melakukan advokasi kepada lintas program dan
lintas sektor tingkat provinsi dalam mendukung
pelaksanaan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan.
TINGKAT PROVINSI
4. Melakukan sosialisasi Pedoman Asuhan Mandiri
Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan kepada
lintas program, lintas sektor dan Organisasi
Masyarakat di tingkat provinsi dan tingkat
kabupaten/kota.
5. Meningkatkan kapasitas SDM level/tingkat
kabupaten/kota melalui TOT asuhan mandiri
untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
kabupaten/kota dalam pemanfaatan TOGA dan
keterampilan.
6. Melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan di kabupaten/kota.
KABUPATEN/KOTA
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) dapat berkoordinasi dengan
lintas program dan lintas sektor terkait meliputi kegiatan
berikut:
1. Membuat kebijakan tingkat kabupaten/kota dalam
rangka penerapan ke
2. bijakan tingkat provinsi sebagai Pedoman Asuhan
Mandiri Pemanfatan TOGA dan Keterampilan.
3. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) kegiatan asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
4. Melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan
antara lain lintas program dan lintas sektor tingkat
kabupaten/kota dalam mendukung pelaksanaan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
KABUPATEN/KOTA
5. Melakukan sosialisasi Pedoman Asuhan Mandiri
Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan kepada lintas
program, lintas sektor dan Organisasi Masyarakat di
tingkat kabupaten/kota dan Puskesmas dalam
mendukung kegiatan asuhan mandiri pemanfatan
TOGA dan keterampilan.
6. Meningkatkan kapasitas SDM Puskesmas melalui TOF
asuhan mandiri untuk mendukung pelaksanaan tugas
dan fungsi Puskesmas dalam pemanfaatan TOGA dan
keterampilan di wilayah kerjanya.
7. Melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan di
wilayah kerja Puskesmas.
KECAMATAN
1. Kepala Puskesmas bersama fasilitator terlatih melakukan
sosialisasi dan advokasi asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan kepada pemangku kepentingan serta
masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Melakukan identifikasi masalah kesehatan, kebutuhan dan
harapan serta potensi masyarakat sebagai dasar dalam
menentukan kebijakan/kegiatan yang berkaitan dengan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan di
wilayah kerjanya.
3. Kepala Puskesmas, pemangku kepentingan dan mitra
bersama sama mengajukan rencana anggaran secara
terpadu untuk mendukung kegiatan asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan melalui sistem
penganggaran yang berlaku. (Musrenbang tingkat kelurahan
maupun kecamatan).
4. Fasilitator Puskesmas yang sudah memiliki sertifikat
pelatihan asuhan mandiri, melakukan :
a. Orientasi kepada Kader tentang asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan, sebagai
dasar pengetahuan dalam melaksanakan tugas
untuk membina/melatih keluarga binaan yang
akan menjadi kelompok asuhan mandiri,
berkoordinasi dengan pihak terkait.
b. Memfasilitasi kader dalam pembentukan dan atau
pengembangan kelompok asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan,
berkoordinasi dengan pihak terkait, lintas sektor
dan tokoh masyarakat peduli kesehatan.
a. Pendampingan kader bersama TP-PKK, Pertanian
dan lintas sektor lainnya, dalam kegiatan asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan di
