Hubungan Keaktifan Lansia Mengikuti Senam Lansia Terhadap Fungsi Psikososial Lansia Di Posyandu Lansia Wiroborang Probolinggo

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

HUBUNGAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI

SENAM LANSIA TERHADAP FUNGSI PSIKOSOSIAL


LANSIA DI POSYANDU LANSIA WIROBORANG
PROBOLINGGO
Oleh Sindhu Agung Laksono
LATAR BELAKANG
Proses menua merupakan proses selama hidup, tidak hanya dimulai
pada waktu tertentu namun juga dimulai saat kita lahir (Nugroho, 2008: 11).
Pada lansia akan terjadi masalah kesehatan pada aspek biologi namun selain
itu juga mengalami masalah pada aspek psikososial (Zulfitri, 2011:21). Pada 2
aspek tersebut memiliki hubungan yang sangat erat (Potter, Patricia A & Anne
G. Perry, 2009: 317) Aktifitas senam lansia selain dapat mempengaruhi dalam
fungsi fisik jg mempengaruhi dalam fungsi psikososial seperti ketengangan
jiwa, peningkatan intregritas sosial (Yanuarita, 2012). Senam lansia dapat
meningkatkan kemampuan daya ingat, kemampuan bahasa selain itu juga
memperlancar aliran darah keotak. Aktifitas senam lansia selain dapat
mempengaruhi dalam fungsi fisik jg mempengaruhi dalam fungsi psikososial
seperti ketengangan jiwa, peningkatan intregritas sosial (Yanuarita, 2012).
Kegiatan senam lansia di Posyandu Lansia Wiroborang Probolinggo, masih
terdapat lansia yang tingkat keaktifannya kurang.
• Menurut WHO pada tahun 2000, diperkirakan penduduk usia lanjut di seluruh
dunia sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8%. Jumlah ini akan meningkat
hampir dua kali lipat pada tahun 2025, yaitu menjadi sekitar 828 juta jiwa
atau sekitar 9,7% dari total penduduk dunia. Hasil sensus penduduk tahun
2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah
18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,39% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44
juta jiwa. Peningkatan skala lansia yang menderita penyakit kronis juga
merdampak langsung pada psikososial lansia. Hal itu dapat dibuktikan
gangguan psikososial yang cenderung ditemukan pada lansia adalah:
kurang percaya diri saat bersosialisasi dengan lingkungan sosial karena
kecacatan fisik (42,9%), kecemasan karena merasa atau sadar terhadap
kematian (37,1%), timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
(36%), harga diri rendah akibat kehilangan jabatan (32%) (Zulfitri, 2011).
• Kurangnya keaktifan lansia dalam mengikuti aktivitas senam lansia
disebabkan oleh faktor fisik lansia yang menurun, faktor lokasi tempat
tinggal dengan tempat posyandu yang jauh, faktor dukungan keluarga dan
masyarakat yang kurang, serta kurangnya kemandirian lansia dalam
berinteraksi dengan masyarakat. Permasalahan yang timbul akibat
kurangnya minat lansia dalam mengikuti senam lansia adalah lansia
menjadi kurang aktif dalam kegiatan sosial, lansia merasa tidak dihargai,
lansia mudah terserang penyakit, dan lansia mudah mengalami depresi,
sedangkan lansia yang memiliki minat mengikuti senam lansia dengan baik
dan aktif cenderung dapat aktif dalam kegiatan sosial, lansia merasa
dihargai, dan merasa diperhatikan (Kusnandi, 2012: 17). Keaktifan lansia
dalam mengikuti senam lansia merupakan kegiatan yang memiliki makna
penting dalam meningkatkan kesehatan jiwa dan kebugaran jasmani lansia
(Kusnandi, 2012).
• Keaktifan lansia dalam mengikuti senam otak lansia merupakan suatu proses
untuk memperlambat kemunduran dan penurunan fungsi fisik dan
psikososial seseorang, sehingga lansia masih dapat produktif dalam
pekerjaan, tidak rentan terhadap penyakit, dan tidak banyak bergantung
pada orang lain (Yanurita, 2012). Hal yang diperlukan untuk meningkatkan
kemauan lansia dalam melakukan senam lansia secara aktif, diperlukan
motivasi dari diri lansia akan manfaat senam lansia bagi tubuh dan
psikososial lansia, motivasi keluarga dan mayarakat untuk mendampingi dan
mengingatkan lansia jika lupa jadwal senam di posyandu lansia. Apabila
lansia mampu memotivasi diri untuk melakukan aktivitas senam lansia
secara baik dan teratur, maka lansia akan termotivasi untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan belajar membiasakan diri untuk berinteraksi dengan
masyarakat, sehingga lansia mampu memiliki kepercayaan diri yang baik
(Maryam, et al, 2008).
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Menganalisis hubungan keaktifan lansia mengikuti senam lansia terhadap
fungsi psikososial lansia di Posyandu Lansia Wiroborang Probolinggo.
Tujuan Khusus
• Mengidentifikasi keaktifan lansia mengikuti senam lansia pada lansia di
Posyandu Lansia Wiroborang Probolinggo.
• Mengidentifikasi fungsi psikososial lansia di Posyandu Lansia Wiroborang
Probolinggo.
• Menganalisis hubungan keaktifan lansia mengikuti senam lansia terhadap
fungsi psikososial lansia di Posyandu Lansia Wiroborang Probolinggo.
KONSEP KEAKTIFAN

