Professional Documents
Culture Documents
Foreign Policy Analysis-1
Foreign Policy Analysis-1
Tujuan MK
untuk menyediakan atau memperkenalkan dasar-
dasar studi dan analisis tentang politik luar negeri
(foreign policy), yang merupakan bidang aktivitas
pemerintahan yang menekankan pada hubungan
antar negara dan aktor-aktor lainnya, khususnya
dengan negara-negara lain dalam system
internasional. Penekanan utama dalam hal ini
diberikan pada perkenalan beberapa konsep dan
ide-ide dasar yang berhubungan dengan politik
luar negeri dan secara garis besar membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan
analisis politik luar negeri.
Alasannya bahwa politik luar negeri merupakan
sesuatu yang penting, sehingga pengembangan
pemahaman terhadap perilaku politik luar negeri
menjadi sebuah aktivitas yang penting juga.
Menganalisa perilaku -dalam hal ini politik luar
negeri- sebuah negara, berhadapan dengan
sejumlah tantangan intelektual yang sangat luas,
mulai dari pendefinisian istilah-istilah sampai
pada masalah-masalah metodologi yang lebih
fundamental.
Untuk mengetahui penyebab terbentuknya politik luar
negeri atau berusaha untuk menemukan penjelasan
mengenai proses pembuatan politik luar negeri dan akibat-
akibatnya, berarti berusaha untuk berteori. Dalam teori
hubungan internasional mensyaratkan adanya suatu
penataan fenomena nasional dan internasional dengan
cara yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi
berbagai sebab dan efek yang mungkin, dan untuk
menerangkan, menjelaskan dan meramalkan fenomena
tersebut pada tingkat kemungkinan yang agak akseptabel.
Tugas utama analis kebijakan luar negeri adalah untuk
memberikan penjelasan mengenai cara-cara dengan
menyatakan usaha untuk mengubah atau berhasil
dalam mengubah perilaku negara lain (Modelski, 1962:
7).
Banyak sarjana telah mengusulkan beberapa cara yang
digunakan kebijakan asing yang dapat dikembangkan
lebih jauh. Modelski (1962) menggambarkan
kebijakan luar negeri sebagai suatu sistem kegiatan.
Dalam perspektif ini, karena kebijakan luar negeri
dipandang sebagai suatu sistem di mana kebijakan
luar negeri merupakan keputusan yang dirumuskan
dan direncanakan untuk dieksekusi. Melihat dari
sudut pandang ini, keputusan pembuat kebijakan
amat penting dalam proses perumusan kebijakan luar
negeri.
Sebagai sistem aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan
lingkungan internasional, dua elemen lain tertanam
dengan kebijakan luar negeri, yaitu kemampuan
(kekuatan) negara untuk menerapkan dan konteks di
mana kebijakan luar negeri dirumuskan serta
diimplementasikan. Selain itu, catatan Modelski
menjelaskan bahwa kebijakan dirumuskan di bawah
bimbingan prinsip-prinsip tertentu dan harus dibuat
dengan tujuan tertentu. Konsep-konsep dasar dalam
kebijakan luar negeri, adalah: (1) kebijakan pembuat, (2)
tujuan, (3) prinsip-prinsip, (4) kekuasaan untuk
melaksanakan, dan (5) konteks di mana kebijakan luar
negeri dirumuskan dan diimplementasikan (Modelski,
1962: bagian satu).
Tujuan mempelajari Analisis Politik Luar Negeri
1.Deskripsi dan
4. Prediksi
Eksplanasi
5.
2.Klasifikasi
Understanding
3.Eksplorasi 6. Kontrol
Ada 6 (enam) topik bahasan utama atau
Kegiatan Analisis Politik Luar Negeri :
1.Deskripsi dan Eksplanasi
Dalam melakukan analisis berdasarkan Eksplanasi,
kita sering berfikir dari Teori X, maka A ---- B, maka
dicari mana Fenomena A dan mana fenomena B. Dari
sini dapat diambil kesimpulan langsung.
2.Klasifikasi
melakukan pengelompokan atau klasifikasi thd
fenomena yg ada
3.Eksplorasi
melakukan kajian yang mendalam
4. Prediksi
Dalam analisis ini kita melihat adanya kegiatan yang
disebut prediksi
Melalui eksplanasi kita melihat kaitan antara berbagai
fenomena.
Misal : Fenomena A ditimbulkan oleh fenomena B
Setelah itu kita akan mampu melakukan prediksi, yang
ditandai dengan pernyataan : “Bila ………….,
maka,………..”
Bentuk prediksi tersebut diambil berdasarkan
eksplanasi yang telah kita buat. Eksplanasi hanya
melihat keterkaitan diantara fenomena yang ada.
Prediksi kita mencari hubungan-hubungan yang ada.
5. Understanding
Proses untuk mengaitkan antar berbagi variabel dan data.
Contoh :
Dalam dunia kepolisian berlaku bahwa tempat kejadian perkara
biasanya berhubungan dengan terjadinya kejahatan.
Pada kegiatan Ini kita mencoba melihat bagaimana keterkaitan
berbagai peristiwa itu terjadi, sehingga dalam proses understanding
kita melakukan kegiatan memahami proses kaitan/hubungan
antara variabel yang saling mempengaruhi antar fenomena yang
diamati.
Melalui understanding kita bisa memahami bahwa dalam suatu
fenomena tidak hanya terdapat dua variabel yang saling
mempengaruhi, tapi mungkin juga ada variabel lain yang
mempengaruhinya.
Tidak hanya A ------ B, tetapi mungkin juga ada C. Jadi disini ada
variabel intervening.
6. Kontrol
Jika ada A maka pasti ada B
Dalam kontrol kita bisa mengendalikan fenomena. B ada atau tidak
ada tergantung pada A.
Setelah diketahui kaitan dan proses, maka diusahakan agar kita
mampu untuk mengendalikan fenomena itu
Dalam kegiatan kontrol kita harus tahu bagaimana A bisa
menghasilkan B, atau dibuat tidak bisa menghasilkan B. B dibuat
tidak tergantung pada A saja.
Jadi, dalam Prediksi kita hanya mencari hubungan A---B,
sedangkan dalam kontrol kita dapat menemukan penyebab suatu
fenomena, pencegahan suatu fenomena dan akibat dari suatu
fenomena.
Dari ke-6 point di atas, menurut Paul Reynolds
dinamakan dengan Scientic Body of Knowledge.
Menurut Reynolds, Analisa adalah suatu bentuk upaya
untuk mendapatkan pengetahuan.
Kegiatan Analisis terdiri dari
1.
2.
menguraikan 3.
memilahkan ~
dari
membedakan mengaitkan
keseluruhan
~ melakukan (eksplanasi )
menjadi
kegiatan
bagian-bagian
Kegiatan Analisis terdiri dari :
mengaitkan (eksplanasi )
Beberapa kegiatan dalam melakukan
analisis :
1. Analisis Deskriptif
Tipe analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan apa yang ada atau apa yang sudah
ada. Dalam analisis deskriptif kita bisa menerangkan
dalam arti menyajikan suatu rekaman dari peristiwa
tertentu atau menjelaskan apa yang telah terjadi (untuk
memahami masa lalu dan masa sekarang)
Biasanya pertanyaan yang digunakan adalah apa atau
mengapa (What or Why)
Proses analisis deskriptif meliputi berbagai teknik dan
gaya. Analis/penstudi mungkin menggunakan intuisi atau
metode-metode yang lebih sistematis untuk membangun
ide. Penstudi bisa membangun suatu deskripsi dengan
menyusun sekumpulan deduksi yang saling berkaitan dari
satu atau lebih penggalan informasi atau bisa mengambil
sejumlah informasi dan kemudian berupaya menyusun
beberapa generalisasi.
Pemaknaan analisis deskripsi bisa menggunakan bentuk
pernyataan verbal murni, atau suatu eksplanasi yang
didasarkan atas beberapa data statistik, atau kombinasi
antara kedua bentuk tadi.
