Professional Documents
Culture Documents
Sistem Dispersi
Sistem Dispersi
Achmad Radjaram
1
SISTEM DISPERSI
TIK . MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP DASAR SISTEM
DISPERSI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEDIAAN
POLIFASE
Achmad Radjaram
I. PENDAHULUAN
II. DISPERSI KOLOID
III. DISPERSI SUSPENSI
IV. DISPERSI EMULSI
PUSTAKA
- Martin, A,2005 Physical pharmacy, 4 , Ed, Lea & Febiger, Philadelphia P
- Florence AT, Attwood D, 1998, Physicochemical principles of Pharmacy,
3rd Ed, Macmillan Press, London
- Aulton M.E, 2002, Pharmaceutics, The science of Dosage Form Design,
2rd Ed, Churchell Li vingstone, London, New York.
2
SISTEM DISPERSI
I. PENDAHULUAN
3
Klasifikasi sistem dispersi berdasarkan keadaan fisika
medium dispersi dan partikel terdispersi
4
5
II. SISTEM DISPERSI KOLOID
6
BERBAGAI BENTUK PARTIKEL KOLOID
7
2.1. KLASIFIKASI SISTEM KOLOID
1. BERDASARKAN INTERAKSI DENGAN MEDIUM
* KOLOID LIOFILIK
Koloid yang mempunyai daya terik kuat dengan medium pendispers
bersifat stabil, jika mediumnya air disebut KOLOID HIDROFIL
Contoh : agar-agar, protein dll.
* KOLOID LIOFOBIK
Koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya,
cenderung memisah, tidak stabil, jika mediumnya air disebut KOLO-
ID HIDROFOB.
Contoh : koloid FeCl3
* KOLOID ASOSIASI
Koloid yang terbentuk dari agregasi molekul surfaktan, terbentuk
struktur misel.
8
9
PERBEDAAN SIFAT KOLOID
10
ASOSIASI KOLOID DAN CMC
11
BENTUK MISEL DALAM AIR
12
SOLUBILISASI PADA MISEL MOLEKUL SURFAKTAN NON IONIK
13
2.2. SIFAT KOLOID
1. SIFAT OPTIS
EFEK TYNDALL :
Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel2 koloid.
Mikroskop ultra : tampak butir-butir koloid bercahaya.
Mikroskop elektron : diamati ukuran, bentuk dan struktur partikel
koloid.
2. SIFAT KINETIK
GERAKAN BRAWN
Partikel-partikel koloid selalu bergerak secara acak, disebabkan
tabrakan molekul-molekul medium pendispers pada sisi-sisi partikel
terdispersi tidak sama.
Teori kinetika menegaskan bahwa gas atau cairan terdiri dari molekul-
molekul yang terus menerus bergerak.
16
DIFUSI
Dispersi molekul zat terlarut, berdifusi dari konsentrasi tinggi ke
rendah.
Molekul atau partikel koloid terdifusi karena adanya gerak Brawn.
Hukum Ficks : dg = - DS dc/dx dt
D = kT/6 r = RT/6 r N D = koefisien difusi .
PENGENDAPAN
Partikel-partikel koloid cenderung mengendap karena pengaruh
grafitasi.
Hukum Stokes : v = 2 r2 g (k - m)/ 9
Kecepatan pengendapan dipengaruhi Hukum Stokes
Pengaruh suhu, pengadukan, penambahan elektrolik tertentu
Percepatan grafitasi : sentrifugasi ultra.
