Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 45

Driller’s Log

(Logbook Driller)
TAHAPAN OPERASI PADA INDUSTRI
MINYAK DAN GAS BUMI

Tahap Eksplorasi Tahap Pemboran


1. Survey Geologi Permukaan 1. Pemboran Eksplorasi
2. Survey Seismik 2. Pemboran Delineasi
3. Pemboran Pengembangan

Prospek
Tahap Produksi
1. Sembur Alam Tahap Evaluasi
2. Sembur Buatan Prospek atau Tutup

Tahap EOR
1. Injeksi Air
2. Injeksi Panas
3. Injeksi Kimia
4. Injeksi Tercampur
Drilling Rig
Crown Block

Mud Hose Traveling Block


Kelly Hook
Rotary Table
Mud Pump Swivel

Draw Works
Casing

Drill Pipe
Bit
24803
Operasi Pemboran
1. Hoist attachment
2. Derrick (mast)
3. Traveling block
4. Hook
5. Injection head
6. Mud injection column
7. Turntable driving the drilling pipes
8. Winches
9. Motors
10. Mud pump Jungle
11. Mud pit
12. Drilling pipe
13. Cement retaining the casing
14. Casing
15. Drill string
16. Drilling tool

Dessert

Mountain

Drillship Jackup Arctic


Semi submersible
Sumber:
www.canadian -wellsite.com | www.fotofx.com | www.msnbc.com | Schlumberger
Evaluasi Hasil Pemboran
Untuk mengetahui zona minyak
 Analisa drill cuttings & cores
• Batuan
• Indikasi hidrokarbon
 Wireline logging
 Well Testing
3800’ SD
3809’ (-3662’)

15’ Prob. Oil Zona Minyak

Evaluasi Log

3860’ SD
3864’ (-3717’)

Wireline Logging
Perforasi

Produksi

Sumber:
www.elf.com.pl/odyssee/us/genese/
6
Profil Sumur Pemboran
«Types of Directional Wells

Types of Horizontal Wells »


BB - 7 -
Drilling Operations Structure
OPERATOR
GOV’MEN
DRILLING
EXPLOR. and
SUPERIN-
MANAGER TENDENT PARTNERS

MARINE CREW (OFFSHORE)

‘COMPANY
WELLSITE MAN’ TOOL PUSHER
GEOLOGIST

MUD ENGINEERING

CEMENT

CASING DRILLERS
ELECTRIC LOGGING

WELL TESTING DERRICKMEN

LWD
SAFETY FLOORMEN
CORING
DEVIATION ROUSTABOUTS

Mudlogging Unit BB - 8 -
The Major Components of a Drilling Rig Rig Components Used for Pipe Handling

BB - 9 -
Typical Parameters Monitored During Drilling
COMPOSITE LOG

BB - 10 -
Typical Arrangement of a Circulating
System
Mud System Surface
Equipment »

« Shale Shaker

BB - 12 -
WELL PROFILES

VERTICAL
« S » SHAPE

MULTILATERAL

« J » SHAPE HORIZONTAL
DEPTH REFERENCE
RIG ONSHORE RTE/KB
RIG OFFSHORE

GROUND LEVEL

MEAN SEA LEVEL

WATER
DEPTH TMD SEABED
TVDSS
KICK OFF
(SS) TMD
POINT
GEOPHYSICIST
TVD-RT
TWT ≈ SS

DROP OFF GEOLOGIST


POINT TMD > TVD > SS
TD TVDSS SS < TVD < TMD
Keterangan (SS)
RTE : Rotary Table Elevation TVD-RT DRILLER
KB : Kelly Bushing
TMD : True Measured Depth TMD - ONLY
TVD : True Vertical Depth
TVDSS : True Vertical Depth Subsea TD
TWT : Two Way Travel Time
Driller’s Log
 Pada prinsipnya, adalah suatu rekaman data parameter pemboran
sumur yang harus dicatat /dibua/disiapkan oleh seorang driller
secara kronologis selama proses pemboran berlangsung , fungsi
kedalaman lobang bor itu sendiri.
 Parameter-Parameter pemboran yang harus direkam :
- Laju Pemboran/Penembusan batuan (rate of penetration/ROP)
- Jenis dan Ukuran Pahat yang digunakan selama pemboran
- Berat pada pahat (WOB)
- Kecepatan Putar Pahat (RPM)
- Jenis Lumpur Bor dan sifat fisiknya
- Lithologi batuan yang ditembus Pahat
- Berbagai Problem Pemboran yang telah terjadi selama
pemboran
- Kegiatan-kegiatan operational pemboran yang telah dilakukan
- Lama waktu yang diperlukan oleh setiap kegiatan pemboran
Driller’s Log (lanjutan)

