Tekim Kuliah Offshore Operation

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 207

D R . I R . D R S . H E R I A N T O , M T.

DAFTAR ISI
1. Kondisi Lingkungan Laut
2. Struktur Anjungan Lepas Pantai
3. Pengaruh Kondisi Lingkungan Laut Terhadap Struktur Anjungan Lepas Pantai
4. Anjungan Pemboran dan Proses Operasi Pemboran
5. Anjungan Produksi dan Proses Produksi Migas
1. KONDISI LINGKUNGAN LAUT
Kondisi linkungan laut mencakup 3 hal,
yaitu:
a. Karakteristik Dasar Laut
b. Air Laut
c. Udara di Atas Permukaan Laut
A. KARAKTERISTIK DASAR LAUT
1. Batas-batas Pantai
Daerah peralihan antara daratan dan lautan
sering ditandai oleh adanya suatu perubahan
kedalaman yang berangsur-angsur. Daerah ini
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Continental Shelf
Continental Slope
Continental Rise
2. Morfologi Dasar Laut
 Ridge and Rise
 Trench
 Abysal Plain
 Continental Island
 Island Arc
 Mid-Oceanic Volcanic Island
 Attol
 Seamount dan Guyot
3. Sedimen Dasar Laut
Seluruh permukaan
dasar lautan ditutupi
oleh partikel-partikel
sedimen yang telah
diendapkan secara
perlahan-lahan selama
berjuta-juta tahun.
Secara relatif ketebalan
lapisan sedimen
berbeda-beda misalnya
600 m di Lautan Pasifik,
500 – 1000 m di Lautan
Atlantik, 4000 m di
Lautan Artik dan 9000
m di Puerto Rico Trench.
Dasar perencanaan unit
pada operasi offshore
dapat menggunakan
dasar Detnorkske Veritas
(Dn V) yaitu
pengembangan metoda
perhitungan respon unit
terapung terhadap
gelombang yang teratur
periodanya.
Untuk perencanaan unit
yang tertumpu pada
dasar laut, kriteria
perencanaan sesuai
dengan sifat lokasi
penentuan unit. Design
gaya untuk platform dan
unit terapun seperti pada
gambar
Terdapat dua metoda yang dapat digunakan untuk
memperkirakan beban ombak terhadap unit tetap dan
terapung lepas pantai, yaitu:
a. Metode analisa spectral:
- Untuk unit terapung
- Analisa statistik linear
- Evaluasi kemungkinan ombak terbesar rata-rata yang
terjadi selama umur operasi unit
b. Metode perencanaan gelombang
- Untuk unit terapung dan unit tetap
- Direncanakan untuk periode dan tinggi gelombang spesifik
- Evaluasi beban akibat ombak teratur dengan ketinggian
dan periode spesifik
Dalam pemboran lepas pantai, sangat penting untuk
mengetahui kondisi dasar laut dan karakteristik lapisan
tanahnya. Dimana permasalahannya yaitu untuk menentukan
tipe dari penyangga dasar dari unit pemboran, kedalaman laut
juga memiliki pengaruh terhadap kestabilan.
Penentuan sifat-sifat tanah dasar laut akan
mempengaruhi efektifitas dari jangkar. Jika dasar laut sangat
lunak atau sangat keras, penjangkaran konvensional tidak
dapat digunakan. Pada formasi lunak, jangkar yang tertanam
dapat memberikan daya dukung pada instalasi, atau tiang
pancang dapat mengendalikan diri untuk titik penambat yang
diinginkan rig pada suatu station.
Penembusan kaki dari unit jack-up dipengaruhi oeh
sifat tanah dasar laut, juga pada tiang pancang pada tipe
anjungan tetap. Pada bagian atas dari semua sumur lepas
pantai juga dipengaruhi oleh karakteristik tanah.
Sifat-sifat tanah perlu diketahui untuk dapat membor
suatu daerah, dengan cara:
a. Analisa sampel tanah yang diberikan dari core. Core ini
diambil menggunakan barge shaped coring rig.
b. Test driving pada tiang pancang.
c. Analisa sampel dasar laut yang diperoleh dari drag test.
d. Test performance jangkar dengan supply boat.
e. Inspeksi langsung dengan menyelam.
Setelah mengetahui
kondisi dasar laut dan
lapisan tanahnya,
dapatlah diketahui
perkiraan kerusakan
tanah atau pergeseran.
Kerusakan permukaan
tanah akan berubah
pada unit Jack-Up, juga
dapat menyebabkan
pergeseran pada unit
terapung sepanjang
cengkeraman jangkar.

Uji Kekuatan Kaki Jack-up:


B. AIR LAUT
Air laut menutupi 71% dari permukaan bumi sedangkan 29%
merupakan daratan. Salah satu faktor untuk menentukan sifat
dari lautan adalah dengan cara melihat sifat-sifat dari air laut itu
sendiri yaitu : Komposisi kimia air laut, Karakteristik fisik air laut
dan Gerakan air laut.

1. Komposisi Kimia Air Laut

Air laut rata-rata mengandung 3,5% mineral yang larut di


dalamnya. Bila air laut mengalami proses penguapan maka
75% mineral yang terendapkan adalah garam, komposisi
kimia air laut dan konsetrasinya. Hal ini dapat dilihat di tabel
1.
Air laut juga mengandung gas-gas udara yang terlarut di
dalamnya. Semua gas-gas yang ada di atmosfer dapat
dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlahnya tidak sama
1. Komposisi Kimia Air Laut
Air laut rata-rata mengandung 3,5% mineral yang larut di
dalamnya. Bila air laut mengalami proses penguapan maka
75% mineral yang terendapkan adalah garam, komposisi
kimia air laut dan konsetrasinya. Hal ini dapat dilihat di tabel
1.
Air laut juga mengandung gas-gas udara yang terlarut di
dalamnya. Semua gas-gas yang ada di atmosfer dapat
dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlahnya tidak sama
seperti yang ada di udara seperti pada tabel 2.
Tabel 1. Unsur-Unsur Utama Air Laut
(Stowe, K. S., 1976)
Konsentrasi di Konsentrasi di dalam air
Jenis Gas Atmosfer : laut
(cm3/liter udara) (cm3/ liter air)
Nitrogen 780.90 13
Oxygen 209.50 2 -8
Argon 9.32 0.32
Carbon dioxida 0.30 50
Neon 182 x 10-4 1.8 x 10-4
Hellum 52 x 10-4 5.0 x 10-4
Krypton 10 x 10-4 6.0 x 10-4
Xenon 8 x 10-4 7.0 x 10-4

Tabel 2. Perbandingan Gas yang Larut di


Atmosfer Dengan yang Larut Dalam Air
(Stowe, K. S., 1976)
2. Sifat Fisik Air Laut
Sifat fisik air laut antara lain kadar garam, cahaya, temperature,
dan densitas air laut.
a. Kadar Garam
Kadar garam atau sering disebut salinitas bersifat lebih stabil di
laut terbuka, walaupun di beberapa tempat kadang-kadang
menunjukkan adanya fluktuasi perubahan.
Sebagai contoh, salinitas permukaan di laut perairan laut
mediterania dan laut merah kadang-kadang dapat mencapai 39 %
dan 41 % yang disebabkan karena banyaknya penguapan pada
waktu musim panas yang panjang salinitas akan turun secara tajam
oleh karena curah hujan yang besar.
Garam-garam di dalam air laut berasal dari dua sumber yaitu,
pertama berasal dari hancuran mineral-mineral hasil proses
pelapukan yang selanjutnya dibawa oleh aliran sungai sampai ke
laut. Sumber yang kedua adalah elemen-elemen dari dalam bumi
yang keluar karena proses outgassing, yaitu proses keluarnya
elemen-elemen dari dalam bumi melalui gunung berapi, sumber air
panas dan fumarol.
Kadar garam di laut terbuka (open sea) rata-rata
35 ppm. Untuk laut-laut pedalaman besarnya
kadar garam sering menyimpang, hal ini
disebabkan oleh :
 banyaknya pemasukan air tawar
 tingginya curah hujan
 proses pencairan dan pembekuan es
Kadar garam akan mengalami proses peningkatan
bila daerah tersebut mempunyai proses
penguapan yang tinggi.
b. Cahaya
Radiasi matahari juga penting dalam memenuhi
cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman untuk fotosintesa.
Tumbuhan ini tidak dapat hidup tanpa cahaya yang cukup.
Penyebaran tumbuhan di lautan dibatasi oleh cahaya
matahari yang mampu menembus sampai kedalaman laut
tertentu. Penyinaran matahari akan berkurang secara cepat
sesuai dengan kedalaman air laut.
Pada perairan yang dalam dan jernih proses
fotosintesa bisa berlangsung sampai kedalaman 200 meter.
Pada perairan yang keruh di dekat pantai dengan adanya
material yang melayang-layang (suspended matter),
penyebaran tanaman hanya sampai kedalaman 15 hingga 40
meter saja.
c. Temperature Air Laut
Air mempunyai kapasitas panas yang jauh lebih tinggi daripada
daratan. Artinya air membutuhkan lebih banyak pemanasan
untuk menaikkan suhunya daripada daratan untuk massa yang
sama. Demikian juga sebaliknya air lebih efektif menyimpan
panas yang diterima daripada daratan, sehingga pada waktu
tidak ada pemanasan (malam hari) lautan memerlukan waktu
yang lebih lama untuk menjadi dingin daripada daratan.
Karena sinar matahari kebanyakan diserap oleh permukaan laut,
maka lapisan permukaan ini cenderung untuk relatif panas
sampai pada kedalaman 200 meter. Pada kedalaman
antara 200 dan 1000 meter, suhu turun secara mendadak yang
membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam yang
dikenal sebagai termoklin. Air laut pada daerah yang paling
dalam biasanya bersuhu sekitar 2 oC
d. Densitas Air Laut
Dengan menggunakan densitas air murni sebesar 1,000
gr/cc, maka air laut memiliki densitas antara 1,027 sampai
1,028 gr/cc. Beberapa tempat di seluruh lautan memiliki
densitas air laut yang berbeda. Perbedaan densitas yang
dapat menimbulkan arus laut dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu kadar garam dan temperatur. Kadar garam yang besar
mengakibatkan densitas menjadi lebih besar. Temperatur
yang lebih rendah hingga mencapai titik beku, sekitar
28,5oF (-2oC), densitas air laut menjadi lebih besar.
Densitas berperan penting dalam proses sirkulasi air laut.
Perbedaan densitas mengakibatkan air laut bergerak. Air
laut yang lebih rapat karena pendinginan atau penguapan
di permukaan akan cenderung bergerak sehingga terjadi
arus vertikal, dikenal sebagai arus konveksi.
3. Gerakan air laut
Semua bentuk konstruksi
bangunan lepas pantai didesain
berdasarkan gerakan yang
disebabkan oleh gerakan air
laut.
Benda terapung mengikuti enam
derajat kebebasan yang
disebabkan gerakan ombak,
yaitu:
a. Heave
b. Pitch
c. Roll
d. Sway
e. Surge
C. UDARA DI ATAS PERMUKAAN LAUT
1. Komposisi Kimia Udara
Udara tersusun dari 9 (sembilan) campuran bermacam-macam gas, dimana
komposisinya relatif tetap. Untuk udara kering pada permukaan bumi komposisi
kimianya terdiri terdiri dari nitrogen (78,08%) dan oksigen (20,93%). Komposisi
selengkapnya ditunjukkan Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kimia Udara Kering
(Flint, R.F., Skinner, B.J., 1974)
Nama Gas Rumus Kimia % Volume
Nitrogen N2 78,08
Oksigen O2 20,93
Argon Ar 0,93
Karbon dioksida CO2 0,03
Neon Ne 0,0018
Helium He 0,0005
Hidrogen H2 < 0,001
Iodium J 3,5 x 10-9
Hidrogen peroksida H2O2 4,0 x 10-8
Ozon O3 2,0 x 10-6
2. Sifat Fisik Udara
Dalam membahas udara di atas permukaan laut kita tidak akan mengabaikan sifat
fisik udara itu sendiri, dimana sifat fisik udara ini meliputi tekanan udara, penyinaran dan
temperatur udara juga kelembaban udara.
a. Tekanan Udara
Tekanan udara merupakan tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya
terhadap setiap bidang 1 cm2 yang horizontal dari permukaan bumi. Tekanan udara bekerja
ke segala arah, dimana bidang horizontal mendapat tekanan udara dari atas dan bawah,
dimana kedua tekanan tersebut sama besarnya. Dalam atmosfer setiap lapisan udara
mendapat tekanan tertentu, artinya lapisan udara di bawah mendapat tekanan dari lapisan
udara di atasnya, sehingga lapisan udara di bawah dalam keadaan tegang. Ketegangan
(tekanan) ini sangat besar, sehingga berat udara yang ada di atasnya tertahan dalam
keadaan setimbang, akibatnya tidak dapat terjadi penekanan yang lebih besar lagi.
Tekanan udara diukur dengan alat yang disebut “barometer”. Tinggi barometer
adalah tinggi kolom air raksa yang setimbang dengan tekanan udara tertentu. Dalam
meteorologi tekanan udara dinyatakan dalam “bar”. Satu bar sama dengan 76 cm Hg.
Tekanan udara normal adalah tekanan udara pada permukaan air laut. Menurut
persetujuan internasional, tekanan udara normal adalah tekanan yang ditimbulkan oleh
kolom air raksa setinggi 760 mm Hg pada temperatur 0 °C terhadap bidang seluas 1 cm2.
Tekanan ini disebut tekanan 1 atmosfer yang besarnya 1033,3 gr/cm2.
b. Penyinaran dan Temperatur
Pengukuran temperature udara
dengan menggunakan
thermometer yang dipasang
pada balon helium dapat
merekam temperatur udara
pada setiap ketinggian.
Pengukuran yang berulang -
ulang menghasilkan profil
temperatur.

