Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 62

ANALISIS GOLONGAN SULFA

CREATED BY :
ALDO AGUSTIAN
ANDRI ROMADHON
APRILIA CHANDRA
DODI PURNAMA
EVA NOVIANTI
FIRDA FITRIANI
MIA KRISMONIKA SITUMORANG
MUTIARA ANNISA
ROSSY HELEN AGUSTIN
SULFONAMIDA
 Golongan senyawa turunan sulfanilamida

 Mengandung gugus sulfonat yang terikat pada gugus amina

[S(=O)2-NH2]

 Berbagai variasi substituen pada gugus amida (-SO2NHR) dan

substitusi gugus (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia


, dan aktivitas sulfonamida
CONTOH-CONTOH SULFONAMIDA

Sulfametoxazol Sulfacetamid

Sulfadiazin
SULFONAMIDA DI DUNIA FARMASI

ISK, infeksi telinga, meningitis ISK, ISP, demam tifoid

Konjunctivitis
ANALISIS KUALITATIF SULFONAMIDE

 Analisis kualitatif bisa dilakukan dengan :

a) Uji organoleptik ( sampel murni )

b) Mengamati sifat fisikokimia ( sampel murni )

c) Reaksi kimia
MENGUKUR TITIK LELEH
 TL : Suhu dimana suatu benda padat berubah wujud menjadi

benda cair pada tekanan 1 atm

 Alat : Melting point apparatus


TITIK LELEH GOLONGAN SULFA
No. Senyawa Titik leleh
1. Sulfadiazin 252-256◦C

2. Sulfametoxazol 169-172◦C

3. Sulfamerazin 234-239◦C
REAKSI KIMIA
 Reaksi kimia yang baik digunakan untuk kepentingan analisis

harus memenuhi kriteria :

a) Sensitif : Menghasilkan reaksi walaupun direaksikan dalam


jumlah / kadar yang sedikit

b) Spesifik : Memberikan hasil reaksi yang khas

c) Reproducible : Memberikan hasil yang sama ketika reaksi


dilakukan berulang

d) Selektiv : Hanya memberikan reaksi dengan senyawa-senyawa


tertentu ( untuk uji penegasan )
ANALISIS KIMIA SULFONAMIDA

A) Reaksi umum / pendahuluan

 Bertujuan untuk memperkirakan dan memberi arah sehingga

memperoleh gambaran terhadap sampel yang dianalisis

 Contoh : Reaksi terhadap gugus sulfon, Reaksi terhadap amin

(korek api, reaksi Erlich)

B) Reaksi spesifik / penegasan ( confirmed test )

 Lanjutan / konfirmasi dari uji pendahuluan

 Bersifat selektiv

 Contoh : Reaksi Cuprifill, reaksi Parri


REAKSI TERHADAP GUGUS
SULFON

 Sulfonamida + H2O2 30% + 1 tts FeCl3 + HNO3 + BaCl2

BaSO4 ( putih ) yang sukar larut dalam air

 Prinsip : oksidasi senyawa sulfonamida, gugus sulfonat yang

terpisah akan diendapkan oleh Barium dan membentuk Barium


sulfat
ALAT DAN BAHAN

Tabung reaksi Pipet tetes BaCl2

HNO3 Lar FeCl3 1% H2O2 30%


REAKSI KOREK API
 Prinsip : senyawa sulfonamida akan dihidrolisis oleh HCL, gugus

amina primer (NH2) berinteraksi dengan lignin yang terkandung


dalam kayu korek api
ALAT DAN BAHAN

Batang korek api Plat tetes

Lar. HCL encer Sampel


PROSEDUR PERCOBAAN

 Sampel + HCL dalam plat tetes ( secukupnya )

 Celupkan batang korek api ke dalam plat tetes

 Timbul warna jingga sampai kuning ( jika (+) sulfonamida )


REAKSI ERLICH
 Uji yang dapat mendeteksi gugus indole, amina aromatik, dan

ureida

 Reagen Erlich : 0,5-2 g 4-dimetil aminobenzaldehid dalam HCL

pekat ( p-DAB HCL )


ALAT

Labu ukur Kaca arloji

Tabung reaksi Beaker glass


BAHAN

4-dimetil aminobenzaldehid HCL pekat

Aquadest Sampel
PROSEDUR PERCOBAAN
a) Membuat reagen Erlich

 Timbang 4-dimetil aminobenzaldehid ( sesuai kebutuhan )

 Larutkan dengan HCL pekat dalam labu ukur

 Ad kan dengan aquadest ( sesuai kebutuhan )

