Akut Abdomen: Dr. Pipin Abdillah, SP.B A.M Parikesit Hospital

You might also like

Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 77

AKUT ABDOMEN

dr. Pipin Abdillah, Sp.B


A.M PARIKESIT HOSPITAL
AKUT ABDOMEN
• Abdomen akut atau acute abdominal atau gawat
perut adalah suatu keadaan klinis akibat
kegawatan di rongga perut, timbul mendadak,
dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan
ini memerlukan penanggulangan segera berupa
tindakan bedah.
• Banyak penyakit menimbulkan gejala nyeri ,
namun belum membutuhkan tindakan
pembedahan. Hal ini memerlukan evaluasi
dengan metode dan pemeriksaan yang sangat
berhati-hati.
Nyeri dari organ viseral abdomen
Penyebab tersering nyeri
abdomen
Nyeri menyeluruh abdomen
Pembagian berdasarkan quadran
ILEUS OBSTRUKTIF
Tn. S : 21 tahun, datang ke RSUD. AMP. dengan
Keluhan Utama Nyeri perut sejak 3 hari SMRS,
nyeri seluruh perut, nyeri hilang timbul. Perut
terasa kembung. Karena keluhan nyeri ini pasien
mengaku diurut perutnya oleh dukun 1 x setelah
itu pasien merasakan perutnya semakin terasa
kenceng, tidak dapat kentut dan tidak dapat BAB.
Keluhan mual- muntah disangkal. Pasien mengaku
kencingnya biasa saja dan lancar tidak terasa
sakit.keluhan demam disangkal.
RPD : Keluhan yang sama sebelumnya disangkal
RPK : Keluhan yang sama sebelumnya disangkal
• PEMERIKSAAN FISIK
• Status Generalis Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
• Kesadaran GCS Komposmentis E4 M6 V5
• Tanda Vital Tekanan Darah 130/90 mmHg, RR :20
x/menit, N : 88x/menit, T : 36,8 °C
Status Lokalis
Inspeksi : R. Abdomen : Cembung /distensi, tidak ada
darmsteifung.
Auskultasi : Bising usus meningkat.
Palpasi : Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen
Defans muskuler (-) Hepar/lien tak teraba, Tidak teraba
masa tumor
Perkusi : Hipertimpani, acites (-)
Pemeriksaan Penunjang
• Px. Penunjang yang diperlukan
• Laboratorium : Darah Rutin, GDS,
Elektrolit, HBSAg.
• Radiologis : BNO 3 posisi, USG Abd.
CT Scan Abd. dengan
kontras (Susp. Massa)
BNO
• Pre peritonial fat line jelas
• Distribusi udara usus tidak merata
• Tampak pelebaran usus dengan hearing
bone appearance
• Tampak air fluid level bertingkat(step
leader)
• Tidak tampak gambaran udara bebas di
intra peritonea
Ada gambaran air fluid level dengan pola step leader
(bertingkat).dinilai pada foto LLD.
Jika masih terlihat distribusi udara dalm rektum disebut sebagai
ileus obstuktif parsial.
Dan jika tidak tampak udara sampai ke rektum berarti ileus
obstruktif total.
• Diagnosis Banding : Ileus Paralitik
• Diagnosis Kerja : Ileus Obstruktif
ILEUS PARALITIK

Gambaran khas untuk ileus paralitik adalah


gambaran air fluid level yang panjang-panjang dan sejajar
Pada ileus paralitik

• Preperitoneal fat tidak tampak jelas.


