Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 33

RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo/ FK UNSOED


2016
 Mielum/ medulla spinalis, tonjolan otak yang
menjadi penghubung antara otak dengan
bagian perifer (organ tubuh/ ekstrimitas).
 Berisi serabut asendens (sensorik), motorik
(desendens) dan serabut otonomik.
 Mielum dapat terganggu oleh proses infeksi
maupun proses non infeksi
 Mielitis, adalah proses radang yang me-
nyerang substansia alba maupun substansia
grisea
Mielopati, kelainan mielum karena proses
toksik, mekanik, metabolik atau nekrosis.
Tidak didapakan gejala maupun tanda
radang/ infeksi. Lebih menonjol gejala non inf
Bila yang terkena substansia alba
leukomielitis
Bila substansia griseapoliomielitis (sekarang
untuk poliomielitis anterior akuta).
 Mielitis yang mengenai banyak segmen 
mielitis diffusa.
 Mielitis yang disertai radang selaput otak
meningomielitisis
 Radang selaput otak beserta radiks saraf
meningoradikulitis.
 Perjalanan penyakit.
 Virus penyebab
 Penyebab yang belum dikeahui.
 Sekunder karena infeksi selaput otak.
 Akut  sampai 2 minggu
 Sub akut 2-4 minggu
 Khronis lebih dari 4-6 minggu.
 Pasca infeksi/ imunisasi
 Sklerotik multipleks
 Proses degeneratif/ nekrosis.
 Mielitis Luetika
 Mielitis piogen/ supuratif
 Mielitis tuberkulosa.
 Mielitis karena jamur, parasit
 Poliomielitis
 Herpes Zooster.
 Rabies
 Lokasi paling banyak dibawah regio thorax
 Edema dan hiperemi, pada kasus berat dapat
terjadi perlunakan jaringan.
Pada jaringan meningens terjadi kongesti dan
infiltrasi sel radang.
Pada jaringan mielum terjadi trombosis
pembuluh darah, dengan infiltrasi sel radang
perivaskular serta edema.
Keterlibatan sel ganglion dan substansia grisea
tergantung kuman penyebabnya.
 Kerusakan sebagian akan menimbulkan
gangguan saraf motorik, saraf sensorik atau
otonom (gangguan miksi, defekasi dan fungsi
seksual)
 Di awali dengan demam dan tanda infeksi
 Pada mielitis transversa/ kerusakan melintang
dari 1 segmen medula spinalis akan di
dapatkan kelemahan otot tipe LMN pada otot
yang di persarafi karena kerusakan motor
neuron
 Dibawah lesi didapat kelemahan tipe UMN
 Dapat terjadi kelumpuhan kedua tungkai.
 Pada permulaan didapat hiporefleksi atau
arefleksi dibawah lesi yang kemudian secara
perlahan berubah menjadi hiperrefleksi disertai
munculnya reflek patologis
 Pada lesi total akut pada medulla spinalis akan
terjadi spinal syok, semua fungsi dibawah lesi
akan terhenti (Otot lemas, arefleksi,retensio uri
et alvi. Berlangsung 2-6 minggu dan perlahan
lahan fungsi akan kembali;
 Didapat hiper algesia pada kulit yang sesuai
dengan dermatom medulla spinalis yang
terkena.
 Pada mielitis asenden terjadi kelainan sensorik
dan motorik menjalar ke arah rostral.
 Ada tanda dan gejala radang, disertertai
gangguan motorik LMN pada permulaan
penyakit, gangguan sensorik serta gangguan
otonom.
 Pungsi Lumbal, pemeriksaan sel, protein,
kultur untuk mencari penyebab.
 Pemeriksaan radiologis rontgen vertebra, CT
Scan / MRI kolumna vertebralis.
 Poliomielitis anterior akuta, kelumpuhan LMN
dan asimetris.
 Mielitis luetica, karena kuman sifilis, test
serologis sifilis positif.
 Ensefalomielitis, didapat tanda dan gejala
radang otak.
 Sklerosis multipleks, didapat nistagmus dan
kelainan neurologis yang mengalami remisi
dan eksaserbasi
 Bila lumpuh perawatan paraplegi.
 Bila diketahui penyebabnya beri pengobatan
spesifik.
 Penyebab belum diketahui, beri antibiotika
spektrum luas. Bisa Kombinasi dengan
antibiotika untuk gram negatif dan antivirus.
 Makanan tinggi kalori dan protein .
 Retensio uri kateterisasi dauer catheter atau
indwelling catheter
 Gangguan defekasi , masase kolon, kalau perlu
feses dikeluarkan dengan jari. Bila ada konsti-
pasi beri obat pelunak feses atau lavement
 Cegah terjadinya ulkus dekubitus.
 Fisioterapi
 Psikoterapi
 Masase otot
 Tergantung penyebab serta kerusakan yang
terjadi.
 Prognosa buruk pada infeksi piogenik atu
mielitis asendens
 Penderita yanga disertai gangguan sfingter,
infeksi kandung kemih , dan dekubitus.
 Perlekatan membran arakhnoid dengan
jaringan saraf disekitarnya medulla spinalis/
radiks oleh karena peradangan atau inflamasi
 menimbulkan rasa nyeri yang sang hebat
 Iritasi bahan kimia
 Infeksin bakteri/virus.a
 Kerusakan tulang vertebra.
 Penekanan khronis pada saraf spinal.
 Komplikasi operasi/ tindakan invasiv lain.
Infeksi bahan kimiawi
Infeksi bakteri/virus
Kerusakan langsung pada tulang belakang
Penekana kronis pada medulla / saraf spinal
Komplikasi operasi/ tindakan invasiv

Inflamasi/ radang Perlengketan/


perlekatan
jaringan
 Bila mengenai 1 atau 2 nai radik sraraf spinal/
radik sensorik  nyeri radikuler pada
dermatoma yang terkena.
 Rasa ketat atau seperti di ikat pada otot yang
terlibat.
 Rasa panas atau nyeri pada tungkai atau pun
punggung bawah.
 Bila mengenai radik anterior  rasa tebal/
ringan pada miotom yang bersangkutan
 Kaku/ gerakan (twitching) atau spasme otot
 Terjadi gangguan bowel, bladder atau fungsi
sexual.
 Pada tahap yang berat bisa terjadi paraparesis,
paralisis tungkai.
 Bila terdadi di daerah otak, gejala klinis yang
terjadi tergantung tempat terjadinya.
 Gejala klinis.
 Pemeriksaan CSS dengan punsi lumbal .
 Pemeriksaan roentgen thorax dan tulang
belakang.
 CT Scan dan MRI
 Penyakit ini sulit diobati dan hasil pengobatan
sulit diramal.
 Fokus pengobatan adalah pengobatan nyeri
dan perbaikan fungsi. Direkomendasi : Obat
penghilang nyeri, fisioterapi dan psikoterapi.
 Operasi hasil tidak memuaskan dan bersifat
sementara
 Bisa dicoba injeksi kortikosteroid dan stimulasi
listrik
 Sulit ditebak
 Dengan operasi ke sembuhan sementara
 Perkembangkeparahan pola nyeri dan
keparahan sulit ditebak.
TERIMA KASIH

You might also like