Kurva Hubungan Ketinggian dan Temperatur


(Robert H. Stewart.;”Introduction To Physical
Oceanography”, 1997)
c. Kelembaban udara
Atmosfer selalu mengandung uap air. Kadar uap air di dalam udara disebut
kebasahan atau kelembaban udara. Uap air berupa gas yang tidak berbau dan tidak
berwarna. Uap air di dalam atmosfer dihasilkan dari proses penguapan.
Jumlah uap air dalam udara tidak tetap dan kemampuan udara menampung uap
air berubah-ubah. Udara tidak dapat menampung air tanpa batas, karena kesanggupan
ditentukan oleh temperatur massa udara, artinya massa udara yang panas lebih mampu
menampung uap air dari massa udara yang dingin. Apabila kemampuan menampung uap air
dalam mencapai batas maksimum, maka udara menjadi jenuh. Jika terjadi penurunan
temperatur, maka jumlah uap air tersebut tidak dapat dipertahankan lagi, artinya kelebihan
uap air dipisahkan sebagai titik-titik air.
3. Proses fisis di udara
Sebagai akibat radiasi matahari, udara mengalami berbagai proses
fisis yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia. Proses-
proses fisis tersebut antara lain gerakan udara, penguapan,
kondensasi dan presipitasi.
a. Gerakan Udara
Gerakan udara ke arah horisontal atau hampir horisontal disebut
angin, sedangkan ke arah vertikal disebut aliran udara. Angin selalu
bergerak dari tempat yang bertekanan udara tinggi ke tempat
bertekanan udara rendah. Hukum Buys-Ballot mengatakan bahwa
di belahan bumi utara angin dibelokkan kekanan dan di belahan
bumi selatan angin digerakkan ke kiri. Penyimpangan ini
disebabkan oleh rotasi bumi. Kekuatan penyimpangan disebut
kekuatan Coriolis. Kekuatan Coriolis dipengaruhi oleh kecepatan
angin dan letak geografis suatu tempat. Makin cepat gerakan angin
dan makin jauh suatu tempat dari equator makin besar kekuatan
Coriolis, yang berarti makin besar penyimpangan arah angin
Diskripsi mengenai angin meliputi arah dan kecepatan angin.
Arah angin ditentukan oleh wind vane. Arah angin ditentukan dari
tempat angin bertiup. Jadi angin timur adalah angin yang bertiup dari
timur tetapi arah gerakannya ke barat. Arah gerakan awan tipis
merupakan indikator yang baik untuk mengetahui arah angin tanpa
menggunakan alat.
Kecepatan angin diukur dengan anemometer mangkuk. Alat
ini terdiri dari tiga mangkuk setengah bola yang ditempatkan pada
ujung jari-jari horisontal. Kecepatan berputar mangkuk sebanding
dengan kecepatan angin.
Salah satu tipe anemometer menggerakkan generator mini
dan arus yang dihasilkan dikonversikan ke dalam satuan kecepatan
angin. Satuan kecepatan angin adalah mile/jam atau meter/detik.
Untuk kecepatan angin yang lebih tinggi, digunakan balon hidrogen
kecil yang dilepaskan ke udara dan diamati dengan teleskop.
Kecepatan naik balon ke atas dapat diketahui dengan mengetahui
posisi vertikal balon dengan mengukur waktu, peneliti dapat
menghitung penyimpangan horisontal menurut arah angin.
Gerakan udara yang berupa angin dapat dibedakan menjadi 6, yaitu:
1.) Siklon dan Antisiklon
2.) Angin Laut dan Angin Darat
3.) Angin Lembah dan Angin Gunung
4.) Angin Musim
5.) Angin Pasat
6.) Angin Lokal
1.) Siklon dan Antisiklon
Siklon adalah suatu tempat (pusat) tekanan rendah dilingkari oleh udara yang
makin tinggi tekanannya. Antisiklon adalah suatu tempat (pusat) tekanan tinggi yang
dilingkari oleh tekanan yang semakin rendah.
2.) Angin Laut dan Angin Darat
Pada siang hari karena temperaturnya lebih tinggi tekanan di darat lebih kecil dari
pada tekanan udara di laut. Sebagai akibatnya terjadi aliran udara dari laut ke darat. Angin ini
disebut “angin laut”.
Pada malam hari temperatur daratan lebih dingin dari pada di laut. Hal ini
mengakibatkan tekanan udara di darat lebih besar dari pada tekanan udara di laut, dan
udara bergerak dari darat ke laut yang disebut angin darat.
3.) Angin Lembah dan Angin Gunung
Pada siang hari terjadi pemanasan yang lebih cepat di lereng gunung sehingga
temperaturnya lebih besar daripada udara di lembah. Dengan demikian tekanan udara di
lereng lebih kecil daripada di lembah dan angin bertiup dari lembah ke lereng gunung dan
dinamai angin lembah. Pada malam hari angin gunung bertiup dari lereng gunung ke lembah
dan disebut angin gunung. Di samping itu pengaruh gravitasi ikut mempercepat gerakan
udara tersebut.

4.) Angin Musim


Perbedaan pemanasan antara daratan dan lautan dalam skala yang lebih besar
terjadi antara benua dan samudra. Sistem angin yang terjadi disebut angin musim atau
monsoon seperti terjadi di India dan Afrika. Arah angin musim berubah setiap musim
tergantung pada letak matahari.
5.) Angin Pasat
Perbedaan pemanasan yang terus-menerus antara daerah khatulistiwa dan
daerah subtropika menimbulkan perbedaan tekanan udara anatara kedua tempat itu yang
juga bersifat konstan. Hal ini mengakibatkan timbulnya gerakan udara dari kedua daerah
subtropika di kedua belahan bumi mengalir ke khatulistiwa. Gerakan udara ini kekal
sepanjang tahun dan dinamai angin pasat.

6.) Angin Lokal


Pada umumnya ada dua tipe angin lokal yaitu angin panas dan angin dingin. Angin panas
dapat disebabkan baik oleh karena berasal dari daerah sumber panas maupun oleh karena
adanya pemanasan dinamis dari udara yang turun dari daerah yang lebih tinggi. Angin dingin
berasal dari daerah dingin atau karena adanya aliran udara dari daerah tinggi ke daerah
lembah.
b. Penguapan
Penguapan merupakan proses perubahan air atau es menjadi
uap (uap air). Semua uap air yang terdapat di atmosfer
merupakan hasil evaporasi. Ada yang mempengaruhi
besarnya evaporasi antara lain :
Kecepatan angin : kecepatan angin yang tinggi menimbulkan
penguapan yang tinggi pula.
Temperatur : makin tinggi temperatur udara makin tinggi
penguapan yang terjadi.
Kelembaban udara : semakin besar kelembaban relatif udara,
proses penguapan semakin kecil.
c. Kondensasi
Kondensasi atau proses pengembunan uap air di udara terjadi karena adanya
pendinginan udara sampai mencapai titik kondensasi. Selanjutnya temperatur udara
mengalami penurunan lagi melampaui titik kondensasi. Proses kondensasi menghasilkan
awan. Awan adalah suspensi koloida udara atau aerosol. Selama butir-butir belum bersatu
akan tetap melayang-layang di udara. Hal ini menyebabkan awan itu kekal dan akan terjadi
presipitasi. Awan dapat juga berupa kristal es yang melayang-layang di atmosfer.
Menurut persetujuan internasional, awan dibedakan menurut ketinggiannya menjadi empat
yaitu :
A. Golongan awan tinggi : Awan ini tinggi terendah 6000 meter (±20.000 ft). Yaitu Citrus
(Ci), Cirrostratus (Cs), Cirrocumulus (Cc).
B. Golongan awan sedang : Tinggi awan ini antara 2000 meter sampai 6000 meter (6000
– 20.000 ft). Yang termasuk golongan ini adalah Altostratus (As), Altocumulus (Ac)
C. Golongan awan rendah : Golongan ini memiliki ketinggian antara 0 – 2000 meter. Yang
termasuk golongan ini adalah Stratocumulus (Sc), Stratus (St)
D. Golongan awan dengan pertimbangan vertikal : Awan jenis ini tertinggi sama dengan
awan cirus dan terendah antara 500-2000 meter. Yang termasuk awan ini adalah
Nimbostratus (Ns), Cumulus (Cu), Cumulonimbus (Cb)
Bentuk-bentuk Awan
(Robert H. Stewart.;”Introduction To Physical
Oceanography”, 1997)
d. Prespitiasi
Presipitasi adalah air dalam bentuk cair atau padat sampai permukaan bumi. Terjadinya
presipitasi selalu didahului oleh proses kondensasi dan atau pembekuan uap air, yang
menghasilkan awan. Jika butir-butir awan cenderung bersatu sehingga menjadi lebih besar
dan berat maka awan akan menjadi tidak kekal dan terjadi presipitasi.
Berdasarkan bentuknya, presipitasi dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Hujan
b. Salju
c. Hujan Es
BAB 2
ANJUNGAN
LEPAS PANTAI
2.1. UMUM
Anjungan lepas pantai adalah bangunan yang beroperasi di lepas
pantai. Lepas pantai adalah bagian lautan yang permukaan
dasarnya dibawah pasang surut terendah atau bagian lautan
yang berada di luar daerah gelombang pecah arah ke laut.
Ciri-ciri anjungan lepas pantai adalah :
- Beroperasi di daerah sekitar sumur minyak atau daerah
pertambangan yang terbatas, tidak dapat beroperasi di daratan
dan tidak dapat berpindah pindah
- Struktur tidak dibangun langsung di lapangan tetapi komponen-
komponennya dibuat di darat lalu kemudian diangkut dan dirakit
langsung di lapangan.
- Beroperasi di lapangan (di laut) untuk periode waktu yang lama
sehingga mampu bertahan dalam kondisi cuaca baik maupun
buruk yang mungkin terjadi selama beroperasi.
2.2. JENIS KEGIATAN

Klasifikasi kegiatan pada anjungan lepas pantai


dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Exploration
2. Exploratory Drilling
3. Development Drilling
4. Production Operations
5. Transportation
2.2. JENIS KEGIATAN

1. Exploration
Pencarian/penentuan lapisan tanah yang menyimpan
minyak atau bahan tambang lainnya di dasar lautan, dan
dilakukan oleh ahli geofisik.