2. Analisis Prediktif
Tipe analisa prediktif sangat erat berkaitan dengan tipe analisa
deskriptif, karena tujuannya adalah untuk menggambarkan apa
yang akan terjadi (exist) di masa depan. Sumber ramalan seseorang
biasanya ditemukan dalam analisa deskriptifnya. Pengalaman masa
lampau merupakan dasar untuk meramalkan kejadian-kejadian
yang akan datang, sehingga sering dibantu dengan metode
histories. Seringkali kedua analisis itu digunakan secara bersamaan.
Kadakala analisis prediktif ditemukan dikemukakan untuk
menggambarkan atau menguji kesahihan analisis deskriptif.
Prediksi sering merupakan tujuan utama penstudi dalam
mempelajari suatu subyek, termasuk pengujiannya.
3. Analisis Normatif
Analisa Normatif bertujuan untuk membuat
suatu penilaian –eksplisit atau implisit-
terhadap apa yang eksis/ada atau yang eksis
berdasarkan nilai-nilai yang dipunyai.
Informasi yang digunakan dalam analisis
normative ditata menurut nilai-nilai seseorang;
gagasan tentang kebaikan (goodness) dan
keburukan (badness) menjadi aspek sentral
dalam proses intelektual tipe analisis normative.
4. Analisis Preskriptif
Analisis Preskriptif merupakan perpaduan antara
analisis normative dan analisis prediktif, karena tipe
analisis preskriptif memunculkan saran atau anjuran
(prescription) tentang langkah-langkah atau tindakan
yang harus diambil dalam merealisasi nilai-nilai
(normative).
Tujuan analisis preskriptif adalah mencoba
menunjukkan bagaimana cara mencapai tujuan itu.
Analisis preskriptif biasanya didasarkan asumsi
seseorang tentang apa yang akan terjadi. Para analis
preskriptif sifatnya memiliki suatu gambaran tentang
bagaimana obyek/dunia yang diinginkannya dan suatu
rencana tentang cara-cara untuk mencapainya.
Bentuk-bentuk analisis preskriptif:
analisis preskriptif bisa digunakan sebagai alat ilustrasi
untuk menunjukkan kesimpulan yang diambil dari salah
satu atau ketiga tipe analisis lainnya dengan lebih jelas.
(misalnya: saran kebijakan untuk menunjukkan berbagai
implikasi dari tujuan-tujuan tertentu dengan menyajikan
berbagai deskripsi tentang kondisi yang ada).
analisis preskriptif bisa menyangkut suatu saran kebijakan
yang ditujukan untuk aktor tertentu (misalnya: saran
untuk Presiden, Menteri dll).
analisis preskriptif bisa ditampilkan pada peringkat yang
sangat umum tanpa menspesipikasi kapan, dimana, dan
oleh siapa preskripsi tadi harus ditaati (misalnya; anjuran
supaya manusia hidup secara damai dengan sesamanya).
Antara keempat tipe analisis di atas harus ada
keterkaitan logis. Analisis deskriptif harus mampu
menyajikan suatu basis bagi ketiga bentuk analisis
yang lain. Seseorang tidak boleh membuat
ramalan, penilaian normative atau membuat
preskripsi sebelum dia memahami realitas secara
keseluruhan. Selain itu, analisis preskripsi
merupakan produk atau perpaduan dari analisis
prediktif dan normative.
Skema Analisis :
Interaksi antara Keempat Tipe Analisis:
Deskriptif
Prediktif
Normatif
Preskriptif
INTERAKSI ANTARA TIPE
ANALISA
DESKRIPTIF
PREDIKTIF NORMATIF
analisa
PRESKRIPTIF
Keterangan :
Dari skema di atas: tanda panah menunjukkan
arah yang harus dilalui oleh kempat tipe analisis
itu untuk mempengaruhi satu dengan yang lain.
Jadi seseorang harus terlebih dahulu memahami
realitas (deskripsi) sebelum dia membuat ramalan
tentang masa depan, membuat penilaian atas nilai
atau memprediksi tindakan.
Tipe Analisis menurut Mohtar Mas’oed
Menurut Mohtar Mas’oed (1990), yang mengutip karya John Lovell:
Pekerjaan analisa melibatkan eksplanasi dan prediksi.
Eksplanasi menjadi basis bagi evaluasi. Prediksi menjadi dasar
pembuatan preskripsi
Hubungan antara eksplanasi dan evaluasi analog dengan hubungan
antara prediksi dan preskripsi. Dengan demikian, ada empat tipe
analitis, yaitu: Eksplanasi, Evaluasi, Prediksi dan Preskripsi.
Menurut Lovell, ada hubungan yang jelas antara “tugas” analitis yang
dilakukan oleh analis dengan pertanyaan yang diajukannya.
Pertanyaan yang berbeda akan memerlukan tugas / tipe analitis yang
berbeda pula.
Tiga Jenis Pertanyaan dalam Analisis Politik
Luar Negeri
1. Analisa tentang Tujuan
Analis politik luar negeri kadang-kadang tertarik untuk
mengetahui maksud dari suatu program politik luar negeri,
misi organisasi, atau motivasi seseorang aktor politik luar
negeri ttt. Dalam mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti itu, analis pada dasarnya mencoba
mengambil posisi sebagai seorang pembuat keputusan,
melihat fenomena seperti halnya pembuat keputusan,
memandang suatu organisasi atau program dari sudut
pandang doktrin resmi organisasi itu. Hal inilah yg disebut
sebagai analisa tujuan atau eksplanasi teleologis atau
eksplanasi intensional.
Pertanyaan :
Eksplanasi : “Apa tujuan suatu tindakan?”
Evaluasi : “Apa tujuan program bantuan luar
negeri sudah benar?”
Prediksi : “Apa yang hendak dijadikan program
bantuan luar negeri pada tahun yang akan
datang?”
Preskripsi: “Apa seharusnya tujuan program
bantuan luar negeri tahun depan?”
Analisa tujuan bisa meliputi analisa eksplanatori,
evaluatif, prediktif, dam preskriptif.
2. Analisa Sebab-Akibat
Jika seorang analis lebih tertarik pada masalah apa yang
secara nyata telah dicapai atau gagal dicapai oleh, dan
akibat dari sebuah program kebijakan luar negeri. Analis
mungkin juga tertarik pada efek-efek atau akibat dari
kegiatan organisasi atau kebijakan politik luar negeri
atau dia tertarik pada untuk memgidentifikasikan
factor-faktor yang menimbulkan tindakan dari seorang
aktor politik luar negeri, maka jawaban atau analisa
terhadap pertanyaan dan masalah itu adalah tugas
analisa sebab-akibat.
Analisa sebab-akibat juga bisa meliputi analisa
eksplanatori, evaluatif, prediktif, dan preskriptif.
Pertanyaan :
Apa atau Mengapa kebijakan konfrontasi Indonesia
terhadap Malaysia gagal?
Bagaimana akibat dari kebijakan konfrontasi terhadap
hubungan RI-Malaysia
Faktor-faktor apa yang menyebabkan Soekarno
mengambil kebijakan konfrontasi?
3. Analisa Struktur dan Proses
Analisa Struktur dan Proses lebih tertarik untuk
menyelidiki bagaimana hubungan antara suatu
program dengan program-program yang lain, atau
tertarik untuk melihat bagaimana kesesuaian
program itu dengan konteks kebijakan yang lebih
luas.
Analis lebih tertarik pada bagaimana atau apa fungsi yang
dijalankan oleh suatu organisasi dalam proses politik luar
negeri, atau menyelidiki atau mengidentifikasikan
bagaimana posisi aktor itu dalam proses kebijaksanaan
atau untuk menggambarkan fungsi yang dimainkan oleh
suatu tindakan dalam proses politik luar negeri.
Hasil akhir dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah analisa
fungsional, yaitu analisa yang memandang hubungan-
hubungan antara bagian-bagian.
(lihat Model pembuatan keputusan birokrasi atau
organisasional)
Yang harus menjadi perhatian dalam
membedakan tipe analisa adalah
pembedaan antara pertanyaan tentang
Tujuan, pertanyaan tentang Sebab-
akibat dan pertanyaan tentang fungsi
dan struktur.