 Seberapa Penting Peranan dan manfaat Driller’s Log:


- Kelengkapan dan keakuratan data pemboran yang
direkam oleh Driller ini sangat menentukan.
- Sebagai data acuan untuk perencanaan pemboran
sumur – sumur berikutnya
- Bermanfaat untuk acuan studi-studi
• laju pemboran,
• Kinerja pahat
• Biaya pemboran
COMPOSITE LOG yang Lain

BB - 17 -
Mud Logging & Analisa Cutting

(Serbuk Bor)

BB - 18 -
Pengertian

 Serbuk bor (Cutting) :

Cutting adalah serbuk bor yang dihasilkan dari proses pemboran


yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan untuk
kemudian dianalisis guna mencari informasi tentang lithologi
batuan.
 Tujuan analisa cutting :
Mengetahui karakteristik lithologi batuan yang telah ditembus
oleh pahat bor, meliputi jenis batuan, kandungan mineral, tekstur,
kandungan fosil,dll.
 Prinsip Kerja :
Pada saat pemboran serbuk bor dengan media lumpur bor
diangkat keatas , ketika telah sampai dipermukaan, cutting
dipisahkan dari lumpur dengan shale shaker.
Selanjutnya cutting diteliti lebih lanjut di laboraturium.
Mud Logging Data
LAG TIME / DELAYED DATA :
- GAS
- CUTTINGS
- MUD WEIGHT OUT
- MUD TEMP OUT

BB - 20 -
Circulating System

BB - 21 -
Drilling Mud Circulating System

BB - 22 -
Deskripsi Serbuk bor
 Analisa serbuk bor adalah Proses pengambilan dan penganalisaan
serbuk bor (analisa cutting) fungsi kedalaman lobang bor, selama
pelaksanaan pemboran berlangsung.
 Analisa serbuk bor dilakukan dalam kerangka pekerjaan MUD
LOGGING sebagai sumber informasi dalam menentukan ada tidak
nya kandungan Hidrokarbon (migas) dalam batuan yang ditembus
pahat bor
 Analisa serbukbor adalah proses deskripsi lithologi batuan yang
telah ditembus pahat bor.
 Dalam deskripsi cutting ini parameter yang harus dicatat :
- Tipe batuan : batupasir, shale, karbonat, dolomit dan
kombinasinya.
- Warna sampel.
- Tekstur dan porositas sampel : kekerasan (hardness), ukuran
butir (grain size), derajat kebundaran (roundness/angularitas),
pemilahan butir batuan (sorting), Sementasi , Porositas
- Pengotoran (mineral-mineral tambahan dan fosil) (impuritis)
- Tanda-tanda hidrokarbon (intensitas dan fluoresensi).
Peralatan Deskripsi Cutting

BB - 24 -
Analisa Lithologi

Analisa lithologi dimaksudkan untuk


menggambarkan jenis-jenis batuan yang ditembus
untuk setiap kedalaman lubang bor.

Jenis Batuan (lithologi) terdiri dari :


- Shale,
- Sandstone
- Limestone dan Dolomite.