2. Exploratory Drilling
Setelah daerah yang diperkirakan mengandung minyak
ditentukan, pemboran harus dilakukan untuk memastikan
perkiraan. Biasanya dilakukan dengan mobile drilling rig
yang diikatkan ke kapal. Unutk kedalaman hingga 76
meter digunakan Jack Up Rig. Sedangkan kedalaman
kurang dari 15 meter digunakan submersible dan
kedalaman lebih dari 76 meter digunakan floating drilling
rig
2.2. JENIS KEGIATAN
3. Development Drilling
Yaitu proses pembuatan/pemboran lubang ke dalam tanah yang diketahui
mengandung minyak untuk diambil dengan cara yang paling ekonomis dan
efisien. Biasanya membutuhkan pemboran beberapa sumur sekaligus dari satu
lokasi. Desain platform saat ini memungkinkan pemboran 32 sampai 40 sumur
dari satu platform.
4. Production Operations
Dilakukan setelah Development Drilling dilakukan. Pada laut dalam, peralatan
produksi dan pemprosesan ditempatkan pada self contained platform yang
sama yang digunakan untuk development drilling. Di laut dangkal biasnaya
dijadikan well protector platform setelah proses produksi dimulai. Suatu
platform yang terpisah tapi berdekatan dengan well protector platform
dibangun untuk pemprosesan atau penempatan peralatan.
5. Transportation
Biasanya untuk laut dangkal, minyak diangkut ke darat dengan menggunakan
barge atau pipa panjang. Sedangkan untuk laut dalam penyimpanan dan
transportasi minyak disimpan dalam kapal tanker
2.3. KLASIFIKASI ANJUNGAN LEPAS PANTAI

Diklasifikasikan dengan beberapa cara, yaitu :


1. Menurut cara operasinya, yaitu :
a. Bangunan yang digunakan untuk pengambilan
minyak atau gas.
b. Bangunan yang digunakan untuk penampungan.
c. Struktur yang digunakan untuk pembangkit listrik
tenaga gelombang
d. Struktur yang digunakan untuk pembangkit listrik
tenaga thermal.
2.3. Klasifikasi Anjungan Lepas Pantai
2. Menurut bentuk konfigurasinya, yaitu :
a. Struktur kendaraan, struktur jenis ini biasanya adalah kapal
laut yang dimodifikasi sehingga mempunyai sistem propulsi
(propulsion) dan dapat berpindah tempat dengan cepat,
biasanya dipakai untuk pengoperasian di laut dalam.

b. Struktur barge, struktur jenis ini tidak mempunyai sistem


propulsi sehingga untuk memindahkannya harus ditarik dengan
menggunakan kapal.

c. Struktur platform, sebagian besar dari struktur yang digunakan


untuk eksplorasi atau produksi minyak di laut dangkal atau laut
menengah adalah struktur dari jenis ini
2.3. Klasifikasi Anjungan Lepas Pantai

3. Menurut fungsinya, yaitu :


a. Bangunan eksplorasi, untuk pengeboran minyak atau gas alam.
b. Bangunan produksi, untuk pengambilan minyak atau gas alam dari sumur
minyak yang ditemukan.
c. Bangunan hibrid, untuk pengeboran maupun pengambilan minyak atau
gas alam

4. Menurut material bangunan, yaitu :


a. Platform baja, seluruhnya terbuat dari baja
b. Platform beton, bagian dasar terbuat dari beton
c. Platform hibrid, gravity platform yang terdiri dari bagian dasar yang
terbuat dari beton dan rangka baja. Bagian dasar tersebut menyokong
deck yang terbuat dari baja.
2.3. KLASIFIKASI ANJUNGAN LEPAS PANTAI

5. Menurut mobilitas, yaitu :


a. Bangunan tetap, digunakan pada laut dangkal dan
laut menengah dan dipancang ke dasar perairan.
b. Bangunan terapung, diguanakan pada semua
kedalaman laut dan terutama untuk laut dalam.
2.4. SISTEM BANGUNAN LEPAS PANTAI
2.4 SISTEM BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dari sekian banyak tipe platform yang ada, salah satu yang membedakan adalah
daerah dimana platform tersebut beroperasi. Sistem bangunan lepas pantai yang
ada saat ini dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis berdasarkan
pertimbangan yang diambil oleh engineer diantaranya faktor kedalaman laut,
faktor lingkungan, faktor banyaknya jumlah cadangan minyak yang tersimpan, dll.
Umumnya dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
2.4.1. ANJUNGAN TETAP (FIXED OFFSHORE
PLATFORM
 Anjungan lepas pantai terpancang merupakan
anjungan paling tua dan paling banyak dibangun untuk
kegiatan eksplorasi minyak dan gas. Dikategorikan
sebagai anjungan terpancang bila anjungan tersebut
dalam operasinya bersifat menahan gaya-gaya
lingkungan tanpa mengalami displacement yang
berarti.
 Di laut dangkal anjungan dapat dipancangkan ke
dasar laut, kaki-kaki terbuat dari beton atau baja
memanjang dari anjungan ke dasar laut. Penggunaan
anjungan tipe jacket hanya ekonomis utnuk
pengoperasian kedalaman 1000-1600 ft.
2.4.1. ANJUNGAN TETAP (FIXED OFFSHORE PLATFORM

1. Jacket Template
Memiliki ciri khas berupa jacket bagi konduktor dan
template untuk pemancangan pile. Tipe ini
dikembangkan untuk operasi di laut dangkal dan laut
sedang yang dasarnya tebal, lunak, dan berlumpur.
Tiang pancang juga menyokong struktur terhadap beban
lateral yang dialami yang diakibatkan oleh angin,
gelombang, dan arus.
GAMBAR PLATFORM TIPE JACKET
2.4.1. ANJUNGAN TETAP (FIXED OFFSHORE
PLATFORM
2. Caissons
Platform kecil dengan dek kecil, dibutuhkan
untuk operasi di laut dangkal (tidak lebih dari
60m) dengan kandungan minyak yang tidak
banyak. Dalam hal ini pile dipancang samapai
kedalaman yang cukup untuk menyokong dek
kecil.
PLATFORM TIPE CAISSON
2.4.1. ANJUNGAN TETAP (FIXED OFFSHORE
PLATFORM
3. Concrete Gravity Platform
Platform jenis ini dipasang apabila tanah
keras did asar laut tidak jauh dari
permukaan lumpur. Pondasi struktur
dibuat berbentuk lingkaran dan terbuat
dari beton. Pondasi yang berat ini
menyokong beberapa tower yang
kemudian menyokong dek baja
PLATFORM TIPE CONCRETE GRAVITY PLATFORM
2.4.2. ANJUNGAN TERAPUNG (FLOATING OFFSHORE
PLATFORM)
Anjungan lepas pantai terapung merupakan anjungan
yang mempunyai karakter bergerak mengikuti gerakan
gelompang, ciri khasnya adalah mobilitas dan
kemampuannya mengantisipasi gerakan akibat
gelombang dan arus laut.
2.4.2. ANJUNGAN TERAPUNG (FLOATING OFFSHORE
PLATFORM)
1. Semi sub mersible platform
Memiliki kemampuan membor di laut dalam. Sistem
kerja platform ini adalah pada saat udara dikeluarkan
dari lambung bawah, rig tidak seluruhnya terendam ke
dasar laut tapi hanya sebagian, masih mengapung di
atas titik pemboran. Lambung bawah diisi dengan air
untuk memberikan kestabilan pada rig. Rig jenis ini
ditahan di lokasi oleh sauh dengan sistem dynamic
positioning
PLATFORM SEMI SUBMERSIBLE RIG
2.4.2. ANJUNGAN TERAPUNG (FLOATING OFFSHORE
PLATFORM)
2. Jack Up Platform
Digunakan untuk pemboran di perairan darat yang
dangkal yang tenang seperti danau, rawa, sungai, dan
kanal. Biasanya berupa anjungan besar yang
mengapung dan harus ditarik dengan kapal tunda ke
lokasi. Setelah ditarik ke lokasi, tiga atau empat kakinya
diturunkan sampai menyentuh dasar laut, anjungannya
terletak di atas permukaan air. Sesuai untuk perairan
dangkal.
PLATFORM JACK-UP RIG
2.4.3. ANJUNGAN STRUKTUR LENTUR
(COMPLIANT OFFSHORE PLATFORM)
Tujuan dibangunnya konsep anjungan ini adalah untuk
memenuhi persyaratan fungsi-fungsi khusus seperti faktor
ekonomi dan teknis. Anjungan ini biasanya lebih ringan
dari jenis lain karena memiliki kekakuan yang tidak besar.
Beberapa anjungan struktur ini memanfaatkan gaya apung
untuk menahan beban yang bekerja pada struktur
tersebut. Station keeping merupakan salah satu
pertimbangan yang dianggap cukup penting dalam
perencanaan anjungan struktur lentur, oleh karena itu
diperlukan sistem penambatan yang mampu menjaga
struktur tersebut agar selalu berada di lokasi dalam batas-
batas yang telah ditentukan.
PLATFORM TENSION LEG
PLATFORM GUYED TOWER
PLATFORM TRUSS SPAR
2.5. TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR

Skema teknologi yang terlibat dalam desain bangunan


lepas pantai (Diktat Kuliah Perencanaan Bangunan
Lepas Pantai oleh Dr. Ir. Ricky Lukman)
2.5. TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR

1. Desain Konseptual, mencakup :


Informasi mengenai derrick dan cargo barge yang tersedia.
Studi peralatan produksi, meliputi penentuan Preliminari Process Flow
Diagram (PFD), informasi daftar peralatan utama, gambar lay out
fasilitas di deck, gambar piping dan instrument diagram (P&ID)
Analisis awal pembebanan, meliputi perhitungan ukuran strukutr
utama, orientasi dan lokasi platform
Penyelidikan oceanografi, hidrografi, dan meteorologi
Penyelidikan geofisik dan geoteknik
Rute dan ukuran pipa penyalur (pipeline)
Perkiraan biaya dan jadwal pembangunan
Menyiapkan dokumen dan informasi untuk keperluan tahapan
perencanaan berikutnya.
2.5. TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR
2. Desain Detail, mencakup:
Analisis struktur yang meliputi semua kondisi, yaitu :
 Analisis in-place (kondisi operasi, kondisi badai/storm)
 Analisis dinamik akibat gempa (strength & ducility)
 Analisis kelelahan struktur (fatique)
 Analisis saat konstruksi (fabrikasi, transportasi, instalasi,
termasuk pile conductor driveability)
 Analisis perlindungan korosi
 Analisis pipeline riser
2.5. TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR
b. Gambar desain yang meliputi :
- Deck plan & elevation
- Deck framing
- Connections (joint) and stiffeners
- Welding detail
- Pile & conductor detail
- Padeye & other lifting connections
2.5. TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR

Tahapan desain struktur tipe fixed platform


2.5.1. KRITERIA DESAIN
Setiap bangunan lepas pantai memiliki kriteria yang berbeda-beda sesuai dengan kriteria
yang ada pada suatu lokasi berdasarkan tinjauan terhadap kawasan dimana bangunan ini
akan dibangun. Ada beberapa kriteria desain yang memegang peranan penting dalam
pembuatan struktur antara lain :
1. Kedalaman laut
2. Gelombang (tinggi, periode, distribusinya)
3. Gempa
4. Kondisi Tanah
5. Angin
6. Arus
7. Marine Growth
8. Kapasitas desain dari deck
9. Peralatan yang akan dipasang pada deck
2.5.2. KRITERIA OPERASIONAL
Salah satu kriteria dalam mendesain suatu platform adalah
penentuan fungsi platform (pengeboran, produksi,
penyimpanan, materials handling, living quarters, atau
kombinasinya), jumlah sumur yang akan di bor, tipe
pemboran, dan material yang akan digunakan, kegiatan yang
akan diselesaikan kemudian, dan keperluan-keperluan untuk
kegiatan itu. Selain itu, jumlah ruang deck yang diperlukan
serta jumlah deck dan jenis transportasi minyak (dengan
tanker, barge, atau jalur pipa) serta tempat penampungan
minyak, harus ditentukan. Sementara itu, konfigurasi platform
yang dikehendaki juga harus dapat difabrikasi dengan
perlengkapan pemasangan yang tersedia.
2.5.3. KRITERIA LINGKUNGAN

Tahap ini merupakan penentuan berdasarkan


lingkungan dimana platform akan ditempatkan. Meliputi
gaya-gaya gelombang dan angin yang bekerja pada
platform.

