Teori Pembelajaran Behaviorime

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 34

KPP 6074

Pembelajaran Dan Kognisi

“Lambaian Malar Hijau”


Bersama Kita Berjuang

Prof. Madya Dr Suppiah Nachiappan

Kuliah 1 : Teori Pembelajaran


Pengertian Teori
Behaviorisme
• teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner.
( menekankan tingkah laku )
• teori belajar yang menekankan pada
tingkah laku manusia sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan
respon.
• model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata.
• Stimulus adalah segala hal yang diberikan
oleh guru kepada pelajar, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan
pelajar terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut.
Teori Behavioristik :
* Mementingkan faktor lingkungan
* Menekankan pada faktor bahagian
* Menekankan pada tingkah laku yang
nampak dengan mempergunakan metode
objektif.
* Sifatnya mekanis
* Mementingkan masa lalu
Teori Pelaziman Klasik
(1897)

Ivan Pavlov

Pembelajaran berlaku akibat daripada rangsangan yang


telah diterima oleh seseorang. Setiap rangsangan yang
diterima pula akan menimbulkan suatu gerak balas.
Teori Pengkondisian Klasikal
dari Pavlov
• proses yang dikemukakan Pavlov melalui
percubaannya terhadap anjing, di mana
perangsang asli dan neutral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara berulang-
ulang sehingga muncul reaksi yang
diinginkan.
• Gambar pertama : anjing diberikan sebuah makanan (UCS)
maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
• Gambar kedua : Jika anjing dibunyikan sebuah loceng, maka
ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
• Gambar ketiga : anjing diberikan sebuah makanan (UCS)
setelah diberikan bunyi loceng (CS) terlebih dahulu, sehingga
anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian
makanan.
• Gambar keempat : Setelah perlakukan ini dilakukan secara
berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi loceng
(CS) tanpa diberikan makanan, secara automatik anjing akan
memberikan respon dengan keluarnya air liur dari mulutnya
(CR).
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental
dalam proses akuisisi dan penghapusan :
1. Stimulus tidak terkondisi (UCS) : suatu peristiwa
lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat
menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2. Stimulus terkondisi (CS) : Suatu peristiwa
lingkungan yang bersifat neutral dipasangkan
dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi
loceng adalah stimulus netral yang dipasangkan
dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks
alami yang ditimbulkan secara automatik
atau dengan sendirinya. Contoh:
mengeluarkan air liur
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang
dipelajari dan
muncul akibat dari penggabungan CS dan
US.
Contoh: keluarnya air liur akibat
penggabungan bunyi
• menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-
syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan
reaksi (response).
• Untuk menjadikan seseorang itu belajar, kita
memberikan syarat-syarat tertentu.
• Yang terpenting dalam belajar menurut teori
conditioning ialah adanya latihan-latihan yang
continue (terus-menerus).
• Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal
belajar yeng terjadi secara otomatis.
Teori Connetionisme
Thorndike
• belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang
disebut stimulus (S) dengan respon (R).
• Dalam eksperimennya, Thorndike menggunakan
kucing. Dari eksperimen kucing lapar yang
dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) tersebut
diketahui bahawa supaya tercapai hubungan
antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat
serta melalui usaha-usaha atau percobaan-
• Bentuk paling dasar dari belajar adalah
“trial and error learning or selecting and
connecting learning” dan berlangsung
menurut hukum-hukum tertentu.
• Terdapat 2 jenis hukum yang diperkenalkan
:
1. Hukum primer
2. Hukum sekunder
Hukum primer
Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul
karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan
memberikan kepuasan
Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat
kuat bila sering dilakukan diklat dan pengulangan
Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak
atau pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi
lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan akan dilupakan
Hukum sekunder
Law of Multiple Response, yaitu sesuatu yang dilakukan
dengan variasi uji coba dalam menghadapi situasi
problematis, maka salah satunya akan berhasil juga.
Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan
diri dengan situasi baru, asal situasi itu ada unsur bersamaan
Law of Partial Activity, seseorang dapat beraksi secara selektif
terhadap kemungkinan yang ada di dalam situasi tertentu.
Teori Operant Conditioning
B.F.Skinner
• percaya bahawa perilaku individu dikawal melalui proses operant
conditioning dimana seseorang dapat mengawal tingkah laku organisme
melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan
yang relatif besar.
• usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses
penguatan iaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan
dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
• Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan
positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
• Skinner (1958) memberikan definisi belajar “ Laerning is a
process of progressive behavior adaptation”.
• belajar - proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
( akibat dari belajar adanya sifat progresifitas, adanya
tendensi kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya )
• McGeoch (lih. Bugelski, 1956) memberikan definisi tentang
belajar “ Learning as a result of practice”.
• Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “
Learning can be defined as any relatively permanent change
in behavior which occurs as a result of practice or
experience”.
Eksperimen Skinner
mula-mula tikus mengeksplorasi pati sangkar dengan berlari-lari
atau mencakari dinding. Aksi ini disebut “”emitted behavior”
(tingkah laku yang terpancar tanpa mempedulikan stimulus
tertentu).
Sampai pada suatu ketika secara kebetulan salah satu “emitted
behavior” tersebut dapat menekan pengungkit yang menyebabkan
munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya sehingga tikus
dapat mendapatkan makanan.
 Butir-butir makanan ini merupakan reinforce bagi penekanan
pengungkit. Penekanan pengungkit inilah yang disebut tingakah laku
operant yang akan terus meningkat apabial diiringi dengan
reinforcement, yakni pengauatan berupa butir-butir makanan yang
muncul.
• Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, pembelajaran berprogram, modul, dan
program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program-program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh Skinner.
Aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran
• Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara
organis.
• Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah

dibetulkan dan jika benar diperkuat.


• Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
• Materi pelajaran digunakan sistem modul.
• Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
• Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
• Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
•Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk
mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
• Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
• Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
• Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin
meningkat mencapai tujuan
• Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
• Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku
operan.
• Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
• Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara
tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-
beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu
yang berbeda-beda. Tugas guru berat,administrasi kompleks.
a)   Penguatan (Reinforcement)

Menurut Skinner, menegaskan perilaku


diperlukan suatu penguatan
(reinforcement). Ada juga jenis penguatan,
yaitu penguatan positif dan penguatan
negative.
1. Penguatan positif (positive reninforcement)
didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu
respon akan meningkat karena diikuti oleh
suatu stimulus yang mengandungi
penghargaan.
Contoh :
peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga
mendapat tempat pertama akan diberi hadiah
sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin
diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar
sehingga menjadi rangking satu dan penguatan
positif/stimulus menyenangkan adalah
2. Penguatan negatif (negative reinforcement)
• didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu
respon akan meningkat karena diikuti dengan
suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang
ingin dihilangkan.
• Contoh, peserta didik sering bertanya dan guru
tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak
berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan
sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin diulangi
atau ditingkatkan adalah sering bertanya dan
stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin
dihilangkan adalah kritikan guru sehingga
peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya
karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang
d)  Hukuman
• Hukuman (punishment) yaitu suatu konsekuensi yang
menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku.
• Contoh :
peserta didik yang berperilaku mencontek akan
diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan
nilainya 0 (stimulus yang tidak
menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin
dihilangkan adalah perilaku mencontek dan jawaban
tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang tidak
menyenangkan atau hukuman).
TEORI BELAJAR
BEHAVIORISTIK JOHN WATSON
• Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang
datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat
diukur.
• Teori belajar S-R (stimulus – respon) yang langsung ini
disebut juga dengan koneksionisme menurut Thorndike,
dan behaviorisme menurut Watson, namun dalam
perkembangan besarnya koneksionisme juga dikenal
dengan psikologi behavioristik.
• Stimulus dan respon (S-R) tersebut memang
harus dapat diamati, meskipun perubahan yang
tidak dapat diamati seperti perubahan mental itu
penting, namun menurutnya tidak menjelaskan
apakah proses belajar tersebut sudah terjadi apa
belum.  Dengan demikian, dapat diramalkan
perubahan apa yang akan terjadi pada anak.
Kelebihan Teori Behavioristik
• Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti
diberi permen atau pujian.
• Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka
pada situasi dan kondisi belajar
Kelemahan Teori
Behavioristik
• Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered
learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil
yang diamati dan diukur.
• Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang   didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif.
• Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun
fisik seperti kata-kata kasar, ejekan,  jeweran yang justeru
berakibat buruk pada siswa.
IMPLIKASI TEORI BEHAVIORISME
TERHADAP PENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN
1. Guru hendaklah menetapkan maklumat yang
spesifik.
-Matlamat akhir proses pembelajaran hendaklah dinyatakan
dengan jelas.
-Matlamat tersebut hendaklah yang realistik dan boleh
dicapai.

2. Guru juga hendaklah menetapkan objektif bagi


setiap langkah pengajaran.
-Objektif hendaklah khusus.
-Satu objektif bagi satu langkah kecil.

3. Buat analisis tugasan.


4. Sediakan langkah pengajaran secara berperingkat.
-Satu aktiviti khusus bagi satu langkah pengajaran.
-Susunan langkah hendaklah secara progresif/ ansur maju.
-Penguasaan langkah awal perlu dipastikan sebelum
berpindah kepadaa langkah
seterusnya.

5. Aplikasi teknik dan peneguhan yang sesuai.


-Peneguhan berterusan semasa proses pembentukan
tingkah- laku.
-Peneguhan berkala selepas tingkah- laku dikuasai.
-Berdasarkan masa : masa tetap dan masa berubah
-Berdasarkan kandungan : nisbah tetap dan nisbah berubah

6. Aplikasi hukum kesediaan.


-Kaitkan pembelajaran baharu dengan pengetahuan sedia
ada.
7. Aplikasi hukum latihan.
-Banyakkan pengulangan dan latih tubi.
-Sediakan latihan yang banyak dan pelbagai.

8. Aplikasi hukum kesan/ akibat.


-Adakan aktiviti pengukuhan.
-Pilih dan aplikasi peneguhan yang sesuai.
-Amalkan teknik hukuman dan ganjaran.

9. Sediakan amalan disiplin bilik darjah yang mesra.


-Amalan rutin belajar.
-Amalan rutin keceriaan.
-Peraturan bilik darjah yang positif.
-Amalan dinamika kumpulan.

You might also like