Mini Referat Undesensus Testis

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

BAGIAN ILMU BEDAH MINI REFERAT

(MARET 2018)

UNDESENSUS TESTIS

Oleh:
Rezky Andika Putry
111 2015 2256
R.S. SALEWANGAN MAROS
Definisi
• Kriptorkismus atau undescended testis (UDT) adalah
testis yang tidak berada pada posisi yang seharusnya
yaitu di dasar scrotum.4
• Kriptorkismus ,cryptos (Yunani) : tersembunyi,
orchis yang dalam bahasa latin
 Desensus Testis

Phase I – Trans-abdominal phase (8–15th week of gestation), Phase


II – Inguino-scrotal phase (25–35th week of gestation)6
 Prevalensi
• Undensensus testis angka kejadian 5,5% pada bayi baru
lahir sedangkan pada usia 3 bulan dan usia 1 tahun
masing-masing sebesar 1,4% dan 0,5-0,8%. Pada bayi
prematur angka kejadiaannya lebih tinggi diperkirakan
mencapai 30% (Fernando, Current APP UDT, 2000).
Risiko UDT lebih tinggi pada kasus-kasus hipogonadisme
seperti sindrom Kallman, Prader Willi, Klinefelter dan
sebagainya. Di samping itu kriptorkismus juga terdapat
pada beberapa sindrom dengan gangguan biosintesis
testosteron.4
 Etiologi
• Desensus testis dirangsang dan dicetuskan oleh hormon
gonadotropin dari ibu sewaktu bulan terakhir kehamilan.
Kriptorkismus harus dibedakan dengan testis letak
ektopik, yaitu testis tidak berada di jalur desensus
fisiologik. Keadaaan ini tidak disebabkan oleh gangguan
hormonal, melainkan oleh insersi abnormal gubernakulum
testis. Retensi testis yang berbentuk kriptorkismus sejati
lebih sering mengalami degenerasi keganasan dan
gangguan spermatogenesis.5
 Letak Undesensus Testis
 Penegakan Diagnosis
• Anamnesis
• Orangtua mengeluh buah zakar anak tidak teraba atau
kantung zakar terlihat rata, Riwayat selama mengandung,
riwayat proses persalinan, penyakit dalam keluarga, riwayat
terdeteksi tidak memiliki satu skrotum saat lahir dan tidak
turun spontan di usia 6 bulan.4,6,10
• Pemeriksaan fisis
• Posisi terbaik adalah posisi -frog-leg. Tangan pemeriksa harus
hangat. Pemeriksaan genitalia eksterna harus dilakukan
secara seksama termasuk tanda-tanda kelainan kongenital
lainnya (bentuk dan ukuran penis, hipospadia, torsio testis).
Adanya UDT bilateral dan hipospadia sering berkaitan dengan
DSD. Ukuran dan lokasi testis harus dipastikan setelah
manipulasi, antara lain milking.4
INSPEKSI
 Pemeriksaan Penunjang
• Pada UDT bilateral, sebagai awal diagnosis dilakukan
pemeriksaanFSH, LH, dan testosteron, kemudian diikuti
dengan uji HCG (oleh dokter subspesialis endokrinologi
anak). Pencitraan dapat membantu diagnosis UDT.
Pemeriksaan Ultra Sound Graphy (USG) memiliki angka
45% sensitivity, 78% specificity, and 88% akuransi untuk
menentukan lokasi undesensus testis.
(Kasus dari Dr Maulik S Patel, Radiopaedia.org, rID: 157868)
C/o 1 y.o, left inguinal pain and swelling
• Sedangkan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat
menolong untuk menentukan lokalisasi testis
intraabdominal, terutama pada anak besar. MRI memiliki
sensitivity lebih besar dari ultrasound (~90%) dan
specificity (100%) Potongan.Coronal T1W dapat
menunjukkan gubernaculum dan spermatic cord, yang
dapat ditelusuri untuk menemukan lokasi testis yang tidak
turun. Laparaskopi sekarang digunakan sebagai metode
diagnosis testis yang tak teraba. Teknik ini cukup aman
dan dapat mencari posisi impalpable gonad.4,7
Kasus dari Dr Ian Bickle, Radiopaedia.org, rID: 210588,19 year-old with one palpable testicle in the scrotum.
• Laparaskopi sekarang digunakan sebagai metode
diagnosis testis yang tak teraba. Teknik ini cukup aman
dan dapat mencari posisi impalpable gonad.4,7
 Penatalaksanaan
Umur Dosis(IU)/minggu Dosis Total (IU) Lama terapi (minggu)