• Keaktifan berkaitan dengan fisik dan mental selain itu melakukan proses
berpikir dan berbuat adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan.
(Saputri, 2009).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERBENTUKNYA PERILAKU KEAKTIFAN
• Pengetahuan
• Nilai Budaya
• Kepercayaan
• Pendidikan
• Sosial Ekonomi
• Ketersediaan Sarana dan Prasarana
• Jarak dan Keterjangkauan Tempat Pelaksanaan Kegiatan (Posyandu)
KONSEP PSIKOSOSIAL

• Psikososial adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian


pada situasi yang dihadapinya meliputi peran yang diharapkan atau
diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya
(Birren dan Jenner, 1977, dalam Nugroho, 2008)

• Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya


dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Seorang lansia yang
mengalami pensiun (purnatugas) akan merasa mengalami kehilangan
FAKTOR PSIKOSOSIAL PADA
LANSIA
• Kondisi sosial ekonomi yang rendah.
• Masalah hubungan interpersonal (antar pribadi), hubungan antar sesama yang tidak baik dapat
merupakan sumber stres, misalnya hubungan yang tidak serasi, tidak baik, dan lain sebagainya.
• Masalah pekerjaan, kehilangan pekerjaan (PHK, pensiun).
• Masalah lingkungan hidup, kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan.
• Masalah keuangan, pendapatan lebih kecil dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan
usaha, dan lain-lain.
• Masalah hukum, keterlibatan seseorang dalam hukum dapat merupakan sumber stres, misalnya
tuntutan hukum, pengadilan, penjara, dan lain sebagainya.
• Masalah perkembangan, tahapan perkembangan baik fisik maupun mental seseorang (siklus
kehidupan), misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause, usia lanjut.
• Masalah penyakit fisik atau cedera, berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan atau cedera
yang mengakibatkan ketidakmampuan dapat mengakibatkan stres.
• Masalah keluarga, orang tua dapat mengalami stres, cemas, dan depresi yang disebabkan
karena kondisi keluarga yang tidak harmonis.
KONSEP SENAM LANSIA
• Senam adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-
hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan
tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik. Senam lansia
adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran
jantung-paru, peredaran darah, kekuatan otot, dan kelenturan sendi
(Maryam, et al, 2008)
EFEK SENAM LANSIA TERHADAP
FISIOLOGIS TUBUH
• Apabila seseoran melakukan aktivitas fisik, sinyal saraf langsung merangsang
pusat pernafasan dalam tingkat yang sesuai dengan penyediaan
kebutuhan oksigen tambahan yang di butuhkan selama aktivitas fisik dan
akan membuang karbondioksida ekstra (Guyton, 2008: 18).