Tipe Analisis menurut Mohtar Mas’oed
1. Eksplanasi,
2. Evaluasi,
3. Prediksi
4. Preskripsi.
Note :
Pekerjaan analisa melibatkan eksplanasi dan prediksi.
Eksplanasi menjadi basis bagi evaluasi.
Prediksi menjadi dasar pembuatan preskripsi
Hubungan antara eksplanasi dan evaluasi analog
dengan hubungan antara prediksi dan preskripsi
Menurut Lovell, ada hubungan yang jelas antara
“tugas” analitis yang dilakukan oleh analis dengan
pertanyaan yang diajukannya.
Pertanyaan yang berbeda akan memerlukan tugas /
tipe analitis yang berbeda pula.
Tiga Jenis Pertanyaan dalam Analisis Politik
Luar Negeri
1. Analisa tentang Tujuan
Analis politik luar negeri kadang-kadang tertarik untuk
mengetahui maksud dari suatu program politik luar negeri,
misi organisasi, atau motivasi seseorang aktor politik luar
negeri ttt. Dalam mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti itu, analis pada dasarnya mencoba
mengambil posisi sebagai seorang pembuat keputusan,
melihat fenomena seperti halnya pembuat keputusan,
memandang suatu organisasi atau program dari sudut
pandang doktrin resmi organisasi itu. Hal inilah yg disebut
sebagai analisa tujuan atau eksplanasi teleologis atau
aksplanasi intensional.
Pertanyaan :
Eksplanasi : “Apa tujuan suatu tindakan?”
Evaluasi : “Apa tujuan program bantuan laur
negeri sudah benar?”
Prediksi : “Apa yang hendak dijadikan program
bantuan luar negeri padda tahun yang akan
datang?”
Preskripsi: “Apa seharusnya tujuan program
bantuan luar negeri tahun depan?”
Analisa tujuan bisa meliputi analisa eksplanatori,
evaluatif, prediktif, dam prskriptif.
2. Analisa Sebab-Akibat
Jika seorang analis lebih tertarik pada masalah apa yang
secara nyata telah dicapai atau gagal dicapai oleh, dan
akibat dari sebuah program kebijakan luar negeri. Analis
mungkin juga tertarik pada efek-efek atau akibat dari
kegiatan organisasi atau kebijakan politik luar negeri
atau dia tertarik pada untuk memgidentifikasikan
factor-faktor yang menimbulkan tindakan dari seorang
aktor politik luar negeri, maka jawaban atau analisa
terhadap pertanyaan dan masalah itu adalah tugas
analisa sebab-akibat.
Analisa sebab-akibat juga bisa meliputi analisa
eksplanatori, evaluatif, prediktif, dam prskriptif.
Pertanyaan :
Apa atau Mengapa kebijakan konfrontasi Indonesia
terhadap Malaysia gagal?
Bagaimana akibat dari kebijakan konrontasi terhadap
hubungan RI-Malaysia
Faktor-faktor apa yang menyebabkan Soekarno
mengambil kebijakan konfrontasi?
3. Analisa Struktur dan Proses
Analisa Struktur dan Proses lebih tertarik untuk
menyelidiki bagaimana hubungan antara suatu
program dengan program-program yang lain, atau
tertarik untuk melihat bagaimana kesesuaian
program itu dengan konteks kebijakan yang lebih
luas.
Analis lebih tertarik pada bagaimana atau apa fungsi yang
dijalankan oleh suatu organisasi dalam proses politik luar
negeri, atau menyelidiki atau mengidentifikasikan
bagaimana posisi aktor itu dalam proses kebijaksanaan
atau untuk menggambarkan fungsi yang dimainkan oleh
suatu tinddakan dalam proses politik luar negeri.
Hasil akhir dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah analisa
fungsional, yaitu analisa yang memandang hubungan-
hubungan antara bagian-bagian.
(lihat Model pembuatan keputusan birokrasi atau
organisasional)
Yang harus menjadi perhatian dalam
membedakan tipe analisa adalah
pembedaan antara pertanyaan tentang
Tujuan, pertanyaan tentang Sebab-
akibat dan pertanyaan tentang fungsi
dan struktur.
BAB II
STUDI TENTANG POLITIK LUAR NEGERI
Politik luar negeri pada dasarnya
merupakan ”Action Theory”, atau
kebijaksanaan suatu negara yang
ditujukan ke negara lain untuk
mencapai kepentingan nasional
tertentu
Pengertian
Secara umum, politik luar negeri merupakan suatu
perangkat formula nilai, sikap, arah serta sasaran
untuk mempertahankan, mengamankan, dan
memajukan kepentingan nasional di dalam
percaturan dunia internasional. Suatu komitmen
yang pada dasarnya merupakan strategi dasar
untuk mencapai suatu tujuan baik dalam konteks
dalam negeri dan luar negeri serta sekaligus
menentukan keterlibatan suatu negara dalam isu-
isu internasional atau lingkungan sekitarnya.
cara untuk memahami konsep politik luar negeri adalah dengan
cara memisahkannya ke dalam dua komponen, yaitu :
Enviromental Possibilism
Lingkungan merupakan sekumpulan ketidakleluasaan/keterbatasan
yang sebenarnya mungkin dibentuk atau dilakukan oleh aktor (negara)
di dalam lingkungannya.
Enviromental Probabilism
Lingkungan memaksa situasi untuk menjadikan tindakan tertentu
menjadi lebih mungkin atau kurang mungkin.
Cognitive Behaviorism
Para pembuat keputusan bertindak sesuai dengan persepsi mereka
mengenai lingkungannya.
Hubungan antara unit-unit kesatuan dan
lingkungannya dapat pula diamati dengan
menggunakan dua konsep yang diberikan oleh Harvey
Starr yaitu Opportunity dan Willingness.
Opportunity membutuhkan tiga kondisi
keterhubungan, yaitu:
Lingkungan internasional memungkinkan
interaksi antar negara
Negara-negara memiliki sumber-sumber yang
memadai untuk mengambil suatu tindakan
tertentu
Para pembuat keputusan menyadari luasnya
interaksi dan tingkat kapabilitas yang tersedia bagi
mereka.
Willingness merupakan motivasi-motivasi yang mendorong
masyarakat untuk menggunakan kesempatan yang mereka
miliki.
Willingness terdiri dari tujuan-tujuan dan motivasi para
pembuat keputusan dan menitikberatkan pada mengapa
para pembuat keputusan melakukan atau tidak melakukan
suatu tindakan tertentu.
Willingness didasarkan pada persepsi mengenai lingkungan
eksternal dan kondisi politik dalam negeri. Konsep ini
berasal dari perhitungan untung-rugi (costs and benefits)
serangkaian alternatif tindakan dan didasarkan tidak
hanya pada factor-faktor obyektif tapi juga paa factor
lainnya seperti persepsi ancaman dan emosi (rasa
ketakutan dan ketidakamanan).
Menurut Howard H. Lentner, Politik luar negeri
berada pada persimpangan antara aspek-aspek
domestik dan internasional dari kehidupan
sebuah negara. Fokus dari studi politik luar
negeri harus berdasarkan beberapa criteria yang
jelas. Kriteria ini dapat ditemukan dalam definisi
dan konsep-konsep yang dipakai.
Konsep-konsep tersebut adalah:
a. Policy adalah sebuah bentuk aksi atau tindakan yang
meliputi:
Seleksi dari berbagai tujuan
Mobilisasi dari berbagai sarana/alat untuk mencapai
tujuan
Implementasi atau upaya-upaya dan biaya yang
dikeluarkan untuk mengejar tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Politik Luar Negeri merujuk pada bagian atau
porsi dari kehidupan sebuah negara yang
mencakup lingkungannya. Sejauh ini, sebagai
sebuah kebijakan suatu negara ditekankan
pada masalah-masalah yang secara eksklusif
berada dalam jurisdiksinya dan tidak
mempengaruhi negara-negara lain sehingga
dapat didefinisikan sebagai domestik. Tetapi
apabila kebijakan itu ditujukan kepada
negara-negara lain atau mempunyai pengaruh
bagi negara lain, hal itu disebut sebagai
kebijakan luar negeri.
