Pengertian Teori Behaviorisme • teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner. ( menekankan tingkah laku ) • teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. • model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. • Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Teori Behavioristik : * Mementingkan faktor lingkungan * Menekankan pada faktor bahagian * Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode objektif. * Sifatnya mekanis * Mementingkan masa lalu Teori Pelaziman Klasik (1897)
Ivan Pavlov
Pembelajaran berlaku akibat daripada rangsangan yang
telah diterima oleh seseorang. Setiap rangsangan yang diterima pula akan menimbulkan suatu gerak balas. Teori Pengkondisian Klasikal dari Pavlov • proses yang dikemukakan Pavlov melalui percubaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan neutral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang- ulang sehingga muncul reaksi yang diinginkan. • Gambar pertama : anjing diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR). • Gambar kedua : Jika anjing dibunyikan sebuah loceng, maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur. • Gambar ketiga : anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi loceng (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan. • Gambar keempat : Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi loceng (CS) tanpa diberikan makanan, secara automatik anjing akan memberikan respon dengan keluarnya air liur dari mulutnya (CR). Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan : 1. Stimulus tidak terkondisi (UCS) : suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan 2. Stimulus terkondisi (CS) : Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat neutral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi loceng adalah stimulus netral yang dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan. 3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara automatik atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur 4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi • menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat- syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). • Untuk menjadikan seseorang itu belajar, kita memberikan syarat-syarat tertentu. • Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). • Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis. Teori Connetionisme Thorndike • belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). • Dalam eksperimennya, Thorndike menggunakan kucing. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) tersebut diketahui bahawa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan- • Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning or selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. • Terdapat 2 jenis hukum yang diperkenalkan : 1. Hukum primer 2. Hukum sekunder Hukum primer Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat bila sering dilakukan diklat dan pengulangan Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan akan dilupakan Hukum sekunder Law of Multiple Response, yaitu sesuatu yang dilakukan dengan variasi uji coba dalam menghadapi situasi problematis, maka salah satunya akan berhasil juga. Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru, asal situasi itu ada unsur bersamaan Law of Partial Activity, seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkinan yang ada di dalam situasi tertentu. Teori Operant Conditioning B.F.Skinner • percaya bahawa perilaku individu dikawal melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengawal tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar. • usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan iaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. • Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. • Skinner (1958) memberikan definisi belajar “ Laerning is a process of progressive behavior adaptation”. • belajar - proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. ( akibat dari belajar adanya sifat progresifitas, adanya tendensi kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya ) • McGeoch (lih. Bugelski, 1956) memberikan definisi tentang belajar “ Learning as a result of practice”. • Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “ Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience”. Eksperimen Skinner mula-mula tikus mengeksplorasi pati sangkar dengan berlari-lari atau mencakari dinding. Aksi ini disebut “”emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar tanpa mempedulikan stimulus tertentu). Sampai pada suatu ketika secara kebetulan salah satu “emitted behavior” tersebut dapat menekan pengungkit yang menyebabkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya sehingga tikus dapat mendapatkan makanan. Butir-butir makanan ini merupakan reinforce bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah yang disebut tingakah laku operant yang akan terus meningkat apabial diiringi dengan reinforcement, yakni pengauatan berupa butir-butir makanan yang muncul. • Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner. Aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran • Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis. • Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan dan jika benar diperkuat.
• Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. • Materi pelajaran digunakan sistem modul. • Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic. • Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri. • Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman. •Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum. • Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah. • Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu) • Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan • Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping. • Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan. • Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine. • Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda- beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,administrasi kompleks. a) Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner, menegaskan perilaku
diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. 1. Penguatan positif (positive reninforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandungi penghargaan. Contoh : peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat tempat pertama akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah 2. Penguatan negatif (negative reinforcement) • didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. • Contoh, peserta didik sering bertanya dan guru tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin diulangi atau ditingkatkan adalah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang d) Hukuman • Hukuman (punishment) yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku. • Contoh : peserta didik yang berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin dihilangkan adalah perilaku mencontek dan jawaban tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang tidak menyenangkan atau hukuman). TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK JOHN WATSON • Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. • Teori belajar S-R (stimulus – respon) yang langsung ini disebut juga dengan koneksionisme menurut Thorndike, dan behaviorisme menurut Watson, namun dalam perkembangan besarnya koneksionisme juga dikenal dengan psikologi behavioristik. • Stimulus dan respon (S-R) tersebut memang harus dapat diamati, meskipun perubahan yang tidak dapat diamati seperti perubahan mental itu penting, namun menurutnya tidak menjelaskan apakah proses belajar tersebut sudah terjadi apa belum. Dengan demikian, dapat diramalkan perubahan apa yang akan terjadi pada anak. Kelebihan Teori Behavioristik • Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak- anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. • Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar Kelemahan Teori Behavioristik • Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur. • Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. • Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kata kasar, ejekan, jeweran yang justeru berakibat buruk pada siswa. IMPLIKASI TEORI BEHAVIORISME TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN 1. Guru hendaklah menetapkan maklumat yang spesifik. -Matlamat akhir proses pembelajaran hendaklah dinyatakan dengan jelas. -Matlamat tersebut hendaklah yang realistik dan boleh dicapai.
2. Guru juga hendaklah menetapkan objektif bagi
setiap langkah pengajaran. -Objektif hendaklah khusus. -Satu objektif bagi satu langkah kecil.
3. Buat analisis tugasan.
4. Sediakan langkah pengajaran secara berperingkat. -Satu aktiviti khusus bagi satu langkah pengajaran. -Susunan langkah hendaklah secara progresif/ ansur maju. -Penguasaan langkah awal perlu dipastikan sebelum berpindah kepadaa langkah seterusnya.
5. Aplikasi teknik dan peneguhan yang sesuai.
-Peneguhan berterusan semasa proses pembentukan tingkah- laku. -Peneguhan berkala selepas tingkah- laku dikuasai. -Berdasarkan masa : masa tetap dan masa berubah -Berdasarkan kandungan : nisbah tetap dan nisbah berubah
6. Aplikasi hukum kesediaan.
-Kaitkan pembelajaran baharu dengan pengetahuan sedia ada. 7. Aplikasi hukum latihan. -Banyakkan pengulangan dan latih tubi. -Sediakan latihan yang banyak dan pelbagai.
8. Aplikasi hukum kesan/ akibat.
-Adakan aktiviti pengukuhan. -Pilih dan aplikasi peneguhan yang sesuai. -Amalkan teknik hukuman dan ganjaran.
9. Sediakan amalan disiplin bilik darjah yang mesra.
-Amalan rutin belajar. -Amalan rutin keceriaan. -Peraturan bilik darjah yang positif. -Amalan dinamika kumpulan.