Faktor-faktor lingkungan yang harus ditaksir sebelum


gaya-gaya dapat diperkirakan adalah kedalaman air,
kondisi air pasang, tinggi gelombang badai, kecepatan
angin badai, dan dapat juga gempa bumi dan kondisi
2.5.4. KRITERIA FABRIKASI DAN INSTALASI
Pola dan urutan penempatan komponen struktur dalam
proses pembangun, pola instalasi dan transportasi
jacket, deck, dan peralatan harus menjadi bagian dari
kriteria dalam perencanaan dan desain struktur
Kriteria perencanaan konstruksi tipe fixed platform (Diktat Kuliah
Perencanaan Bangunan Lepas Pantai – Dr. Ir. Ricky Lukman)
2.6. STANDAR SPESIFIKASI
Spesifikasi standar yang umum digunakan dalam perencanaan suatu struktur lepas
pantai di Indonesia adalah :
API RP 2A, 21nd Edition (WSD), ‘Recommended Practice for Planning Designing, and
Construction Fixed Offshore Platform’, American Petroleum Institute, Washington
D.C., December 2000.
AISC, 9th Edition, ‘Manual of Steel Construction, Allowable Stress Design’, American
Institute of Steel Construction, AISC, New York 1989.
AWS D1, 1-88, ‘Structural Welding Code-Steel’, American Weldong Society, Inc,. New
York 1988.
2.7. PERENCANAAN STRUKTUR
ANJUNGAN TIPE TETAP (JACKET)
Terdapat 3 komponen pada template platform baja yaitu
jacket, piles, & deck.

• Deck didukung pada girder, truss, dan kolom. Dibawahnya,


piles yang ujungnya bersambung dengan kolom deck
dipancang ke bawah melalui kaki-kaki jacket ke dasar laut.
• Kaki jacket berpenampang bulat berdiameter besar dan
dirangkai bersama sejumlah pipa tubular yang lebih kecil
disebut braces.
• Kaki jacket tidaklah vertikal, kaki ini akan semakin
melebar untuk menyediakan landasan yang lebih luas
untuk jacket pada mudline dan membantu menahan gaya
lingkungan yang menyebabkan momen guling.
2.7. PERENCANAAN STRUKTUR ANJUNGAN
TIPE TETAP (JACKET)
Komponen template platform :
1. Piles : sebagai pondasi yang dipancangkan ke dasar laut
dan letaknya di dalam jacket. Tiang ini berfungsi sebagai
pondasi. Seluruh gaya luar yang terjadi pada anjungan akan
diteruskan ke piles ini untuk kemudian diteruskan ke dalam
tanah.
2. Jacket : menyangga deck dan melindungi conductor dan
menyokong sub struktur lainnya seperti boat landing, barge
bumper dan lain lain.
3. Deck : sebagai penunjang segala peralatan yang digunakan
dalam proses operasi yang berlangsung, seperti
pengeboran, peralatan produksi dan tempat tinggal di
anjungan. Terdiri dari beberapa tingkat sesuai dengan
kebutuhan dan fungsi yang digunakan, yaitu : main deck,
cellar deck, mezzaine deck
2.7.1. DESAIN JACKET
Jacket adalah tiang-tiang di sekitar sumur eksplorasi
yang melindungi pompa-pompa, sumur pengeboran dan
lainnya dan berfungsi sebagai pelindung pile dari
berbagai gaya (tumbukan kapal yang berlabuh, dll) dan
korosi. Pile berada di dalam jacket di mana pile ini
ditancapkan ke dalam tanah berdasarkan jacket legs.
Jacket dipasang mulai dari garis mudline sampai deck
substruktur.
2.7.1. DESAIN JACKET
a. Penentuan Ukuran Kaki Jacket
Tidak ada ketentuan pasti mengenai ukuran dan
kemiringan jacket. Penentuan dimensi jacket dilakukan
berdasarkan pengalaman. Aturan yang baik adalah
memperkecil luas proyeksi batang di daerah dekat
permukaan air sehingga memperkecil beban lingkungan
yang diterima struktur. Ketebalan dinding jacket didesain
untuk dapat menahan gaya aksial, tegangan lentung
(bending stress) dan deformasi. Untuk ketebalan dinding
jacket biasanya dipakai ½ inch sampai 2 ½ inch.
Ketebalan yang kurang dari ½ inch menyebabkan
masalah korosi cepat terjadi namun ketebalan lebih dari
2 ½ inch dapat menyebabkan kesulitan dalam fabrikasi
dan sering terjadi patahan di daerah titik pengelasan
antar braces.
2.7.1. DESAIN JACKET
b. Susunan Rangka
Kaki-kaki jacket saling dihubungkan dan diikat oleh 3 jenis
pengaku (bracing) yaitu :
1. Bracing diagonal pada bidang vertikal
2. Bracing horizontal pada bidang horizontal
3. Bracing diagonal pada bidang horizontal.
Sistem bracing memiliki 3 fungsi :
1. Membantu memindahkan beban-beban horizontal ke
pondasi
2. Memberikan kesatuan struktural selama fabrikasi dan
instalasi
3. Menyokong anoda korosi dan kepala konduktor dan
meneruskan gaya-gaya gelombang yang dihasilkan ke
2.7.1. DESAIN JACKET
c. Tipe-tipe bentuk Braces
Braces yang berbentuk vertikal, horizontal, dan diagonal
bersama kaki jacket membentuk suatu sistem kekakuan
tersendiri. Sistem kekakuan ini meneruskan beban dan
gaya dari platform ke pondasinya. Ada banyak macam
tipe-tipe bentuk braces seperti gambar berikut ini :
2.7.1. DESAIN JACKET

Bentuk umum pola brace


2.7.1. DESAIN JACKET

Bentuk umum pola brace


2.7.1. DESAIN JACKET

Bentuk umum pola brace


2.7.1. DESAIN JACKET

Bentuk umum pola brace


2.7.1. DESAIN JACKET
Tipe 1 : K-braced
a. Memiliki jumlah joint yang sedikit
b. Tidak simetris dan tidak mempunyai sistem
redundansi yang baik
c. Biasanya digunakan di lokasi yang tidak
membutuhkan kekakuan tinggi tanpa gaya seismik
Tipe 2 dan 5 : V-braced
a. Memiliki jumlah joint yang sedikit
b. Tidak mempunyai sistem redundansi yang baik
c. Tidak memiliki sistem transfer beban yang baik dari
satu level ke level lainnya
d. Jarang digunakan
2.7.1. DESAIN JACKET
Tipe 3 : N-braced
a. Tidak mempunyai sistem redundansi yang baik.
b. Kegagalan buckling pada salah satu batang tekan akan
menyebabkan kegagalan pada batang lainnya dan
menyebabkan keruntuhan.
c. Tidak dianjurkan untuk digunakan
Tipe 4 : Plus X-braced
a. Memiliki bentuk simetris dengan redundansi dan daktilitas
yang cukup.
b. Memiliki jumlah joint yang banyak dan bentuk cabang V
pada sisi transversal akan menyebabkan ukuran horizontal
brace yang besar.
c. Paling banyak digunakan pada lokasi perairan yang tidak
dalam
2.7.1. DESAIN JACKET
Tipe 6 : X-braced
a. Memiliki kekacauan horizontal, daktilitas, dan
redundansi yang tinggi
b. Memiliki jumlah joint dan batang yang dibutuhkan
lebih banyak
c. Umum digunakan di laut dalam dan di daerah
gempa yang membutuhkan kekakuan dan daktilitas
tinggi untuk mengurangi periode goyangan alami
struktur.
2.7.2. DESAIN DECK
A. Penentuan Dimensi Deck
Secara fungsi, deck terbagi atas beberapa tingkat, yaitu :
1. Main deck, yang berfungsi sebagai tempat pengeboran,
dan beberapa modul lainnya seperti living quarter,
compressors, peralatan proses, dll.
2. Cellar deck, yang berfungsi sebagai tempat sistem yang
harus diletakkan di bagian bawah seperti pompa,
christmas tree, pig launcher, well head, dll.
3. Deck tambahan apabila diperlukan
Penentuan konfigurasi deck mempertimbangkan kebutuhan
luas, jumlah level (tingkat), layout equipment, dll.
2.7.2. DESAIN DECK
Deck pada level terbawah harus memadai dan aman dari
puncak gelombang rencana dan harus diberikan celah udara
(air gap). API RP2A merekomendasi air gap sebesar 5 ft di
atas puncak gelombang ekstrim. Selain itu juga harus
diperhatikan Highest Astronomical Tide (HAT) dan storm surge
dari lokasi perairan. Gelombang rencana yang digunakan
adalah gelombang dengan periode ulang 100 tahun.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka elevasi untuk deck pada
level terendah adalah :
Elevasi deck terendah = HAT + 0.5 storm tide + H maks + air
gap
2.7.2. DESAIN DECK
Setelah diketahui elevasi deck maka selanjutnya akan
dilakukan penentuan ukuran deck leg, sebagai berikut :
1. Penentuan diameter luar deck leg yang biasanya adalah
sama dengan diameter luar pile yang direncanakan.
2. Perhitungan tegangan aksial yang diizinkan (allowable
axial stress) Fa, dilakukan menurut standar AISC
(American Institute of Steel Construction) berdasarkan
rasio kerampingan.
3. Perhitungan perkiraan gaya aksial dan momen maksimum
pada deck leg dilakukan berdasarkan beban konservatif
dari struktur, beban peralatan, gaya angin, dan gaya
gelombang.
4. Perhitungan interaction ratio dengan mengambil suatu
harga ketebalan dinding deck leg awal, axial stress, dan
bearing stress hingga diperoleh nilai interaction ratio lebih
2.7.2. DESAIN DECK

B. Layout Equipment
Posisi, dimensi, dan berat peralatan yang akan dipasang di
atas deck harus diperhatikan secara seksama sehingga dapat
memberikan ruang diantara equipment. Perlu diperhatikan
juga framing untuk menahan beban equipment dan ruang
antara equipment. Hal ini berguna untuk mendapatkan
dimensi, ruang, dan kekuatan framing deck yang akan
direncanakan
C. Deck Framing
Berfungsi mentransfer beban-beban dari area deck ke deck
leg untuk diteruskan ke jacket lalu ke pondasi. Sistem yang
digunakan dengan menyalurkan beban pada lantai deck yang
biasanya berupa deck plate dan balok-balok utama (beams)
kepada sistem rangka longitudinal yang tersusun dari elemen-
Pemilihan ukuran awal deck plate dilakukan dengan menggunakan beban merata maksimum
pada deck. Pelat pada deck didesain untuk dapat menerima beban yang bekerja diatasnya,
kemudian disalurkan ke balok-balok utama deck (deck beams). Dalam desain pelat harus
diperhatikan kemungkinan korosi, tegangan, dan lendutan yang mungkin terjadi. Lendutan
yang berlebihan harus dapat dihindari dengan mempertebal pelat atau memperpendek
bentang. Untuk struktur anjungan dianjurkan ketebalan minimal pelat adalah 5/16 inch,
tetapi umumnya digunakan pelat 3/8 inch.
Beban dari deck plate diteruskan ke balok utama deck. Pada umumnya balok utama
dipasang pada setiap bentang yang sama. Jarak antara beack bams biasanya ditentukan
oleh jarak antara well head.
Kebanyakan anjungan tersebut terletak di lepas pantai dari
landas kontinen meskipun dengan kemajuan teknologi dan
meningkatnya harga minyak mentah, pengeboran dan
produksi di perairan yanglebih dalam telah menjadi lebih
baik, layak dan ekonomis.
Sebuah anjungan yang khas mungkin memiliki sekitar tiga
puluh mata bor, pengeboran yang terarah memungkinkan
sumur bor dapat diakses pada duakedalaman yang
berbeda dan juga pada posisiterpencil sampai 5 mil (8
kilometer) dari platform.
3. PENGARUH KONDISI LAUT TERHADAP
ANJUNGAN LEPAS PANTAI