3. Untuk menggambarkan lingkungan (environment),
dapat digunakan dua konsep untuk
menganalisanya, yaitu:
Sistem Internasional, atau pola-pola interaksi
diantara negara yang dibentuk oleh struktur interaksi
diantara atau oleh negara-negara besar
Situasi, yang digunakan untuk mengidentifikasi pola-
pola interaksi
Konsepsi Politik Luar Negeri
1. Kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan
orientasi (as a cluster of orientation). Politik
Luar negeri sebagai sekumpulan orientasi
merupakan pedoman bagi para pembuat
keputusan untuk menghadapi kondisi-kondisi
eksternal yang menuntut pembuatan keputusan
dan tindakan berdasarkan orientasi tersebut.
Orientasi ini terdiri dari sikap, persepsi, dan
nilai-nilai yang dijabarkan dari pengalaman
sejarah, dan keadaan strategis yang menentukan
posisi negara dalam politik internasional.
2. Politik luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan
rencana untuk bertindak (as a set of commitments to
and plan for action).
Dalam hal ini kebijakan luar negeri berupa rencana dan komitmen
konkrit yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan
untuk membina dan mempertahankan situasi lingkungan
eksternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar negeri.
Rencana tindakan ini termasuk tujuan yang spesifik serta alat
dan cara untuk mencapainya yang dianggap cukup memadai
untuk menjawab peluang dan tantangan dari laur negeri.
Dalam kenyataannya, rencana tindakan ini
merupakan penerjemahan dari orientasi umum
dan reaksi terhadap keadaan yang konkret
(immediate context).
Pada fase ini rencana tindakan politik luar negeri
akan memberikan pedoman bagi :
Tindakan yang ditujukan pada situasi yang berlangsung
lama, misalnya kebijakan luar negeri yang berkenaan
dengan konflik Palestina-Israel.
Tindakan yang ditujukan pada negara-negara tertentu
Tindakan yang ditujukan pada isu-isu khusus, seperti
terorisme, perlucutan senjata dll.
Tindakan yang ditujukan pada berbagai sasaran lainnya,
misalnya isu lingkungan hidup, HAM dll.
3. Kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku
atau aksi (as a form of behavior).
Pada tingkat ini kebijakan luar negeri berada dalam tingkat
yang lebih empiris, yaitu berupa langkah-langkah nyata
yang diambil para pembuat keputusan yang berhubungan
dengan kejadian serta situasi di lingkungan eksternal.
Langkah-langkah yang diambil/dilakukan berdasarkan
orientasi umum yang dianut serta dikembangkan
berdasarkan komitmen dan sasaran yang lebih spesifik.
Jadi, setiap negara menghubungkan negaranya kepada
peristiwa dan situasi di luar lingkungannya dengan ketiga
bentuk kebijakan luar negeri tersebut di atas.
Determinan dan Sumber-Sumber Politik
Luar Negeri
Keputusan dan tindakan politik luar negeri
dipengaruhi oleh beberapa factor yang berasal baik
dari external enviroment maupun internal enviroment.
Howard Lentner mengklasifikasikan determinan/
politik luar negeri ke dalam dua kelompok, yaitu:
1. Determinan Luar Negeri/Internasional, mengacu pada
keadaan system internasional dan situasi pada suatu
waktu tertentu. Sistem internasional (bi-polar,
multi-polar, uni-polar) didefinisikan sebagai pola
interaksi diantara negara-negara yang
terbentuk/dibentuk oleh struktur interaksi diantara
pelaku-pelaku yang paling kuat (most powerfull
actors / dominant powers).
Konsep Situasi diartikan sebagai pola-pola interaksi
yang tidak tercakup/mencakup keseluruhan system
internasional. Sebagai contoh, pola hubungan di
antara negara-negara Asia Tenggara yang terlibat
dalam ASEAN dapat dibahas sebagai suatu situasi.
Dengan demikian, situasi sebagai suatu alat analisis
(analytical tool) yang dapat dijadikan alat untuk
menentukan lingkungan eksternal yang relevan bagi
decision makers. Selain itu, konsep Situasi juga
berfungsi sebagai alat untuk menghubungkan dua
unit analisis yang lain yaitu negara dan system
internasional.
Penggunaan dua konsep di atas (system internasional dan
situasi) dimaksudkan sebagai upaya teoritis untuk
menyederhanakan Lingkungan Internasional (eksternal)
yang demikian kompleks ke dalam model-model deskripsi
yang sistematis dan utuh. Manfaat penggambaran kondisi
lingkungan eksternal adalah dapat memberikan setting
munculnya peristiwa-peristiwa dalam politik luar negeri,
serta dapat membantu peneliti memunculkan factor-faktor
yang menghambat dan mendukung (constraining and
facilitating factors) dalam interaksi antar negara.
2. Determinan Domestik, merujuk pada keadaan di dalam
negeri yang terbagi ke dalam tiga kategori
berdasarkan waktu untuk berubah, yaitu:
Highly stable determinants; terdiri atas luas geografi, lokasi,
bentuk wilayah/ daratan, iklim, populasi, serta sumber daya
alam.
Moderatly stable determinants; terdiri atas budaya politik,
gaya politik, gaya kepemimpinan, dan proses politik.
Unstable determinants; terdiri dari sikap dan persepsi jangka
panjang serta factor-faktor ketidaksengajaan.
James N. Rosenau mengkategorikan factor-faktor/sumber
politik luar negeri melalui dua kategori, yaitu:
1. Time Continuum yaitu cara menempatkan sumber-sumber
politik luar negeri pada kontinu waktu, yang meliputi:
sumber-sumber yang cenderung bersifat mantap dan berlaku
terus menerus dan tetap (sources that tend to change slowly)
sumber-sumber yang dapat dipengaruhi oleh fluktuasi jarak
pendek (short-term fluctuations)
sumber-sumber yang dapat berubah (sources that tend to undergo
rapid change)
2. Systemic Agregation Continuum
Sumber-sumber utama yang menjadi input
dalam perumusan kebijakan luar negeri,
yaitu :
Menurut Rosenau,
1. Sumber Sistemik (Systemic Sources), merupakan
sumber yang berasal dari lingkungan eksternal suatu
negara.
Sumber ini menjelaskan struktur hubungan antara negara-
negara besar, pola- pola aliansi yang terbentuk antara
negara-negara dan factor situasional eksternal yang dapat
berupa isu-isu area atau krisis. Yang dimaksud dengan
struktur hubungan antara negara besar adalah jumlah
negara besar yang ikut andil dalam struktur hubungan
internasional dan bagaimana pembagian kapabilitas
diantara mereka. Sementara factor situasional eksternal
merupakan stimulan tiba-tiba yang berasal dari situasi
internasional terakhir.
2. Sumber Masyarakat (Societal Sources), merupakan
sumber yang berasal dari lingkungan internal/domestik :
a. Sumber ini mencakup factor kebudayaan dan sejarah, pembangunan
ekonomi, struktur sosial dan perubahan opini publik.
b. Kebudayaan dan sejarah mencakup nilai-nilai, norma, tradisi,
pengalaman masa lalu yang mendasari hubungan antara anggota
masyarakat.
c. Pembangunan ekonomi mencakup kemampuan suatu negara untuk
mencapai kesejahteraan ekonomi. Hal ini dapat mendasari
kepentingan negara tersebut untuk berhubungan dengan negara
lain.
d. Struktur sosial mencakup sumber daya manusia yang dimiliki atau
seberapa besar konflik dan harmoni internal dalam masyarakat.
e. Opini publik juga dapat menjadi factor dimana penstudi dapat melihat
perubahan sentimen masyarakat terhadap dunia luar.
3. Sumber Pemerintahan (Governmental Sources),
merupakan sumber internal yang menjelaskan
tentang pertanggungjawaban politik dan
struktur dalam pemerintahan.
