Laporan Kasus TB Anak

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 45

LAPORAN KASUS

TB Paru Pengobatan Bulan


VII dengan Efusi Pleura
Duplex dan Gizi Baik
Andhitya WP Teibang
1620221216

dr Endang Prasetyowati, Sp A
IDENTITAS PASIEN
– Nama : An. M
– Umur : 3 tahun 1 bulan
– Jenis kelamin : Laki-Laki
– Alamat : Wirokromokrajan Kidul RT 1 RW 4
– Nama Ayah : Tn A
– Pendidikan Ayah : SMP
– Pekerjaan Ayah : Buruh Pabrik
– Nama Ibu : Ny S
– Pendidikan Ibu : SMP
– Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
– Tanggal Kontrol di RS : 8 Januari 2018
ANAMNESA
Keluhan Utama
Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS, Ibu pasien menjelaskan bahwa pasien sering batuk grok grok disertai pilek.
Pasien merupakan pasien TB yang sedang dalam tahap pengobatan bulan ke 7 dan rutin
kontrol setiap bulannya ke Poliklinik Anak RSUD Ambarawa. 7 bulan SMRS pasien
mengeluhkan demam sumer selama sekitar 3 minggu. Demam dirasakan terutama lebih
tinggi pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. Keluhan disertai batuk grok-grok
dan pilek sekitar 3 minggu. Pasien juga sering keringat dingin pada malam hari.
Ibu pasien sudah memberikan obat penurun panas pada pasien namun sering kambuh
lagi bila sudah tidak minum penurun panas. Demam tidak disertai menggigil dan tidak
sampai mengalami kejang.
 Ibu pasien juga mengeluhkan berat badan anaknya beberapa bulan ini sulit naik.
Kalaupun naik tidak secara signifikan. Nafsu makan anaknya dirasa kurang dibandingkan
sebelumnya. Sehari makan 3 kali. Sekali makan pasien hanya memakan sekitar 2-3
sendok saja.
 Menurut ibu pasien sekarang nafsu makan pasien sudah membaik sehingga berat
badan pasien terus naik setiap bulannya, keluhan batuk berkurang, keringat dingin di
malam hari sudah tidak ada, demam juga tidak ada. Pasien sehari makan 3 kali setiap
kali makan 1 piring nasi habis.
 Ibu pasien menjelaskan jika kakek pasien sering batuk dan diagnosis penyakit flek paru
oleh dokter dan sudah dinyatakan sembuh sekitar satu tahun yang lalu.
 Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) pasien normal tidak ada keluhan.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 TB paru (+) sejak 7 bulan yang lalu, kejang (-), asma (-), penyakit jantung bawaan (-),
alergi makanan ataupun obat (-).
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Kakek pasien menderita penyakit TB paru dan sudah dinyatakan sembuh setahun
yang lalu. HT (-),DM (-), asma (-), penyakit jantung (-), alergi makanan ataupun obat (-
).
 Riwayat Pengobatan
 Pasien sedang menjalani pengobatan TB paru sejak tanggal 6 Juni 2017.
RIWAYAT KEHAMILAN
– Morbiditas kehamilan : selama masa kehamilan, ibu pasien menyatakan bahwa
dalam keadaan sehat, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak mengkonsumsi obat-
obatan dan tidak merokok
– Perawatan antenatal : rutin dilakukan satu kali pada Trimester I, satu kali pada
Trimester II dan dua kali pada Trimester III ke bidan. Dan di USG pada usia 7
bulan.
– G1P1A0
Kesan : Tidak ditemukan adanya riwayat kelainan pada kehamilan
RIWAYAT KELAHIRAN
 Tempat Bersalin : Tempat bersalin bidan
 Penolong : Bidan
 Cara persalinan : Spontan
 Berat Badan Lahir : 2800 gram
 Masa Gestasi : 38 minggu (aterm)
 Keadaan Setelah Lahir : Langsung menangis, tidak pucat dan tidak kuning.
 Kelainan Bawaan : Tidak Ada
Kesan : Pasien lahir secara spontan pervaginam di bidan, neonatus cukup bulan, dan
berat badan lahir normal.
RIWAYAT PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN

 Riwayat Pertumbuhan
 BB lahir : 2.8 kg
 BB sekarang : 12.5 kg
 PB lahir : 49 cm
 TB sekarang : 96 cm
Riwayat Perkembangan

 PSIKOMOTOR SOSIAL
 0 - 6 bulan : mampu tengkurap, mengangkat kepala dan dada
 1 tahun :berpartisipasi permainan
bertopang pada tangan
tepuk tangan, sembunyi-sembunyian
 6 bulan: mampu untuk duduk
1-3 tahun :memperlihakan minat
 9 bulan: mampu merangkak
kepada anak lain, bermain bersama anak lain
 1 - 2 tahun : berjalan perlahan, memegang sendok sendiri, bisa dan menyadari adanya lingkungan diluar
makan sendiri keluarganya
 3 tahun : dapat berlari bebas, mulai belajar naik sepeda roda
tiga
Mental/intelegensia
 BAHASA Sesuai anak seusianya
 0-3 bulan : Mengoceh spontan/merespon dengan mengoceh
 Emosi
 3-6 bulan : tertawa dan menjerit jika diajak bermain

 6-12 bulan : mengeluarkan kata-kata tanpa arti, menirukan suara Anak cenderung malu jika berkomunikasi
dengan orang diluar keluarganya
 1-3 tahun : mampu menyusun kalimat singkat
RIWAYAT MAKANAN

– lahir – usia 3 bulan : ASI saja


– 3 bulan – 6 bulan :Susu formula saja
– 6 bulan – 9 bulan :Susu formula + Bubur nasi
– 9 bulan – 1 tahun :Susu formula + Bubur nasi & lauk
– 1 tahun – 2 tahun :Susu formula + Nasi kasar + lauk variasi
– 2 tahun – sekarang : Nasi + lauk bervariasi (ayam/ /tahu/tempe/ikan) + susu formula

KESAN :
Pemberian ASI hanya sampai usia 3 bulan dikarenakan ASI ibu sudah tidak keluar. Pasien jarang
mengonsumsi buah dan sayur dikarenakan tidak suka namun seharusnya ibu pasien tetap memberikan
buah atau sayur namun dalam bentuk yang lain.
RIWAYAT IMUNISASI

Saat lahir (0-7 hari) Hb0, BCG, Polio 0

2 bulan DPT/HB1, Polio 1


3 bulan DPT/HB2, Polio 2
4 bulan DPT/HB3, Polio 3
9 bulan Campak 1
18 bulan DPT/HB4, Polio 4
24 bulan Campak 2

Kesan: imunisasi sudah lengkap sesuai jadwal


SILSILAH KELUARGA

Keterangan :
Yang dilingkari merupakan keluarga yang tinggal serumah bersama pasien.
RIWAYAT SOSIAL, EKONOMI, KEBIASAAN
DAN LINGKUNGAN

– Keadaan Sosial
– Pasien merupakan anak tunggal yang tinggal bersama Ayah, Ibu, Kakek, nenek dan tante
nya dalam satu atap.
– Ekonomi
– Ayah pasien seorang buruh pabrik dan ibu pasien hanya seorang ibu rumah tangga.
– Keadaan Lingkungan
– Rumah orangtua pasien memiliki ventilasi yang cukup dan sinar matahari dapat masuk
melalui jendela.
– Kebiasaan
– Ayah pasien merupakan perokok aktif
DIAGNOSIS SEMENTARA