 Pengaruh kondisi laut terhadap anjungan lepas pantai


sangat berpengaruh terhadap konstruksinya.
 Terutama gaya gaya yang bekerja pada anjungan
lepas pantai akibat arus gelombang.
 Adanya hal ini, maka perlu penambat seperti mooring
atau dynamic positioning system agar anjungan lepas
pantai tetap stabil.
Respon Gerak Pada Unit yang
bertumpu di dasar laut
Unit Fixed
 akan memberikan respon gerak
dari
 alam,
 dan yang paling berpengaruh
adalah :
 gaya-gaya lateral,
 sedang, gaya verikal sedikit
sekali pengaruhnya.
Respon Gerak Pada Unit yang bertumpu di dasar laut
Unit Fixed
Pengaruh Ombak masih perlu dipertimbangkan terhadap efek pembebanan seperti gambar
berikut
4. ANJUNGAN PEMBORAN DAN
OPERASI PEMBORAN
A. ANJUNGAN PEMBORAN LEPAS PANTAI
(FIXED OFFSHORE PLATFORM
 Anjungan lepas pantai terpancang merupakan
anjungan paling tua dan paling banyak dibangun
untuk kegiatan eksplorasi minyak dan gas.
 Dikategorikan sebagai anjungan terpancang bila
anjungan tersebut dalam operasinya bersifat
menahan gaya-gaya lingkungan tanpa mengalami
displacement yang berarti.
 Di laut dangkal anjungan dapat dipancangkan ke
dasar laut, kaki-kaki terbuat dari beton atau baja
memanjang dari anjungan ke dasar laut.
 Penggunaan anjungan tipe jacket hanya ekonomis
utnuk pengoperasian kedalaman 1000-1600 ft.
ANJUNGAN TETAP (FIXED OFFSHORE PLATFORM
1. Jacket Template
Memiliki ciri khas berupa jacket bagi konduktor dan
template untuk pemancangan pile. Tipe ini
dikembangkan untuk operasi di laut dangkal dan laut
sedang yang dasarnya tebal, lunak, dan berlumpur.
Tiang pancang juga menyokong struktur terhadap beban
lateral yang dialami yang diakibatkan oleh angin,
gelombang, dan arus.
GAMBAR PLATFORM TIPE JACKET
ANJUNGAN TETAP (FIXED OFFSHORE PLATFORM

2. Caissons
Platform kecil dengan dek kecil, dibutuhkan
untuk operasi di laut dangkal (tidak lebih dari
60m) dengan kandungan minyak yang tidak
banyak. Dalam hal ini pile dipancang samapai
kedalaman yang cukup untuk menyokong dek
kecil.
PLATFORM TIPE CAISSON
ANJUNGAN TETAP (FIXED OFFSHORE PLATFORM
3. Concrete Gravity Platform
Platform jenis ini dipasang apabila tanah keras did asar
laut tidak jauh dari permukaan lumpur. Pondasi struktur
dibuat berbentuk lingkaran dan terbuat dari beton.
Pondasi yang berat ini menyokong beberapa tower yang
kemudian menyokong dek baja
PLATFORM TIPE CONCRETE GRAVITY PLATFORM
ANJUNGAN TERAPUNG (FLOATING OFFSHORE
PLATFORM)
Anjungan lepas pantai terapung merupakan anjungan
yang mempunyai karakter bergerak mengikuti gerakan
gelompang, ciri khasnya adalah mobilitas dan
kemampuannya mengantisipasi gerakan akibat
gelombang dan arus laut.
ANJUNGAN TERAPUNG (FLOATING OFFSHORE
PLATFORM)

1. Barge rig
Barge rig didesain untuk kedalam air yang
dangkal. Rig ini mengapung pada situs
pemboran dan lower hull akan terbenam
hingga dasar laut. Area permukaan lower hull
menjaga rig dari tenggelam ke dalam lumpur
dan memberikan kestabilan ketika pemboran.
Anjungan Terapung (Floating
Offshore
2. Submersible Rig Platform)
Perbedaan mendasar antara submersible dan
semisubmersible rig adalah submersible pontoon dan
legnya tenggelam dan mencapai dasar permukaan.
Berbeda dengan semisubmersible yang melayang.
Pada submersible rig, syarat kedalaman lautnya lebih
dangkal dibanding semisubmersible rig.
ANJUNGAN TERAPUNG (FLOATING OFFSHORE
PLATFORM)
3. Semi sub mersible platform
Memiliki kemampuan membor di laut dalam. Sistem
kerja platform ini adalah pada saat udara dikeluarkan
dari lambung bawah, rig tidak seluruhnya terendam ke
dasar laut tapi hanya sebagian, masih mengapung di
atas titik pemboran. Lambung bawah diisi dengan air
untuk memberikan kestabilan pada rig. Rig jenis ini
ditahan di lokasi oleh sauh dengan sistem dynamic
positioning
PLATFORM SEMI SUBMERSIBLE RIG
Pemindahan atau moving semi submersible rig
ANJUNGAN TERAPUNG (FLOATING OFFSHORE
PLATFORM)
4. Jack Up Platform
Digunakan untuk pemboran di perairan darat yang
dangkal yang tenang seperti danau, rawa, sungai, dan
kanal. Biasanya berupa anjungan besar yang
mengapung dan harus ditarik dengan kapal tunda ke
lokasi. Setelah ditarik ke lokasi, tiga atau empat kakinya
diturunkan sampai menyentuh dasar laut, anjungannya
terletak di atas permukaan air. Sesuai untuk perairan
dangkal.
PLATFORM JACK-UP RIG
Pemindahan Jack Up dengan cara diderek oleh kapal boat:
ANJUNGAN STRUKTUR LENTUR
(COMPLIANT OFFSHORE PLATFORM)
Tujuan dibangunnya konsep anjungan ini adalah untuk
memenuhi persyaratan fungsi-fungsi khusus seperti faktor
ekonomi dan teknis. Anjungan ini biasanya lebih ringan
dari jenis lain karena memiliki kekakuan yang tidak besar.
Beberapa anjungan struktur ini memanfaatkan gaya apung
untuk menahan beban yang bekerja pada struktur
tersebut. Station keeping merupakan salah satu
pertimbangan yang dianggap cukup penting dalam
perencanaan anjungan struktur lentur, oleh karena itu
diperlukan sistem penambatan yang mampu menjaga
struktur tersebut agar selalu berada di lokasi dalam batas-
batas yang telah ditentukan.
PLATFORM TENSION LEG
PLATFORM GUYED TOWER
5. Spar Platform
Spar Platform adalah sebuah
Bangunan LepasPantai
terapung yang menggunakan
Buoyant Hull atau sebuah
Tangki raksasa sebagai
pengapung sekaligus tempat
penyimpanan minyak hasil
eksploitasi.
Proses perakitan Hull Spar Platform
Spar diikat oleh mooring yang terikat di dasar laut agar tidak
berpindah-pindah dari lokasi.
PLATFORM TRUSS SPAR
6. Drillships
Untuk pengeboran di kedalaman laut
hingga 7500 feet (2286 meter)
digunakanlah drillship. Dapat
memasang Dynamic positioning
(propeller) untuk stabilisasi rig,
sehingga tidak perlu dipasang
kawat dan mooring. Rig ini
ditempatkan diatas kapal laut
sehingga mendukung untuk
mobilitas tinggi dan sanggup
beroperasi pada lokasi yang jauh
dari daratan. Penempatan
tower berada diatas kapal yang
pada bagian bawah kapal dalam
kkondisi terbuka ke laut.
B. OPERASI PEMBORAN LEPAS PANTAI
1. Operasi Pemboran pada Fixed Platform
Pemboran pada fixed platform yaitu sumur dibor secara
berarah (directional drilling) membentuk sistem klaster
untuk mencapai pola spasi pengurasan yang baik.
Pada pemboran pada fixed platform, diperlukan
perencanaan khusus pada instalasi marine conductor,
control beban pada platform dan komplesinya.
a.) Marine Conductor Instalation
Marine conductor disebut juga dengan drive pipe. Drive pipe diturunkan
menembus guide ring, yang merupakan instalasi dari platform pada spasi tersendiri selama
tahapan konstruks. Rings memberikan daya dukung lateral pada sumur di atas dasar laut.
Pemasangan drive pipe dilakukan dengan diesel hammer, sehingga menembus dasar laut.
Hammer dipukulkan ke bagian atas drive pipe dari traveling block dengan sling
yang berdiameter 1.5in dan berat hammer 17000lb. Setelah drive pipe ditempatkan, lalu
dipotong dengan ketinggian yang memungkinkan untuk dipasang peralatan flowline dan fill
up line, kemudian operasi pemboran dapat dilakukan. Pada tahap awal, umumnya pemboran
dilakukan dengan air laut.
Permasalahan pada operasi ini yaitu mempengaruhi setting depth dari marine
conductor dan dalam penyemenan casing.
Pada saat tertentu, ketika casing string akan disemen, harus mempertimbangkan
kedalaman laut dan setting depth marine conductornya. Ketinggian bubur semen pada
annulus harus diperhitungkan, karena akan mendesak lantai bor. Hal ini harus diperhatikan
yaitu kenaikan dan formation strength ketika penyemenan dan waktu filter cake semen
mengganti mud cake.
Terdapat beberapa alat yang khusus, yaitu:
a. Rigit type centralizer.
b. Flensa riser nipple.
c. Rangkaian casing yang sesuai didudukan pada convensional manner dengan slip dan
seal assemblies atau boll weevil type casing hanger.
b.) Platform Load Control
Platformsudah barang tentu dirancang untuk suatu
kondisi beban tertentu. Sebagai akibat dan maksimum beban
yang diizinkan, penekanan beban pada penempatan
peralatan yang permanen harus mempertimbangkan variasi
distribusi beban pada platform. Anjungan harus mampu
menahan beban menara, beban rangkaian pipa berat, pipa
dan racks, cairan dan lumpur, additive, dan lain lain.
Saat penempatan peralatan diketahui, maka beban
maksimum yang diderita platform dapat dihitung. Sudah
barang tentu beban maksimum pada saat operasi tidak boleh
melebihi beban maksimum yang diizinkan.
c.) Completion pada Fixed Platform
Teknik komplesi bervariasi dari suatu daerah ke
daerah lain. Penempatan safety device dibawah dasar laut
sangat penting untuk menjaga kejadian blow out yang
merusak atau menghancurkan sumur dari dasar laut. X-
mastree dan safety valve yang dipasang sesuai dengan
tekanan kerjanya. Dalam suatu daerah operasi pemboran,
sumur yang telah dikomplesi dapat diproduksikan pada
anjungan tersebut.
2. Operasi Pemboran pada Jack Up Rig
Sistem yang digunakan untuk pemboran pada Jack Up
Rig sangat tergantung pada kedalaman air, dan maksimum
kondisi laut selama sumur diproduksi. Tipe komplesi juga
sangat dipertimbangkan untuk mengetahui komplesi berada
di dasar laut atau di permukaan.
a.) free standing well
Keadaan air merupakan batasan dan kondisi laut yang
mendukung, maka sumur akan dikomplesi di permukaan dan
dengan demikian sumur berdiri bebas. Tanpa membutuhkan
adanya penyangga.
Drive pipe akan dihammer masuk ke dalam dasar laut
sampai kokoh. Jika tidak dapat menembus formasi dasar laut,
maka dilakukan dengan membor dan dilakukan penyemenan.
Setelah conductor hole dibor,
conductor string dimasukkan dan
disemen dari dasar laut. Centralizer
digunakan. Drive pipe dan conductor
dipotong di atas ketinggan permukaan
laut dan dimasang casing head, drilling
spool dan annular preventer di atas
flensa. Fasilitas ini terletak pada bawah
lubang lantai bor.
Selanjutnya, casing yang sesuai
tidak mungkin digantungkan di
permukaan, karena akan memberikan
beban dan menyebabkan pelengkungan
pada pipa antara dasar sumur sampai di
permukaan. Digunakan alat seperti
casing hanger landing nipple dan hanger
assembly.
b.) Protective Well Jacket
Jacket pelindung sumur diperlukan pada pemboran
dengan kedalaman air relatif besar atau kondisi air laut yang
tidak memungkinkan untuk dipasang free standing well dan
sumur dikomplesi di permukaan, maka diperlukan struktur
penyangga dengan menempatkan well jacket.
Jacket dan drive pipe akan dipasang. Alternatif lain jika
sumur telah dibor dengan free standign well, daya dukung
lateral diberikan oleh drilling slot, maka pemasangan jacket
dilakukan setelah penyemenan production casing.
c.) Mud Line Suspension
Casing string akan duduk di dasar laut dengan hanger dan akan
diperpanjang ke permukaan dengan menggunakan riser. Sistem ini
diterapkan dengan penempatan di permukaan dan conventional wellhead
dan peralatan BOP.