BB - 25 -
Contoh Analisa Cutting,
(Pedoman dalam Pendiskripsian Lithologi)

Shale
 Warna : merah kecoklatan, hijau
 Tekstur : seperti lilin (waxy), beludru (velvety),
kertas (papery)
 Pabrikasi : laminasi (laminated), pecahan (splintery),
berlapis (flaky), dapat dibelah (fissile)
 Mineral Tambahan (accessory mineral) : micaneous,
bentonotic, sandy, calcareous, fossiliferous,
carbonaceous, glauconitic, bitumineous.
BB - 26 -
Contoh Analisa Cutting,
(Pedoman dalam Pendiskripsian Lithologi)
Sand
 Warna : coklat, abu-abu (grey)
 Tekstur : sangat halus (very fine), halus (fine), medium
kasar (coarse), sangat kasar (very coarse).
 Bentuk butir : bulat (rounded), agak bulat (sub-rounded),
bersudut (angular)
 Pemilahan (sorting): baik (well sorted), jelek (poorly
sorted).
 Mineral Sekunder : clay, shaly, calcareous, dolomitic,
phospatic, siliceous, tuffaceous, Carbonaceous, Sideritic,
Ferrogineous.
 Tingkat : mudah pecah (friable), ringan/tipis (light),
sementasi padat atau tebal (dense).
Contoh Analisa Cutting,
(Pedoman dalam Pendiskripsian Lithologi)
Limestone dan Dolomite
 Warna : putih, coklat.
 Tekstur : padat (dense), chalky, sucrosic, oolitic, colicastic,
 Ukuran kristal : tak teratur, cryptocrystalline, micro-
crystalline, megacrystalline.
 Mineral Sekunder: shaly, sandy, dolomitic (limey), silty,
cherty, siliceous, fossiliferous, ferrugineous, anhidrite.
 Kilap (Luster) : suram (dull), seperti tanah (earthy), dasar
(resisineous).
 Type Porositas : intergranullar, intercrystalline, runcing-
runcing (pin-point), Colicastic, Rongga-rongga (vugular),
pecah-pecah (fracture)
Composite Log
 Setelah diskripsi
batuan, tentukan
batas antar
lithologynya,
kemudian diproses
untuk
dipresentasikan
dalam Master Log
(Composite Log)
 2 Metode penentuan
Batas Lithology :
1. Metode yang
pertama muncul
2. Metode Presentasi

BB - 29 -
Analisa Porositas
Penentuan porositas batuan dari analisa cutting ini
bersifat kualitatif.
Caranya dengan memeriksa cutting di bawah lensa
Microscope Binokuler.
Istilah yang digunakan adalah :
- Tidak jelas (trace) : Porositas 0 – 10 %
- Agak jelek (show) : Porositas 10 – 20 %
- Jelas (good) : Porositas > 20 %

BB - 30 -
Analisa Keberadaan Hidrokarbon
Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menunjukan keberadaan
hidrokarbon didalam sample cutting meliputi 1. uji noda minyak (oil
staining), 2. bau HC (hydrocarbon odor), 3. Fluorisensi minyak (Oil
Fluorescence) , 4. Cut (Visible cut and cut fluorescence), 5. cutting gas
analysis dan 6. Acid test in Carbonates dan Calcareous sand)

1. Penampakan Noda Minyak (Oil Staining)


Pada batuan jenis hidrokarbon berat (residu,tar) akan memberikan
noda yang lebih nyata. Jika kadar hidrokarbon dalam batuan cukup
tinggi akan terlihat kesan berupa cucuran.

Kualitas Prosentasi distribusi


penampakan dalam batuan
Sangat baik >75%
Baik 50-75%
Sedang 25-50%
Buruk <25% BB - 31 -
Analisa Indikasi Hidrokarbon (lanjutan)

2. Bau Hidrokarbon ( HC Odor)


Biasanya batuan yang mengandung hidrokarbon
mempunyai bau yang spesifik. Kekuatan baunya
tergantung dari jenis dan kadar kuantitas kandungan
hidrokarbon didalam batuan.
- Bau wangi biasanya berasal dari minyak parafine dan
naftatik.
- Bau busuk berasal dari minyak aromatik.

BB - 32 -
Analisa Indikasi Hidrokarbon (lanjutan)

3. Oil Fluorescence
Pemeriksaan fluorescence dengan sinar Ultraviolet (UV).
Dilakukan dengan memasukan sample cutting (sample
asli) dalam fluoroscope untuk melihat ada tidaknya
fluoresensi. Biasanya hidrokabon cair (minyak)
memberikan warna tertentu terhadap sinar ultra violet,
sedangkan gas dan minyak residu kadang-kadang tidak
berfluoresensi.

