Epid ATM

You might also like

Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 85

EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS,

TUBERCULOSE & MALARIA


Epidemiology

the study of the distribution and


determinants of heath-related states or
events (including disease) in specific
populations, and the application of
this study to the control of health
problems
Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi
dan determinan penyakit pada penduduk.

Istilah epidemiologi diambil dari bahasa


Yunani,
– epi artinya pada atau tentang,
– demos berarti penduduk dan
– logos artinya ilmu /pelajaran.
PENYAKIT PRIORITAS NASIONAL
1. Polio
2. Tuberkulosis
3. Malaria
4. Kusta .
5. ISPA / Pneumonia Balita
6. HIV / AIDS
7. DHF & Flu Burung
8. Diare
9. Filariasis
10. Peny. jantung gangguan sirkulasi
11. Peny. diabetes melitus
12. Peny. kanker
EPIDEMIOLOGY
HIV-AIDS
SITUASI HIV/AIDS
Adults and children estimated to be living
with HIV/AIDS as of end 2002

Eastern Europe
Western Europe & Central Asia
North America
980 000 570 000 1.2 million East Asia & Pacific
Caribbean
North Africa
& Middle East South 1.2 million
& South-East Asia
440 000 550 000 6 million
Sub-Saharan
Latin America Africa Australia
1.5 million 29.4 million & New Zealand
15 000

Total: 42 million
00002-E-4 – 1 December 2002
SITUASI HIV/AIDS
Estimated number of adults and children
newly infected with HIV during 2002

Eastern Europe
Western Europe & Central Asia
North America
45 000 30 000 250 000East Asia & Pacific
Caribbean
North Africa
& Middle East South 270 000
& South-East Asia
60 000 83 000 700 000
Sub-Saharan
Latin America Africa Australia
150 000 3.5 million & New Zealand
500

Total: 5 million
00002-E-5 – 1 December 2002
EPIDEMIOLOGY
Penyakit ini terus berkembang dan skrg telah
menjadi PANDEMI yg mengancam kehidupan
manusia.
Sejak ditemukannya virus HIV (HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS) pd thn 1981 sebagai
penyebab AIDS, HIV-1 adl yg lebih worlwide
predominant type dibanding HIV-2 yg banyak
ditemukan di wilayah Afrika barat, dan kadang2
dijumpai di Afrika timur, Eropa, Asia dan Amerika
Latin. HIV-2 transmisinya lebih mudah dan lebih
lama utk menjd AIDS
Pd akhir abad 20, negara Indonesia sdh
menganggap bhw HIV-AIDS adl masalah yg sangat
serius.
EPIDEMIOLOGY HIV-AIDS
Prevalensi infeksi HIV di Indonesia cenderung
meningkat pesat sejak tehun 1999, pd kelp beresiko
tinggi trutama pengguna NAPZA suntik.
Survey prevalenci dilakukan melalui:
– Uji saring donor darah PMI
– Sentinel area
– Survey di RSKO
HIV merupakan coinfection pada peny TB yg mrpk
masalah kes masy di Indonesia.
Sampai saat ini obat obat anti virus yg ada belum
mampu menyembuhkan AIDS dgn baik.
Infeksi sudah memasuki ranah rumah tangga
Proporsional kasus lebih banyak pada gol remaja
dan usia produktif.
APAKAH YANG DISEBUT HIV ?