TB Paru Pengobatan Bulan VII


PEMERIKSAAN FISIK
– Keadaan umum : tampak sakit ringan
– Kesadaran : compos mentis
– Vital Sign
– Frekuensi jantung : 100x/menit
– Frekuensi napas : 30x/menit
– Suhu : 36,8 0C (axilla)
– Tekanan Darah : 90/60 mmHg
– Data Antopometri
– Berat Badan Sebelumnya : 8.9 Kg
– Berat Badan Sekarang : 12.5 Kg
– Tinggi Badan : 96 cm
– Status Gizi (WHO) : Gizi Baik
– Kepala : normocephal, rambut berwarna hitam, distribusi rambut merata,
rambut tidak mudah dicabut
– Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra (-/-)
– Telinga : bentuk simetris, sekret tidak ada, membran timpani sulit dinilai
– Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada, sekret +/+
– Mulut : mukosa bibir lembab, tidak sianosis, lidah bersih
– Tenggorokan : Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula di tengah
– Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Toraks :
– Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris saat statis dan dinamis, sela iga melebar (-)
Palpasi : Tidak dapat dilakukan
Perkusi : Pekak di basal kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki +/+ (minimal), wheezing -/-
– Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di 1 jari lateral linea midclavicularis sinistra ICS V
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur dan gallop tidak ada
– Abdomen :
Inspeksi : datar, jejas (-)
Auskultasi : bising usus + normal
Palpasi : perabaan supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
– Anus dan Genitalia : Anus dalam batas normal, jenis kelamin laki-laki, fimosis (-)
– Ekstremitas :
Atas : akral hangat -/-, odema -/-, crt < 2 detik, pembengkakan sendi (-)
Bawah : akral hangat -/-, odema -/-, crt < 2 detik, pembengkakan sendi (-)
– Kulit : Turgor kulit normal dan sianosis (-)
PEMERIKSAAN LAB DARAH RUTIN ( 8 JANUARI 2018)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,8 g/dl 10,8-15.6 g/dl
Leukosit 13.8 ribu 4.5-13.5 ribu
Eritrosit 4,30 jt 3,8-5,8 juta
Hematokrit 40.5 % 35-47 %
Trombosit 358.000 ribu 150-400 ribu
MCV 82.5 fL 82-98 fL
MCH 27.5 pg 27-32 pg
MCHC 33.4 g/dl 32-37 g/dl
RDW 13.3 % 10-16
MPV 10.5 mm³ 7-11 mm³
Limfosit 6,6 1.5-6.5
Monosit 0,39 0-0,8
Eosinofil 0,06 0,05-0,7
Basofil 0,04 0-0,2
Neutrofil 5.38 1,5-8,5
Limfosit % 28,0 25-40 %
Monosit% 4.9 2-8%
Eosinofil% 3.0 2-4
Basofil% 0,5 0-1
Neutrofil% 66.6 60-70%
Rontgen thoraks ( 2 Januari 2018)
– Cor : bentuk dan letak normal
– Pulmo: corakan meningkat dan tampak
bercak lapangan tengah paru kanan
– Sinus Costofrenikus kanan dan kiri tumpul
Kesan :
– Cor tak membesar, cenderung gambaran
pneumonia dan efusi pleura duplex
RESUME

Anak laki-laki usia 3 tahun dengan keluhan batuk. Pasien merupakan pasien TB
pengobatan bulan VII dan rutin kontrol setiap bulannya. 7 bulan yang lalu pasien
mengeluhkan demam sekitar 3 minggu yang turun degan obat penurun panas namun
seringkali kambuh lagi. Berat badan sulit naik dan nafsu makan menurun. Keluhan disertai
batuk dan pilek terus menerus serta sering keringat dingin di malam hari. Menurut ibu
pasien sekarang nafsu makan pasien sudah membaik sehingga berat badan pasien terus naik
setiap bulannya, keluhan batuk berkurang, keringat dingin di malam hari sudah tidak ada,
demam juga tidak ada. Pasien sehari makan 3 kali setiap kali makan 1 piring nasi habis..
Kakek pasien menderita TB Paru dan sudah dinyatakan sembuh 1 tahun yang lalu.
Pemeriksaan penunjang ditemukan gambaran TB dan efusi pleura dextra et sinistra pada
foto thorak AP. Berdasarkan kurva who status gizi pasien tergolong gizi baik.
Screening Skor TB Anak
(Sesuai keluhan 7 bulan yang lalu)