Pertanggungjawaban politik seperti pemilu,
kompetisi partai politik dan tingkat kemampuan
dimana para pembuat keputusan dapat secara
fleksibel merespon situasi eksternal. Sementara
struktur kepemimpinan dari berbagai kelompok
dan individu yang terdapat dalam
pemerintahan.
4. Sumber Idiosinkratik (Idiosyncratic Sources),
merupakan sumber internal yang melihat nilai-
nilai pengalaman, bakat serta kepribadian elit
politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi,
dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar
negeri.
Disini tercakup juga persepsi seorang elit politik
tentang keadaan alamiah dari arena
internasional dan tujuan nasional yang hendak
dicapai.
Selain keempat sumber kebijakan laur negeri tersebut di
atas terdapat pula hirauan/perhatian akan factor ukuran
wilayah negara dan jumlah penduduk, lokasi geografi, serta
teknologi yang dapat terletak pada sumber sistemik atau
masyarakat. Dengan banyaknya factor yang beraneka
ragam, Rosenau menyarankan untuk memperhatikan atau
melakukan cluster of inputs, dimana penstudi kebijakan
luar negeri dapat memilih dan menggabungkan factor
mana yang paling penting dan patut diberi perhatian yang
lebih teliti dalam menjelaskan politik luar negeri suatu
negara.
Tugas utama analis kebijakan luar negeri adalah untuk
memberikan penjelasan mengenai cara-cara dengan
menyatakan usaha untuk mengubah atau berhasil
dalam mengubah perilaku negara lain (Modelski, 1962:
7). Banyak sarjana telah mengusulkan beberapa cara
yang digunakan kebijakan asing yang dapat
dikembangkan lebih jauh.
Modelski (1962) menggambarkan kebijakan luar
negeri sebagai suatu sistem kegiatan. Dalam
perspektif ini, karena kebijakan luar negeri dipandang
sebagai suatu sistem di mana kebijakan luar negeri
merupakan keputusan yang dirumuskan dan
direncanakan untuk dieksekusi. Melihat dari sudut
pandang ini, keputusan pembuat kebijakan amat
penting dalam proses perumusan kebijakan luar
negeri. Sebagai sistem aktivitas yang berkaitan dengan
kegiatan lingkungan internasional, dua elemen lain
tertanam dengan kebijakan luar negeri, yaitu
kemampuan (kekuatan) negara untuk menerapkan
dan konteks di mana kebijakan luar negeri
catatan Modelski menjelaskan bahwa kebijakan
dirumuskan di bawah bimbingan prinsip-prinsip
tertentu dan harus dibuat dengan tujuan tertentu.
Konsep-konsep dasar dalam kebijakan luar negeri,
adalah: (1) kebijakan pembuat, (2) tujuan, (3) prinsip-
prinsip, (4) kekuasaan untuk melaksanakan, dan (5)
konteks di mana kebijakan luar negeri dirumuskan
dan diimplementasikan (Modelski, 1962: bagian satu).
Perspektif lain memandang kebijakan luar negeri
sebagai hasil dari interaksi kompleks antara negara
orientasi, komitmen dan rencana tindakan, dan
perilaku terhadap negara-negara lain.
Model Rosenau tentang sumber-
sumber Input Politik Luar Negeri
Lihat diktat
…… Major Sources of Foreign Policy as Plans and Foreign Policy as Behavior, listed in terms of Their Location an Time and Systemic Aggregation Continuum
Time Continuum
Systemic
Agreggation Sources that tends to change slowly Sources that tend to undergo rapid change
Continuum
Lihat diktat
Tiga Jenis Keputusan Politik Luar Negeri
(Choplin: 32-39):
1. Keputusan yang sifatnya umum
Terdiri atas serangkaian keputusan yang
diekspresikan melalui pernyataan-pernyataan
kebijakan dan tindakan langsung.
Misalnya: containment policy Amerika Serikat
yang meliputi pernyataan-pernyataan politik
yang bersifat luas seperti pernyataan Presiden.
Sasaran politik luar negeri bisa menjangkau
lingkungan internasional, sekelompok negara
atau hanya satu negara.
2. Keputusan yang bersifat administrative
Keputusan ini dibuat oleh oleh anggota-anggota
birokrasi pemerintahan yang bertugas
melaksanakan hubungan luar negeri negaranya.
Misalnya: deplu, Dinas intelejen, dep. Perdagangan
dll.
3. Keputusan yang bersifat krisis
Merupakan kombinasi dari kedua tipe
terdahulu. Keputusan yang bersifat Krisis bisa
berdampak luas terhadap kebijakan umum
suatu negara. Keputusan ini bisa juga
memperkuat kebijakan yang telah ada
Contoh :
seperti yang terjadi pada saat Amerika Serikat
melakukan intervensi dalam krisis Indochina
pada tahun 1960an dan 1970-an.
Keputusan krisis dipandang sebagai kategori tindakan
yang bisa juga ditafsirkan sebagai tindakan perang.
Keputusan krisis biasanya terbatas hanya untuk beberapa
negara yang terlibat langsung, an biasanya juga terbatas
pada tindakan saat itu meski mempunyai konsekuensi
yang luas.
Kebijakan luar negeri yang bersifat Krisis bia diartikan
sebagai suatu kondisi dimana sedikitnya satu negara
merasa bahwa suatu situasi merupakan titik balik dalm
hubungannya dengan satu atau lebih negara dalam system
itu. Selain itu,ada perasaan mendesak dalam situasi
tersebut yaitu mengakui adanya kebutuhan untuk
membuat suatu keputusan dalam waktu singkat.
Jadi, pengambilan keputusan politik luar negeri
merupakan campuran antara kebijakan luar negeri
secara umum, keputusan-keputusan administrative,
serta pengambilan keputusan yang bersifat krisis.
Coulombis dan Wolfe, membagi politik luar negeri
berdasarkan beberapa kategori, yaitu:
1. Keputusan yang bersifat kritis, penting dan rutin.
2. Berdasarkan Kategori Isyu: isyu militer, politik,
ekonomi, lingkungan dll
3. Berdasarkan kategori georgrafis: hubungan
Timur-Barat, Utara-Selatan, Barat-Barat, selatan-
selatan
4. Keputusan yang bersifat :
Pragmatis (terencana) adalah keputusan besar yang
mempunyai konsekuensi jangka panjang, membuat
studi lanjutan, pertimbangan evaluasi yag mendalam
mengenai seluruh opsi alternatif
Krisis adalah keputusan yang dibuat selama masa-
masa terancam berat; waktu untuk menanggapinya
terbatas; dan aa elemen yang mengejutkan yang
membutuhkan respon yang telah direncanakan
sebelumnya.
Taktis adalah keputusan penting yang biasanya
bersifat pragmatis; memerlukan revaluasi, revisi dan
pembalikan.