Keunggulan sistem ini yaitu:


a. Jika sumur dikomplesi di permukaan, jacket pelindung harus
ditempatkan untuk menyokong sumur.
b. Jika sumur akan dikomplesi dengan subsea tree, segera dapat
dilakukan.
c. Jika dryhole, wellhead dan BOP dapat dipindahkan, dan casing string
diperpanjang untuk melindungi kedudukan mudline.
d. Jika minyak didapat, casing string extension akan diperlukan dan
sumur ditinggalkan selama beberapa saat. Dan pada saat komplesi,
casing extension diambil kembali.
Mud line suspension dan teknik komplesinya dapat
disesuaikan dengan keekonomian yang ada. Subsea
completion hanya digunakan pada lapangan pengembangan,
tidak pada sumur eksplorasi.
2. Pemboran pada Floating Platform
Adanya pemboran terapung telah memacu timbulnya teknologi
baru untuk mengatasi respon gerak terhadap ombak pada operasi
pemboran. Untuk itu, diperlukan suatu sistem pemipaan antara unit
terapung dengan dasar laut yang menetap. Sistem ini disebut marine riser
system
1. Marine riser system
Marine riser system adalah sistem rangkaian yang
menghubungkan antara BOP stack dengan permukaan yang dapat
bergerak fleksible. Ukuran dari riser ini bergantung dari ukuran lubang
BOP, dimana ukuran riser ini lebih besar dari BOP.
Marine riser ini dibuat sedemikian rupa, sehingga tahan
mengalami gaya regang sepanjang kedalaman air tanpa mengalami
kelelahan sistem, cukup fleksibel untuk menyesuaikan dengan gerakan
kapal akibar arus laut, serta berfungsi sebagai pemipaan pada sistem
sirkulasi.
Marine riser
tersusun dari beberapa
komponen, yaitu:
a. Riser joint
b. Slip joint
c. Ball joint
d. Kill and choke line
a. Riser Joint
Riser joint berbentuk seperti ruas-ruas pipa untuk
mencegah kelelahan metal pada riser. Pada kedua sisi
luarnya dipasang pipa lain yang berukuran lebih kecil untuk
mengantar fluida hidrolik ke BOP. Antar ruas dihubungkan
baut-baut, yang jumlahnya bervariasi. Pada kedua ruasnya
dipasang ring penjepit untuk mencegah kebocoran. Setelah
seluruh ruas tersambung dan menghubungkan antara kapal
dengan BOP, maka drill string dapat masuk ke dalamnya
untuk operasi pemboran.
b. Slip joint
Berupa dua buah lingkaran yang dipasang pada bagian
ujung atas rangkaian marine riser. Lingkaran luar pipa disebut
outer barrel, bagian ini terikat dengan kabel-kabel baja
dengan tensioner sistem, agar regangan riser dapat
dipertahankan. Bagian dalam pipa disebut inner barrel, yaitu
suatu baja yang disambungkan ke diverter, inner barrel akan
c. Ball Joint
Berbentuk dua silinder logam kosentrik, yaitu silinder dalam dan silinder luar.
Silinder luar mempunyai ruang dalam yang berbentuk bola, dan silinder dalam juga
berbentuk pola sehingga sambungan keduanya menjadi satu rangkaian engsel ke segala
arah.
d. Kill and Choke Line
Kill and choke line adalah bagian integral dari riser untuk membebaskan dengan
kontrol permukaan, suatu fluida formasi tekanan tinggi yang tersekap oleh rams BOP.
e. Komponen Bantu Lainnya
Tiga alat bantu yang dipergunakan dalam rangkaian marine riser sistem, antara
lain komponen bantu sambungan, komponen bantu pengapung dan riser tensioner.
2. Blow Out Prevention System
Pada floating system, BOP terletak di dasar laut, maka
perlu dibuat beberapa modifikasi agar BOP mampu beroperasi
di dasar laut. Beberapa modifikasi ini antara lain:
a. Memperbesa ukuran BOP
b. Harus dipertimbangkan tekanan hidrostatis air laut
terhadap BOP
c. Harus dipertimbangkan pula waktu reaksi BOP
d. Untuk menghindarkan pressure drop aliran balik, maka
setelah digunakan fluida hidrolik dibuang di dasar laut.
Sehingga fluida pemboran perlu direncanakan agar tidak
menimbulkan pencemaran, tidak korosif, dan
berviskositas rendah.
a. Komponen-komponen BOP
Komponen BOP yaitu:
1.) Annular Preventer, yaitu ram untuk menutup lubang dalam
keadaan ada pipa maupun tidak ada pipa. Terletak sebagai ram
teratas di BOP.
2.) Blind Ram, yaitu ram untuk menutup lubang yang tidak ada
pipa di dalamnya.
3.) Pipe ram, yaitu ram yang menutup lubang bor ketika ada pipa
di dalamnya.
4.) Shear Ram, yaitu ram untuk menutup lubang bor dengan cara
memotong pipa yang ada di dalamnya.
5.) kill and choke valve, kill valve yaitu untuk memasukkan killing
fluid atau fluida lumpur berat untuk mengatasi kick ke dalam
lubang bor. Sedangkan choke valve untuk mengeluarkan fluida
kick.
6.) Accumulator, sebagai penggerak BOP, dengan cara hidrolik
atau pneumatic. Accumulator akan digeraakan dengan drillers
Annular preventer Pipe Rams Shear Rmas