 Masukan ke dalam beaker glass ( beri label )

b) Identifikasi sampel

 Reaksikan sampel dengan reagen Erlich dalam tabung reaksi

 Membentuk warna kuning, jingga, sampai merah


HASIL IDENTIFIKASI

Sulfanilamid Elkosin

Sulfametazin, sulfadiazin, Sulfaguanidin


sulfamerazin
REAKSI CUPRIFILL

 Prinsip : Hidrolisis amina primer (NH2) dari senyawa


sulfonamida, amina primer bereaksi dengan basa kuat (NaOH)
membentuk NH3, dan membentuk kompleks dengan Cu2+ dalam
reagen cuprifill, yang akhirnya membentuk kompleks warna

 Reagen Cuprifill : CuSO4 + NaOH


ALAT

Tabung reaksi Hot plate

Penangas air Pipet tetes


BAHAN

Aquadest NaOH

Sampel

HCL CuSO4
PROSEDUR PERCOBAAN

 Sampel ditambah 2 ml aquadest dalam tabung reaksi

 Panaskan hingga mendidih

 Tambahkan 2 tetes NaOH

 Netralkan dengan HCL

 Tambahkan 1 tetes CuSO4

 Terbentuk warna biru muda, hijau, sampai violet coklat (

tergantung senyawa sulfonamida )

 Uji spesifik sulfadiazin : Terbentuk warna violet ( ungu )


REAKSI PARRI
 Prinsip : Pembentukan kompleks antara senyawa sulfonamida

dengan cobalt dalam metanol

 Reagen Parri : 0,5 g cobalt (II) nitrat { CO(NO3)2 } dilarutkan

dalam 30 ml metanol. Ad kan dengan metanol kembali

 Catatan : Reagen ini bersifat menguap, maka simpan dalam

tempat yang rapat


ALAT

Labu ukur Tabung reaksi

Botol coklat
BAHAN

Cobalt (II) nitrat Metanol

Amonia Sampel
PROSEDUR PERCOBAAN

a) Membuat reagen Parri


 Timbang seksama cobalt (II) nitrat

 Larutkan dalam metanol dalam labu ukur

b) Identifikasi sampel
 Sampel ditambah reagen Parri

 Tambahkan beberapa tetes amonia

 Terbentuk warna biru, hijau, sampai merah ( tergolong senyawa

sulfonamida )

 Sulfadiazin : Warna ungu


ANALISIS KUANTITATIF

 Analisis kuantitatif senyawa golongan sulfonamida bisa dilakukan

dengan metode titrasi nitrimetri

 Prinsip : Pembentukan garam diazonium dari hasil reaksi antara

amina aromatis primer dan asam nitrit dalam suasana asam

Amina aromatis
primer
GUGUS AMINA
REAKSI DIAZOTASI

 Reaksi diazotasi antara sulfanilamida dengan asam nitrit

 Asam nitrit terbentuk dari reaksi natrium nitrit (titran) dengan asam
klorida yang ditambahkan di erlenmayer :

NaNO2 + HCL HNO3 + NaCl


HAL PENTING DALAM NITRIMETRI

 Reaksi tidak stabil di suhu kamar, garam diazonium mudah


terdegradasi menjadi senyawa fenol dan gas nitrogen. Solusi :
Titrasi dilakukan pada suhu <15◦C
 Reaksi diazotasi dapat dipercepat oleh penambahan kalium
bromida (KBr)
 KBr juga bertindak sebagai stabilisator bagi pembentukan garam
diazonium
 BE = BM, karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam
nitrit membentuk 1 mol garam diazonium
 Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam ( untuk kepentingan
pembentukan asam nitrit & garam diazonium )
 Reaksi diazotasi berlangsung sangat lambat, sehingga titrasi
dilakukan perlahan dengan pengocokan kuat
ALAT

Seperangkat alat titrasi Erlenmeyer

Labu ukur Spatel Pipet tetes


BAHAN

Natrium nitrit HCL

Asam sulfanilat Kalium bromida


BAHAN

Tropeolin ( indikator) Es batu Amonia 25 %

Metilen blue Sampel Aquadest


( pengontras warna )
PROSEDUR PERCOBAAN
a) Pembakuan NaNO2
 Buat larutan NaNO2 dengan konsentrasi 0,1 M
 Timbang asam sulfanilat 50 mg
 Larutkan dalam 10 ml aquadest
 Tambahkan 2-4 tetes amonia 25%
 Tambahkan KBr seujung spatel
 Tambahkan 5 tetes indikator tropeolin
 Tambahkan 3 tetes metilen blue
 Tambahkan 5 ml HCL
 Titrasi dengan NaNO2 sampai tercapai TAT ( warna biru )
 Amati dan catat volume NaNO2 yang terpakai
 Hitung konsentrasi NaNO2
PROSEDUR PERCOBAAN
b) Penetapan kadar sampel
 Timbang 5 mg sampel