Human
Immunodeficiency Virus yang
merusak
Virus kekebalan
manusia

Seperti semua virus, HIV harus masuk sel


lain untuk replikasi

HIV adalah retrovirus dan bahan genetiknya


yang berupa RNA, harus diubah menjadi
DNA pada saat replikasi
PERJALANAN ALAMIAH
INFEKSI HIV
Window Period/
4 MG – 6 bL
Periode Jendela

S/D 8 Th

Infeksi
Sindrom akut 1 Th
(Spt flu 1- 2 mgg) Tanpa Gejala

G/ AIDS
½ - 2 Th

Mati
Dx/ AIDS
HIV terdapat di dlm cairan tubuh
seseorang yg telah terinfeksi seperti :
darah, air mani/cairan vagina
Sebelum HIV berubah menjadi AIDS,
penderitanya akan tampak sehat dlm
waktu 5 sampai 10 tahun(window period)
Walau tampak sehat mereka dapat
menularkan virus HIV pd orang lain
melalui hubungan seks yg tdk aman,
transfusi darah atau pemakaian jarum
suntik scr bergantian
Melalui Ibu hamil yg HIV (+) kpd bayi yg
dikandung lewat air susu ibu.
STRUKTUR SEDERHANA HIV
gp120 menempel
ke permukaan
sel induk
gp 41

matriks protein

selubung virus
dari membran
sel induk

inti virus berisi


kode genetik dan
enzim
STRUKTUR SEDERHANA HIV

virus baru virus menempel


keluar sel di permukaan
sel CD 4

inti virus masuk


komponen sel dibentuk
virus baru DNA dari RNA
dirakit di virus
permukaan
sel
inti sel
RNA virus
baru
RNA yang baru dibuat DNA virus masuk inti sel
protein virus baru dan terintegrasi dengan
keluar dari inti sel
DNA sel induk
SIAPA YG SDH TERINFEKSI HIV

Tidak bisa dikatakan dgn pasti


Org dgn HIV+ terlihat sehat
&merasa sehat
Org dgn HIV+ tdk tahu bahwa
dirinya sdh terinfeksi
Test HIV adalah satu-
satunya cara utk
mendapatkan kepastian
Kelompok Berisiko
Homoseksual/Biseksual
Heteroseksual dg Multiple
partner
Pengguna obat bius suntik
Penerima transfusi darah &
transplantasi organ
Anak dr ibu yg terinfeksi
Tenaga
kesehatan/laboratorium
Wanita & laki2 yg berganti
– ganti pasangan sexual
Penjaja seks &
pelanggannya
Pengguna narkotika dg
suntikan
Hubungan sexual dg pengidap
Transfusi darah & transplantasi
organ yg tercemar virus HIV
Lewat alat/jarum suntik/alat
tusuk lainnya yg tercemar virus
Ibu hamil dg HIV ke janin
POLA PENYEBARAN HIV/AIDS
PENYEBARAN HIV DI THAILAND
1984-1987 Sejak 1984 Sejak 1988

foreigners
tourists

Sejak 1989

Simbol
Drug users Pria

Pekerja seks Wanita


Pria (ibu r umah
tangga)
Pekerja seks
wan ita Wanita
AWAL INFEKSI

Viral load meningkat tajam,


terus turun

Jumlah CD4 menurun tajam,


terus naik

Antibodi baru terdeteksi


setelah beberapa minggu

Viral load paling tinggi


waktu masa jendela
KELANJUTAN PERJALANAN PENYAKIT

Lambat
laun:
viral load
meningkat

jumlah CD4
menurun
BEBERAPA JENIS TES HIV

Biasanya mencari antibodi


 Jadi tergantung pada masa jendela
Jenis tes:
 ELISA/EIA
 Western Blot
 Tes Cepat (Rapid test)
 Tes harus dilengkapi dengan:
 Konseling pra-tes & pasca-tes
 Informed consent
 Asas kerahasiaan
INFEKSI OPORTUNISTIK

Pelan-pelan HIV membunuh


sel CD4 selama bertahun-
tahun infeksi

Sebagaimana jumlah CD4


menurun, infeksi mengambil
‘opportunity’ atau
‘kesempatan’ karena
kelemahan sistem kekebalan
tubuh, mengakibatkan
timbulnya infeksi oportunistik
PENYAKIT HIV STADIUM I