Jenis Minyak Warna Fluoresensi


Residu Coklat gelap - tidak berwarna
Minyak berat Coklat - kuning tua
Minyak medium Putih - kuning cerah
Minyak ringan Putih biru - biru cerah
Kondensat Ungu - biru cerah BB - 33 -
Analisa Indikasi Hidrokarbon (lanjutan)

Jenis Mineral atau Material yang Memberikan Gangguan


Pada Pengamatan Warna Fluoresensi

Residu Warna Fluoresensi


Batu gamping / Kuning / kekuning-kuningan
dolomite
Batu gamping Coklat - coklat tua
pasiran
Paper shale Kuning - coklat kopi
Fosil Kuning putih - kuning coklat
Napal Kuning tua - abu-abu coklat
Grase atau Gemuk Putih susu
Solar Putih terang
Kulit kumbang Biru
BB - 34 -
Analisa Indikasi Hidrokarbon (lanjutan)

Penentuan Kaulitas Penampakan Fluoresensi dari


Distribusi Fluorensensi dalam Contoh Batuan

Kualitas Prsentase Distribusi


Penampakan dalam Batuan
Sangat baik (excellent) > 75 %
Baik ( good) 50 – 75 %
Sedang (fair) 25 – 50 %
Buruk ( poor) < 25 %

BB - 35 -
Analisa Indikasi Hidrokarbon (lanjutan)

4. Pemeriksaan dengan cara Solvent (Solvent Cut)


Untuk mendeteksi lebih lanjut indikasi hidrokarbon dalam
batuan dilakukan dengan cara sample dicuci kemudian
dimasukan kedalam larutan cairan kimia tertentu, seperti
Chloroform (CHCO3) atau Aceton (CHCl3) atau
Tetrachlorida (CCl4)
Dari analisa dengan solvent dapat diindikasikan beberapa
golongan minyak berdasarkan kualitas warna yang
dihasilkan, yaitu :
- Minyak berat, memberikan kualitas warna yang sedang (pucat)
- Minyak medium, memberikan kualitas warna yang baik (teh tua)
- Minyak ringan, memberikan kualitas warna cukup (putih pucat)
BB - 36 -
 Pada pemboran eksplorasi, pemeriksaan sample
cutting dilakukan pada hampir seluruh kedalaman
lobang bor
 Pada pemboran pengembangan, pemeriksaan sample
cutting cukup dilakukan pada interval tertentu saja
yaitu pada kedalaman yang diduga mengandung
hidrokarbon saja.
 Faktor faktor yang mempengaruhi analisa cutting
adalah adanya kontaminasi cutting dari lapisan
atasnya, terutama jika ada guguran (caving). Pada
zona lost circulation cutting akan hilang (tidak naik ke
atas)

BB - 37 -
 Pada batuan keras sample cutting diambil pada setiap
5 – 10 ft, pada batuan lunak sample diambil setiap 1
feet kedalaman
 Hasil diskripsi lithologi cutting harus dikoreksi
terhadap kedalaman dimana cutting sebenarnya
berasal
 Koreksi kedalaman cutting dilakukan dengan cara
menentukan “Keterlambatan Waktu” ( Lag Time )
cutting sampai di permukaan (shale shaker)
 Lag Time : waktu (jumlah stroke pompa) yang
diperlukan lumpur untuk mengangkat/sirkulasi cutting
dari dasar lobang bor sampai ke permukaan (shale
shaker)
BB - 38 -
 Nilai Lag Time ini sangat penting perannya, dan nilainya
selalu berubah fungsi/mengikuti perubahan kedalaman
lobang bor, karena itu nilai Lag Time ini harus selalu di
cek dan dikoreksi.
 Lag Time dapat ditentukan dengan 2 pendekatan :
1. Secara Langsung
Suatu Tracer (misal : biji gandum, biji padi, Karbit
kalcium) ditempatkan pada permukaan pipa bor saat
kelly berhenti. Kemudian tracer dipompa ke lubang bor
sampai kembali lagi kepermukaan. Karbit kalcium akan
bereaksi dengan lumpur membentuk gas acetyline. Gas
tersebut akan ditangkap oleh gas detector lumpur. Gas
acetyline muncul sebagai gas basah yang mudah
dibedakan dengan dengan gas methane dari reservoir BB - 39 -
2. Secara Perhitungan (teori)
Pendekatan ini dilakukan jika pendekatan secara
langsung tidak mungkin dilakukan. Pendekatan ini
kurang akurat, kecuali jika lubang bor sudah di casing
semuanya (volume lubang bor nya pasti). Di lapangan
pada saat proses pemboran, kondisi lobang bor pasti
ada yang belum di casing.
Persamaan yang digunakan :