 Larutkan dalam HCL pekat dan aquadest ad larut ( jika perlu, aquadest
dihangatkan dulu agar terlarut sempurna, namun harus keadaan dingin
ketika titrasi )
 Tambahkan KBr seujung spatel

 Tambahkan 5 tetes indikator tropeolin

 Tambahkan 3 tetes metilen blue

 Titrasi perlahan dengan NaNO2 pada suhu <15◦C hingga tercapai TAT (
warna biru )
 Amati dan catat volume NaNO2 yang terpakai

 Hitung kadar senyawa sulfonamida (ex : sulfadiazin) dalam sampel


INDIKATOR TROPEOLIN

 Merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam

suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh asam


nitrit

 TAT berwarna biru karena adanya metilen blue sebagai


pengontras warna
PENENTUAN TAT

a) Indikator luar

 Contoh : Pasta kanji-iodida, kertas kanji iodida

 Cara : Larutan yang dititrasi digoreskan pada pasta / kertas

 Prinsip : Kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi

iodium

 TAT : Pada pasta kanji-iodida yang digoresi larutan terbentuk

warna biru

 Reaksi :
KEKURANGAN INDIKATOR LUAR

 Harus diketahui perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan

 Banyak larutan yang hilang saat pengujian TAT


PENENTUAN TAT

b) Potensiometri

 Menggunakan elektroda kalomel-platina yang dicelupkan ke

dalam titrat

 Titik ekivalen : Adanya kelebihan asam nitrit yang menyebabkan

terjadinya depolarisasi elektroda sehingga akan terjadi


perubahan beda potensial yang sangat tajam

 Cocok digunakan untuk sampel berwarna


PERHITUNGAN
a) Standarisasi

mmol titran = mmol analit

b) Penetapan kadar sampel


1) Tentukan reaksi yang terjadi antara titran dan analit
M x V titran yang terpakai saat titrasi
2) Hitung mmol titran

3) Hitung mmol analit Koef analit/koef titran x mmol titran

4) Hitung kadar analit (mg) Mmol analit x BM analit

5) Hitung % kadar analit Kadar analit (mg)/bobot sampel x 100%


CONTOH SOAL
Seorang farmasis menetapkan kadar sulfadiazin dalam
sebuah sampel obat. Dia menggunakan metode nitrimetri.
Sebanyak 4,5 gram sampel ditimbang seksama, dilarutkan dalam
10 ml HCL pekat dan 75 ml aquadest, dihangatkan sampai larut, dan
didinginkan. Setelah ditambahkan indikator dan zat lainnya, larutan
tersebut dititrasi secara perlahan dengan natrium nitrit 0,1 M pada
suhu <15◦C. Sampai tercapainya TAT, dibutuhkan volume natrium
nitrit 0,1 M sebanyak 12,50 ml. Berapa kadar sulfadiazin dalam
sampel tersebut ?
JAWAB
 Hasil perhitungan standarisasi, diketahui jika konsentrasi NaNO2

adalah 0,1 M

1. Reaksi :

2. mmol NaNO2 : 0,1 M x 12,50 ml = 1,25 mmol

3. mmol sulfadiazin : 1/1 x 1,25 mmol = 1,25 mmol

4. Kadar sulfadiazin (mg) = 1,25 mmol x 250,27 = 312,8375 mg

5. % kadar sulfadiazin = 312,8375 mg/4500 mg x 100% = 6,95%


SULFONILUREA
 Merupakan golongan senyawa turunan sulfanilamid

 Berbeda dengan sulfonamida yang mempunya aktivitas


antibiotik, sulfonilurea memiliki aktivitas merangsang sekresi
insulin pada sel b-pankreas

 Diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu sulfonilurea generasi

ke I ( asetoheksaid, klorproramid, tolbutamid ) dan generasi ke II (


gliupizid, gliburid, glimepirid )
SULFONAMIDA VS
SULFONILUREA

Amina primer Amina sekunder


CONTOH SULFONILUREA
SULFONILUREA DI DUNIA
FARMASI
ANALISIS KUALITATIF SULFONILUREA

a) KLT

b) Uji titik leleh ( untuk sampel murni )