17
3. ADSORPSI :
Pembentukan permukaan yang bermuatan
Adsorpsi ion pada permukaan koloid
Sistem reaksi : Ag NO3 + KJ Ag I + KNO3
Koloid AgJ dalam larutan KJ mengadsorpsi ion I-
I- I I-
-
Ag I I-
I- I-
AgI
permukaan koloid bermuatan I- I-
I-
Koloid Ag I dalam larutan AgNO3 mengadsorpsi ion Ag+
Ag+
Ag I Ag+ Ag+
Ag+
AgI
permukaan koloid bermuatan Ag+
Ag+
Ag+
16
Ionisasi gugus permukaan koloid
H+
Koloid bermuatan
R NH3 - COOH (pH asam)
17
Adsorpsi pelarut atau zat polar lain dari larutan
19
Counter ion = ion yang muatannya berlawanan dengan
permukaan koloid
Lapisan rangkap dua : a bound layer
b diffuse region
Bound layer (stern layer) = lapisan ion yang terikat kuat pada
permukaan koloid
Diffuse layer = Daerah ion yang berada diluar bound layer.
Distribusi ion pada daerah ini ditentukan oleh kesetimbangan
gaya tarik elektrostatik keteraturan lapisan dengan gerak
termal yang random (= gerak Brown) ketidak teraturan
lapisan
Adanya muatan pada permukaan dan sekitar permukaan koloid
mengakibatkan POTENSIAL LISTRIK antara permukaan koloid
dengan lapisan media
Bidang geser : bidang (Potensial listrik) tepat pada garis diluar
bound layer POTENSIAL ZETA (potensial elektrokinetik)
20
21
ENERGI POTENSIAL VS JARAK ANTAR PARTIKEL
22
23
FENOMENA ELEKTROKINETIKA
disebabkan oleh adanya permukaan koloid yang bermuatan
26
27
III DISPERSI SUSPENSI
SUSPENSI :
Sistem dispersi kasar dengan partikel zat padat yang tidak larut
terdispersi dalam suatu medium cair.
KEUNTUNGAN :
Menutupi rasa tidak enak
Sesuai untuk pemakaian pada kulit dan membran mukosa
KEGUNAAN :
Per oral
Topikal = obat luar
Parenteral
28
CONTOH SUSPENSI
Suspensi antasida
Suspensi antibiotika
Suspensi analgesik
Suspensi antelmetika
Suspensi antifungal
Suspensi kering (dry syrup)
Lihat buku ISO
29
3.1. SIFAT ANTARMUKA PARTIKEL TERSUSPENSI
Caranya :
1. SL diturunkan dengan penambahan surfaktan
2. A dikurangi Frokulasi
32
INTERAKSI ANTARA DUA PARTIKEL SUSPENSI
3.2. SEDIMENTASI
cl 2 ( s o ) g
v
18o
v = kec. Sedimentasi
cl = diameter partikel
= berat jenis (s : fase terdispersi)
= viskositas medium
g = gravitasi
34
Hukum Stokes berlaku jika :
1. Konsentrasi fase terdispersi kecil sekitar 0,1 %, jika > 2 %
pengendapan
2. Ukuran partikel terdispersi
- ukuran partikel besar cepat mengndap
- ukuran partikel kecil terbentuk Caking
4. Viskositas medium ()
- viskositas suspensi ditingkan dengan penambahan
Suspending agent
- Metil selulosa, CMC Na, Acasi, Tragakan, Bentonit
35
Faktor bobot jenis ()
s > o pengendapan
s = o kesetimbangan fasa (partikel melayang)
s < o terjadi flotasi mengambang)
Proses pembasahan :
Ws = (s - L) - s = - L ( cos -1)
cos = 1 = 0
36
POTENSIAL ZETA
Potensil zeta = perbedaan potensial elektrik antara permukaan
partikel dan media pendispersi dalam sistem suspensi.