Gas Jumlah yang di Hirup Jumlah yang di


Hembuskan
Nitrogen 79% 79%
Oksigen 20% 16%
Karbondioksida 0-0,4% 4-0,4%
• Latihan eaerobik atau senam dapat mengurangi stres karena selama latihan
dilakukan akan terjadi peningkatan detak jantung dan bertambahnya pasokan
oksigen yang memenuhi jantung (Wiarto, 2013: 159). Saat oksigen memenuhi
jantung, akan dikirim sinyal melalui hipofisis untuk mengelurkan hormon edofrin..
Hormon endofrin adalah suatu zat yang disintesis dan disimpan di dalam otak.
Hormon endofrin dapat dikeluarkan saat dalam keadaan stres olahraga ynag
bersifat aerobik. Zat ini mempunyai peran utama yaitu menekan rasa sakit dan
memperbaiki suasana hati. Hal ini karena hormon endofrin memiliki sifat
farmakologis seperti halnya morfin. Meskipun memiliki peran dalam menghilangkan
rasa sakit, hormon endofrin juga menyebabkan adiksi atau rasa ketagihan. Apabila
seorang atlet memiliki kadar hormon endofrin yang tinggi, maka akan timbul rasa
khawatir dan depresi akan hilangnya kesegaran jasmaninya, sehingga dalam
keadaan cidera atau sakit, atlet tersebut mempunyai kecenderungan untuk
melakukan latihan (Wiarto, 2013
MANFAAT SENAM LANSIA
• Manfaat Fisiologis
Manfaat langsung dapat membantu mengatur kadar gula darah, merangsang
adrenalin dsn noradrenalin, peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
Manfaat jangka panjang dapat meningkatkan daya tahan aerobik/kardiovaskuler,
kekuatan otot rangka, kelenturan, keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga
dapat mencegah terjadinya kecelakaan (jatuh), kelincahan gerak.
• Manfaat Psikologis
Manfaat langsung dapat membantu memberi perasaan santai, mengurangi
ketegangan dan kecemasan, meningkatkan perasaan senang.
Manfaat jangka panjang dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani secara
utuh, kesehatan jiwa, fungsi kognitif, penampilan dan fungsi motorik, keterampilan.
KETENTUAN SENAM LANSIA
• Latihan senam harus di senangi/di minati.
• Latihan senam harus di sesuaikan dengan kondisi kesehatan (kelainan/penyakit).
• Latihan senam sebaiknya bervariasi.
• Latihan senam sebaiknya bersifat aerobik, yaitu berlangsung lama dan ritmis (berulang-ulang).
• Anjuran latihan senam yang baik adalah sebagai berikut:
• Lama latihan minimal 15-45 menit secara berulang.
• Frekuensi latihan 3-4 kali/minggu (belum termasuk pemanasan dan pendinginan).
• Awal latihan di lakukan pemanasan dahulu, peregangan, kemudian latihan inti. Pada akhir latihan di lakukan
pendinginan dan peregangan kembali (memeriksa tekanan darah dan nadi penting di lakukan terlebih
dahulu).
• Sebelum melakukan latihan, minum terlebih dahulu untuk mrnggantikan keringat yang hilang. Bila
memungkinkan, minumlah air sebelum, selama, dan sesudah berlatih.
• Latihan dilakukan minimal 2 jam setelah makan agar tidak mengganggu pencernaan. Apabila latihan pagi
hari, maka tidak perlu latihan sebelumnya.
• Latihan diawasi oleh seorang pelatih agar tidak terjadi cedera.
• Latihan dilakukan secara lambat, tidak boleh eksplosif, di samping itu gerakan tidak boleh menyentak dan
memutar terutama untuk tulang belakang.
• Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan dan tipis serta jangan memakai pakaian tebal dan
sangat menutup badan
• Hipotesis penelitan
Ada hubungan antara
keaktifan lansia mengikuti
senam lansia terhadap
fungsi psikososial lansia di
Posyandu Lansia Wiroborang
Probolinggo
DESAIN PENELITAN
• Penelitian ini menggunakan penelitian non eksperimental dengan desain
penelitian analitik observasional menggunakan metode pendekatan cross
sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor
resiko/paparan dengan efek.
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

• Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal ...........sampai ................. di


Posyandu Lansia Wiroborang Probolinggo. Pertimbngan memilih Posyandu
Lansia Wiroborang Probolinggo, dikarenakan dapat mewakili Posyandu
Lansia yang ada di daerah lain dan memiliki jumlah lansia yang cukup,
sehingga dapat memudahkan peneliti dalam pengumpulan data.
POPULASI
• Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengikuti kegiatan
Posyandu Lansia Wiroborang Probolinggo sebanyak 30 orang.
SAMPEL
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian lansia yang mengikuti kegiatan
Posyandu Lansia Wiroborang Probolinggo yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kriteria inklusi
• Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
• Lansia yang berusia > 60 tahun.
• Lansia yang mampu melaksanakan kegiatan senam dari awal dimulai hingga akhir
senam (tahap pemanasan hingga tahap pendinginan).
• Lansia yang bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi
• Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
• Lansia yang mengalami kelemahan atau kecacatan secara fisik maupun mental.
• Lansia mengalami demensia.
Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
Operasional

Independent: Jumlah kehadiran Tingkat kehadiran Daftar Ordinal Skor:


Keaktifan lansia (aktif & rutin) lansia yang Absensi 1= Aktif (5-6x hadir)
mengikuti lansia yang diukur dianjurkan dalam (Dokumen pada bulan April-
senam lansia dengan daftar melaksanakan tasi) Juni 2013.
absensi selama kegiatan senam 2= Cukup aktif
melaksanakan lansia di Posyandu (3-4x hadir)
kegiatan senam Lansia Wiroborang pada bulan April-
lansia di Probolinggo selama Juni 2013.
Posyandu Lansia periode bulan April- 3= Tidak aktif
Wiroborang Juni 2013 (0-2x hadir)
Probolinggo pada bulan April-
Juni 2013.
Dependent: Manfaat yang di Penilaian psikososial kuesioner Ordinal Kuesioner terdiri dari 13
Fungsi psikososial dapat secara lansia : item pertanyaan dengan
lansia psikososial apabila 1. Kesedihan. menggunakan inventaris
lansia mengikuti 2. Pesimisme. depresi beck.
senam secara aktif & 3. Rasa kegagalan. Setiap pilihan
rutin. 4. Ketidakpuasan. pertanyaan, di berikan
5. Rasa bersalah. penilaian:
6. Tidak menyukai diri a=3
sendiri. b=2
7. Membahayakan c=1
diri sendiri. d=0
8. Menarik diri dari Penilaian depresi lansia
lingkungan sosial. dapat dikategorikan
9. Keragu-raguan. sebagai berikut:
10. Perubahan 1= 0-4 : depresi tidak
gambaran diri. ada atau minimal.
11. Kesulitan kerja. 2= 5-7 : depresi ringan.
12. Keletihan. 3= 8-15 : depresi sedang.
13. Anoreksia. 4= >16 : depresi berat.
INSTRUMEN
• Instrumen penelitian yang digunakan berupa daftar absensi (dokumentasi)
dan kuesioner. . Observasi yang dilakukan adalah mengukur tingkat
keaktifan lansia dalam melaksanakan kegiatan senam lansia dengan
menggunakan data daftar hadir absensi Posyandu (dokumentasi).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
disusun oleh peneliti dengan cara menggunakan alat ukur yang sudah ada
TERIMAKASIH

You might also like