Biasanya tanpa gejala (asymptomatic), dapat


terjadi limfadenopati generalisata persisten PGL
Mampu melawan infeksi dengan baik
Pelan-pelan, jumlah CD4 semakin rendah
Kehidupan sehari-hari berlangsung seperti biasa

PENATALAKSANAAN :
 Pola hidup yang positif dan sehat (olahraga 20
menit setiap hari, makan teratur)
 Pemeriksaan dokter berkala, skrining IMS,
tes Pap (pap smear) , vaksinasi, aktifitas seksual
yang lebih aman
PENYAKIT HIV STADIUM II

Infeksi ringan lebih sering daripada biasa : ruam,


infeksi kulit, sariawan, sinanaga (herpes zoster),
demam, infeksi saluran pernapasan atas yang
sering kambuh
Umumnya kehilangan berat badan di bawah 10 %
Dapat meneruskan kehidupan sehari-hari seperti biasa

PENATALAKSANAAN :
 Sama seperti Stadium I (pola hidup yang positif dan
sehat, pemeriksaan, skrining, aktifitas seksual yang
lebih aman, vaksinasi)
 Pengobatan dini untuk infeksi
 Pertimbangkan profilaksis (cotrimoxazole)
PENYAKIT HIV STADIUM III

Infeksi oportunistik (IO) yang lebih parah, mis.


pneumonia, meningitis, kandidiasis mulut
Diare kronis >1bulan, demam terus-menerus, TB paru
Kehilangan berat badan lebih dari 10 %
Kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari (aktifitas di
tempat tidur < 50 %)
PENATALAKSANAAN :
 Sama seperti Stadium I (pola hidup yang positif dan
sehat, pemeriksaan, skrining, aktifitas seksual yang
lebih aman, vaksinasi)
 Terapi antiretroviral (ART)
 Pengobatan dini untuk infeksi
 Profilaksis (cotrimoxazole)
PENYAKIT HIV STADIUM IV

IO yang lebih parah, misal : PCP, diare parah,


limfoma, TB di luar paru, toksoplasmosis, CMV,
meningitis cryptococcus, sarkoma Kaposi,
ensefalopati HIV, kandidiasis saluran makan,
septisemia salmonellosis non typhoid.
Kehilangan berat badan parah (wasting)
Sering sakit parah, terbaring di tempat tidur
(aktifitas di tempat tidur > 50 %)

PENATALAKSANAAN :
 Mengobati IO
 Terapi antiretroviral (ART)
 Perawatan rumah sakit atau di rumah
 Profilaksis (cotrimoxazole)
A : Acquired -> didapat/diperoleh
I : Immune -> kekebalan tubuh
D: Deficiency -> kekurangan
S : Syndrome -> kumpl gejala
AIDS: adl sekumpulan tanda &
gejala penyk akibat hilangnya/
menurunnya sistem kekebalan tbh
seseorang
ORANG YANG SUDAH
AIDS
Sarkoma Kaposi – pnemonia
pneumocystis caranii

Sudah AIDS
G E J A L A M A Y O R AIDS

BB menurun >10% dalam 1 bulan


Diare kronis berlangsung >1 bulan
Demam berkepanjangan >1bulan
Penurunan kesadaran & gangguan
neurologis
Dimensia/HIV ensefalopati
G E J A L A M I N O R AIDS
Batuk menetap >1 bulan
Dermatitis generalisata yg gatal
Adanya Herpes zoster -
multisegmental & atau berulang
Kandidiasis orofaringeal
Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pd alat
kelamin wanita
Retinitis virus sitomegalo
Penjaja/ Kelompok Risti
pekerja/
pedagang HIV/AIDS Penyalah
seks guna narkoba
komersial suntikan