- Potensial zeta diturunkan membentuk jembatan antar partikel
yanmg berdekatan ikatan antar partikel akan tersusun longgar
- Ditambah elektrolit sebagai bahan flocculating agent
- Elektrolit : garam Na asetat, - fosfat, - sitrat kadar elektrolit
harus dikendalikan
Sistem terflokulasi
38
Cara membuat sistem terflokulasi
40
FLOKULASI SUPENSI
41
PENGARUH ELEKTROLIT PADA PERUBAHAN POTENSIAL PERMUKAAN
42
JEMBATAN POLIMER
43
3.3. EVALUASI SUSPENSI
1. STABILITAS FISIK
2. PARAMETER : VOLUME SEDIMENTASI
DERAJAT FLOKULLASI
VOLUME SEDIMENTASI
F = VU / V O
F = Volume sedimentasi
VU = volume akhir endapan
VO = volume awal suspensi
44
VOLUME SEDIMENTASI
45
DERAJAT FLOKULASI
Pada sistem deflokulasi
F = V / VO
F : volume sedimentasi suspensi yang terdeflokulasi
V : volume akhir endapan suspensi yang terdiflokulasi
Vu Vo
F / F V / VO Vu /V o
= derajat flokulasi
46
Partikel yang TERFLOKULASI terlihat lemah mengendap
cepat, tidak membentuk lempengan (cake)
Partikel yangDEFLOKULASI mengendap perlahan-;ahan dan
membentuk lempengan yang keras (hard cake) resuspensi
sulit
47
3.4. FORMULASI SUSPENSI ORAL
PERSYARATAN
1. Partikel terdispersi cukup kecil dan seragam, serta tidak boleh cepat
mengendap
2. Bila partikel suspensi telah mengendap, partikel tersebut harus
mudah didispersi kembali
3. Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi, sehingga dapat
dengan mudah dituang dan mudah didispersikan kembali
4. Pada saat digunakan, dosis harus seragam
5. Suspensi harus stabil secara kimia dan fisika selama penyimpanan
6. Formulasi suspensi harus menyenangkan untuk pasien, dan
mempunyai bau, warna dan rasa yang dapat diterima
48
Eksipien dalam formulasi Suspensi
1. Bahan pembasah (wetting agent)
surfaktan, gliserin, propilenglikol, alkohol
khususnya : untuk serbuk yang sulit terbasahi
2. Elektrolit
bahan flokulasi dengan mengurangi hambatan elektrik antar
partikel
3. Surfaktan
menghasilkan flokulasi partikel tersuspensi
Surfaktan non-ionik maupun ionik
Konsentrasi Surfaktan
4. Polimer
Bekerja sebagai zat pemflokulasi diadsorpsi pada permukaan
partikel
Polimer hidrofilik juga berfungsi sebagai koloid pelindung
49
MANUFAKTUR
50
IV. DISPERSI EMULSI
Emulsi : sistem dua fasa dari dua cairan yang tidak saling
bercampur umumnya air dan minyak satu fasa terdispersi
dalam fasa yang lain sebagai tetesan atau droplet
51
53
Ukuran droplet umumnya > 0,1 m
Secara termodinamika, emulsi merupakan sistem yang tidak stabil
Sistem dibuat stabil dengan adanya zat pengemulsi
MIKROEMULSI : - emulsi halus, transparan atau seperti susu,
ukuran droplet : 0,01 0,1 m
- secara termodinamik lebih stabil
MAKROEMULSI Droplet : 0,1 10 m
KREM : emulsi semisolid, mengandung air > 60 % sifat aliran
pseudoplastik
PENGGUNAAN : Nutrisi, obat, bahan diagnostik
- internal untuk
- eksternal untuk topikal kulit dan membran mukosa
- parenteral
54
4.1. TIPE EMULSI
55
Pengemulsi tipe A/M :
Sabun polivalen, Ca palmitat, Ester sorbitan (spans),
Kolesterol, lemak wool
56
4.2. TEORI EMULSIFIKASI
57
Kerja dispersi adanya interaksi gaya kohesi dan adesi (E Adesi >
E kohesi), luas permukaan droplet yang besar, ( A)
W = MA x A
W > sistem tidak stabil
