Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

Kerangka Kelembagaan
Transportasi Perkotaan
Dr. Rahayu Sulistyorini, ST., MT.
Shahnaz Nabila Fuady, ST., MT.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


UU 22/2009 menegaskan bahwa “negara
bertanggung jawab atas lalu-lintas dan
angkutan jalan”, sedangkan “pemerintah
melaksanakan pembinaannya”
(perencanaan, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan)
pasal 5 ayat 1-2

“Pemerintah menjamin ketersediaan


angkutan massal berbasis jalan untuk
memenuhi kebutuhan angkutan orang
dengan kendaraan bermotor umum di
kawasan perkotaan”
pasal 158 ayat 1

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Kelembagaan yang lemah
merupakan suatu sumber
permasalahan yang menjadi
sorotan dalam sistem transportasi
perkotaan di Indonesia
(World Bank, 2006)

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Visi/ Pencapaian Tujuan
Visi individu dan kelembagaan yang ingin dicapai adalah:

• Mekanisme kelembagaan yang efektif (diisi individu yang bertaqwa, jujur, cerdas,
santun, terbuka, lugas) dan optimal (target pencapaian jelas, koordinasi maksimal,
kesalahan minimal, proses terukur, apresiasi tinggi)
• Koordinasi dalam perencanaan dan pengelolaan sistem transportasi perkotaan
(optimalisasi pelayanan angkutan umum, pembatasan kendaraan pribadi,
perbaikan NMT, angkutan barang dan integrasi antar moda) berjalan maksimal.
• Mekanisme rentang kendali yang berjalan baik (vertikal dan horisontal) berjalan
dengan efisien.
• Mencegah ekonomi biaya tinggi karena sulitnya perizinan dan pungli tetapi
mendorong kemudahan investasi dan perbaikan pelayanan terhadap semua
sektor moda transportasi perkotaan.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Strategi

Strategi perbaikan kelembagaan


transportasi perkotaan dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor sukses dan
tahapannya. Strategi perbaikan
kelembagaan dilakukan terhadap
angkutan umum, angkutan barang,
pembagian kewenangan pusat- daerah
dan kelembagaan untuk investasi.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Faktor-faktor sukses kelembagaan angkutan umum
Manajemen angkutan umum yang efektif, dapat dicapai melalui :

Perlunya sebuah kemauan politik yang sangat kuat secara keseluruhan. Hal ini tercermin
dari visi dan motto transportasi perkotaan yang jelas.

Kerangka regulasi dan kebijakan yang memiliki dasar hukum untuk menetapkan kewajiban
bagi stakeholder transportasi perkotaan, melalui mekanisme teguran dan insentif yang
tepat. Kebijakan dalam bentuk Masterplan Transportasi Perkotaan harus tersedia dan
secara bertahap dan konsisten terimplementasikan.

Hukum yang koheren. Keseragaman kebijakan yang diambil dari atas mulai pemerintah
pusat (menhub), pemerintah kota (walikota) sampai jajaran pelaksana dibawah seirama
dalam implementasi prioritas pengembangan transportasi perkotaan.

Pengawasan yang efektif. Pengawasan dilakukan terhadap tahapan perencanaan,


administrasi, hukum, kelembagaan,keuangan dan manajemen melalui mekanisme yang
transparan, tidak pandang bulu, rutin, teratur dan bertahap.

Pemisahan fungsi kewenangan yang tegas dan jelas antara berbagai tingkatan hierarki
atau lembaga yang terkait

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Tahapan Evolusi Kelembagaan Angkutan Umum

Tahap 2 : Tahap ini telah dilakukan konsolidasi


Tahap 1: Kondisi eksisting institusi dalam bentuk perkuatan legislasi, sehingga
angkutan umum saat ini, dimana angkutan angkutan umum berbentuk perusahaan yang
umum didominasi oleh angkutan individual memiliki tanggung jawab yang lebih jelas, dan
mengikat seluruh anggotanya

Tahap 3: Tahap ini telah menempatkan Tahap 4: Tahap ini berupa pengembangan tahap 3,
karena UPTD saat itu telah dikembangkan untuk
satu badan berupa “management company”
melayani bukan saja angkutan umum tetapi juga
untuk melakukan proses implementasi SPM,
menangani TDM (transportation demand
lelang dan kontrak kepada seluruh operator
management), sehingga memerlukan management
angkutan umum.
company tersendiri

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Pembentukan Otoritas Angkutan Umum
dilakukan untuk mengatasi berbagai berbagai
keterbatasan sumber daya, keterbatasan kemampuan
administrasi dan tekanan politik pemerintah dalam
jangka pendek. Otonomi memiliki kebebasan untuk
mengelola sumber daya tersebut dengan cara yang
paling efektif untuk mencapai tujuan.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI
Pembagian peran antara OTP dan PTC dikakukan melalui
mekanisme:

a) Dibentuk di bawah arahan kementerian perhubungan.


b) Sumber daya berasal dari personil ahli transportasi dan
berpengalaman dari beberapa kota/ pemerintah daerah

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Fungsi utama OTP adalah untuk :
1.) mengkoordinasikan perencanaan transportasi pada tingkat pemerintah
setempat yang tergabung ke dalamperencanaan transportasi daerah,