wilayah kerjanya.
b. Pemantauan secara periodik atas pelaksanaan
kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan di wilayah kerjanya agar kegiatan
dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
c. Fasilitator Puskesmas menjemput catatan kader
tentang pelaksanaan kegiatan kelompok asuhan
mandiri setiap bulannya dan melaporkan ke Dinas
Kesehatan setiap triwulan.
TINGKAT DESA/KELURAHAN
1. Kepala Desa/Lurah menerbitkan Surat Keputusan yang
berkaitan dengan pengorganisasian seperti a.l SK penetapan
Kader, SK pembentukan kelompok asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan, SK penanggungjawab
kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan, dll.
2. Petugas Puskesmas pembantu/bidan desa, kader dan mitra
tingkat desa/kelurahan melakukan identifikasi masalah
kesehatan, kebutuhan dan harapan serta potensi masyarakat
dalam kemampuan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan melalui (SMD) Survey Mawas Diri yang
dilakukan di desa sebagai dasar menyusun rencana kegiatan
di wilayahnya.
3. Fasilitator Puskesmas didampingi oleh penanggungjawab
daerah binaan Puskesmas bersama mitra mengkoordinir
pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan kegiatan
asuhan mandiri pemanfatan TOGA dan keterampilan.
TINGKAT DESA/KELURAHAN
4. Penanggungjawab daerah binaan Puskesmas dan fasilitator
Puskesmas mendampingi masyarakat untuk melakukan SMD
dalam kebutuhan pengembangan asuhan mandiri. Kegiatan SMD
bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, kebutuhan
dan harapan serta potensi sumber daya yang dimiliki untuk
pengembangan asuhan mandiri, salah satunya dilihat dengan
catatan data warga dan catatan kegiatan.
5. Penanggungjawab daerah binaan Puskesmas dan fasilitator
Puskesmas bersama kader, tokoh masyarakat, Kepala Desa dan
Lurah membahas hasil SMD dalam forum Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) difasilitasi oleh Kepala Desa/Lurah.
Kegiatan MMD bertujuan untuk menyamakan persepsi antara
Puskesmas dan masyarakat tentang kebutuhan pengembangan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
6. Forum MMD menyusun rencana kegiatan pengembangan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan,
dukungan sumber daya, pembagian peran dan tugas dari
masing-masing pihak dan masyarakat.
TINGKAT DESA/KELURAHAN
7. Kepala Desa/Lurah bersama dengan fasilitator Puskesmas dan kader
menyusun kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan diwilayahnya berdasarkan hasil MMD tersebut.
8. Kepala Desa mengusulkan anggaran secara terpadu dan
mengintegrasikannya dalam Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Desa
dalam Musrenbang kelurahan untuk mendukung pengembangan
kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan sesuai
dengan rencana kegiatan yang telah disusun berdasarkan kebutuhan
dan harapan masyarakat yang bersumber dana swadaya masyarakat
maupun pemerintah melalui APBD maupun Alokasi Dana Desa (ADD).
9. Kader dan Petugas Puskemas Pembantu/bidan desa/penanggungjawab
daerah binaan Puskesmas bersama mitra melakukan penyuluhan dan
pembinaan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan
kepada keluarga binaan dan masyarakat.
10. Kader yang sudah mendapatkan orientasi asuhan mandiri dari fasilitator
melakukan pembinaan kepada minimal 5 10 keluarga binaan dan
memotivasi agar setiap keluarga mempunyai minimal 5 (lima) jenis