Lima kerangka teoritis / Model Decision Making
Process (Loyd Jensen)
Negara
1 2 3
Bangsa
Reduksionis Korelasional Induksionis
Sistem
Regional & 1 1 2
Global
Reduksionis Reduksionis Korelasional
Tingkat Analisa dalam analisa
Politik Luar Negeri:
Kenneth Waltz :
1. Individu
2. Negara
3. Sistem Internasional
J. David Singer :
1. Negara
2. Sistem Internasional
John Spanier :
1. Tingkat Sistemik,
2. Negara Bangsa,
3. Individu Pembuat Keputusan
Bruce Russet & Starr:
1. Individu Pembuat Keputusan,
2. Peranan yang dijalankan oleh Individu,
3. Struktur Pemerintahan,
4. Masyarakat,
5. Jaringan Hubungan antara pembuat keputusan
dengan aktor internasional,
6. system dunia
Stephen Andriole :
1. Individu,
2. Kelompok Individu,
3. Negara-Bangsa,
4. Antar negara bangsa/multi negara,
5. system internasional
Patrick Morgan :
1. Individu,
2. Kelompok Individu,
3. Negara-Bangsa,
4. Kelompok Negara-Bangsa,
5. Sistem Internasional
Rosenau :
1. Individu,
2. Peranan,
3. Birokrasi,
4. Societal,
5. Sistem Internasional
Mohtar Mas’oed :
1. Individu,
2. Kelompok Individu,
3. Negara-Bangsa,
4. Kelompok Negara Bangsa dalam suatu
region,
5. System global.
Secara umum tingkat analisa dalam studi hubungan internasional
dan analisis politik luar negeri dapat dikelompokan menjadi :
1. Perilaku Individu
Asumsinya adalah bahwa fenomena hubungan
internasional merupakan akibat dari perilaku
individu-individu (tokoh-tokoh utama para pembuat
keputusan: Kepala pemerintah, Menteri Luar Negeri,
Penasehat Keamanan, dll) yang saling berinteraksi di
dalamnya
2. Perilaku Kelompok
Asumsinya adalah bahwa individu umumnya
melakukan tindakan internasionalnya dalam
kelompok. Hubungan Internasional sebenarnya
adalah hubungan antar berbagai kelompok kecil
di berbagai Negara, artinya, peristiwa
internasional sebenarnya ditentukan bukan oleh
individu, tetapi oleh kelompok kecil (seperti
Kabinet, Parlemen, Politibiro, dll) dan oleh
organisasi, departemen, badan-badan
pemerintahan.
3. Perilaku Negara Bangsa
Asumsinya adalah semua pembuat keputusan, dimanapun
berada, pada dasarnya berperilaku sama apabila menghadapi
situasi yang sama. Karena itu analisa yang menekankan variasi
atau perbedaan antara perilaku sekelompok pembuat keputusan
di suatu Negara dengan sekelompok lain di Negara lain akan sia-
sia. Analisa ini menekankan pada perilaku unti Negara bangsa,
karena hubungan internasional pada dasarnya adalah
didominasi oleh perilaku Negara bangsa. Dengan kata lain, kita
harus mempelajari proses pembuatan keputusan tentang
hubungan internasional, yaitu politik luar negeri oleh suatu
Negara bangsa sebagai suatu unit yang utuh.
4. Pengelompokan Negara-negara /
Regional
Asumsinya adalah bahwa dalam melakukan
hubungan internasional, Negara bangsa tidak
bertindak sendiri-sendiri. Hubungan internasional
pada dasarnya merupakan interaksi yang
membentuk pola-pola dan pengelompokan.
Karena itu unit analisa yang harus dikaji adalah
pengelompokan regional, aliansi, persekutuan
ekonomi dan perdagangan, blok ideology,
pengelompokan dalam PBB, dll.
5. Sistem Internasional
Asumsinya bahwa bangsa-bangsa di dunia dan interaksi di
antara mereka merupakan suatu system. Struktur system
dan perubahan-perubahan di dalamnya yang terjadi selama
ini menentukan perilaku actor-aktor hubungan
internasional yang terlibat di dalamnya. Sistem sebagai
lingkungan telah menentukan perilaku bangsa-bangsa.
Karena system internasional dianggap sebagai penyebab
terpenting terjadinya perilaku Negara bangsa, maka
tingkat analisa ini menenkankan untuk mempelajari
system itu dan membuat generalisasi tentang system itu
sebagai suatu keseluruhan.
Menetapkan Tingkat Analisa
( Mohtar Mas’oed :1990; 48-58)
INDIVIDUAL
LEARNED RESPONSES PERSONALITY and
SOURCES ENVIRONMENT
Asumsi:
bahwa perilaku aktor politik tidak bisa dipahami tanpa
melihat konteks sosialnya.
FEED BACK
LINGKUNGAN
Proses Ideal Pembuatan Keputusan
John Lovell menggambarkan proses pembuatan keputusan politik
luar negeri dengan membuat model ideal, yang diberi nama “Mesin
Ideal Imajiner Pembuat Kebijakan (MIIPK), yaitu sbb: Keputusan
polugri dibuat sebagai tanggapan terhadap kejadian dan masalah yang
terjadi atau yang diantisipasi akan terjadi di lingkungan dunia.
Pentingnya pemikiran state-centrism dan negara-bangsa dalam kajian
politik internasional mendasari lahirnya pemikiran-pemikiran atau
Aliran/Pendekatan Tradisionalis. Menurut aliran/pendekatan
tradisionalis, studi HI adalah studi tentang pola-pola aksi dan reaksi
(action-reaction / stimulus-respons) diantara negara-negara yang
berdaulat yang diwakili oleh elit-elit pemerintahnya (diplomat dan
prajurit). Bagi kaum tradisionalis, HI dianggap sama dengan dengan
diplomasi dan strategi serta kerjasama dan konflik (studi tentang
perang dan damai)
Bagi aliran/pendekatan tradisionalis, aktor dan unit analisis dalam HI
adalah negara dan perilakunya. Konsep-konsep yang digunakan dalam
pendekatan tradisionalis untuk menjelaskan perilaku negara adalah
kepentingan nasional, power, balance of power, prudence, ekuilibrium.
Dalam perkembangannya, pendekatan / kaum tradisionalis
melahirkan teori-teori realis seperti dari Morgenthau,
Raymond Aron, Reinhold Neirbuhr, Arnold Wolfers.
Salah satu teori realis yang banyak dipakai untuk mengkaji
negara adalah Teori Realisme Politik dan Morgenthau.
Menurut Morgenthau, realisme politik mampu
meramalkan bahwa perilaku negara akan merefleksikan
tindakan rasional para diplomat dan tentara yang berusaha
memaksimalkan keuntungan bagi negaranya dalam
mencapai kepentingan nasionalnya dalam batas-batas
prudensial yang terbentuk karena adanya kebutuhan
kelangsungan hidup politik dan bangsa. (adanya tujuan
nasional dan kepentingan nasional).
Morgenthau mengangkat konsep power, yaitu
kapabiltas politik luar negeri suatu elit/negara
untuk mendominasi atau menguasai pemikiran
dan tindakan orang/negara lain. Bahwa setiap
negara secara rasional akan mengejar
kepentingan nasionalnya yaitu mendapatkan,
memperbesar dan mempertahankan power atau
kekuasaan.
Morgentahau memberikan prinsip-prinsip Politik Realis
Politik realis percaya bahwa politik seperti masyarakat pada umumnya
diperintah oleh hukum-hukum yang obyektif yang berakar pada manusia.
Petunjuk utama yang membantu politik realis untuk menemukan jalan
melalui penglihatan politik internasional adalah konsep kepentingan
(nasional) yang didefinisikan dengan istilah power (kekuatan)
Aliran realis memberi kunci, konsep kepentingan (nasional) yang didefinisikan
sebagai kekuasaan yang tidak dapat diartikan sebagai sesuatu yang tetap untuk
selamanya.
Aliran realis menyatakan bahwa ketidakstabilan yang ekstrim, dan terjadinya
kekerasan terbesar yang pernah terjadi dapat diubah. Keseimbangan kekuatan
(balance of power) misalnya merupakan suatu elemen yang abadi dari seluruh
system masyarakat majemuk.
Aliran realis menolak adanya aspirasi moral dari suatu negara-bangsa tertentu
bersumber dari aturan-aturan moral yang mengatur alam raya. Aliran realis
memelihara otonomi dunia politik. Dia berfikir tentang kepentingan yang
didefinisikan sebagai kekuasaan. Aturan Moral dapat terbentuk karena adanya
kekuasaan.
Alasan-alasan mengapa memusatkan perhatian pada
Tingkat Analisa Negara-Bangsa
a. Kenyataan bahwa obyek studi utama ilmu HI adalah
perilaku negara-bangsa.
Menurut Stanley Hoffman : bahwa aktor paling penting dan
bermakna dalam politik internasional adalah negara-bangsa.
Secara realistic dapat dikatakan bahwa kekuasaan politik
terutama berada pada lembaga-lembaga pembuatan
keputusan dalam berbagai negara-bangsa itu.