Narapidana
Penerima
donor darah

Waria Ibu Hamil


HIV/AIDS menular melalui
Pengguna jarum suntik bersama/
jarum bekas
Hubungan seks berganti-ganti
pasangan
Dari ibu ke anak melalui
kelahiran
Dari Ibu ke anak melalui air susu
ibu
YANG TIDAK MENULARKAN HIV
1. Bersenggolan dg pengidap virus
2. Berjabat tangan
3. Bersentuhan dg pakaian & barang
bekas penderita HIV
4. Bersin atau batuk
5. Berciuman biasa
6. Melalui makanan & minuman
7. Berenang di kolam renang
8. WC atau Toilet
9. Gigitan nyamuk atau serangga lainnya
PENGOBATAN
BERDASARKAN TIGA PERKEMBANGAN
BARU YAITU:
1. Perubahan pengetahuan megenai patofisiology
infeksi HIV
2. Ditemukannya beberapa obat anti virus yang
baru, dan
3. Adanya cara baru untuk memonitor aktifitas
dan stadium penyakit
PENCEGAHAN
PRIMER:
PHBS
Screening darah donor
Sex education,
Konseling pra dan post voluntary test
SECUNDER:
– One needle progr
– Peer motivation
– Konseling pra dan post voluntary test
TERSIER:
– Pengobatan px HIV se dini mungkin
– Pelayanan ODHA
GLOBAL WARNING ON TUBERCULOSE

Cases estimation in 2010

Eastern Europe
Western Europe & Central Asia
North America
980 000 570 000 1.2 million East Asia & Pacific
Caribbean
North Africa
& Middle East South 1.2 million
& South-East Asia
440 000 550 000 25 million
Sub-Saharan
Latin America Africa Australia
1.5 million 29.4 million & New Zealand
15 000

00002-E-4 – 1 December 2002


Pd th 1993 WHO mencanangkan
Kedaruratan Global, ok:
Sepertiga pddk dunia telah
terinfeksi
munculnya MDR (multi drug
resistance)
merekomendasikan
strategi DOTS
Almost 40 % of the multi
drug resistance on TB are in
developing country
(TIMES Dec 2007)
TUBERCULOSE
adl peny yg dsbbkan
oleh kuman
Mycobacterium
tuberculosis,
penularannya mll droplet
infection ke paru-paru.
Situasi di Indonesia :
Angka prevalensi TB berkisar antara
0,21-0,65% pd 6 propinsi berdasarkan
survey pd tahun 1983 – 1993.

Pada tahun 1993 WHO Global


Surveillance memperkirakan di
Indonesia terdapat 583.000 penderita
baru TB per tahun dengan 262.000 BTA
positif atau insidens rate kira-kira 130
per 100.000.
DELAPAN PROPINSI YANG DIKUNJUNGI

North
Sumatera
East
Kalimantan

South
Sumatera

South Sulawesi Central Sulawesi

West Java Central Java


East Java

Provisional CDR 2002


= data not available
= 0 – 39%
= 40 – 69%
=  70% NTB
© 2003, Sub Directorate TB, DTDC, GoI
Proporsi Kasus TB Berdasarkan Type Penderita
Nusa Tenggara Barat, Tahun 2000-2006
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
BTA+ baru Kambuh BTA - EP
TUBERCULOSIS
EPIDEMIOLOGY

Risk Risk Risk Risk


factors factors Factors Factors

Infectious
tuberculosis
Subclinical
Exposure
infection
Death
Non-Infectious
tuberculosis
 Pathway transmission:

–Droplet infection

APA YG DIMAKSUD????
FAKTOR RISIKO
MENYEBAB INSIDEN & KEMATIAN TUBERCULOSE
Malnutrisi, kurang ASI

Pengobatan tidak lengkap kemiskinan

Usia produktif Akses yankes


Morbiditas
&mortalitas
meningkat
Perilaku
Kepadatan tidak sehat
penduduk

Tingginya kejadian Paparan terhadap lingk


infeksi & DO • Asap rokok
• Asap biologis
• polusi
Exposure :
 Adanya kasus BTA positif
 Lamanya kontak
 Populasi densitas
 Kemiskinan
 Sikap dan perilaku
 Lingkungan
 climate
Bila penderita baru pertama kali
ketularan kuman Tb terjd suatu proses dlm
tubuhnya- primary complex of
tuberculosis
Terjadi pada semua umur
Pada negara endemis biasanya anak
tertular pd tahun-tahun pertama.
STRATEGI PENANGGULANGAN
1. Advocacy, Desiminasi Paradigma Sehat
2. Penerapan strategi DOTS
3. Peningkatan Mutu Pelayanan
4. Pengembangan program dilakukan
secara bertahap
5. Kabupaten/Kota sebagai titik berat
manajemen program.
PENGOBATAN TB DGN STRATEGI DOTS
(direct observe treatment shortcourse)
yg terdiri dari 5 komponen yi :
Komitmen politis dari pengambil keputusan
dan pelaksana
Dx` kuman BTA dgn mikroskope\
Pengawasan minum obat (PMO)
Ketersediaan OAT
Akuntabilitas pencatatan pelaporan
dalam penanggulangan TBC.
(Dr. IK Gerudug, MPH – IDI wil, NTB)
Wanasaba (LTM) Kempo (DMP)
Kilo (DMP) Dompu (DMP)
Aikmel (LTM) Untir Iwis (SBW)
Kayangan (LBR) Bayan (LBR) Woja (DMP) RasanaE Barat (KBM)
Swela (LTM)
Pringgabaya (LTM)
Gangga (LBR)
Tanjung (LBR) Sumbawa (SBW) Wera (BIMA)
Batu Layar (LBR)
GN.Sari (LBR)
Lingsar (LBR)
Ampenan (MTR)
Mataram (MTR)
Cakranegara (MTR)
Gerung (LBR)
Lembar (LBR)
Sekotong (LBR)
Kediri (LBR)
Sakra (LTM) Tarano (SBW)
Kuripan (LBR)
Terara (LTM) Empang (SBW)
Jonggat (LTG) Pajo (DMP)
Janapria (LTG) Plampang (SBW)
Pringgarata (LTG) Hu’u (DMP)
Maronge (SBW)
Praya Barat (LTG) Batukliang (LTG)
Lape Lopok (SBW)
Pujut (LTG)
Moyo Hulu (SBW)

AMI > 50 0/00

AMI 10 – 49 0/00

AMI < 10 0/00


PENYAKIT MALARIA
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh
parasit Plasmodium (agent penyebab)
yang hidup dan berkembang biak
dalam sel darah merah manusia,
penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles
betina (vector/ penular kuman).
DEFINISI MALARIA POSITIF

Malaria positif adalah


penderita yang dalam
darahnya ditemukan
parasit plasmodium
melalui pemeriksaan
mikroskopis
Masa inkubasi ekstrinsik ( waktu mulai saat masuknya gametosit ke dalam tubuh
nyamuk sampai terjadinya stadium sporogoni dalam tubuh nyamuk, yaitu dengan
terbentuknya sporosoit yang kemudian masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk )
Suhu optimal 26,7 º c : - P. falciparum = 10 – 12 hari
- P. vivax = 8 – 11 hari
- P. malariae = 14 hari
- P. ovale = 15 hari
Pada suhu 16º c P. vivax 55 hari dan 7 hari pada suhu 28º c, pada 32º c
parasit dalam tubuh nyamuk mati

Masa inkubasi intrinsik ( waktu mulai masuknya sporosoit ke dalam darah


sampai timbulnya gejala klinis/demam yaitu sampai pecahnya sison sel darah
merah yang matang dan masuknya merosoit darah ke aliran darah, waktu ini
meliputi waktu yang dibutuhkan oleh fase eksoeritrositer ditambah dengan siklus
sisogoni )
- P. falciparum = 9 – 14 hari (12)
- P. vivax = 12 – 17 hari (15)
- P. ovale = 18 - 40 hari (28)
- P. malariae = 16 – 18 hari (17)
Agent (Penyebab Penyakit)