tanaman obat di rumahnya yang ditata indah.
TINGKAT KELOMPOK ASUHAN MANDIRI
1. Dalam melakukan kegiatan dikelompoknya sesuai dengan
kebutuhan kelompok, minimal sebulan sekali, dipimpin oleh
kader dan didampingi oleh fasilitator Puskesmas dan mitra,
meliputi kegiatan sebagai berikut :
2. Setiap keluarga dalam kelompok asuhan mandiri mempelajari
dan melaksanakan cara pengelolaan TOGA, mulai dari
pemilihan benih, penanaman, pemeliharaan sampai
pemanenan didampingi oleh sektor pertanian.
3. Kader didampingi fasilitator Puskesmas dan mitra mengajarkan
kepada keluarga binaan tentang pengolahan pemanfaatan hasil
TOGA menjadi produk untuk dimanfaatkan sendiri ataupun
untuk menambahkan penghasilan keluarga.
4. Kader dan atau didampingi fasilitator Puskesmas melatih
keluarga binaan tentang keterampilan untuk diterapkan dalam
keluarga apabila mengalami gangguan kesehatan ringan.
TINGKAT KELOMPOK ASUHAN MANDIRI
5. Setiap keluarga dalam kelompok asuhan mandiri mempelajari dan
menerapkan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengatasi gangguan kesehatan ringan dalam lingkungan keluarga. Dalam
menerapkan asuhan mandiri keluarga mengacu pada Petunjuk Praktis
TOGA dan Keterampilan. Apabila memerlukan penjelasan lebih lanjut
dapat berkonsultasi kepada kader atau kepada fasilitator Puskesmas.
6. Setiap keluarga dalam kelompok asuhan mandiri berbagi pengetahuan
dan keterampilannya kepada keluarga yang lain dalam kelompoknya.
7. Setiap keluarga dalam kelompok asuhan mandiri melakukan penilaian
diri dalam pelaksanaan kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan dengan mencatat penggunaan TOGA dan keterampilan
dalam rumah tangganya.
8. Kader setiap bulan merekap catatan dari keluarga binaannya, sebagai
evaluasi pelaksanaan asuhan mandiri dikelompoknya.
9. Setiap anggota kelompok asuhan mandiri yang sudah dapat mandiri,
mengajak beberapa keluarga minimal 5 10 keluarga untuk bergabung
dan membentuk kelompok asuhan mandiri yang baru.
adalah sekumpulan tanaman
berkhasiat obat untuk
PENGERTIAN
kesehatan keluarga yang
TOGA
ditata menjadi sebuah taman
dan memiliki nilai keindahan.
1. Sebagai sarana mendekatkan
tanaman obat kepada masyarakat
untuk upaya kesehatan mandiri.
2. Sebagai pendayagunaan tanaman
obat yang dapat diarahkan untuk
upaya peningkatan kesehatan
FUNGSI TOGA (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif).
3. Melestarikan budaya pengobatan
tradisional sebagai warisan leluhur
dengan memanfaatkan tanaman
yang berkhasiat.
1. TOGA mempunyai manfaat sebagai upaya
kesehatan preventif (pencegahan penyakit),
promotif (peningkatan derajat kesehatan),
kuratif (penyembuhan penyakit) dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
2. TOGA mempunyai manfaat sebagai
mendukungmenciptakan kesehatan dan
MANFAAT TOGA kesejahteraan keluarga antara lain sebagai
sarana untuk
(1) memperbaiki status gizi keluarga
(2) menambah penghasilan keluarga,
(3) meningkatkan kesehatan lingkungan
pemukiman,
(4) melestarikan tanaman obat dan
budaya bangsa.
PENGENALAN TOGA
1. Jenis-jenis TOGA
Penamaan jenis tanaman obat dengan menyertakan nama ilmiah (latin)
selain nama nasional dan nama lokal dimaksudkan agar antara tanaman
obat yang satu dengan lainnya tidak tertukar.
2. Pertelaahan Tanaman Obat
Dapat menerangkan atau menyebutkan ciri-ciri morfologi bagian
tanaman seperti batang,daun, bunga, buah dan biji dari setiap jenis
tanaman obat

