Hermitage Hotel

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

THE HERMITAGE – Pemenang Penghargaan Pujian, Kategori Bangunan Konservasi

Oleh : Singgih Salim


Co-author : Sylvania Hutagalung

Arsitektur adalah salah satu artefak budaya


yang sangat penting. Kita tidak bisa
melepaskan sebuah karya arsitektur dari
konteks dan narasi budaya dimana dia hadir.
‘Architecture should speak of its time and
place, but yearn for timelessness,’ begitulah
sebuah kutipan yang terkenal dari seorang
Frank Gehry. Para arsitek seperti kembali
diingatkan bahwa ‘ketahanan’ sebuah karya
dalam merespon tantangan-tantangan di masa
depan menjadi sebuah pertimbangan yang
kian krusial. IAI Jakarta, sebagai payung
praktik keprofesian arsitek tertinggi di Jakarta,
juga turut mempertimbangkan alasan-alasan
ini dalam menseleksi karya-karya terbaik para The Hermitage, menjadi contoh karya
arsiteknya. Salah satu karya dari kategori arsitektur yang mampu merangkul fungsi baru
walau menyandang status cagar budaya
Bangunan Cagar Budaya, yaitu Hotel The
kategori A.
Hermitage, menjadi pembuktian dengan Foto: Dining Grivy
menyabet Penghargaa Pujian IAI Jakarta 2015.
Bangunan,dengan status cagar budaya kategori A ini, dibangun sekitar
tahun 1923-1924. Bangunan ini dinamakan Telefoongebouw Menteng
ketika pertama dibangun. Sebelum tahun 1945, gedung ini dipakai
sebagai kantor Departement van Onderwijs en Eredients (Kementrian
Pendidikan dan Agama). Pada tahun 1945-1950, bangunan ini beralih
fungsi menjadi kantor Pusat Komite Nasional Indonesia. Bangunan ini
beralih fungsi kembali pada tahun 1950 menjadi kantor Departemen
Pendidikan, hingga akhirnya berpindah tangan ke Direktorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 1966. Setelah itu
Golongan A
gedung ini mengalami masa tak berkepemilikan hingga akhirnya diambil • Bangunan dilarang dibongkar dan atau
alih oleh Universitas Bung Karno. diubah
Pada tahun 2008 Pemerintah Daerah DKI Jakarta sepakat menyerahkan • Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh,
kepemilikan bangunan kepada PT. Menteng Heritage Realty (MHR) terbakar atau tidak layak tegak dapat
sebagai pengelola dan pengembanguntuk mengupayakan revitalisasi dilakukan pembongkaran untuk dibangun
bangunan secara mandiri. Revitalisasi kemudian berlangsung selama 2,5 kembali sama seperti semula sesuai dengan
aslinya.
tahun, dan bangunan diubah fungsinya menjadi hotel The Hermitage • Pemeliharaan dan perawatan bangunan
yang berada dibawah pengelolaan operator GLA (Grace Leo Associates). harus menggunakan bahan yang sama /
Perubahanfungsi ini memberikan kesempatan bagi arsitek untuk sejenis atau memiliki karakter yang sama,
melakukan konservasi dan menambahkan ruang serta elemen-elemen dengan mempertahankan detail ornamen
untuk menyesuaikan dengan fungsi yang baru. bangunan yang telah ada
Untuk The Hermitage sendiri, arsitek Jasin Tedjasukmana dari KIAT • Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan
adanya penyesuaian / perubahan fungsi
Architects, menggunakan pendekatan preservasi, restorasi, dan sesuai rencana kota yang berlaku tanpa
revitalisasi. Preservasi dilakukan di bagian-bagian penting, dimana mengubah bentuk bangunan aslinya
perubahan tidak diperbolehkan sama sekali. Restorasi dilakukan pada • Di dalam persil atau lahan bangunan cagar
bagian-bagian penting yang telah rusak, dimana bagian-bagian penting ini budaya dimungkinkan adanya bangunan
dikembalikan bentuk fisiknya seperti semula sesuai dengan apa yang tambahan yang menjadi satu kesatuan yang
disyarakatkan pada status cagar budaya kategori A yang disandang utuh dengan
Kolaborasi lintasbangunan
ilmu yangutama
apik membuat The
bangunan ini. Sementara revitalisasi dilakukan dengan mengganti fungsi Hermitage memenuhi kompetensi kedua dan
bangunan menjadi hotel bintang lima sehingga bangunan bisa hidup ketiga dari 13 kompetensi arsitek, yaitu solusi
pengetahuan arsitektur dan solusi pengetahuan
kembali dengan fungsi baru tanpa harus mensyaratkan perubahan fisik
seni.
sama sekali. Foto: Culinary Bonanza
Dewan juri Penghargaan IAI Jakarta 2015 menilai bahwa
The Hermitage memenuhi 13 butir kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang arsitek.
Dalam mengolah bangunan dengan status cagar budaya,
KIAT Architects dinilai BERHASIL MENYUNTIKKAN
AKTIVITAS DAN FUNGSI BARU YANG TETAP SELARAS
DENGAN BANGUNAN EKSISTING YANG DILINDUNGI.
Halaman tengah eksisting tetap dipertahankan fungsinya
sebagai area terbuka dengan desain baru menjadi
outdoor café, juga sebagai sirkulasi udara terbuka di
antara bangunan yang mengelilinginya. Area merah Golongan B
• Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan
diubah menjadi bangunan baru delapan lantai yang apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar
berfungsi sebagai unit kamar, kolam renang, berikut atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran
fasilitas di lantai atasnya. Area biru pada kompleks untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai
dengan aslinya
mempunyai STATUS CAGAR BUDAYA KATEGORI C, yang • Pemeliharan dan perawatan bangunan harus
terpaksa dibongkar untuk menambahkan luas area lantai dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap,
basement. Area ini dibangun kembali dengan wajah yang dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan
ornamen bangunan yang penting.
sama seperti aslinya dan modul unit hunian disesuaikan • Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi
dengan bentuk jendela eksisting. Area hijau menyandang dimungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam
STATUS CAGAR BUDAYA DENGANKATEGORI B. Bagian ini asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan
• Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya
tetap dipertahankan dan tidak ada perubahan fisik baik dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang
wajah maupun dinding-dinding dalam. Dengan menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan
memanfaatkan ruang yang ada, maka area ini difungsikan utama
menjadi area publik, seperti lounge, coffee shop, dan Kanvas arsitektur yang baik memungkinkan terjadinya olah interior
meeting room. yang baik dan sangat menyeluruh, alasan yang menjadi nilai lebih
pada karya The Hermitage.
Foto: Indonesia Holidays
Para juri memberi nilai lebih pada proyek ini didasari oleh
pertimbangan, diantaranya,detil pelaksanaan pekerjaan interior
yang menguasai setiap sudut bangunan bahkan nyaris
mengambil alih aspek arsitekturnya sendiri. Para juri
memutuskan bahwa di samping memberi pujian pada bangunan,
penghargaan setinggi-tingginya juga disampaikankepada tim
arsitek, tim interior (Tom Elliot, PAI) dan tim dekorasi (Josephine
Komara, Obin House) dan konsultan lain yang sudah membuat
bangunan ini begitu “kaya”.
Kolaborasi lintas ilmu yang apik seperti ini menjadi pertimbangan
dewan juri untuk menyatakan bahwa karya ini memenuhi
kompetensi kedua dan ketiga dari 13 kompetensi arsitek, yaitu Golongan C
• Perubahan bangunan dapat dilakukan
solusi pengetahuan arsitektur dan solusi pengetahuan seni.
dengan tetap mempertahankan pola tampak
Selain itu, kemampuan pemilik dan arsitek untuk menyuntikkan muka, arsitektur utama dan bentuk atap
fungsi baru supaya revitalisasi menjadi maksimal adalah bangunan
kelebihan tersendiri. Pemilihan skala antara bangunan baru dan • Detail ornamen dan bahan bangunan
lama menjadi menarik walaupun kemudian timbul pertanyaan disesuaikan dengan arsitektur bangunan
tentang peningkatan KDB dan juga KLB yang menjadi tidak disekitarnya dalam keserasian lingkungan
proporsional. • Penambahan Bangunan di dalam
perpetakan atau persil hanya dapat
Nilai romantisme yang tinggi tanpa diikuti dengan kecermatan
dilakukan di belakang bangunan cagar
proses pembuatan tidak akan menghasilkan apapun yang budaya yang harus sesuai dengan arsitektur
menguntungkan untuk jangka panjang, seperti yang disyaratkan bangunan cagar budaya dalam keserasian
pada kompetensi pertama, yaitu solusi perancangan arsitektur. lingkungan
• Fungsi bangunan dapat diubah sesuai
dengan rencana Kota
Walaupun mendapatkan penghargaan pujian,
para juri juga memberikan masukan dan kritik
terhadap bangunan ini.
Bangunan ini dianggap kurang
memperhatikan faktor keselamatan pada
bagian kamar di bangunan baru demi
mempertahankanelemen bangunan lama. Hal
ini jelas terlihat pada gubahan railing balkon
bangunan baruyang terlalu pendek. Selain itu,
arsitek tidak membuat elemen baru untuk
menciptakan ketegangan dan interaksi antara
yang lama dan yang baru, sehingga bangunan
dapat menunjukkan jejak adaptasinya, tidak
sekedar bertoleransi terhadap usianya.
Walaupun telah berubah fungsi, bangunan The
Hermitage merupakan sebuah karya arsitektur
yang “menganggap penting” keberadaan
sebuah sejarah masa lalu, dan mengubahnya
menjadi sebuah bentuk yang kontemporer.
Keberadaan The Hermitage ini menjadi sebuah
penanda bahwa dengan pendekatan desain
yang tepat, keindahan bangunan tersebut Gubahan railing balkon bangunan baru yang terlalu pendek,
dapat muncul kembali walaupun masa faktor keselamatan yang kurang diperhatikan menjadi kritik
dari dewan juri.
kejayaannya telah lama usai. Foto: Agoda.com
The Hermitage, hotel mewah bergaya Art Deco
sistem insentif bagi para perorangan pemilik
bangunan bersejarah, Amerika Serikat: masyarakat membentuk suatu
dana abadi (trust fund) untuk membeli,
Negara-negara Eropa sesudah Perang Dunia memugar, dan memanfaatkan dalam batas-
ke-2 punya banyak dana untuk mengambil alih, batas yang ketat bangunan-bangunan
memugar dan mengurus banyak sekali bersejarah.
bangunan bersejarah
pemerintah Belanda membuat satu langkah Tanpa solusi pada sisi ekonomi seperti di atas,
maju, dengan mengizinkan swasta rasanya masalah pelestarian bangunan
memanfaatkan bangunan bersejarah yang bersejarah akan tetap tersendat dan terus-
telah dipugar pemerintah, melalui suatu menerus menghadapi rindangan dan bahkan
keterikatan kontrak. konflik

You might also like