Agent penyebab malaria genus


Plasmodium, Famili Plasmodiidae, dari
Orde Coccidiidae, ada 4 macam
Plasmodium :
Plasmodium falciparum (malaria tropika)
Plasmodium vivax (malaria tertiana)
Plasmodium malariae (malaria kuartana)
Plasmodium ovale (jarang, umumnya di
Afrika)
SIKLUS HIDUP NYAMUK
Instar I : 1 hr
Instar II : 1 – 2 hr
Instar III : 2 hr
Instar IV : 2 – 3 hr

Telur Jentik Pupa Dewasa

1-2 hari 8-10 hari 1-2 hari

7 - 13 hari
PARA DIGMA HIDUP SEHAT ( HL BLUM)

GEN
External Satisfaction Life Span
Diseases
Internal Satisfaction Discomport

Disability
HIDUP YANKES
SEHAT
LINGK Reserve
Participation in health care
Sosial behavior
Health behavior
PERILAKU
ENVIRONMENT (Lingkungan)

Lingkungan Fisik
Lingkungan Kimiawi
Lingkungan Biologik
Lingkungan Sosial Budaya
LINGKUNGAN FISIK
Suhu Udara, makin tinggi suhu makin pendek siklus sporogoni, makin
rendah suhu makin panjang siklus sporogoni
Kelembaban Udara, kelembaban rendah memperpendek umur nyamuk
Hujan
Angin, kecepatan angin waktu senja dan pagi
Sinar Matahari, An.balabacensis suka teduh, An.maculatus suka tempat
terbuka
Arus Air, An.barbirostris suka air statis, An.minimus suka air mengalir
deras
Model of relationship between rainfall, salinity in lagoon, and larval density of An sundaicus
250 40
Potential transmission of malaria
rainfall 35
200 salinity 30

larva + salinity
larva x 2
150 25
rainfall

20
100 15
10
50
5
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
week
LINGKUNGAN BIOLOGI
( FLORA & FAUNA )

TUMBUHAN BAKAU, LUMUT,


GANGGANG DAN BERBAGAI JENIS
TUMBUHAN LAIN DAPAT
MEMPENGARUHI KEHIDUPAN
LARVA NYAMUK.
IKAN PEMAKAN LARVA / JENTIK.
KANDANG TERNAK ( CATTLE
BARRIER )
LINGKUNGAN KIMIAWI
KADAR GARAM DARI TEMPAT
PERINDUKAN. Contoh : An. Sundaicus
tumbuh optimal pada air payau yg kadar
garamnya berkisar antara 12 – 18 o/oo
dan tdk dpt berkembang biak pd kadar
garam 40 o/oo. Di Sumatera Utara, An.
Sundaicus ditemukan pula dalam air
tawar.
LINGKUNGAN
SOSIAL BUDAYA
KEBIASAAN BERADA DI LUAR RUMAH PADA
MALAM HARI
PENGGUNAAN KELAMBU, KAWAT KASA, ZAT
PENOLAK GIGITAN NYAMUK/REPELLENT.
PEMBANGUNAN YG TIDAK BERWAWASAN
LINGKUNGAN, SHG TIMBUL TEMPAT
PERINDUKAN BUATAN MANUSIA.
KELOMPOK RISIKO TINGGI
(high risk group for severe malaria)

§ Seorang tanpa kekebalan thd malaria:


pendatang baru/turis yang berkunjung
ke daerah endemik malaria

§ Anak-anak & wanita hamil di daerah


endemik malaria

§ Penduduk yang tinggal di daerah dgn


kejadian luar biasa (KLB)
400 gigitan
nyamuk Anopheles

200 menginfeksi
manusia

100 malaria klinis

2 – 6 % malaria berat

Adapted from Haryanto PN, 2002


Hanya Plasmodium falciparum
2–6%
menyebabkan malaria berat

10 – 50 % Kematian

Adapted from Haryanto PN, 2002


Respons klinis seorang yang terinfeksi malaria
bervariasi sangat luas
Gejala Malaria
Karakteristik : Demam periodik, Anemia,
Splenomegali
Demam periodik ( “ Trias Malaria “ ):
– Dingin/ menggigil ( 15 - 60 menit )
– Panas ( 1 - 2 jam )
– Berkeringat
Periode bebas demam 12 jam (P.F), 36 (P.V), 72
(P.M)
Gejala lokal-spesifik : diare, batuk, sakit
kepala yg berat.
• Anamnesa
• Manifestasi klinis
• Pemeriksaan laboratorium

Diagnosis pasti yaitu :


→ Ditemukannya parasit
dalam darah
TES LABORATORIUM MALARIA

MIKROSKOPIK MALARIA ( Giemsa )


– Tetes Tebal ( DDR)
– Hapusan Tipis
– Hitung Parasit
Rapid Diagnostic Test (RDT) – Tes Cepat
– Paracheck
– PF test
– Parascreen
– Smart, dll
DIAGNOSA BANDING

Penyakit dengan DEMAM :


– Influenza/ ISPA
– Demam Tifoid
– Demam Dengue/ DHF
– Infeksi saluran kemih
Akibat Komplikasi :
– Koma ( meningitis, ensefalitis, diabetes,
stroke )
– Ikterik ( hepatitis, sepsis, leptospirosis )
Pengobatan
TUJUAN

Jangka pendek : Jangka panjang :


Menghilangkan gejala/ Mencegah komplikasi
kesakitan Mengurangi angka kesakitan
Dan menyembuhkan dan kematian

Cara:
Pengobatan RADIKAL
dengan mempergunakan
Obat Kombinasi ARTEMISININ
(ACT)
Pengobatan malaria dilakukan
secara dini dan adekuat/tuntas
oleh tenaga terlatih yg
menjangkau semua penderita
malaria terutama didaerah yg
sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Upaya pengendalian malaria
dilakukan dengan
memberdayakan semua sarana
pelayanan kesehatan yang
tersedia & masyarakat (Pos
PENGOBATAN MALARIA

Pengobatan yg diberikan adalah


pengobatan radikal malaria dgn
membunuh semua stadium parasit
yg ada didalam tubuh manusia
Tujuan pengobatan radikal adalah
untuk
– mendapat kesembuhan klinis dan
parasitologik
– serta memutuskan rantai penularan.
terjadi di daerah endemik
NYAMUK MANUSIA
ANOPHELES DALAM DARAH DALAM JARINGAN / hati
Obat SkizontosidJaringan
Sporozoit Sporozoit
Skizon
Eksoeritrositik
Faffffffff
Eritrositik Primer
Skizogoni Faa Skizogoni
SPOROGONI
Merozoit
Obat Skizon-
tosid darah

Gamet Gametosit
Eksoeritrositik
Laten
Skizogoni
Obat Relaps
Sporontosidal
Obat Anti Gametosid

Obat Anti Relaps


Obat Malaria Terdahulu

Klorokuin (CQ) tablet


Primakuin (PQ) tablet
Sulfadoksin-Pirimetamin
(SP) tablet…..(Fansidar,
suldox)
Kina (QN) tablet
Kina injeksi
Obat Malaria Saat Ini
Artesunate-amodiaquine (ACT) tablet
Dyhydroartemisinin-Piperaquin (Artekin)
Artemether injeksi
Artesunate injeksi
Kina tablet & injeksi
Klorokuin tablet (oleh kader/JMD)
Primakuin tablet
Tetrasiklin atau Doksisiklin tablet
SP : dalam keadaan tertentu
Obat Malaria
Pengobatan malaria tanpa
komplikasi
pada pasien Umum

Falciparum Vivax/Ovale Klinis

1st Art + Amo+ PQ CQ + PQ14 CQ + PQ


SD

2nd Qn + Doxy/Tetra + PQ Qn + PQ14

3rd
Pengobatan Lini 1 P.Falciparum pada Pasien
Umum
Jumlah tablet per hari menurut berat badan