Accumulator Hydraulic Control Drilling Spool


Sebelum pemasangan BOP, dasar laut harus dicek
keadaan tanahnya. Setelah itu, baru BOP diturunkan ke dasar
laut.
Keuntungan subsea BOP ini adalah kick langsung
tertutup langsung di lubang, tetapi jika terdapat di permukaan
dapat saja bocor atau riser pipe menjadi rusak, sehingga
penutupan sumur tidak optimal bahkan gagal.
b. Pengontrolan BOP
Fungsi hidrolik dibutuhkan dengan efisiensi yang tinggi,
sehingga mampu mengaktifkan kerja stack secepat mungkin.
Sistem ini memerlukan aliran fluida kecepatan tinggi untuk
mendukung fungsi utamanya. Terdapat dua sistem pengontrol,
yaitu sistem hidrolik dan sistem elektronik. Tetapi istem
elektrohidrolik lebih cepat dari sistem hidrolik.
Ilustrasi sistem Kontrol Hidrolik untuk Subsea
3. Rucker Heave Compensator
Peralatan ini digunakan
sebagai marine riser dan guide
line tensioner. Pada sistem ini,
line dijaga tetap pada kondisi
tension yang dihubungkan
dengan rangkaian multiple-
sheave. Tension pada line
dijaga dan dipertahankan
dengan menggunakan high
pressure oil dalam silinder
acumulator, yang dibackup
dengan udara bertekanan
tinggi.
4. Komplesi pada floating unit
Komplesi pada sumur yang dibor pada floating unit
dikomplesi dengan sistem komplesi dasar laut. Riser yang
digunakan untuk operasi produksi disebut dengan production
riser.
5. Tes Sumur pada Floating Unit
Prinsip yang digunakan hampir mirip dengan onsore,
tetapi memiliki perbedaan dimana diperlukan peralatan
tambahan pada operasinya. Peralatan DST pada offshore
antara lain Pressure recorder, perforated tail pipe, packer, DST
control valve, minor pipe string, slip joint system, majot pipe
string, serta sub sea test tree.
3. Pengendalian Posisi dan Komposisi Gerak Permukaan Pada Pemboran
Offshore
1. Respon Gerak Unit Lepas Pantai
Gaya-gaya yang berlaku terhadap meliputi angin, ombak, dan
arus. Akibat adanya gaya-gaya tersebut diberikan kepada unit lepas pantai,
maka unit lepas pantai akan memberikan respon gerak dan unit terapung
yang akan memberikan respon gerak terbesar.
Respon gerak pada unit terapung
a) Gerak pada bidang horizontal:
- Surge, gerak translokasi sepanjang sumbu X
- sway, gerak translokasi sepanjang sumbu Y
- Yaw, gerak rotasi berporos pada sumbu Z
b) Gerak pada bidang vertikal:
- Heave, translokasi ke atas bawah sepanjang sumbu Z
- Roll, rotasi berporos pada sumbu X
- Pitch, gerak roasi berporos pada sumbu Y
Respon gerak pada unit yang bertumpu di dasar laut:
Respon gerak fixed unit relatif lebih kecil dibandingkan respon
gerak floating unit. Terdapat batas toleransi pada alat seperti
pada tabel:
2. Pengendalian Posisi Unit Terapung
Pengendalian posisi bermaksud untuk memperkecil
pergeseran horizontal badan kapal akibat gaya-gaya dari alam.
Pergeseran posisi selalu diukur dari satu titik acuan tertentu. Dalam
operasi pemboran, titik acuan yang digunakan adalah lubang bor itu
sendiri.
terdapatnya keterbatasan pembengkokan peralatan
pemboran, terutama yang berada antara unit terapung dengan
dasar laut, maka ditetapkan batas-batas toleransi pergeseran
horizontal. Biasanya pergeseran yang diperbolehkan pada saat
pemboran antara 2 sampai 3% dari kedalaman laut, dan
pergeseran pada saat tidak beroperasi tetapi riser masih
tersambung dengan BOP pergeseran yang diizinkan dapat 8 sampai
10% dari dalam laut.
Ada dua metode pengendalian posisi yang dikenal saat ini
yaitu:
a. Sistem mooring
b. Dynamic positioning system
a. Sistem Mooring
Sistem ini mengikat
badan unit dengan jangkar
dasar laut untuk
memperkecil pergeseran
horizontal badan unit.
1.) sistem mooring
konvensional
Beberapa mooring
digunakan untuk mengikat
sekeliling badan kapal
dengan dasar laut. Pola
pengikatan kabel ada
berbagai macam, tetapi
diantara berbagai pola
nampak kesamaan sistem
geometris.
2.) Sistem Turret Mooring
Perbedaan dengan
sistem konvensional adalah
pada pola letak ikatan kabel.
Disini mooring diikat pada
lambung kapal disekeliling
moonpool. Sistem ini
memberikan stabilitas yang
lebih baik dari sistem
konvensional, juga lebih stabil
dibandingkan dengan
kestabilan submersible kecil.
Kekuatan Cengkraman Jangkar
Gaya-gaya yang bekerja pada kondisi lingkungan laut yang selalu berubah harus
diimbangi setiap saat dengan kekuatan tegangan tali-tali mooring. Kedudukan jangkar yang
benar, dimana shank berkedudukan horizontal dan fluke terbenam dengan sudut tertentu
sehingga keseluruhan anchor terbenam, jika mendapat gaya tarik horizontal, maka anchor
menancap lebih dalam.
Kekuatan cengkraman jangkar sering disebut dengan istilah holding power ratio,
yang didefinisikan sebagai besarnya tegangan tali mooring pada jangkar dibagi dengan berat
jangkar diudara. Jangkar yang baik adalah yang mempunyai holding power lebih besar.
Kurva Cartenary
Bentuk dari mooring line, di dalam fluida laut akan
berupa lengkungan yang terkenal dengan istilah Curve.
Bentuk ini merupakan harus pengaruh gaya berat mooring
line.
Bagian dan perlengkapan sistem jangkar ini, antara lain:
a. Jangkar
b. Rantai
c. Tali kabel
d. Elemen penyambung, chain fittings dan wire rope fittings
e. Winches
f. Windlasses
g. Perlengkapan pengukuran gaya-gaya tegangan mooring
line
h. Pendant lines dan mooring buoys
i. Anchor handling boats
b. Sistem Pengendalian Posisi Dinamik
Terdapat dua komponen perangkat, yaitu:
1.) komponen perangkat lunak
Pada unit terapung ada tiga gaya yang paling
berpengaruh, yaitu angin, ombak dan arus. Sistem ini
menggunakan serangkaian perhitungan dengan komputer,
tiga elemen utama yang diukur:
- Pengukuran terus menerus posisi relatif unit terhadap
acuan dasar laut
- Mengontrol respon atau menentukan besarnya koreksi
daya dorong truster
- Mengontrol besar daya yang harus diberikan pada truster
2.) Komponen Perangkat Keras
Komponen tersebut antara lain:
- Sistem pengukur posisi relatif terhadap suatu titik acuan
Hal ini dengan prinsip meletakkan suatu titik acuan pada
tempat tertentu dan meletakkan alat pengukur relatif pada objek
bergerak.
- Sistem komputer
Dalam pengendalian sistem ganda, digunakan dua
komputer untuk mengontrol truster interface, sensor interface,
supply tenaga dan kontrol alarm.
- Sistem pendorong
Berupa baling balin atau truster yang digerakkan dengan
motor listrik yang ditempatkan di sekeliling kapal. Saat ini dikenal
dua sistem pendorong yaitu cycloidal dan water jet.
3. Kompensasi Gerak
Permukaan
Respon gerak vertikal ke
atas unit terapung akibat
pengaruh ombak mengakibatkan
tinggi unit terapung dasar laut
berubah-ubah. Perubahan yang
berlangsung berulang kali
seirama dengan perioda
gelombang, akan menimbulkan
masalah pada berbagai peralatan
yang digantung antara kapal dan
lubang sumur.
Keadaan ini
menimbulkan masalah pada
wireline logging, harga WOB
dapat berubah-ubah pada saat
pemboran, dan menyulitkan
peletakan BOP serta casing.
Aplikasi Kompensasi Gerak Permukaan
Alat untuk konsentrasi gerak permukaan ini, umumnya
dipasang pada hook dan crown block, karena drilling line
inilah yang paling terpengaruh heave. Sesuai dengan fungsi
utama alat ini untuk memperkecil pengaruh heave, maka alat
ini berguna pada saat proses operasi, antara lain:
a. Proses pemboran
b. Proses pendaratan BOP
c. Proses pendaratan casing
d. Kontrol keamanan
Sistem Kompensasi Gerak Permukaan
Sistem peralatan kompensasi yang telah dibuat, ada suatu kesamaan prinsip, yaitu
kenaikan gerak mendadak yang mengakibatkan kenaikan beban mendadak, energi diserap
dan disimpan oleh sistem pneumatic dan dilepaskan kembali pada saat terjadi penurunan
beban mendadak. Perbedaan berbagai prinsip adalah pada cara pelepasan energinya.
Dikenal tiga prinsip pendekatan, yaitu:
a. Sistem pasif, digunakan pada guide line tensioner, riser tensioning, dan heave
compensator. Prinsip kerjanya apabila beban naik mendadak, gaya beban dipindahkan
ke piston yang kemudian menekan gas dalam silinder. Sebaliknya jika beban turun
mendadak, gaya yang terserap gas dilepaskan perlahan.
b. Sistem aktif dan semi aktif
Sistem aktif menggunakan lingkaran feedback untuk
memperkecil efek heave terhadap peralatan yang
bersangkutan. Prosesnya ketika terjadi heave naik, komputer
menghitung beda tinggi dari acuan posisi, dari hasil
perhitungan komputer menghitung beda tinggi dari acuan
posisi, dari hasil perhitungan komputer memerintahkan
sistem pompa untuk mempompakan fluida incompressible ke
dalam actuator, kemudian actuator bergerak naik dan
akibatnya fluida yang ada di dalam motion compensator
turun. Saat heave turun, komputer memerintahkan pompa
menurunkan actuator, penurunan actuator ini akan
mendorong piston compensator naik ke atas.
Sistem semi aktif, kombinasi ini digunakan untuk
menentukan jumlah tenaga yang diperlukan sistem. Dalam
sistem ini, tenaga pengimbang beban piston diperoleh dari
sistem pneumatik udara dan pompa penggerak actuator.
Sistem ini tidak memerlukan komputer, hanya memerlukan
suatu unit pengontrol elektronik.
skema sistem aktif dan semi aktif dapat dilihat pada
gambar berikut:
Skema Sistem Aktif
Skema Sistem Semi Aktif
Peralatan Kompensasi Gerakan
Permukaan
Alat kompensasi gerakan
pada unit terapung, yaitu:
tensioner, traveling block
compensator, crown block
compensator.
Travelling block
compensator dipasang pada
travelling block, berupa silinder
tekanan menghubungkan hook
dengan travelling block.
Crown Block
compensator, dipasang pada
sheave crown block, sheave
bertumpu pada rod dan
dipasang tambahan idler sheave
untuk menghilangkan efek
geometri penilitian kabel draw
work ke sheave crown block.
Traveling Block Compensator
5. Anjungan Produksi dan Proses Produksi Migas

TIPE
A D A ANJUNGAN
B E B E R A PPRODUKSI
A TIPE ANJUNGAN
P R O D U K S I YA N G U M U M
D I G U N A K A N , A N TA R A L A I N :
• T E M P L AT E P L AT F O R M
• C O N C R E T E G R AV I T Y
P L AT F O R M
• G U Y E D T O W E R P L AT F O R M
• T E N S I O N L E G P L AT F O R M
• D R I L L T R O U G H P L AT F O R M
Template Platform
Pada dasarnya anjungan ini terdiri dari struktur pipa baja yang besar (Jacket) dan
ruang Deck. Melalui kaki anjungan, jacket diikatkan pada tiang pancang dasar laut yang
berfungsi sebagai penyangga anjungan, sedangkan ruang deck berfungsi untuk menyokong
kegiatan operasional dan beban lainnya.
Tipe template ini cocok digunakan pada kedalaman laut antara 200 hingga 300
meter. Sedangkan untuk kedalaman yang lebih dalam, tipe ini kurang praktis karena
memerlukan tiang penyangga dengan ukuran besar dan juga panjang yang memadai.
TEMPLATE PLATFORM

Instalasi template platform ada dua macam yaitu :


Self Floating Installation, cara pemasangan instalasi ini adalah dengan jalan mengapungkan
Floater yang dapat dilepas atau terapung sendiri karena efek buoyancy, kemudian ditarik
menuju lokasi yang telah ditentukan dan struktur anjungan diturunkan vertikal kedasar laut
dengan cara mengisi Flooding Chamber Pipe
Barge Launching Installation, saat keluar dari pabrik maka struktur anjungan ditempatkan pada
kapal tongkang selanjutnya barge ditarik menuju lokasi dan diturunkan dengan cara Ballasting
kemudian diluncurkan kelaut dan ditegakkan dengan menggunakan Barge Derrick agar dapat
berdiri tegak pada koordinat ynag telah ditentukan
CONCRETE GRAVITY PLATFORM
Platform ini terikat kedalam dasar laut
karena berat konstruksinya sendiri yang terbuat
dari beton bertulang. Pertimbangan penting
dalam penempatan anjungan jenis ini adalah
lokasi dasar laut harus stabil dan tahan terhadap
penembusan tiang pancang sehingga didapatkan
stabilitas struktur yang baik. Berdasarkan alasan
ini concrete platform tidak dapat dioperasikan
pada semua lokasi. Karena kondisi strukturnya,
maka fasilitas produksi lengkap dimana dapat
ditempatkan diatasnya dan dapat dipasang
langsung sejak dari pabrik. Disamping itu dapat
pula dilengkapi dengan penimbun yang tidak
perlu dipancang.
CONCRETE GRAVITY PLATFORM
GUYED TOWER PLATFORM

Merupakan platform dengan struktur baja


yang diletakkan diatas Spud Can didasar laut.
Karena anjungan ini dapat bergerak diatas spud
can, maka untuk menjaga agar hanya dapat
bergerak pada batas-batas tertentu, anjungan ini
diikat secara simetris dengan kabel-kabel (Guy-lines)
yang diklem pada dek dengan menggunakan
sepasang Wedge Type Lucker Clamps.
Guyed Tower Platform
TENSION LEG PLATFORM

Merupakan anjungan produksi yang dibuat dari baja


atau beton bertulang yang relatif ringan sehingga dapat
terapung dipermukaan laut dan diikat dengan guy-lines
kestruktur pondasi yang ditancapkan didasar laut. Karena
anjungan ini terapung maka kabel-kabel pengikat harus
selalu dalam keadaan tegang (Tension), sehingga posisi
anjungan dalam keadaan cukup stabil pada kondisi operasi.
TENSION LEG PLATFORM
DRILL TROUGH LEG (DTL) PLATFORM

Dirancang dengan empat kaki baja, dimana terdapat


dua pipa vertikal dengan diameter besar dan dua lainnya
lebih kecil dan dipasang miring. Pemboran dilakukan diatas
kaki vertikal dengan kedalaman antara 145-264 ft untuk
tipe Mudslide DTL dan 71 ft untuk Conventional DTL.
Keuntungan platform ini adalah cukup stabil, baik terhadap
pengaruh dari luar maupun akibat beratnya sendiri dan
harganya juga yang relatif murah
FASILITAS TRANSPORTASI LEPAS
PANTAI

Pengiriman fluida produksi dari satu platform menuju


platform yang lain maupun dari platform produksi ke
satellite dan dari satellite ke storage serta dari storage ke
mooring atau ke terminal dilakukan melalui sistem
pemipaan dengan diameter pipa antara 8 sampai 18 inch
yang diletakkan pada dasar laut.
BOTTOM PULL METHOD

Pada metoda ini seluruh bagian pipa disandarkan pada


dasar laut. Pipa ini dirancang untuk mengalirkan fluida
produksi dari terminal darat, maka sebagian pipa
berada di darat dan selebihnya berada di dasar laut dan
pada bagian akhirnya mengembang untuk sampai
keplatform atau tanker, metode ini sering digunakan
pada pipa dasar laut dari terminal ke Single Bouy
Mooring (SBM) seperti di Balongan, Cirebon
STATION METHOD

Pada bagian ini pipa disambung dengan cara dilas di darat,


kemudian ditarik dengan dengan pontoon kedalam laut.
Sebagian besar dari pipa melayang di laut dan untuk
menempatkan posisinya maka diberi pelampung (Floating)
sehingga mudah diketahui keberadaannya

Lay Barge Method

• Pada pemasangan dengan metode ini sambungan - sambungan


pipa dilas dibarge dan pelaksanaan pemasangan di atas barge
RELLED PIPE METHOD

Pada metode ini pipa yang sangat panjang


digulungkan pada Rell Barge dengan diameter
gulungan yang sangat besar yang selanjutnya akan
dilepaskan di dasar laut ketika barge bergerak
menuju tempat tujuan. Umumnya jenis pipa yang
digunakan adalah pipa elastis (spiral) atau pipa
plastik yang dibalut dengan asbes atau karet
FASILITAS PEMISAHAN