2.) melakukan penelitian dan survey untuk perencanaan transportasi,

3.) mengkoordinasikan penelitian di wilayah yang akan digunakan untuk


perencanaan transportasi terpadu, dan

4.) menyusun perencanaan transportasi terpadu, termasuk


pengembangan jaringan jalan, pengembangan rel kereta api (MRT, LRT
dan kereta bawah tanah), manajemen lalu-lintas dan manajemen sistem
angkutan umum

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Public Transport Council, adalah sebuah organisasi yang
dibentuk mengawasi permasalahan angkutan umum
dan memiliki tanggung jawab utama untuk :
1.) merencanakan trayek angkutan umum sesuai dengan kebutuhan
perjalanan (demand)
2.) menetapkan standard pelayanan minimum (SPM) pelayanan
angkutan umum,
3.)menerbitkan izin dan mengontrol angkutan umum dengan izin
trayek bus, izin usaha angkutan umum, izin pengembangan terminal
bus, dan sebagainya,
4.) menetapkan rumusan tarif angkutan umum untuk mendapatkan
pengesahan dari pemerintah daerah

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Balai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

PP 38/2007 teleh menegaskan pembagian peran pemerintah pusat dan daerah


dalam pembinaan sistem transportasi perkotaan. Tugas pembinaan transportasi
pada jalan nasional berada pada kewenangan Kemenhub. Untuk
merasionalisasikan pelaksanaan tugas tersebut agar dapat berfungsi dengan
maksimal pemerintah perlu membentuk Balai Besar Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (LLAJ).

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Fungsi Balai Besar LLAJ adalah:
• Penyiapan data dan informasi sebagai bahan penyusunan program penanganan
lalu-lintas dan angkutan jalan nasional serta pelaksanaan perencanaan dan
pengawasan teknis pembangunan prasarana lalu-lintas dan angkutan jalan
• Pelaksanaan konstruksi, pengendalian operasi dan pemeliharaan prasarana lalu-
lintas dan angkutan jalan.
• Pelaksanaan penerapan sistem manajemen mutu dan pelaksaan konstruksi
prasarana lalu-lintas dan angkutan jalan.
• Penyediaan, pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan bahan dan peralatan
lalu-lintas dan angkutan jalan, serta pelaksanaan pengujian mutu konstruksi.
• Penatausahaan administrasi kepegawaian, organisasi dan tata laksana kerja,
keuangan, barang milik/kekayaan negara dan urusan rumah tangga serta
pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI
Partisipasi Masyarakat
Unit Pemerintah tingkat lokal terkecil, seperti RT / RW dan kelurahan,
ikut terlibat untuk memetakan kelayakan jalan lingkungan, yang
meliputi kebutuhan akan trotoar, hambatan dan potensi untuk
melakukan peningkatan jalan, perbaikan lapis permukaan jalan .
perbaikan iklim skala mikro . Penyebaran dan integrasi dari proses
pengembangan kebijakan termasuk beberapa kementerian yang
memayungi sejumlah departemen pada kota dan tingkat provinsi.
Menyelaraskan kebijakan antara para pelaku ini dianggap sebagai
suatu kondisi untuk saling mendukung dan koordinasi yang diperlukan
untuk keberhasilan menerapkan semua langkah-langkah kebijakan.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Institusi Pengelola Road Transport
Fund
Road transport fund adalah dana yang diperoleh dari pengelolaan transport
management tools (TDM, termasuk road pricing, parking management, dll). Masing-
masing kementerian yang bertanggung jawab melakukan secara cermat upaya untuk
memanfaatkan road transport fund untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi dan
sepeda motor melalui perbaikan sistem pelayanan angkutan umum dan NMT.

Road transport fund dapat dimanfaatkan untuk membangun gas alam yang terkompresi
atau bahan bakar gas cair yang tersedia untuk bus, taksi serta mobil pribadi , termasuk
jaringan stasiun pengisiannya diperluas hingga skala nasional.

Institusi pengelola ditetapkan dengan UU meliputi lintas kementerian dan para tokoh
masyarakat yang amanah, dengan maksud agar mendahulukan kepentingan masyarakat
umum, dan agar dana tersebut bukan hanya untuk kepentingan orang-orang kaya,
khususnya fokus dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing pelayanan angkutan
umum perkotaan, sehingga dapat menekan biaya transportasi.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Institusi Pengendali Dampak
Transportasi
Beberapa kementerian bertanggung jawab atas masterplan
transportasi perkotaan, perencanaan kota dan penggunaan
lahan dan pemberian izin mendirikan bangunan memberikan
dampak transportasi yang menjadi faktor penting sebagai
bahan pertimbangan. Bangunan dengan ukuran yang lebih
besar harus diberi upaya untuk meminimalkan dampak negatif
lalu lintas di sekitarnya dan memberikan langkah-langkah
untuk mengatasi perubahan pola permintaan transportasi.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI


Keseriusan Penegakkan Hukum
semua institusi terkait yang terkait dalam penegakan hukum
didorong untuk membuat sebuah sistem pencegahan pelanggaran
peraturan lalu lintas, dan pengawasan “push” kendaraan pribadi
meliputi upaya TDM, parking management dan road pricing.

PL 4031 KELEMBAGAAN TRANSPORTASI

You might also like