Hari Jenis Obat


0–4 4 – 10 10 – 20 20 – 40 40 – 60 > 60
kg kg kg kg kg kg
Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

H1 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Primakuin - - ¾ 1½ 2 2–3
Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
H2
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
H3
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
*) Artesunate adalah 4 mg/KgBB per hari (50 mg/tablet)
*) Amodiakuine adalah 10 mg/KgBB per hari (200 mg/tablet ~ 153 mg amodiakuin basa)
*) Primakuin adalah 0,75 mg/KgBB pada hari pertama
Pengobatan Lini II Malaria P.falciparum untuk Pasien Umum

Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur

Hari Jenis Obat


0 – 11
1 – 4 th 5 – 9 th 10 – 14 th > 15 th
bl
Kina*) **) 3x½ 3x1 3x1½ 3 x (2 – 3)
H1 Doksisiklin - - - 2 x 1***) 2 x 1****)
Primakuin - ¾ 1½ 2 2–3
Kina*) **) 3x½ 3x1 3x1½ 3 x (2 – 3)
H2 – 7
Doksisiklin - - - 2 x 1***) 2 x 1****)

*) Dosis kina adalah 10 mg/KgBB (200 mg/tablet kina fosfat atau sulfat)
**) Dosis diberikan Kg/BB
***) Doksisiklin 2 x 50 mg/tablet (dosis orang dewasa adalah 4 mg/KgBB per hari, dosis anak usia 8
– 14 th adalah 2 mg/KgBB per hari
****) Doksisiklin 2 x 100 mg/tablet, doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 th
Pengobatan Lini II Malaria P.falciparum (bila
tidak ada Doksisiklin) untuk Pasien Umum

Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur

Hari Jenis Obat


1–4
0 – 11 bl 5 – 9 th 10 – 14 th > 15 th
th
Kina*) **) 3x½ 3x1 3x1½ 3 x (2 – 3)
H1 Tetrasiklin - - - **) 4 x 1***)
Primakuin - ¾ 1½ 2 2–3
Kina **) 3x½ 3x1 3x1½ 3 x (2 – 3)
H2 – 7
Tetrasiklin - - - **) 4 x 1***)

*) Dosis kina adalah 10 mg/KgBB (200 mg/tablet kina fosfat atau sulfat)
**) Dosis diberikan Kg/BB
***) Tetrasiklin 4 x 250 mg/tablet tetrasisklin HCl (dosis adalah 4 – 5 mg/KgBB per kali
pemberian), tetrasiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 th
PROFILAKSIS/ PENCEGAHAN

TUJUAN:
• Mengurangi resiko terinfeksi malaria
• Melindungi orang yg bepergian ke daerah endemis
malaria dalam waktu singkat, turis, peneliti, peawai
kehutanan dll.
• Bila dalam waktu lama sebaiknya menggunakan
personal protection al. kelambu, repelen, kawat kasa dll

Obat yg digunakan adl yang tidak menimbulkan


resisten dan relatif aman yaitu Doksisiklin dgn
dosis 2 md/kgBB paling lama 12 hari.
TANTANGAN PENGOBATAN MALARIA
DI INDONESIA
Kecenderungan kasus & kematian meningkat
akibat migrasi dari & ke daerah endemis
malaria.
Perluasan malaria ke daerah yg selama ini
sudah tidak dikenal sebagai daerah malaria.
Resistensi yg meningkat dan meluas dari
Plasmodium falsiparum terhadap obat anti
malaria yg ada .
Kemudahan dan kebiasaan masy memakai
obat anti malaria yg sdh resistensi atau tanpa
petunjuk dokter/petugas kesehatan.
Obat Program tidak tersedia dipasaran/ apotik.
MA..A..CI DOKTEEL

You might also like