Dyspnea (Sesak Nafas) Fix

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 35

DYSPNEA (SESAK NAFAS)

Pembimbing : dr S.S Indah M, Sp.P


FISIOLOGI (PROSES PERNAFASAN)
 Proses pernafasan meliputi 3 hal :
- Ventilasi
- Difusi
- Transpor
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
 Ventilasi  Difusi
- Tekanan udara - Luas permukaan paru
atmosfer - Tebal membran
- Jalan nafas yang respirasi
bersih - Jumlah sel darah
- Pengembangan paru - Afinitas
yang adekuat - Keadaan/ jumlah
kapiler darah
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
TRANSPOR

 Curah jantung (CO)


 Jumlah sel darah merah

 Hematokrit darah

 Latihan (exercise)
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERNAFASAN

 Lingkungan
 Gaya hidup

 Obat2an (narkotika)

 Perubahan / gangguan fungsi pernafasan

 Perubahan pola nafas

 Obstruksi jalan nafas


 Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
 Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler
paru
 Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan
dari sel jaringan.
 Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas
dan obstruksi sebagian jalan napas.
 Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di
dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat
berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh
darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah
satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab
lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat
sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga
karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
 Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit,
dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh
kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang
adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral
dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum
terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
DYSPNEA
DEFINISI
 Suatu istilah yang menggambarkan suatu
persepsi subjektif mengenai
ketidaknyamanan bernafas yang terdiri dari
berbagai sensasi yang berbeda intensitinya
 Merupakan hasil interaksi beberapa faktor
fisiologi, psikologi, sosial, dan lingkungan dan
dapat menginduksi respon fisiologis dan perilaku
sekunder
Comroe (1996)
 “...bukan takipnea, bukan hiperkapnea dan
bukan hiperventilasi tapi pernafasan yang
sulit, sejenis pernafasan yang tidak
menyenangkan maupun menyakitkan
 sensasi dispnea berawal dari aktivasi sistem
sensorik yang terlibat dalam sistem respirasi
 informasi sensorik sampai pada pusat
pernapasan di otak dan meproses respiratory –
related signals dan menghasilkan pengaruh
kognitif, kontekstual, dan perilaku sehingga
terjadi sensasi dispnea.
EFFERNT & AFFERENT SIGNAL CONTRIBUTE TO
THE SENSATION OF DYSPNEA
ETIOLOGI

Gagal jantung
Hiipertrofi ventrikel kiri
Penyakit arteri koroner
Hipertrofi
KARDIAK Kardiomiopati
Perikarditis
Disfungsi katup
Aritmia

Penyakit paru obstruktif kronik


(PPOK)
PULMONAL Asma
Penyakit paru restriktif
Penyakit paru herediter
Pneumotoraks
Efusi pleura

PPOK dengan hipertensi pulmonal


KARDIAK & PARU atau cor pulmonale
Emboli paru kronik
Trauma
Kondisi metabolik, misal asidosis
metabolik, hipertiroidism
Nyeri
Penyakit neurmuskular, misal muscular
NON KARDIAK & PARU
dystrophy syndrome,
Penyakit otorinolaringeal
GERD
Penyakit hati, misal sirosis hati
Penyait ginjal, misal gagal ginjal akut
(AKI), gagal ginjal kronis (CKD)

DRUG INDUCE

Gelisah
FUNGSIONAL Panic
hiperventilasi
PATOFISIOLOGI DYSPNEU
KEMORESEPTOR
METABORESEPTOR

 Metaboreseptor berada pada otot rangka.