3. Kandungan tanaman Obat


Kandungan bahan kimia berkhasiat obat diharapkan dapat sebagai
pedoman pemanfaatan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
1. Kelompok Usia subur
a. Nyeri Haid
b. Mual
c. Demam pada Ibu Nifas
d. ASI sedikit dan tidak lancar
Contoh ramuan nyeri haid
Bahan
Empu kunyit 3 jari
Asam kawak (asam yang telah dimasak) 2 Sendok teh
Gula merah 2 sendok makan
Air 3 gelas

Cara pembuatan
Kunyit setelah dikupas, diiris tipis-tipis, rebus hingga air menyusut menjadi
setengahnya, tambahkan asam kawak, gula merah kemudian diaduk-aduk. Diamkan
sampai hangat-hangat kuku.

Cara pemakaian
Minum ramuan kunyit asam diatas 7 hari sebelum haid sampai 3 hari selama haid.
Ramuan ini juga dapat ditambahkan kayu manis 1 jari sebagai penyedap/pengharum,
asam dan gula merah dapat ditambahkan sesuai selera.
2. Kelompok Usia Balita (1-5 tahun)

a. Kurang/Tidak Nafsu Makan


b. Batuk pilek
c. Sesak Nafas karena Asma pada Anak
d. Perut Kembung (Dispepsia)
e. Sakit Perut pada Bayi/Anak
f. Sakit Perut Kembung pada anak/bayi
g. Cacingan
CONTOH : BATUK PADA ANAK
Bahan :
Bunga belimbing wuluh segar 1 genggam.
Bawang Merah 1 buah.
Biji Buah Pala 1/4 kelereng.
Gula Batu 1 sendok makan.
Air 1/2 gelas.

Cara pembuatan :
Bawang merah diiris menjadi 4 bagian, biji buah pala ditumbuk
sehingga menjadi seperti batu kerikil. Kemudian semua bahan
dicampur kedalam mangkok kecil dan ditutup, lalu dikukus selama 1
jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan.

Cara pemakaian :
Hasil saringan diminum pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur.
3. KELOMPOK USIA SEKOLAH DAN REMAJA (6-18 THN)

a.Meningkatkan Sel Darah Merah


b.Sakit Gigi
c.Pingsan
Contoh untuk sakit GIGI
Ramuan:
Bahan :
Cengkeh 2 butir

Cara pembuatan :
Cengkeh dihaluskan

Cara pemakaian :
Cengkeh ditapal pada gigi yang sakit.
4. Kelompok Usia Kerja
a. Sakit Kepala Sebelah (Migren)
b. Nyeri Otot/Pegel Linu

Contoh Ramuan sakit kepala (migren)


Bahan :
Bawang putih 1 siung
Pegagan 1 jumput
Air 1 gelas

Cara pembuatan :
Pegagan dan bawang putih yang sudah digeprek direbus dengan air
selama 10-15 menit.

Cara pemakaian :
Diminum selagi hangat, 3 kali 1 gelas sehari.
5. Kelompok Usia Lansia (>60 thn)

a. Melancarkan Buang Air Besar (Konstipasi)


b. Nyeri Sendi
c. Susah Tidur (Insomnia)
d. Maag
e. Pemulihan Setelah Sakit
f. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
CONTOH RAMUAN UNTUK SUSAH BUANG AIR

Ramuan
Bahan :
lidah buaya ukuran sedang pelepah
Madu 1 sendok makan
Air gelas

Cara Pembuatan :
Daun lidah buaya dicuci dan dikupas.Isinya dipotong kecil-kecil, seduh
dengan gelas air. Berikan 1 sendok makan madu. Ramuan dapat juga
diblender