Jika politik domestik mempengaruhi politik dunia, tidaklah
secara langsung tetapi terlebih dahulu mempengaruhi para
pembuat keputusan politik luar negeri dan kemudian
eksternal pemerintah itu mempengaruhi politik dunia, dan
demikian sebaliknya.
b. Karena Nasionalisme adalah fakta sentral dalam
politik internasional dan cara untuk memahami
nasionalisme adalah dengan cara menelaah perilaku
komunitas yang diciptakannya yaitu negara-bangsa
Identitas pribadi seseorang erat terkait dengan negara-
bangsanya, sehingga jika seseorang meninggalkan
bangsanya dan menjadi warga negara bangsa lain
dianggap sebagai perbuatan tidak bertanggung jawab
atau dicap sebagai penghianat.
c. Karena negara-bangsa merupakan atom dari suatu
jagad raya politik internasional;
dunia terdiri dari berbagai negara-bangsa individu dan
kelompok individu dalam organisasi hanya bermakna
jika terkait dengan negara-bangsa
Kita dapat memandang bahwa masing-masing negara-
bangsa itu saling berbeda, sehingga politik internasional
dapat digambarkan sebagai suatu “jigsaw puzzle”
raksasa yang tercerai berai, dan tugas kita adalah
mempertautkan dan merangkai potongan-potongan
“jigsaw” itu, sehingga menjadi gambar yang bermakna.
Setiap negara-bangsa yang ada merupakan obyek yang
menarik untuk dikaji, walaupun beberapa diantaranya
lebih menarik daripada yang lain. Sebaliknya, kita juga
dapat memandang semua negara-bangsa itu sebagai
aktor yang menghadapi serangkaian masalah dan
kondisi yang sama, dan tugas kita adalah membuat
generalisasi tentang proses bagaimana mereka
menghadapi situasi itu. Dalam hal ini negara-bangsa
tertentu dipelajari terutama sebagai sample tentang
negara-negara lain.
Bahwa negara-bangsa merupakan unit analisis
fundamental dalam studi politik internasional
d. Karena memungkinkan kita menelaah tentang proses
bagaimana keputusan dibuat dalam suatu masyarakat
dan menggambarkan dengan rinci perilaku pembuat
keputusan politik luar negeri.
Hasilnya antara lain pemahaman yang lebih mendalam
dan rinci tentang fenomena hubungan internasional.
Makna Negara-Bangsa
Dalam tindakan ini terkandung suatu komitmen legal
yang ditanggung oleh negara:
Negara tidak memiliki eksistensi konkrit; ia adalah
suatu abstraksi; merupakan unit legal yang mewakili
orang-orang yang mendiami suatu wilayah tertentu
dan yang memiliki lembaga-lembaga untuk
mengendalikan penduduk dan wilayah itu dengan
proses tertentu (memiliki kewenangan dan kekuasaan
untuk memaksa); negara adalah analog dengan
perusahaan.
Negara adalah unit legal-formal tetapi tidak punya
eksistensi konkrit. Dalam HI status legal negara (atau
kedaulatannya) tergantung pada pengakuan oleh
negara-negara lain ( pengakuan de jure)
Peranan negara dalam HI ditentukan oleh Pemerintah,
yang digambarkan sebagai suatu jaringan berbagai
lembaga yang di dalamnya terdiri dari orang-orang
yang mengelola berbagai organisasi.
Konsep Negara, Pemerintah, Bangsa dan
Negara-Bangsa
Negara adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu
penduduk dalam suatu wilayah tertentu yang mempunyai
kekuasaan. Dalam HI, negara merupakan aktor yang
terlibat dalam jaringan hubungan diplomatic legal-formal
Pemerintah adalah badan yang membuat dan menerapkan
kebijaksanaan atas nama negara.
Bangsa merujuk pada sekelompok orang yang diikat oleh
kesamaan identitas etnik, cultural dan mungkin histories.
Nation-state merujuk pada sekelompok masyarakat yang
homogen secara sosial dan cultural serta memiliki
organisasi resmi untuk berpartisipasi di dalam hubungan
internasional.
Bangsa dapat menjadi aktor penting karena 2 (dua) hal, yaitu :
aspirasi dan antipati kelompok etnik dapat mempengaruhi perilaku
pemerintahnya.
Hubungan antar bangsa dapat melintasi batas
wilayah negara. Dalam hal ini, menegaskan perbedaan antara
konsep “negara” dengan konsep “bangsa” :
konsep “negara” mewakili “wilayah politik”
konsep ‘bangsa” mewakili “wilayah cultural”
Misalnya : bangsa Arab tersebar luas dalam berbagai negara di Timur
Tengah (di wilayah Timur Tengah “wilayah cultural” lebih luas
daripada “wilayah politik”.
Uni Sovyet (Rusia, sekarang) meliputi berbagai bangsa (“wilayah
cultural” lebih sempit daripada “wilayah politik”)
Konsep negara-bangsa menggambarkan suatu ideal
bahwa orang-orang yang tinggal dalam satu negara,
berketetapan hati untuk menciptakan identitas yang
sama. Ilmuwan politik menggunakan istilah negara-
bangsa untuk menunjukkan suatu unit yang timbul
akibat proses fusi atau peleburan secara gradual antara
wilayah politik dan wilayah cultural setelah adanya
penyatuan dan pengendalian oleh wewenang terpusat
atas suatu wilayah dan penduduk tertentu. Aktor-
aktor HI seperti Amerika Serikat dan Uni Sovyet
(dulu), walaupun terdiri dari berbagai bangsa dapat
dianggap sebagai “unit yang utuh”.
Perspektif /Pendekatan Strategi dalam Studi
Politik Luar Negeri
Model Rasionalitas Strategis
Asumsi :
bahwa perilaku para pembuat suatu keputusan luar negeri adalah rasional,
yaitu bahwa pemilihan suatu strategi sungguh-sungguh didasarkan pada
pertimbangan untung-rugi dalam pencapaian suatu tujuan yang jelas.
Bahwa umumnya perancangan strategi politik luar negeri tidak didasarkan
pada pertimbangan moral, keyakinan atau hal-hal emosional. Perancangan
strategi adalah tindakan yang penuh perhitungan; bukan tindakan untung-
untungan.
Bahwa para pembuat keputusan adalah aktor otonom dan bernalar dalam
menghadapi persoalan politik internasional
Memandang sifat khas individu, kelompok dan organisasi umumnya akan
hilang dalam proses mempertimbangkan apa yang harus dilakukan demi
negara bangsa.
Kita akan dapat meramalkan apa yang akan dilakukan oleh setiap negara
sebagai aktor yang rasional.
John Lovell, strategi adalah serangkaian langkah-
langkah (moves) atau keputusan-keputusan yang
dirancang sebelumnya dalam situasi kompetitif
dimana hasil akhirnya tidak semata-mata bersifat
untung-untungan.
Analisis politik luar negeri yang menerapkan
perspektif strategis menafsirkan fenomena politik
terutama dalam pengertian suatu rancangan yang
dibuat secara sadar oleh para pembuat keputusan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diperebutkan
oleh berbagai negara lain.
Patrick Morgan, menggambarkan kegiatan analisis politik luar negeri
tidak berbeda dengan perilaku kibitzer, dimana analisis strategis politik
luar negeri sama dengan praktek kibitzing, yaitu si analis berrpikir dan
bertindak seolah-olah sebagai salah satu pemain dalam permainan
politik luar negeri, ia mulai dengan asumsi-asumsi :
perilaku politik luar negeri suatu negara-bangsa diarahkan untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan internasional dan setiap
tindakan yang diambil dimaksudkan sebagai langkah ke arah
tercapainya tujuan itu
para pengambil keputusan berusaha memaksimalkan perolehan
bagi negaranya dengan cara menelaah berbagai alternatif tindakan
yang masing-masing dinilai berdasarkan analisis biaya dan hasil.
Alternatif tindakan yang diambil adalah yang memenuhi criteria
efesiensi.
dalam dunia yang saling tergantung, para pembuat keputusan
harus juga memperhitungkan tujuan dan strategi berbagai negara
lain.