Aktivitasnya biasanya diinduksi oleh produk
akhir metabolisme.
 Sensasi dispnea disinyalir berasal dari
metaboreseptor yang ada pada otot rangka.
Namun, kondisi detailnya belum terlalu
diketahui.
VAGAL RECEPTOR
o Ada setidaknya empat atau lima tipe-tipe
reseptor pernapasan selain reseptor tersebut
yang diinervasi nervus vagus. Reseptor-reseptor
ini disinyalir mampu menimbulkan sensasi
dispnea, meskipun mekanismenya sendiri masih
kompleks. Reseptor-reseptor utaanya
adalah Slowly Adapting Stretch
Receptors (SARS), Rapidly Adapting Stretch
Receptors (RARs), dan Reseptor Serat-C.
RESEPTOR DINDING DADA
 Sinyal aferen dari mekanoreseptor di sendi,
tendon, dan otot dada berlanjut ke otak dan
dapat menyebabkan dispnea. Sebagai contoh,
sinyal aferen dari otot interkostal (grup I, II,
atau keduanya) memiliki jaras langsung ke
korteks serebral.

 Vibrasi dari dinding dada mengaktivasi muscle


spindle. Aktivasi ini dapat menginduksi sensasi
dispnea
KLASIFIKASI

 Dispnea akut : sesak nafas yang berlangsung


kurang dari 1 bulan
 Dispnea kronik : Sesak nafas yang berlangsung
lebih dari 1 bulan
PENILAIAN TERHADAP SESAK NAFAS (DYSPNEU)
Kategori fisiologik penyakit penyebab dyspnea

 Ganguan mekanik terhadap proses ventilasi


 Gangguan pengembangan dinding dada atau
diafragma
 Peningkatan respiratory drive

 Ventilasi rugi (wasted ventilation)

 Disfungsi psikologik
Ganguan mekanik terhadap proses ventilasi

 Obstruksi aliran nafas (sentral atau perifer)


Asthma,ppok
Tumor endobronkial
Sianosis trakea/ laring
 Gangguan pengembangan paru (stiff lung)
Interstitial fibrosis
Gagal jantug kiri
Tumor limfangitik
 Gangguan pengembangan dinding dada
atau diafragma
- Penebalan pleura
- Kifosoliosis
- Obesitas
- masa intraabdomen
- kehamilan
kelemahan pompa nafas

 Absolut  Relatif
- Riwayat poliomielitis - Hiperinflasi
- Penyakit - Efusi pleura
neuromuskular - pnemothorax
(sindrom guillan bare,
muscular dystrophy,
SLE, hipertiroidisme)
Peningkatan respiratory drive

 Hipoksemia
 Asidosis metabolik (penyakit ginjal, anemia,
penurunan curah jantung)
 Stimulasi reseptor intra pulmoner (infiltrative
lung disease, hipertensi pulmoner, edema paru)
Ventilasi rugi (wasted ventilation)

 Destruksi kapiler ( misal pada emfisema,


interstitial lung disease)
 Obstruksi pembuluh darah besar (Misal emboli
paru, vaskulitis pulmoner)
Disfungsi psikologik

 Somatisasi
 Ansietas

 Depresi
pendekatan diagnostik dispnea

 Imaging studies

 Ventilation-perfusion lung scanning


 Gallium lung scanning
 Sinus CT scanning

 Cardiac evaluation
 Exercise testing
 Echocardiogram
 Rhytm monitoring
Diagnosis banding dispnea

 Cardiac : Congestive heart failure, coronary


artery disease, arythmia, pericarditis, acute
myocardial infarction
 Pulmonary: COPD, pneumonia, pneumothorax,
pulmonary embolism, pleural effusion, metastatic
disease, pulmonary edema, GERD with
aspiration, restrictive lung disease
 Psycogenic: Panic attack, hyperventilation, pain,
anxiety
 Upper airway obstruction : epiglotitis, foreign
body, croup, epstein barr virus
 Endocrine: metabolic asidosis

 Central : Neuromuscular disorder, pain, aspirin


overdose
 Pediatric : bronchiolitis, croup, epiglotitis, foreign
body aspiration
Algoritma

1. Dispnea Akut
Penatalaksanaan

 Penatalaksaan
simptomatis
antara lain:
- Pemberian oksigen
3 lt/menit untuk
nasal, atau 5
lt/menit dengan
sungkup
- Mengurangi
aktifitas yang dapat
menyebabkan sesak
dengan tirah baring.
- Posisi
- Bronkodilator
- Edukasi
- Psikoterapi
THANK YOU

You might also like