MA < W < Surfaktan
Surfaktan menurunkan MA selama Emulsifikasi
ZAT PENGEMULSI
a. Zat aktif permukaan teradsorpsi pada antarmuka M/A
membentuk lapisan monolekular
b. koloidal hidrofilik membentuk lapisan multimolekular
c. Partikel partikel padat yang terbagi halus diadsorpsi pada
batas antarmuka M/A
58
59
ADSORPSI MONOLEKULAR
W = (M/A) A
60
61
62
4.3. SISTEM HIDROFIL LIPOFIL
Grifin : skala kesetimbanga Hidrofil Lipofil (HLB) dari zat aktif
permukaan
Tipe emulsi M/A atau A/M tergantung pada sifat zat pengemulsi
yang digunakan
Emulsi M/A terbentuk jika HLB pengemulsi berkisar antara 9 12
Emulsi A/M jika HLB sekitar 3 6
Campuran Tween 20 dan span 20 membentuk emulsi M/A
Tween : turunan polioksietilen sorbitan hidrofilik
membentuk emulsi M/A (HLB 9.6 16.7)
Span : ester sorbitan Lipofilik
membentuk emulsi A/M (HLB 1.8 8.6)
63
Laju penggabungan tetesan tetesan minyak yang terdispersi dalam
air ditentukan dengan persamaan :
Laju 1 = C1 e-W1 / RT
C1 : faktor tumbukan yang bergantung pada perbandingan volume
fase terhadap air dan kebalikan viskositas dari fase kontinu (air)
W1 : energi barier yang berhubungan dengan barier energi yang harus
diatasi sebelum penggabungan terjadi. W merupakan fungsi dari
potensial listrik dari tetesan-tetesan terdispersi dan energi hidrasi
dari zat pengemulsi
Laju penggabungan tetesan-tetesan air terdispersi dalam minyak
ditentukan dengan persamaan :
Laju 2 = C2 e-W2 /RT
C2 = c1
W2 : energi barier yang dari laju penggabungan
65
Jika Emulgator yang digunakan kombinasi Span 80 (HLB : 4.3) dan
Tween 80 (HLB : 15), maka prosentase jumlah masing-masing adalah :
100( x HLB. B )
A= B = 100 - A
( HLB. A HLB. B )
100(12.07 44.3)
(15 4.3) 72,9 B = 100 72,9 = 27,1
66
4.3. SISTEM ADSORPSI
ADSORPSI MOLEKULAR
67
ADSORPSI PARTIKEL PADAT
Partikel halus dapat menstabilkan emulsi jika dibasahi oleh fasa dan
menunjukkan adesi yang cukup membentuk film antarmuka
Film berfungsi sebagai barier mekanik untuk mencegah koalesensi
tetesan.
68
4.5. STABILITAS FISIK EMULSI
= Sebagai sistem heterogen yang tidak stabil sifat emulsi sering
tergantung dari komposisi dan cara pembuatan
69
STABILITAS FISIK PADA EMULSI
70
a. FLOKULASI DAN CREAMING
FLOKULASI : proses bergabungannya tetesan membentuk massa
yang lebih besar sebagai clump atau flocc.
CREAMING : naik atau turunnya tetesan membentuk lapisan pekat
pada perubahan atas atau pada dasar emulsi lapisan didispersi
dengan mudah (dikocok) karena tetesan masih dilapisi oleh
emulgator. Jadi creaming proses lanjut dari flokulasi dan bersifat
reversabel
Laju creaming tergantung pada parameter hukum stokes :
d 2 ( 3 0 ) g
V 180
Parameter
Bobot jenis ()
s > o terjadi sedimentasi creaming kebawah (pada emulsi M/A)
s < o terjadi flotasi creaming keatas (pada emulsi A/M)
71
Laju creaming meningkat bila :
- Perbedaan s dan o semakin besar
- Viskosita pendispersi menurun
- Menaikkan gaya gravitasi dengan cara sentrifugasi
Laju creaming dapat diturunkan
- Reduksi ukuran partikel tetesan
- Viskositas pendispersi dinaikkan menambah pengental
c. INVERSI FASE
Inversifase = proses perubahan fase terdispersi berubah fungsi
menjadi medium pendispersi.
