This document discusses airway management techniques for maintaining airway patency. It covers anatomy, indications for oxygen therapy, assessment of oxygenation status, and both non-invasive and invasive airway techniques. Non-invasive techniques include bag-valve-mask ventilation, oropharyngeal and nasopharyngeal airways, laryngeal mask airways, and combitubes. Invasive techniques discussed are endotracheal intubation, cricothyrotomy, and tracheostomy.
This document discusses airway management techniques for maintaining airway patency. It covers anatomy, indications for oxygen therapy, assessment of oxygenation status, and both non-invasive and invasive airway techniques. Non-invasive techniques include bag-valve-mask ventilation, oropharyngeal and nasopharyngeal airways, laryngeal mask airways, and combitubes. Invasive techniques discussed are endotracheal intubation, cricothyrotomy, and tracheostomy.
This document discusses airway management techniques for maintaining airway patency. It covers anatomy, indications for oxygen therapy, assessment of oxygenation status, and both non-invasive and invasive airway techniques. Non-invasive techniques include bag-valve-mask ventilation, oropharyngeal and nasopharyngeal airways, laryngeal mask airways, and combitubes. Invasive techniques discussed are endotracheal intubation, cricothyrotomy, and tracheostomy.
Anatomi Anak vs dewasa?! • Bayi dan anak lebih beresiko sumbatan jalan nafas? Terapi oksigen • Terapi oksigen : terminologi untuk penggunaan oksigen sebagai bahan farmakologis utama, untuk individu tertentu berkaitan dengan penyakitnya, dalam jumlah, cara, dan durasi tertentu demi meringankan gejala penyakit dasar, meningkatkan kualitas hidup, atau berkaitan dengan prognosis yang lebih baik bilamana terapi tersebut diberikan. Indikasi • Indikasi utama : hipoksemia→ PaO2 arteri <60 mmHg atau SaO2<90% • Kondisi lain misalnya: trauma berat, infark miokard akut, renjatan, sesak napas, keracunan gas CO, pasca anestesi Tujuan • mempertahankan PaO2> 60 mmHg atau SaO2> 90%. Dengan demikian, hipoksia jaringan dan beban kerja kardiorespirasi yang berlebih dapat dicegah
• dapat diberikan sebagai suplemen (< 30 hari)
atau terapi (short term 30-90 hari atau long term oxygen >90 hari) Monev • Pemeriksaan fisik dan Gejala Klinis → perbaikan/resolusi gejala dan tanda hipoksemia • Pemeriksaan penunjang → analisis gas darah arteri, 15-20 menit setelah terapi dilakukan menunjukkan peningkatan tekanan parsial oksigen Metode • oksigen harus diberikan dengan cara sesederhana mungkin • mempertahankan nilai PaO2 > 60 mmHg dan SaO2 > 90% • Pilihan metode tergantung: besar FiO2 , kenyamanan pasien, tingkat kelembaban yang dibutuhkan, dan kebutuhan terapi nebulisasi • Terbagi menjadi low flow dan high-flow devices Low flow • memberikan konsentrasi oksigen yang lebih sedikit daripada yang dihirup oleh pasien, bervariasi menurut gas yang keluar dari alat dan pola pernapasan pasien • Alat : kanula hidung dan sungkup oksigen Kanul Hidung • ditujukan untuk pasien tanpa hiperkapnia yang memerlukan oksigen suplementasi hingga 40%, kecepatan 2-6 l/menit • alat ini nyaman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien Masker • Pada kecepatan > 6l/menit digunakan masker • Tipe: 1. Masker sederhana (simple mask) kecepatan 5-12 l/menit, juga berguna untuk pasien dengan obstruksi hidung dan bernapas lewat mulut RBM dan NRBM High flow • Konsentrasi oksigen yang masuk stabil dan sesuai dengan yang dihirup oleh pasien • Alat: sungkup venturi dan continuous positive airway pressure (CPAP) Masker venturi • Oksigen mengalir dengan kecepatan tinggi lewat lubang kecil di dasar masker sehingga membentuk tekanan negatif → mendesak keluar udara atmosfir sehingga oksigen dapat diberikan dengan angka pasti Continous Positive Airway Pressure/CPAP • pemberian tekanan positif untuk seluruh siklus respirasi (inspirasi dan ekspirasi) pada saat bernapas secara spontan • Penggunaannya mengurangi kerja untuk bernapas, mengeliminasi/mengurangi hipoksia dan mencegah atelektasis Sumbatan jalan nafas? • Emergency • Rapid asses and treatment • Airway patency Penyebab • Kongenital: tonsil besar, makroglosia, massa leher • Infeksi: tonsilitis, abses peritonsil, retrofaring, pretrakeal, laringitis • Medical: cyctic fibrosis, angiodema, laringospasme, asma, inflamasi • Trauma: luka bakar, benda asing, trauma lain Tujuan • Airway patency, airway clearance • << resiko aspirasi • Membantu pernafasan dg alat advance Teknik • Invasif – non invasif Non invasif • Tanpa alat • BVM • OPA/NPA • LMA • Combitube Tanpa alat BVM • Sungkup transparan • Kunci: pertahankan seal sungkup • Komplikasi: distensi bladder & aspirasi Indikasi • Pasien