3 – 12bulan 2 x 250 2500 5

1 – 6 tahun 2 x 500 5000 5

>6 tahun 2 x 1000 10000 5

Evaluasi pengobatan dilakukan selama pengobatan, pada akhir pengobatan, serta 1,


3, 6, dan 12 bulan kemudian. Relaps setelah pengobatan cukup sering sehingga
pemantauan setelah pengobatan sangat penting dan jika terjadi dikonsulkan ke
bagian Bedah Urologi.4
• Bedah
Pada usia 2 tahun diusahakan agar posisi testis sudah pada
tempatnya. Jika pada umur di atas 2 tahun testis belum turun
maka pasien diindikasikan untuk orkidopeksi. Orkidopeksi
diindikasikan untuk:
• -Kegagalan terapi hormonal
• -Testis ektopik
• -UDT dengan hernia
• -UDT pada usia pubertas

<6 bulan 6-12 bulan 12.1-24 bulan 24.1-60 bulan >60 bulan

31 14 11 23 15

Age at surgical referral9


 Diagnosis Banding
Dasar pertimbangan diagnosis ialah tidak adanya testis di
skrotum. Daignosis banding meliputi testis tidak ektopik
dan tastis retraktil. Testis retraktil disebabkan oleh
hiperaktivitas m.kremaster, terutama sewaktu ada
rangsangan karena dingin atau sentuhan. Testis retraktil
kadang sukar dibedakan dari kriptorkismus karena
keadaan retraksi sewaktu anak menghadapi pemeriksaan.
Dengan kesabaran, testis sering dapat diturunkan dengan
picitan halus. Keadaan testis selalu bersifat sementara.5

Komplikasi
• Resiko pada gangguan desensus testis adalah seperti
keganasan, gangguan fertilitas, torsio testis, resiko
cedera dan hernia inguinalis.5
 Pemantauan dan Pencegahan
• Tujuan utama pemantauan adalah mendeteksi secara dini
ca testis (pembesaran testis unilateral atau bilateral
dengan konsistensi keras). Pemantauan pasca operasi
dan terapi hormonal dilakukan secara berkala minimal
satu tahun sekali untuk mengukur besar dan konsistensi
testis.
• Untuk mencegah komplikasi perlu diagnosis dan
tatalaksana dini. Hal ini dapat dicapai jika kesadaran akan
kelainan ini ditingkatkan, khususnya bagi dokter anak.
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan rutin genitalia
eksterna yang cermat pada setiap bayi baru lahir .4
Daftar Pustaka
• Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their surgical
management. 2000. Campbellµs Urology Vol 1. 8th edition. Philadelphia: WB Saunders
Company.
• Tanagho EA, Nguyen HT. Embriology of the Genitourinary System. 2000. Smiths General
Urology . Edisi 17. California:The McGraw Hill companies
• Basuki Purnomo. Testis Maldesensus. 2009. Dasar – Dasar Urologi Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.
• Pedoman Pelayanan Medis Jilid II Cetakan Pertama. 2011. Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
• Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
• Niedzielski, Jerzy K. “Undescended testis – current trends and guidelines: a review of the
literature”. diakses tanggal 8 Maret 2018 dalam
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4889701/
• Bell, Dan J. “Cryptorchidism”. diakses tanggal 8 Maret 2018 dalam
https://radiopaedia.org/articles/cryptorchidism
• Pedoman Pengelolaan Penyakit Berdasarkan Kewenangan Tingkat Pelayanan Kesehatan
revisi tahun 2015. Diakses tanggal 8 Maret 2018 dalam : http://www.iaui.or.id/info/guid.php
• Ranawaka, Ravibindu. “Current Practice: Undescended testis”. 2015. Sri Lanka Journal of
Child Health
• “Evaluation and Treatment of Cryphtordism. 2014. Diakses tanggal 8 Maret dalam
http://www.auanet.org/guidelines/cryptorchidism-(published-2014)

You might also like