No. Parameter Skor


1 Riwayat Kontak 3
2 Uji Tuberkulin -
3 Berat Badan 2
4 Demam 1
5 Batuk 1
6 Pembesaran KGB 0
7 Pembengkakan sendi 0
8 Foto Thorak AP 1
Skor Total 8
DIAGNOSIS AKHIR

 Tuberkulosis Paru Pengobatan Bulan VII dengan


Efusi Pleura Duplex
 Gizi Baik
PENATALAKSANAAN

 FDC OAT 2 tablet


 Multivitamin syr 1x5 ml
 Etambutol puyer 1x1
 Prednison 3x 5 mg
PROGNOSIS
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Ad Sanationam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

 Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis


 TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun.
PATOGENESIS
DIAGNOSIS TB ANAK

a. Berat badan turun tanpa sebab


yang jelas atau tidak naik  Penemuan pasien TB anak
adekuat, tidak naik dalam satu Kontak erat dengan pasien TB menular
bulan setelah perbaikan gizi
 Tanda dan gejala klinis
b. Demam >2minggu (tidak
tinggi)  Pemeriksaan penunjang
c. Batuk lama >3minggu (tidak Pemeriksaan mikrobiologik (sulit mendapatkan spesimen) -> sputum, induksi sputum atau
reda, intensitas semakin parah) pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut
d. Nafsu makan menurun
 Pemeriksaan histopatologi (PA/Patologi Anatomi) : gambaran granuloma dengan nekrosis perkijuan di
e. Lesu atau malaise
tengahnya dan dapat pula ditemukan gambaran sel datia langhans dan atau kuman TB.
f. Diare persisten/menetap
(>2minggu) yang tidak sembuh Perkembangan terkini diagnosis TB
dengan pengobatan baku diare  molekular (LPA=Line Probe Assay) dan NAAT=Nucleic Acid Amplification Test) (misalnya Xpert
MTB/RIF).
 Pemeriksaan penunjang :
 uji tuberkulin/mantoux test (uji tuberkulin belum tersedia di semua fasilitas pelayanan kesehatan)
 foto toraks
 Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat (visualisasinya selain dengan foto
toraks AP, harus disertai foto toraks lateral)
 Konsolidasi segmental/lobar
 Efusi pleura
 Milier
 Atelektasis
 Kavitas
 Kalsifikasi dengan infiltrat
 Tuberkuloma
SKORING TB
Parameter 0 1 2 3 Skor
Laporan
keluarga, BTA (-)
Kontak TB Tidak jelas - BTA (+)
/ BTA tidak jelas/
tidak tahu
Positif ≥10 mm
Uji tuberkulin
Negatif - - atau ≥5 mm pada
(Mantoux)
imunokompromais

BB/TB<90%
Klinis gizi  Jumlah skor ≥6 harus ditatalaksana
Berat Badan/ buruk atau
Keadaan Gizi
- atau
BB/TB<70%
- sebagai pasien TB dan mendapat
BB/U<80%
atau BB/U<60% OAT.
Demam yang
tidak
- ≥2 minggu - -
diketahui  Respon klinis terhadap pengobatan
penyebabnya
baik, maka OAT dapat dilanjutkan
Batuk kronik - ≥3 minggu - -
sedangkan apabila didapatkan
Pembesaran
kelenjar limfe
≥1 cm, lebih respons klinis tidak baik maka
- dari 1 KGB, - -
kolli, aksila,
tidak nyeri sebaiknya pasien segera dirujuk ke
inguinal
Pembengkaka fasilitas pelayanan kesehatan
n tulang/sendi Ada rujukan.
- - -
panggul, lutut, pembengkakan
falang
Gambaran
Normal/
sugestif
Foto toraks kelainan - -
(mendukung)
tidak jelas
TB
Skor Total
PENGOBATAN

 Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan sebagai monoterapi.
 Pemberian gizi yang adekuat.
 Mencari penyakit penyerta, jika ada ditatalaksana secara bersamaan.
 OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler
 Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan
 Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
 Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal 3 macam
obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
 Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis
dan berat ringannya penyakit.
 Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial,
meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2
mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari.
 Tujuan pemberian steroid : untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi
perlekatan jaringan.
KOMBINASI DOSIS TETAP OAT

 Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam


bentuk kombinasi dosis tetap, dan sebaiknya dirujuk ke RS rujukan
 Apabila ada kenaikan BB maka dosis/jumlah tablet yang diberikan,
menyesuaikan berat badan saat itu Berat badan 2 bulan 4 bulan
 Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal (kg) RHZ (RH (75/50)
(sesuai umur). (75/50/150)
 OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah, dan tidak 5-7 1 tablet 1 tablet
boleh digerus) 8-11 2 tablet 2 tablet
 Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah/dikulum 12-16 3 tablet 3 tablet
(chewable), atau dimasukkan air dalam sendok (dispersable). 17-22 4 tablet 4 tablet
 Obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam 23-30 5 tablet 5 tablet
BB > 30 kg diberikan 6 tablet atau menggunakan KDT dewasa
setelah makan
 Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat
tidak boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer
PEMANTAUAN PENGOBATAN TB

Pasien TB anak Setelah diberi OAT selama 2 bulan, respon pengobatan


pasien harus dievaluasi. Respon pengobatan dikatakan baik apabila gejala klinis
berkurang, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat, demam
menghilang, dan batuk berkurang. Apabila respon pengobatan baik maka
pemberian OAT dilanjutkan sampai dengan 6 bulan. Sedangkan apabila respon
pengobatan kurang atau tidak baik maka pengobatan TB tetap dilanjutkan tetapi
pasien harus dirujuk ke sarana yang lebih lengkap
 Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan
melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti
foto toraks
 Meskipun gambaran radiologis tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
tetapi apabila dijumpai perbaikan klinis yang nyata, maka pengobatan dapat
dihentikan dan pasien dinyatakan selesai
EFEK SAMPING

 Pasien dengan keluhan neuritis perifer (misalnya: kesemutan) dan asupan


piridoksin (vitamin B6) dari bahan makanan tidak tercukupi, maka dapat
diberikan vitamin B6 10 mg tiap 100 mg INH.
 Untuk pencegahan neuritis perifer, apabila tersedia piridoksin 10 mg/ hari
direkomendasikan diberikan pada
 Bayi yang mendapat ASI eksklusif,
 Pasien gizi buruk,
 Anak dengan HIV positif.
TATALAKSANA PASIEN YANG
BEROBAT TIDAK TERATUR

 Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan penyebab kegagalan


terapi.
 Jika anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau > 2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB, beri pengobatan kembali mulai dari awal.
 Jika anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau <2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB, lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.
IMUNISASI BCG (Bacille-Calmete-
Guerin)

 Vaksin BCG berasal dari bakteri Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan .
 Vaksin BCG diberikan secara intrakutan. Suntikan dilakukan didaerah deltoid
kanan, sehingga apabila terjadi reaksi limfadenitis di aksila akan mudah
dideteksi
 Dosis untuk neonatus dan bayi < 1 tahun adalah 0,05 ml sedangkan untuk anak
dan dewasa adalah 0,1 ml.
 Pada neonatal – bayi berusia < 3 bulan, karena belum mengalami paparan lama
terhadap penyakit , pemberian BCG tidak perlu didahului oleh uji tuberkulin.
Sebaliknya, pada usia > 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu
 Pada bayi kontak erat dengan pasien TB BTA positif, sebaiknya diberikan
isoniazid (INH) profilaksis terlebih dahulu, lalu bila kontak sudah tenang
dilakukan uji tuberkulin dan apabila hasilnya negatif, dapat diberikan BCG.
KONTRAINDIKASI BCG

 Pernah menderita TB
 Uji tuberkulin > 5 mm
 Sedang hamil
 Dalam keadaan imunokompremais (atau keungkinan imunokompremais) seperti
pasien HIV atau beresiko tinggi infeksi HIV, dalam pengobatan imunosupresan,
kortikosteroid, radiasi, penyakit keganasan pada sumsum tulang atau sistem
limfe.
 Gizi buruk
 Sedang demam tinggi
 Infeksi kulit yang luas
Thank you 

You might also like