Anjungan dengan fasilitas pemisahan yang berada di


dekat anjungan produksi dimana biasanya anjungan
ini dirangkaikan dengan salah satu anjungan produksi
yang berfungsi sebagai suatu stasiun operasi produksi
(satelite).
1. Peralatan pada Satelite
2. Central Processing Area (CPA)
3. Anjungan Kompresor
Peralatan Pada
Satellite

Separator Power Crane


Produksi

Oil Skimmer
Scrubber Gas

Chemical
Stasiun Pompa
Electric

FWKO Kompressor

Surge Tank Pig Receiver


PERALATAN PADA SATELITE

Nama alat Fungsi Gambar

Separator Produksi Separator adalah tabung


bertekanan yang digunakan
untuk memisahkan fluida sumur
menjadi air dan gas (tiga fasa)
atau cairan dan gas (dua fasa),
dimana pemisahannya dapat
dilakukan dengan beberapa cara
yaitu Prinsip penurunan tekanan,
Gravity setlink Turbulensi aliran
atau perubahan arah aliran
Pemecahan atau tumbukan
fluida
Scrubber gas Jenis ini dirancang untuk
memisahkan butir cairan yang
masih terikut gas hasil
pemisahan tingkat pertama,
karenanya alat ini ditempatkan
setelah separator, atau sebelum
dehydrator, extraction plant atau
kompresor untuk mencegah
masuknya cairan kedalam alat
tersebut.
PERALATAN PADA SATELITE
Nama alat Fungsi Gambar
Chemical Electric Merupakan jenis separator tingkat
lanjut untuk memisahkan air dari
cairan hasil separasi tingkat
sebelumnya yang dilakukan secara
electris (menggunakan prisip anoda
katoda) dan umumnya untuk
memudahkan pemisahan.

FWKO Jenis ini dapat dibedakan menjadi


dua, yaitu free water knock-out
(FWK0) yang digunakan untuk
memisahkan air bebas dari
hidrokarbon cair dan total liquid
knock-out (TLKO) yang digunakan
untuk memisahkan cairan dari aliran
gas bertekanan tinggi ( > 125 psi )

Surge Tank adalah pipa tegak atau waduk pada


akhir hilir saluran air tertutup atau
pengumpan atau bendungan atau
rentetan pipa untuk menyerap
kenaikan mendadak tekanan, serta
dengan cepat memberikan air ekstra
selama penurunan singkat dalam
tekanan.

Pig Receiver,launcher Alat yang digunakan untuk


menembakkan pig dan menangkap
pig sewaktu proses pigging
Nama alat Fungsi Gambar
Kompresor kompresor adalah perangkat
mekanis yang meningkatkan
tekanan gas dengan mengurangi
volumenya. Kompresor udara
adalah jenis tertentu dari
kompresor gas.
Stasiun Pompa Unit stasiun pompa dianjungan
tidak jauh berbeda dengan stasiun
pompa didarat yaitu menggunakan
pompa tekan jenis Piston Duplex
Double Acting atau Triplex Single
Acting ataupun pompa sentrifugal
tergantung pada besarnya tekanan
yang diperlukan. Stasiun pompa ini
biasanya ditempatkan pada rantai
dasar anjungan (Cellar Deck) dari
anjungan proses, untuk
mengirimkan fluida menuju
storage atau terminal didarat.

Oil Skimmer Merupakan peralatan pemisah


yang direncanakan untuk
menyaring tetes-tetes minyak
dalam air yang akan dibuang
sebagai hasil proses pemisahan
sebelumnya untuk mencegah
turbulensi aliran, air yang
mengandung tetes minyak
dimasukkan melalui pembagi
aliran yang berisi batu bara / batu
arang tipis-tipis, sedangkan proses
pemisahan berdasarkan sistem
gravity setling.
UNIT PERALATAN CPA

a. Separator Produksi
b. Scrubber gas
c. Free Water Knock Out Tank
d. Manifold
e. Flowline
f. Compresor
g. Glycol Tower Absorber
h. Glycol rake Generation
UNIT PERALATAN CPA

 Glycol rake Generation


 Stasiun Pompa
 Pig Louncher & Pig Receiver
 Metering System
 Control Room
 Unit Pemadam Kebakaran
 Unit Pemukiman Kerja
 Panel Safety System
PERALATAN PADA CPA
Nama alat Fungsi Gambar

Separator Produksi Separator adalah tabung bertekanan


yang digunakan untuk memisahkan fluida
sumur menjadi air dan gas (tiga fasa)
atau cairan dan gas (dua fasa), dimana
pemisahannya dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu Prinsip penurunan
tekanan, Gravity setlink Turbulensi aliran
atau perubahan arah aliran Pemecahan
atau tumbukan fluida

Scrubber gas Jenis ini dirancang untuk memisahkan


butir cairan yang masih terikut gas hasil
pemisahan tingkat pertama, karenanya
alat ini ditempatkan setelah separator,
atau sebelum dehydrator, extraction plant
atau kompresor untuk mencegah
masuknya cairan kedalam alat tersebut.
PERALATAN PADA CPA
Nama alat Fungsi Gambar
FWKO Jenis ini dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu free water knock-out
(FWK0) yang digunakan untuk
memisahkan air bebas dari
hidrokarbon cair dan total liquid
knock-out (TLKO) yang digunakan
untuk memisahkan cairan dari aliran
gas bertekanan tinggi ( > 125 psi )

Manifold Alat yan digunakan untuk tempat


bergabungnya aliran dari banyak
sumur untuk dialrkan menju test
separator ataupun tempat
penimbunan

Flowline Alat yang digunakan untuk sebagai


tempat mengalirnya minyak dari
berbagai sumur menuju empat
penimbunan

Glycol dehydrator Alat yang digunakan untuk


memisahkan air dengan cara
pemberian glycol. Biasanya terdiri
dari tower glycol dehydrator dan
glycol generation rake
PERALATAN PADA CPA
Nama alat Fungsi Gambar
Stasiun Pompa Unit stasiun pompa dianjungan tidak
jauh berbeda dengan stasiun pompa
didarat yaitu menggunakan pompa
tekan jenis Piston Duplex Double
Acting atau Triplex Single Acting
ataupun pompa sentrifugal tergantung
pada besarnya tekanan yang
diperlukan. Stasiun pompa ini
biasanya ditempatkan pada rantai
dasar anjungan (Cellar Deck) dari
anjungan proses, untuk mengirimkan
fluida menuju storage atau terminal
didarat.
Metering System Sistem pada anjungan produksi
offshore yang digunakan mengukur
besarnya produksi dari suatu sumur
atau berbagai sumur. Contohnya
adalah separator test

Pig Receiver,launcher Alat yang digunakan untuk


menembakkan pig dan menangkap pig
sewaktu proses pigging
PERALATAN PADA CPA
Nama alat Fungsi Gambar

Control room Ruang untuk mengontrol


segala tindakan dari sumur
dalam berproduksi

Panel safety Sistemdalam pengaturan


system keselamatan dalam operasi
produksi lepas pantai
UNIT PERALATAN ANJUNGAN KOMPRESOR
Unit Peralatan Anjungan
Kompresor

Kompresor Flare

Scrubber Gas Oil Skimmer

Glycol
Pompa
Dehydrator

Pig Launcher, Generator


Receiver Engine

Pipa manifold
PERALATAN PADA ANJUNGAN KOMPRESOR
Nama alat Fungsi Gambar

Separator Separator adalah tabung bertekanan yang


Produksi digunakan untuk memisahkan fluida sumur
menjadi air dan gas (tiga fasa) atau cairan
dan gas (dua fasa), dimana pemisahannya
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
Prinsip penurunan tekanan, Gravity setlink
Turbulensi aliran atau perubahan arah aliran
Pemecahan atau tumbukan fluida

Scrubber Jenis ini dirancang untuk memisahkan butir


gas cairan yang masih terikut gas hasil pemisahan
tingkat pertama, karenanya alat ini
ditempatkan setelah separator, atau sebelum
dehydrator, extraction plant atau kompresor
untuk mencegah masuknya cairan kedalam
alat tersebut.
PERALATAN PADA ANJUNGAN KOMPRESOR
Nama alat Fungsi Gambar

Generator engine Alat yang digunakan untuk


mengalirkan tenaga elektrik dari
sumber tenaga untuk
mengaktifkan peralatan dalam
sistem produksi tersebut.
Manifold Alat yan digunakan untuk tempat
bergabungnya aliran dari banyak
sumur untuk dialrkan menju test
separator ataupun tempat
penimbunan
Flowline Alat yang digunakan untuk
sebagai tempat mengalirnya
minyak dari berbagai sumur
menuju empat penimbunan
Glycol dehydrator Alat yang digunakan untuk
memisahkan air dengan cara
pemberian glycol. Biasanya terdiri
dari tower glycol dehydrator dan
glycol generation rake
PERALATAN PADA ANJUNGAN
KOMPRESOR
Nama Alat Fungsi Gambar

Sum tank Alat yang digunakan untuk


menampung air ataupun minyak
yang telah dipisahkan dari separator
yang kemudian akan dialirka
menuju storage tank

Flare adalah perangkat pembakaran gas


yang digunakan di pabrik-pabrik
industri seperti kilang minyak bumi,
pabrik kimia, pabrik pengolahan gas
alam serta di lokasi produksi minyak
atau gas yang memiliki sumur
minyak, sumur gas, minyak lepas
pantai dan rig gas dan tempat
pembuangan sampah.
Pompa Pompa untuk mngaliran gas menuju
ketempat yag telah ditentukan.
Biasanya merupakan kompresor.
PERALATAN PADA ANJUNGAN KOMPRESSOR

Nama alat Fungsi Gambar

Control room Ruang untuk mengontrol segala


tindakan dari sumur dalam
berproduksi

Panel safety Sistem dalam pengaturan


system keselamatan dalam operasi
produksi lepas pantai
Fasilitas Penampungan Lepas Pantai
Fasilitas penampungan migas untuk lapangan
produksi lepas pantai dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
 menampung hasil produksi migas lepas pantai tersebut
pada suatu terminal penampungan didarat
 menampung hasil produksi migas lepas pantai tersebut
pada fasilitas penampungan dilaut seperti tanker, storage
vessel dan storage tank terapung atau pada tangki-tangki
yang dipasang pada kaki-kaki anjungan produksi
I.Terminal Loading Area (TLA)
Merupakan suatu unit penampungan fluida produksi yang terdiri
dari beberapa tangki pengumpul (storage tank) dan dilengkapi
juga dengan fasilitas pengapalan seperti Loading Pump,
metering system, manifold dan lain-lain.
Seperti halnya terminal yang menampung produksi fluida
produksi dari lapangan darat, untuk terminal loading area yang
menampung fluida produksi dari lapangan lepas pantai juga
dilengkapi dengan beberapa peralatan utama, antara lain :
 Storage Tank
 Pig Launcher dan Pig Receiver
 Booster Meter
 Loading Pump
 Manifold
 Surge Tank
 Sum Tank
 Drainage Sum Tank
 Free Water Knock Out Tank
 Control Room
 Unit Pemadam Kebakaran
 Pipeline, Sealine dan Metering System
 Single Buoy Mooring (SBM) System
II.Pengapalan (Loading)
Yang dimaksud dengan pengapalan (loading) adalah
pengapalan minyak dari storage tank dengan pipa
dasar laut menuju tanker. Minyak dari storage tank
dialirkan ke manifold, pembukaan valve disesuaikan
dengan minyak yang akan diloading dari tanki yang
dikehendaki. Selanjutnya minyak dipompa oleh
booster pump dan jika diperlukan minyak tersebut
dipanaskan terlebih dahulu supaya jangan
membeku dengan heater atau cara lain. Kemudian
dialirkan ke metering system terus ke loading pump,
manifold, sealine, single buoy mooring (SBM)
system, masuk ke dalam tanker.

You might also like