Cara pemakaian :
Ramuan diminum 1 kali sehari, sampai BAB normal
CARA PEMBUATAN RAMUAN
1. Higyene sanitasi
a. Bahan Ramuan
Cuci bersih seluruh bahan ramuan dengan air bersih dan mengalir
Tiriskan bahan ramuan dengan wadah yang bersih
Rajang bahan ramuan sesuai kebutuhan
b. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus bersih dan kering
Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya
Cuci bersih dan keringkan peralatan setelah digunakan
Simpan di dalam lemari perkakas
c. Peramu
Kondisi fisik peramu harus dalam keadaan sehat
Cuci tangan dengan cara yang benar sebelum meramu
Gunakan masker, tutup kepala dan celemek
Selalu cuci tangan setiap penggantian tahapan proses pembuatan
ramuan
2. Penyiapan Bahan Baku (simplisia)
a. Berwarna cerah.
b. Yang telah tua/masak sempurna dan dalam
keadaan segar, Buah tidak keriput. Kulit
batang tidak retak.
c. Pilih yang masih utuh dan tidak rusak
d. Tidak terserang hama dan yang tidak
bercendawan atau berjamur
e. Tidak memilih buah, daun, bunga, kulit umbi
yang telah berubah warna atau layu.
3. Penyiapan Alat
Jenis peralatan antara lain :
Periuk (kuali) dari tanah liat atau panci dari bahan
gelas/kaca atau stainless steel.
Pisau atau spatula/pengaduk yang terbuat dari
bahan kayu
Saringan dari bahan plastik atau nilon
4. Cara Pembuatan
Beberapa teknik membuat ramuan, diantaranya:
Infusa adalah proses penyarian terhadap
bahan ramuan dengan air pada suhu 90C
selama 15 menit. Umumnya untuk bahan
tanaman yang lunak. Contoh: daun, bunga
Dekok adalah proses penyarian terhadap
bahan ramuan dengan air pada suhu 90C
selama 30 menit. Umumnya untuk bahan
tanaman yang keras. Contoh: akar, batang
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat
yang dapat larut dari simplisia dengan pelarut
yang sesuai.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan
ramuan, diantaranya:
a. Jika merebus sebaiknya menggunakan api kecil.
b. Alat-alat yang digunakan harus bersih.
c. Biasanya dalam merebus simplisia herba, air disisakan
menjadi setengahnya.
d. Jika herba berupa teh atau simplisia yang harus
diseduh, maka menggunakan air dengan suhu 80
derajat.
e. Masukan bahan ramuan yang mengandung minyak
atsiri setelah mau diangkat dan ditutup, untuk
ramuan yang bentuk kayu dapat dimasukkan di awal
agar zat obat dapat keluar dengan maksimal.
5. Cara Penyajian
Cara penyajian ramuan, diantaranya:
a. Penyajian untuk dikonsumsi
1) Rebusan, disajikan dengan menyaring hasil rebusan kemudian cairan
sari diminum hangat-hangat
2) Seduhan, disajikan dengan mengendapkan bahan ramuan yang sudah
direndam air panas atau menyaringnya kemudian cairan sari diminum
hangat-hangat
3) Perasan, disajikan dengan meminum cairan sari dari bahan ramuan
yang diperas

b. Penyajian untuk penggunaan luar


1) Tapal, disajikan dengan menempelkan bahan ramuan yang ditumbuk
kebagian tubuh yang sakit.
2) Balur, disajikan dengan menggosokkan atau membalurkan bahan
ramuan yang ditumbuk kebagian tubuh yang sakit.
3) Oles, disajikan dengan mengoleskan bahan ramuan dalam bentuk cair
kebagian tubuh yang sakit.
4) Mandi, dilakukan dengan menyiramkan atau merendam tubuh
dengan cairan rebusan bahan ramuan.
c. Penyajian untuk penggunaan penguapan
1)Ratus, disajikan dengan membakar bahan
ramuan kemudian uapnya diarahkan
kebagian tubuh tertentu.
2)Sauna, disajikan dengan merebus bahan
ramuan kemudian uapnya diarahkan ke
seluruh tubuh dalam ruangan tertutup.
CARA PENYIMPANAN
Ramuan yang sudah dibuat dapat disimpan sesuai dengan jenis sediaannya.
a. Ramuan Rebusan/Godogan : Dapat disimpan di dalam kulkas selama 3
hari menggunakan wadah tertutup
b. Ramuan Seduhan : Dapat disimpan dalam wadah tertutup maksimal 24
jam
c. Ramuan Perasan : Sebaiknya tidak disimpan
d. Ramuan Tapal : Dapat disimpan dalam wadah tertutup dalam suhu ruang
e. Ramuan Balur : Dapat disimpan dalam wadah tertutup dalam suhu ruang
f. Oles : Dapat disimpan dalam wadah tertutup dalam suhu ruang
g. Ramuan Rebusan untuk Mandi : Sebaiknya tidak disimpan
h. Ramuan Ratus: Sebaiknya tidak disimpan
i. Ramuan Sauna : Sebaiknya tidak disimpan

You might also like