Professional Documents
Culture Documents
MKM 1
MKM 1
MKM 1
Tegangan
F
f lim
A0 A
dimana F adalah gaya yang bekerja dalam arah tegak lurus atau
normal terhadap penampang, dan A adalah luas penampang
Tegangan Normal dan Geser
V
v lim
A0 A
P P
B
A
P P
B
Satuan Tegangan
Contoh
Penyelesaian
Tegangan Normal
Tegangan Geser
Rumus Tegangan Geser:
𝑽
𝝉= F
𝑨 V
V
Pin
Pin adalah satu dari banyak contoh yang digunakan
pada aplikasi mekanika teknik, dimana tegangan
diasumsikan seragam pada permukaan dan arahnya
adalah tegak lurus terhadap sumbu pin.
Baut atau paku keling adalah jenis elemen yang
perhitungan tegangannya dianggap sebagai pin jika
gaya yang bekerja padanya adalah gaya geser. Namun
pendekatan ini tidak berlaku jika fungsi baut/paku
keling tersebut hanya sebagai pengencang saja dan
tidak mendapatkan gaya yang menyebabkan putus
geser
Sambungan pin
yang dapat
berputar.
Reaksi-reaksi pada
pin adalah gaya
geser bukan
momen
PUNTIRAN
Bila sebatang material mendapat beban puntiran, maka
serat-serat antara suatu penampang lintang dengan
penampang lintang yang lain akan mengalami pergeseran,
seperti ditunjukkan pada Gambar
AB = r q = l g
dengan
r = jarak serat dari sumbu netral (mm)
q =sudut lereng, pergeseran sudut pada penampang lintang
(rad), l = panjang poros (mm)
g = regangan geser (rad)
Sedangkan
g
dengan G
g = regangan geser (rad)
= tegangan geser (MPa)
G adalah modulus geser dalam (MPa)
Substitusi persamaan (3.1b) pada persamaan (3.1a) akan menghasilkan
G. r.q
l
Pada Gambar 2.1(b) diambil serat sembarang sekeliling
sumbu netral yang berjarak r dari sumbu netral dengan
tebal arah radial sebesar dr. Momen puntir yang
ditimbulkan oleh tegangan geser pada luasan tersebut.
inersia poler penampang lintangnya, dalam mm4, maka
persamaan (3.4) menjadi
G. J.q
T (N.mm)
l
G.q
Sedangkan dari persamaan dapat diperoleh ,
sehingga persamaan (3.6) akan menjadi l r
T .J (N.mm)
r
atau
T.r
(MPa)
J
dengan
= tegangan geser pada serat tertentu yang berjarak
r dari sumbu netral (MPa)
T = torsi yang bekerja (N.mm)
r = jarak serat dari sumbu netral (mm)
J = inersia poler penampang lintang (mm4)
2. Inersia Polar Silinder Pejal dan Pipa
Gambar di atas menunjukkan dua jenis penampang lintang poros
yang banyak dijumpai dalam praktek. Menurut persamaan besarnya
inersia polar adalah
Ro 4 Ro
r p Ro
J òr ( 2.p. r. dr ) 2.p.
2 4
4 2
r Ri
Ri Ri
p R p 4 p p 4
J r
4
R -0 Þ J . R4 .D
2 0 2 2 32
p p 4 p p
J
2
r
4 Ro
Ri
2
Ro - Ri
4
Þ J . Ro 4 - Ri 4
2
(32
) (
. Do 4 - Di 4 ) (3.11)
2. Arus Geser pada Poros Berdinding Tipis dengan Beban
Puntir
Sebagaimana pada persoalan tentang lenturan, maka di
sinipun arus geser memiliki pengertian yang sama, yaitu
tegangan geser, t , total yang bekerja pada sepanjang
tebal dinding batang, t , yang mengalami pembebanan
puntir.
T.r
persamaan, . Maka besarnya arus geser di A yang sama
J
besarnya dengan di B adalah
Ro Ro Ro Ro
T. r T. r 2.T r2
qA q B ò A.dr ò J ò p 4 4
( )
. dr . dr
( ) p -
4 4 2
Ri Ri Ri - Ri R o R i
2 Ro Ri
T
qA qB (N/mm)
(
p Ro + Ri
2 2
)
Dengan demikian tegangan rata-rata pada sepanjang tebal dinding pipa
pada suatu penampang lintang tertentu adalah
q T
(MPa)
(
Ro - Ri p Ro + Ri ( Ro - Ri)
2 2
)
Dengan
= tegangan geser rata-rata sepanjang tebal dinding pipa (MPa)
q = arus geser pada sepanjang tebal dinding poros pipa (N/mm)
Ro = jari-jari luar (mm)
Ri = jari-jari dalam (mm)
T = torsi yang bekerja poros (N.mm)
60.P 60.10 9
T= 39 788 736 N.mm
2.p.n 2.p.240
n = 0,3
E = 200 GPa = 200 000 MPa, maka
G = (E / 2) / (1 + n) = (2.105 / 2) / 1,3 = 76 923 MPa.
J
p
32 ( D o - D i )
4 4 p
32 {( 2 Di ) -( ) }
4
Di
4
p
15. Di 4
32 mm 4
Menurut persamaan (3.6), untuk syarat pertama akan didapat
G.J .q 76923.(15.p.D i 4 / 32 )(1.p /180)
T £ Þ 39788736 £
l 15.D i
39788736.32 .180
Di ³ 3
76923.p 2
Di > 67,08 mm
Diambil harga yang lebih besar, jadi menurut syarat
yang kedua, dan dibuat
Di = 80 mm dan Do = 165 mm
Menurut persamaan, besarnya arus geser
T 39788736
q 1506 N/mm
p( Ro 2 + Ri 2) ( )
p 82 .5 + 40
2 2
q 1506
35.45 MPa
Ro - Ri (82 .5 - 40 )
Tugas PR.
Sebuah poros memindahkan daya sebesar 1 MW pada
putaran 240 rpm. Modulus Young bahan 200 GPa dan
angka perbandingan Poisson 0,3. Sudut lereng tidak
boleh lebih dari 1o setiap panjang poros 15 kali
diameternya, dan tegangan geser tigak boleh lebih dari
50 MPa. Jika a. Poros adalah poros pejal, b. Poros
berbentuk pipa dengan diameter luar 1,5, dan 1,2 kali
diameter dalamnya. Tentukan ukuran poros serta
tegangan geser rata-rata pada poros tersebut !