 Ex : Identifikasi glibenclamide
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

 Prinsip : Senyawa polar akan di adsorpsi oleh fase diam, senyawa

non polar mengalami desorpsi dan terelusi oleh fase gerak

 Fase diam : Silika gel dalam plat KLT

 Fase gerak : Eluen


ALAT

Plat KLT Chamber Lampu UV

Kertas saring Pipa kapiler Penggaris besi


BAHAN

Eluen H2SO4 Lar baku glibenclamide

Sampel ( bentuk larutan )


PROSEDUR PERCOBAAN

a) Penjenuhan Chamber
 Siapkan chamber

 Buat eluen ( butil asetat : kloroform : asam formiat ) dengan


perbandingan 60 : 40 : 0,4 ( Rina,2015)
 Masukan eluen ke dalam chamber

 Masukan kertas saring ke dalam chamber ( mempercepat proses


penjenuhan )
 Tutup rapat chamber

 Biarkan chamber jenuh dengan eluen ( ditandai dengan terbasahinya


seluruh permukaan kertas saring )
PROSEDUR PERCOBAAN

b) Proses elusi

 Sampel dalam bentuk larutan ( latutkan sampel sesuai


kelarutannya )

 Siapkan baku glibenclamide ( sebagai pembanding )

 Totolkan larutan baku dan larutan sampel ke dalam plat KLT yang

sudah diberi batas ( menggunakan pipa kapiler )

 Masukan plat ke dalam chamber ( jangan sampai penotolan

terendam )

 Biarkan proses elusi berlangsung hingga selesai

 Angkat plat, keringkan dan panaskan dalam oven ( suhu 100◦C

selama 5 menit )
PROSEDUR PERCOBAAN

c) Pemantauan bercak

 Lihat warna bercak secara visual atau di bawah lampu UV 254 nm

 Jika bercak tidak berfluorosensi di bawah sinar UV, bisa

disemprot dengan penampak bercak universal / spesifik

 Tandai bercak

 Ukur jarak bercak masing-masing


PROSEDUR PERCOBAAN

d) Perhitungan nilai Rf dan analisis data

Rf = Jarak bercak / Jarak elusi

 Bandingkan nilai Rf sampel dengan nilai Rf baku pembanding

 Jika nilai Rf sama / persis, maka sampel positif mengandung

glibenclamide

 Rf glibenclamide : 0,5 ( Rina,2015)


ANALISIS KUANTITATIF

 Analisis kuantitatif sulfonilurea bisa dilakukan dengan metode

titrasi alkalimetri karena sulfonilurea merupakan senyawa


bersifat asam

 Prinsip : Reaksi netralisasi


ALAT

Seperangkat alat titrasi Erlenmeyer

Labu ukur Pipet volume 10 ml Pipet tetes


BAHAN

Asam oksalat NaOH

Indikator PP Sampel
PROSEDUR PERCOBAAN
a) Pembakuan NaOH
 Buat larutan NaOH konsentrasi 0,1 N

 Timbang asam oksalat sebanyak 50 mg, larutkan dalam labu ukur

 Larutan asam oksalat diambil sebanyak 10 ml menggunakan pipet


volume
 Masukan ke dalam erlenmeyer

 Tambahkan 3 tts indikator PP

 Titrasi dengan NaOH sampai berubah warna menjadi merah muda

 Amati dan catat volume NaOH yang terpakai

 Percobaan dilakukan sebanyak duplo ( agar akurat )

 Hitung konsentrasi NaOH


PROSEDUR PERCOBAAN

b) Penetapan kadar sampel

 Timbang sampel, larutkan dalam pelarut yang sesuai

 Masukan ke dalam erlenmeyer

 Tambahkan 3 tts indikator PP

 Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna berubah

menjadi merah muda

 Amati dan catat volume NaOH 0,1 N yang terpakai

 Hitung kadar senyawa sulfonilurea dalam sampel


CONTOH SOAL

 Ex : Penetapan kadar tolbutamida (FI III hal 610)

 Seorang farmasis menetapkan kadar tolbutamida dalam suatu

sampel obat. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dan dilarutkan


dalam pelarut yang sesuai, ditambahkan indikator PP, lalu
dititrasi dengan NaOH. Untuk mencapai TAT, diperlukan NaOH
sebanyak 20,50 ml. Hasil pembakuan menyatakan jika
konsentrasi NaOH ialah 0,1 N. Berapa kadar tolbutamida dalam
sampel ?

 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 27,04 mg tolbutamida (FI III hal

610)
THANK YOU

You might also like