72
Inversi fase dapat terjadi :
Adanya penambahan zat yang dapat mengubah kelarutan
emulgator.
Contoh : penambahan ion Ca ke dalam emulsi tipe M/A yang
dibuat dengan emulgator Na-Stearat akan menyebabkan inversi
fase menjadi emulsi tipe A/M yang stabil
Volume atau prosentase fase terdispersi yang terlalu besar pada
emulsi yang dibuat dengan emulgator non-ionik.
PENGAWETAN EMULSI
pengawet efektif keadaan terlarut dan tidak ter ion perhitungkan
konsentrasinya.
Efektif pada fase air dan minyak
Pertimbangkan interaksi dengan komponen lain
Pengawet kombinasi
efektif untuk jamur, ragi, bakteri : Nipagin : 0,1 0,2 % dan
Nipasol : 0,02 0,05 %
74
PENILAIAN KESTABILAN
Analisa ukuran partikel tetesan dari waktu ke waktu
Analisa turbidimetri dan termodinamika
pemanasan = menyebabkan zat pengemulsi rusak menilai zat
pengemulsi
Metode Sentrifugasi terjadi tumbuhan kaolesen
KESETIMBANGAN FASA
Perilaku campuran tiga komponen :
Buat diagram tiga fase : air minyak - surfaktan
75
SIFAT RHEOLOGI EMULSI
Sifat aliran emulsi untuk penampilan dan penggunaan produk,
Misalnya untuk sediaan parenteral, pemindahan dari botol atau
tube dll.
EVALUASI EMULSI
a. PENETAPAN TIPE EMULSI
Uji pengenceran
Uji konduktivitas
Uji kelarutan zat warna
Metode Fluoresensi
Metode pembasahan
e. PENGARUH SENTRIFUGASI
Cara lain untuk memprediksi waktu tinggal (ED) produk emulsi
terjadi pemisahan fase akibat koalesensi atau creamiul
77
MIKROEMULSI
Mikroemulsi terdiri dari misel-misel besar pada fase internal seperti
solubilized solution
Nanopartikel
Nanopartikel = produk yang serupa dengan mikroemulsi baik ukuran
maupun bentuknya
Nanopartikel dan mikroemulsi adalah misel-misel yang terbentuk
dengan polimerisasi
78
SEMI SOLID
GEL
= Suatu sistem padat atau setengah padat terdiri paling sedikit dua
konstituen dari massa terkondensasi rapat yang diselusupi oleh
cairan
Bila matriks kaya cairan disebut JELLY, bila cairannya dihilangkan
dan tinggal matriksnya saja disebut XEROGEL.
Gel dapat digolongkan dalam sistem dua fasa atau satu fasa
Massa gel dapat terdiri dari gumpalan (flokulat) partikel-partikel
kecil. Contohnya gel aluminium hidroksida, magma bentonit dan
magma magnesium.
Gel dapat terdiri molekul-molekul besar. Misalnya gel tragacants
dan metilselulose Gel satu fase karena tidak ada batas antara
makromolekul terdispersi dan cairan
Gel mengandung air disebut HIDROGEL. Contoh gelatin gel. Gel
mengandung cairan organil disebut ORGANOGEL (petrolatum)
79
Gel yang mengerut secara alamiah karena sebagian cairannya keluar
fenomena SINERESIS
Gel menyerap cairan sehingga volumenya meningkat SWELLING
Gel menyerap cairan tanpa swelling IMBIBISI
STRUKTUR GEL
80
STRUKTUR GEL
81
KLASIFIKASI BASIS SEMI SOLID
82
KLASIFIKASI BASIS SEMI SOLID
83