• Distribusi udara diseluruh bagian usus
• Distensi diseluruh bagian usus
• Air fluid level sejajar dan panjang-
panjan
PENATALAKSANAAN
• Infus RL
• NGT dan DC
• Inj.Cefotaxim 3x1 gr
• Inj.Ketorolac 3x1 amp
• Inj.Ranitidin 2x1 amp
• puasa
• persiapan operasi laparatomy explorasi
PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam :
dubia ad bonam : dubia ad bonam
Diskusi
• Pada Px. fisik, bagaimana suara metalic
sound dan meteorismus, megindikasikan?
• Resusitasi cairan/nutrisi berapa?
• Kapan pada kasus ileus obstruktif harus
cito laparatomy, elektif, atau observasi?
• Apa saja yang dinilai/diperiksa pada follow
up post laparatomy ileus obstruktif?
• Indikasi pasien boleh KRS?
PERITONITIS
• Tn. AM Umur 70 tahun, MRS RS. AMP. 1 Agustus 2017
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari SMRS.
Pasien juga mengeluh sakit pada seluruh bagian perut sejak 2
hari SMRS, sakit dimulai dari ulu hati, kemudian pasien merasa
nyeri dada, ada batuk, dan pusing. Pasien mengaku BAK sulit
sejak 5 hari SMRS, harus mengejan, dan sakit seperti anyang-
anyangan, selain itu pasien BAB cair campur ampas sejak 2 hari
SMRS, sebelumnya BAB normal, pasien merasa masih bisa kentut
namun berkurang, perut kembung, perut terasa kaku pada saat
sakit, tidak nafsu makan dan minum, tidak mual dan tidak
muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sesak dan nyeri dada pada saat
beraktivitas ringan dibenarkan, Riwayat asma disangkal, Riwayat
gangguan pencernaan dibenarkan, pasien mengaku punya sakit
Maag, Riwayat mengonsumsi obat-obatan nyeri untuk nyeri sendi
lututnya dan jamu dibenarkan. Hipertensi dan Diabetes Mellitus
disangkal.
• PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum :Tampak sesak
• Kesadaran : Compos mentis Vital sign 100/70 mmHg, N : 96
x/menit, RR : 40 x/menit dan T : 37 C
Status Lokalis :
REGIO ABDOMEN
Inspeksi : Perut datar, gerakan pernafasan abdomen, darm countour
(-), darm steifung (-), Auskultasi : Bising usus (+) menurun,
metalic sound (-), borborigmi (-)
Palpasi  : Defans muskular (+), nyeri tekan di seluruh lapang
abdomen (+), nyeri tekan lepas (+) REGIO UROLOGI CVA :
bulging (-), nyeri ketok (-/-), nyeri tekan (-/-) Suprapubik :
bulging (+), nyeri tekan (+) OUE: terpasang DC no 16, urin
warna kuning jernih
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, pekak hati
menghilang, pekak beralih (-)
Pemeriksaan rectal toucher :
Tonus m. spincter ani normal, Mukosa licin, Ampula recti tidak
kolaps, Pole atas prostat teraba, taksiran berat prostat 20 gram,
Nyeri tekan di seluruh jam STLD (-), feses (+)
Pemeriksaan Penunjang
• Px. Penunjang yang diperlukan
• Laboratorium : Darah Rutin, GDS,
Elektrolit, HbSAg
• Radiologis : BNO 3 posisi, USG Abd.
CT Scan Abd. dengan
kontras (Susp. Massa)
• Diagnosis Banding : Observasi
Abdominal Pain.
• Diagnosis Kerja : Peritonitis e.c
susp. perforasi gaster
PENATALAKSANAAN
• Infus RL
• NGT dan DC
• Inj.Cefotaxim 3x1 gr
• Inj.Ketorolac 3x1 amp
• Inj.Ranitidin 2x1 amp
• puasa
• persiapan operasi laparatomy explorasi
PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam :
dubia ad bonam : dubia ad bonam
DISKUSI
• Apa saja yang dinilai/diperiksa pada follow
up post laparatomy PERITONITIS?
• Komplikasi tersering post operasi ?
• Berapa lama kira-kira perawatan ?
• Indikasi pasien boleh KRS?
Trauma Tumpul Abdomen
• Seorang laki-laki umur 16 tahun datang ke IGD RSUD. AMP. pada tanggal 25
Juli 2017
RPS : Pasien datang dengan keluhan nyeri hebat diseluruh
perutnya setelah menabrak sebuah truk yang diparkir di
tepi jalan. Kejadian tersebut ±45 menit sebelum masuk
rumah sakit. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa saat
korban mengendarai sepeda motor, kecepatan tinggi, dan
memakai helm sambil menerima telepon, pasien tidak sadar