Sering terjadi perbedaan pendapat tentang apa atau
mana yang logis atau rasional. Menurut Patrick
Morgan; adanya perbedaan itu adalah karena adanya
dua cara berbeda dalam analisis strategi, yaitu :
Analisis bersifat Induktif ; analisis ini dimulai dengan
menelaah kasus-kasus tunggal atau khusus secara
seksama sampai ia menemukan suatu pola dalam
banyak kasus-kasus tunggal itu kemudian
mengembangkan suatu prinsip hubungan kausal.
Dalam strategi induktif, ilmuwan mulai dengan fakta
untuk kemudian membangun teori.
Analisis bersifat Deduktif; yaitu kita mulai menelaah
fenomena dari suatu prinsip umum (teori) kemudian
menggunakannya untuk kasus-kasus khusus.
Contoh kasus : kalau kita ingin mengetahui reaksi
Thailand jika terjadi konflik dengan Vietnam; apakah
akan mundur, berperang, berbicara keras tapi
berusaha menghindari perang ? Untuk menjawabnya,
kita dapat menggunakan kedua strategi di atas.
Penerapan perspektif Induktif
Dalam kasus ini analis akan melakukan langkah-langkah :
mengamati pengalaman Thailand dalam konfrontasi di masa lalu
dengan Vietnam
Mencari asumsi dasar, tujuan dan pandangan ideologis serta hal-
hal serupa yang diperkirakan menjadi sumber perilaku
internasional Thailand
Mengajukan pertanyaan : berhubung dengan cara pandang
Thailand tentang Vietnam itu, strategi mana yang paling masuk
akal untuk diterapkan oleh Thailand dalam Konflik dengan
Vietnam.
Dalam perspektif induktif ini, kita mulai dengan kasus-kasus khusus
tentang hubungan Thialand-Vietnam di masa lalu untuk diterapkan
secara umum.
Penerapan perspektif Deduktif
Analis akan mulai dengan argumen bahwa dalam
situasi konflik, hanya jenis-jenis perilaku tertentu
yaitu strategi dan taktik tertentu yang rasional yang
dipakai untuk menjelaskan. (mulai dengan sebuah
proposisi atau teori, sesuatu hal yang umum)
Pertanyaan yang muncul adalah logika apa yang ada
dalam situasi konflik?
Jika logika itu diketahui, dan Thailand diasumsikan
berperilaku rasional maka perilaku Thailand dalam
konflik dengan Vietnam dapat dideduksikan.
Induksi dan Studi Strategi
Analisis tentang politik luar negeri banyak dilakukan
oleh berbagai kalangan dan akademisi dengan teknik
Introspeksi
Introspeksi berarti pengamatan dan analisis
terhadap diri sendiri. Kalau seseorang
menganggap dirinya sama dengan orang lain,
maka dengan menganalisis pemikirannya sendiri
ia bisa memahami orang lain.
Proses ini bisa berjalan dengan dua cara :
cara pertama adalah merumuskan kondisi-kondisi yang melingkupi
orang lain itu (bersifat Induktif).
Cara ini banyak dipergunakan oleh para ahli sejarah dan
diplomasi serta spesialis studi wilayah.
Walter Jones memakai teknik ini untuk menyusun buku “Logika
HI”
Dephan AS menggunakan “game” untuk mensimulasikan perang
kepada para pejabat di Dephan.
Kelemahan teknik introspeksi adalah dalam hal kesulitan untuk
menjadi orang lain.
cara kedua adalah dengan menetapkan bahwa orang lain itu memang
sama dengan dirinya (bersifat deduktif).
Retrospeksi merupakan teknik studi sejarah
diplomasi untuk menjelaskan tindakan para pembuat
keputusan dengan mengungkapkan penalaran
mereka.
Argumennya adalah bahwa kalau perilaku negara-
bangsa itu memang rasional dan berorientasi pada
tujuan, maka logika dibalik perilaku itu akan bisa
ditemukan kalau kita mempelajari perilaku mereka
selama jangka waktu yang lama dan tidak sepotong-
potong.
Norman Graebner memakai pendekatan ini untuk
menjelaskan dan membagi perilaku politik luar negeri
AS dalam dua periode, yaitu :
periode sebelum 1898 : yang lebih menekankan pada pengejaran
kepentingan nasional yang dirumuskan berdasarkan faktor-faktor
posisi geografisnya dan kebutuhan akan keamanan;
periode sesudah 1898 : politik luar negeri lebih diarahkan pada
pengejaran kepentingan nasional yaitu pengejaran kepentingan
ideology. Dalam hal ini tujuan diplomasi dirumuskan berdasarkan
nilai-nilai dominan masyarakatnya, seperti demokrasi, liberalisme dan
kapitalisme.
Cara lain menggunakan sejarah dengan pendekatan
induktif adalah dengan menelaah kasus-kasus tentang
suatu fenomena (misalnya Konsep ”deterrens”), dan
mencoba mengembangkan proposisi teoritik tentang
fenomena yang berdasarkan temuan dalam studi
kasus tsb.
Alexander George : Hasil dari pendekatan ini adalah
Teori “Policy Relevant”, yaitu teori untuk membantu
pembuat keputusan mengetahui situasi apa yang
dihadapinya dan bagaimana menangani situasi itu.
Deduksi dan Studi Strategi
Introspeksi : dalam teori realis dari Morgenthau,
bahwa politik adalah perjuangan untuk memperoleh
kekuasaan.
Bagaimana cara kita menganalisis ? kata Morgenthau,
“kita menempatkan diri kita dalam posisi sebagai
negarawan yang harus menangani masalah politik
luar negeri tertentu dalam keadaan tertentu, dan
tanyakan kepada diri kita sendiri alternatif-alternatif
rasional apa yang akan dipilih oleh seorang negarawan
yang harus menangani masalah itu (dengan selalu
menganggap bahwa negarawan itu beertindak dengan
cara rasional).
Pendekatan ini bersifat deskriptif dan juga preskriptif.
Studi Perilaku Rasional dalam Konflik
Alasan mempelajari perilaku rasional dalam konflik :
bertindak rasional dalam suatu konflik akan bisa
memaksimalkan kemungkinan kita untuk menang,
untuk kita harus merancang strategi yang rasional
sebelumnya
mempelajari perilaku rasional dalam studi konflik
berkaitan dengan kemungkinan malapetaka nuklir.
Teori yang dihasilkan adalah Teori "Game”
Ciri-ciri politik Internasional yang sama dengan ciri
permainan:
para pemainnya memiliki kepentingan yang berbeda
atau bertentangan
langkah dan tindakan dalam politik internasional
maupun dalam permainan saling berkaitan dalam
suatu rangkaian, tidak terpisah
strategi mengharuskan masing-masing pemain untuk
memperhitungkan kepentingan dan tindakan lawan.
STRUKTUR SOSIAL DAN
PERILAKU
1. Orientasi-orientasi nilai utama
2. Pola-pola pengembangan utama
3. Ciri-ciri utama organisasi sosial
4. Diferensiasi dan Spesialisasi
Peranan
5. Jenis-jenis Fungsi Kelompok
6. Proses Sosial yg relevan :
a. Pembentukan opini
b. Sosialisasi org dewasa
c. Proses Politik
From Theory to Practice
Tabel 1. Spektrum Perilaku dan Sumber Power
oleh Joseph S. Nye
Spektrum Perilaku dan Sumber
Power oleh Joseph S. Nye
Sumber, Rujukan dan Target Soft Power
Sumber: Nye, J.S. (2008), ‘Public Diplomacy and Soft Power’, THE ANNALS of the American Academy of Political and Social Science; 616; 94-109, hlm. 107
Sumber Soft Power Referees/rujukan untuk kredibilitas dan legitimasi Soft Power Recievers/Penerima Soft Power
Kebijakan luar negeri Pemerintah, media, organisasi non-pemerintah, (Nongovernmental Pemerintah dan publik/masyarakat
Organizations/NGOs), organisasi antar-pemerintah (Intergovernmental negara lain
Organizations/IGOs)