dengan gangguan sistem pernapasan dan memerlukan bantuan pernapasan. • Pasien dengan henti nafas. • Pasien dengan cardiac arrest. • Pasien dengan respiratory failure. • Pasien yang sebelum, selama atau sesudah menjalani suction. OPA/NPA • Menahan lidah • Cara memasang? • Komplikasi: epistaksis, aspirasi, laringospasme Indikasi OPA • Oropharyngeal Airway (OPA) digunakan pada pasien tidak sadar untuk mencegah lidah supaya tidak jatuh ke belakang faring yang dapat menutupi jalan napas. • Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat mencegah gigitan korban yang dilakukan pemasangan intubasi. • Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat digunakan pada korban yang mendapatkan oksigenasi melalui bag mask untuk memudahkan ventilasi dan mencegah insuflasi gastric. • Reflek muntah? LMA • Lubang pipa nafas didepan glotis Indikasi LMA • Untuk menghasilkan jalan nafas yang lancar tanpa penggunaan sungkup muka. • Untuk menghindari penggunaan ET/melakukan intubasi endotrakeal selama ventilasi spontan. • Pada kasus-kasus kesulitan intubasi. • Untuk memasukkan ET ke dalam trakea melalui alat intubating LMA Kontra • Ketidakmampuan menggerakkan kepala atau membuka mulut lebih dari 1,5 cm, misalnya pada ankylosing spondylitis, severe rheumatoid arthritis, servical spine instability, yang akan mengakibatkan kesulitan memasukkan LMA. • Kelainan didaerah faring (abses, hematom). • Obstruksi jalan nafas pada atau dibawah laring. • Pasien dengan lambung penuh atau kondisi yang menyebabkan lambatnya pengosongan lambung. • Meningkatnya resiko regurgitasi (hernia hiatus, ileus intestinal). • Ventilasi satu paru. • Keadaan dimana daerah pembedahan akan terhalang oleh kaf dari LMA. Combitube • Efektif pada kasus trauma, upper airway bleeding, vomiting, CPR Indikasi combitube • pasien tidak responsif tanpa refleks muntah. • Tiga (3) kali gagal di intubasi endotrakeal. • Terbatasnya akses ke kepala pasien, misalnya pasien yang terperangkap. • Potensi cedera Cervical dengan ketidakmampuan untuk memvisualisasikan pita suara Tehnik invasif Intubasi trakea • Mempertahankan integritas airway, ventilasi adekuat, cegah aspirasi, Indikasi : • Hipoksia, hiperkarbia • Ancaman hipoventilasi • Airway patency • Medical route • Anestesi Indikasi Intubasi • Pasien dengan gangguan/obstruksi jalan nafas yang tidak dapat ditangani dengan sederhana. • Prosedur pembedahan dengan posisi pasien yang tidak biasa (misalnya duduk atau tengkurap) diperlukan non- kinking tube dalam pelaksanaannya. • Operasi pada daerah kepala dan leher. Mungkin diperlukan intubasi nasotrakeal. • Proteksi saluran nafas terhadap aspirasi (darah, makanan). Misalnya pada pasien bedah mulut atau pasien dengan lambung penuh yang dilakukan tindakan pembedahan dan memerlukan anastesi umum. • Pada tindakan bedah yang memerlukan kontrol pernafasan atau menggunakan pelumpuh otot. • Untuk melakukan penghisapan pada saluran pernafasan. • Posisi dimana pasien dengan posisi miring atau telungkup. • Operasi bedah toraks atau operasi intra thoraks. • Operasi intraabdomen, Operasi intra peritoneum. • Operasi pada anak-anak. • Operasi yang diduga akan terjadi suatu mayor hemorraghe. • Suatu prosedur anestesi dimana pasiennya jauh dari anestesiolog. Beberapa keadaan non bedah tertentu, misalnya Grave asphyxia neonatorum, Resuscitating patient, Grave laryngeal obstruction, Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudat pada paru ataupun pada pasien yang sakit parah. • Apabila terjadi suatu komplikasi dalam tehnik anestesi seperti hipotermia atau hipotensi. • Keadaan dimana intermitten possitive presure breathing akan digunakan Persiapan alat • STATICS • Scope • Tube • Airway • Tape • Introducer • Connector • Suction • Komplikasi intubasi • Trauma jalan nafas, cedera bibir, gigi patahlaringoskoppertimbangkan analgesic • Edema glotis • Hipoksia dan hiperkarbiatoo deep in right lung • Distensi lambung Krikotiroidektomi • Bypass jalan nafas • Lubang pada membran krikoid Indikasi • Indikasi Absolut krikotiroidotomi : – gagal intubasi, tidak terjadi ventilasi, atau pasien tidak bias tenang terhadap pemasangan alat bantu nafas. • Indikasi relative krikotiroidotomi : – trauma wajah atau orofaringeal yang massif – pembengkakan wajah atau orofaringeal yang masif. Trakeostomi • Tidak mungkin untuk intubasi • Bypass pada cincin trakea Indikasi • Untuk mengatasi obstruksi laring • Untuk mempermudah penghisapan sekret dari bronkus dari penderita yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik misalnya pada penderita dalam keadaan koma. • Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan) • Untuk mengambil benda asing dari subgiotik apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.