Vol anuluus  Vol lubang bor - (Vol pipa bor  Vol displaceme nt)
BB - 40 -
Profil Sumur Bor 1. 1 feet = 12 inch
2. 1 bbl = 5,615 cuft
1. Segmen 1 : Bit
3. 1 bbl = 42 gal
2. Segmen 2 : Drill Collar (DC)
4. 1 gal = 3,78 liter
3. Segmen 3 : Drill Pipe (DP)
4. Segmen 4 : Drill Pipe (DP)
4 5. Segmen 5 : Casing
Data Kecepatan Bor (ROP) :
ROP = 20 ft/jam
Data Drill String :
Segmen 1 : Bit ( D = 8,5 “)
Segmen 2 : Drill Collar (DC).. (OD = 6”, L = 700 feet)
Segmen 3 : Drill Pipe (DP).... (OD = 3.5”, L = ? )
Segmen 4 : Drill Pipe (DP).....( OD = ? , L = ? )
Casing (ID= 9,625”, L = 5000 ft)
Kedalaman bor = 7560 feet

3 Data Pompa Lumpur :


Pompa 1 : Stroke = 18” , D liner = 6” , Vel/Q Pompa = 40 SPM = 307 gal/menit
Pompa 2 : Stroke = 18” , D liner = 6” , Vel/QPompa = 45 SPM = 316 Gal/menit
Tugas :
2 1. Buat Profil sumur dan Data Geometrinya.
2. Hitung Volume Anullus lubang bor dan Lag Time
3. Jk bit pada kedalaman 7560 ‘ pukul 11.00, pd pukul berapa cutting harus
1 diambil di shale shaker, demikian juga cutting dari kedalaman 7580’ ,
BB - 41 - 7600’ dan 7625’
TUGAS PERHITUNGAN LAG TIME

 Kedalaman Lobang bor : 5000 feet


 Diameter pahat bor : 8,5 inch
 Diameter luar Casing (40lb/ft) @ 2000 feet : 9 5/8 inch , ID = 8,84 inch
 Diameter luar (OD) drill pipe (DP) : 3,5 inch, ID = 2,6 inch

BB - 42 -
Deskripsi batuan
Lag Time
Lag Time :
Lag time adalah waktu ( jumlah stroke pompa ) yang
diperlukan lumpur untuk melakukan sirkulasi atau mempompa
tracer turun melalui pipa bor kedasar lubang bor
Persamaan :

Vol anuluus  Vol lubang bor - (Vol pipa bor  Vol displaceme nt)
Deskripsi batuan
Lag Time

Pump Capacity = 0, 0996 BPS


OD 2 - ID 2
xD
1030
IIV.Casing =13 inchi; I
Bottom to Up
IV
ID = 12,614 inchi;

I@ 3675 ft

I
12 14 2
 8
2

x 190  16 Bbl
1030

III III.HWDP = 6 inchi; ID = 2, 5 Inchi @ 458 ft


II 

12 1   6 1 
4
2

4
2

x 458  50 Bbl
1030

II
II. Drill Collar (DC) = 8 Inch; ID = 2, 7 Inch; @ = 190 ft
III 
12 14  2
 5
2

x (5430 - 3675 - BHA)  134 Bbl


1030

IV 
12,6152  52 x (3675)  134 Bbl
I
IΦ Bit = inch; @ 5430 ft.
1030

Total = I + II + III + IV = 679 Bbl


COMPOSITE LOG yang Lain

BB - 45 -

You might also like