kalau ada sebuah truk yang terparkir ditepi jalan dan
korban menabrak bagian belakang truk hingga terjatuh.
Saat kejadian korban mengaku tetap sadar namun perutnya
terasa sakit akibat membentur stang kemudi sepeda motornya.
Korban juga merasakan nyeri menjalar sampai di bahu
sebelah kirinya disertai rasa mual tetapi tidak muntah. Korban
mengaku badan terasa lemas dan mata berkunang-kunang.
• Pada pemeriksaan fisik trauma
Primary survey didapatkan
• Airway (A) : clear ;
• Breathing (B) : bentuk dan gerak simetris, vesicular breath
sound simetriis kanan dan kiri, ronchi dan wheezing negatif;
• Circulation (C): nadi 120x/menit, tensi 85/50 mmHg, cappilary
refill time 4 detik
• Disability : GCS 15, pupil bulat isokor reflek cahaya positif.
Secondary survey
• konjungtiva anemis.
Regio abdomen
• vulnus ekskoriatum (luka lecet) di kuadran kiri atas. Bising usus
masih ada tapi terdengar lemah. Didapatkan nyeri tekan
diseluruh perut dengan punctum maximum di perut kuadra n
kiri atas. Pemer iksaan pekak pindah (shif ting dulness) tidak
dilakukan karena pasien mengeluh nyeri saat perubahan posisi.
• Pada pemeriksaan bagian tubuh lainnya tidak didapatkan
kelainan yang berarti selain vulnus ekskoriatum di tangan dan
kaki.
Pemeriksaan Penunjang
• Hasil laboratorium didapatkan Hb 8,5g%, leukosit
26.500/mm3, Ureum 29mg%, Kreatinin 1,00mg%.
SGOT 24U/l, dan SGPT 30U/ l. Untuk gula darah dan
profil pembekuan darah dalam batas normal
• Pemeriksaan penunjang lanjutan yang dilakukan
adalah pemeriksaan FAST (Focused Abdomen with
Sonography for Trauma) guna mengetahui ada
tidaknya cairan bebas intraabdomen. Hasilnya adalah
ditemukan fluid collection di morison pouch,
splenorenal, dan retrovesica.
DIAGNOSIS
• “syok hemorrhagik kelas III ec suspek
ruptur organ solid ec trauma tumpul
abdomen”.
PENATALAKSANAAN
• Tindakan Emergency pada pasien tersebut di UGD
adalah resusitasi cairan RL sebanyak 2000cc,
pemasangan kateter untuk monitoring diuresis dan NGT
untuk dekompresi abdomen.
• Pemberian antibiotika profilaksis dan H2 blocker untuk
mencegah stress ulcer
• Dilakukan persiapan transfusi darah dengan Pack Red
Cell (PRC).
• Puasa
• Informed Consent Keluarga
• Persiapan Operasi LAPARATOMY EXPLORASI CITO
Saat operasi ditemukan darah di intra abdomen
±1300cc bercampur dengan usus dan organ
abdomen lainnya. Segera dilakukan evakuasi blood
clot dan suction serta packing di 4 kuadran abdomen
untuk melokalisir perdarahan dan mencari sumber
perdarahan. Akhirnya ditemukan bahwa sumber
perdarahan berasal dari ruptur lien. Dicoba
dilakukan Splenorraphy dan tidak berhasil, akhirnya
diputuskan dilakukan splenectomy total dengan
memotong pedikel lien terlebih dahulu untuk
menghentikan perdarahan dilanjutkan dengan
memotong ligamentum gastrolienalis, splenocolica,
splenophrenica da n sple norena lis.
• Akhir nya luka operasi ditutup dengan meninggalkan 2
buah vacuum drain dan 1 buah penrose drain di
dinding abdomen
DISKUSI
• Bagaimana perawatan di ruangan pasca
operasi ?
• Apa saja yang dinilai/diperiksa pada follow
up post laparatomy ruptur lien?
• Komplikasi tersering post operasi ?
• Berapa lama kira-kira perawatan ?
• Indikasi pasien boleh KRS?
HIL INKARSERATA
• Tn. Y, Umur 49 tahun datang ke IGD RS.AMP. pada
tanggal 20 Juni 2017
RPS : Pasien dibawa ke RS dengan keluhan terdapat
benjolan di selangkangan, keluhan dirasakan sejak 2
bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh
perut kembung dan terasa sakit. Perut kembung mulai
dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Sejak perut
terasa kembung, pasien juga sering muntah setelah
makan dan minum.
RPD : Benjolan di selangkangan kiri hilang timbul
sudah 5 tahun terakhir. DM (-) HT (-) Jantung (-)
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang


• Tekanan darah :110/70 mmHg, nadi :102 x/mnt, suhu :
36,5˚C RR :18 x/mnt
Abdomen :
• Inspeksi : flat -, distensi (+), gambaran pembuluh
darah collateral –
• Perkusi : tympani
• Auskultasi : bising usus –
• Massa di inguinal dextra
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
• Konsul dr. Bedah
• Puasakan
• Beri cairan intravena
• Pasang NGT dan DC
• Analgetik
• Antiemesis dan anti stress ulcer
• Persiapan operasi laparatomy explorasi dan
hernioraphy (Herniotomy dan Hernioplasty)
Kegawatan Urologi

1. Trauma traktus urinarius


2. Retensi urin
3. Kolik
4. Gross hematuria

43
RETENSI URIN
• Retensi urine adalah suatu keadaan
penumpukan urine di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk
mengosongkannya secara sempurna.
• Retensio urine adalah kesulitan miksi karena
kegagalan urine dari Vesika urinaria
RETENSI URIN
ANATOMI URETRA

Panjang uretra laki2=


18-20 cm
ANATOMI URETRA

Pars prostatica
Pars membranasea
Pars bulbosa

Pars spongiosa

Fossa naviculare
ANATOMI URETRA

Uretra feminina memiliki


p=3,8 cm
KATETER URIN
RUPTUR URETRA :
1. ANTERIOR
2. POSTERIOR
RUPTUR URETRA
ANTERIOR
ETIOLOGI:
Cedera langsung pd pelvis + uretra
straddle injury
Trauma tajam
Trauma iatrogenik
RUPTUR URETRA
Ante + poste

Pineiro LM, Djakov M, Plas E, et al. EAU


guidelines on urethral trauma. European
Urology 57 (2010) 79-803
RUPTUR URETRA
ANTERIOR
GEJALA
KLINIS

KELUAR
DARAH DARI
URETRA

BUTTERFLY
HEMATOMA
Urethrogram – Anterior Urethral Trauma

56
RUPTUR URETRA
ANTERIOR KOMPLIKASI

INFEKSI
HEMATOMA
ABSES PERIURETRAL
FISTULA
URETROKUTAN
EPIDIDIMITIS
STRIKTUR URETRA
RUPTUR URETRA
ANTERIOR
PENATALAKSANAAN

1. Penanganan awal: bebat tekan + resusitasi,


sistosomi suprapubik
2. Penanganan spesifik
a. Kontusio uretra
b. Laserasi uretra
c. Laserasi uretra dg extravasasi urin yg luas

RUJUK Sp.U
RUPTUR URETRA
POSTERIOR

ETIOLOGI  Trauma tumpul, fraktur pelvis


RUPTUR URETRA
POSTERIOR
KLASIFIKASI Uretra posterior
Uretra post,
terputus pd
perbatasan prostat-
diafragma
membran, urogenital, uretra
diafragma urogenital pars bulbosa
Stretching utuh proksimal rusak

tidak Ekstravasasi
Ekstravasasi
menunjukkan kontras yg kontras meluas
adanya masih hingga dibawah
ekstravasasi, terbatas diafragma
uretra tampak diatas sampai ke
perineum
memanjang diafragma
RUPTUR URETRA
POSTERIOR
GEJALA
KLINIS
Hematom + NT pd suprapubik +
Fraktur pelvis abdomen bawah

Distensi VU
Meatal
discharge Memar perineum/ekimosis
perineal
RT: floating prostat, hematoma
Retensi urin pelvis

61
Urethrogram – Posterior Urethral Trauma

62
RUPTUR URETRA
POSTERIOR
KOMPLIKASI
Striktur uretra
Impotensi
Inkontinensia urin
RUPTUR URETRA
POSTERIOR
PENATALAKSANAAN

1. Emergensi : atasi syok dan pendarahan + Ab


+ analgesik
2. Pembedahan
a. Immediate management
b. Delayed urethral reconstruction
c. Immediate urethral realignment

RUJUK Sp.U
SISTOSTOMI

INDIKASI
Retensi urin
Ruptur uretra
Pembedahan di
vesika urinaria
SISTOSTOMI
MACAM
SISTOSTOMI
Sistostomi perkutan
Sistostomi terbuka

Sistostomi permanen
SISTOSTOMI PERKUTAN
Menggunakan jarum intra
kateter
CYSTIFI
TROKAR
X

Trokar
SISTOSTOMI PERKUTAN
CYSTOFI
X

Penderita tidur telentang, desinfeksi daerah supra pubik


sekelilingnya tutup dengan duk steril. Anestesi infiltrasi
dengan prokain 2-4% atau lidokain di linea mediana. Tusuk
dengan jarum intra kateter di linea mediana 2-4 cm kranial
tepi simfisis arah 60° ke posterokaudal.
Jika ujung sudah sampai VU, akan keluar urin bila jarum
logam dicabut. Ujung luar dihubungkan dengan penampung
urin dari plastik bekas infus dengan selang infus, hal ini
untuk menjaga agar sesuai dengan “closed drainage
system”. Kemudian difiksasi dengan plester ke kulit
sekitarnya.
Drainase VU 2x24 jam.
SISTOSTOMI PERKUTAN
TROKAR

Setelah anestesi, insisi kulit di linea mediana 1 cm. Insisi diperdalam


lapis demi lapis sampai linea alba. Trokar set, dimana kanula dalam
keadaan terkunci pada “Sheath” ditusukkan melalui insisi tadi ke arah
vesika dengan posisi telentang miring ke bawah ke arah kaudal
dengan sudut 15-30%.
Amati tanda-tanda trokar telah masuk ke dalam vesika antara lain
hilangnya hambatan pada trokar, keluarnya urin melalui lubang pada
kanula, trokar terus dimasukkan sedikit. Secepatnya kanula
dilepaskan dari “Sheath”nya dan kateter Foley dimasukkan. Segera
hubungkan pangkal kateter dengan urine bag dan balon kateter
dikembangkan dengan air sebanyak kurang lebih 10 cc. Lepas
“sheath” dan kateter ditarik keluar sampai balon menempel pada
dinding vesika. Insisi ditutup dengan kasa steril, kateter difiksasi ke
kulit dengan plester.
SISTOSTOMI PERKUTAN
TROKAR

Memasukkan trokar dan melepas kanula Memasukkan kateter


SISTOSTOMI PERKUTAN
CYSTOFI
X

Tusuk dengan jarum intra kateter sudut 60° ke posterokaudal


SISTOSTOMI PERKUTAN
KI:
Vesika urinaria tidak penuh atau tidak menonjol di
supra pubik, riwayat operasi di daerah supra pubik,
dan gross hematuria dengan banyak bekuan darah

KOMPLIKASI
Perforasi usus, hematuria, hematoma supra pubik jika
pembuluh darah di cavum Retzius pecah
SISTOSTOMI TERBUKA

Penderita tidur telentang  anestesi  insisi 3-4 cm


 perdarahan dikoagulasi + diikat  stelah melewati
linea alba, sisihkan otot rektus  cari VU

Tusuk VU dg pisau 1 cm  masukkan kateter 


hubungkan dg urine bag  jahit luka
SISTOSTOMI TERBUKA

Insisi Vertikal Diantara Simfisis &


Umbilikus
Pemisahan Rektus Kiri dan Kanan
SISTOSTOMI TERBUKA

Eksplorasi VU & masukkan kateter


Fiksasi dan Pungsi VU
SISTOSTOMI TERBUKA

Ditutup dg kassa
Penjahitan VU

You might also like