Professional Documents
Culture Documents
Slide Lapkas DVT
Slide Lapkas DVT
Slide Lapkas DVT
LAPORAN KASUS
ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS
Supervisor Pembimbing
dr. Djony Tjandra,Sp.B(K)V
Oleh:
Giovanna Eunike Lombo
17014101242
PENDAHULUAN
2
Definisi
Istilah aneurisma berasal dari bahasa yunani
“aneurysma” berarti pelebaran. Aneurisma adalah suatu
keadaan dilatasi lokal permanen dan ireversibel dari
pembuluh darah, dilatasi ini minimal 50% dari diameter
normal. Sedangkan aorta abdominalis adalah arteri
terbesar di rongga perut yang berasal dari ventrikel kiri
yang merupakan cabang utama asal mula sistem arteri
sistemik. Diameter normal dari aorta dan arteri
tergantung pada usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan
faktor lainnya. Pada pria, aorta infrarenal biasanya
antara 14 dan 24mm, dan wanita antara 12 dan 21mm
TINJAUAN PUSTAKA
6
Klasifikasi
1) Berdasarkan bentuk :
sakular dan fusiform
2) Berdasarkan letak : aorta
torasika dan aorta
abdominalis.
Aorta abdominalis dibagi
menjadi infrarenal,
juxtrarenal, pararenalis,
suprarenalis
TINJAUAN PUSTAKA
7
Etiologi
Penyebab utama aneurisma aorta abdominalis adalah
arteriosklerosis sehingga secara lengkap disebut aneurisma
aorta abdominalis arteriosklerotikum (AAAA).
Arteriosklerosis merusak tunika intima dan tunika media
dinding aorta yang kemudian menyebabkan kelemahan
dinding aorta dan akhirnya menyebabkan dilatasi.
Penyebab lainnya, seperti sifilis, peradangan atau trauma
sangat jarang ditemukan
TINJAUAN PUSTAKA
8
Etiologi
Stress oksidatif serta komponen autoimun juga memiliki
peranan dalam pengembangan aneurisma aorta
abdominalis.
Merokok memunculkan suatu peningkatan respon inflamasi
dalam dinding aorta. Peningkatan stress biomekanik pada
dinding aorta juga berkontribusi terhadap pembentukan
dan pecahnya aneurisma dengan cara meningkatkan
ketegangan dinding dan aliran darah dalam aorta
infrarenal
TINJAUAN PUSTAKA
9
Etiologi
Selain aterosklerosis, penyebab lainnya karena kelainan
genetik misalnya pada Marfan’s Syndrom. Sindrom Marfan
adalah suatu penyakit jaringan ikat yang ditandai adanya
abnormalitas dari skletal, katup jantung, dan mata.
Individu dengan penyakit ini memiliki resiko untuk
terbentuknya aneurisma terutama aneurisma torakalis.
Sindrom Marfan merupakan kelainan genetik autosomal
dominan dimana terjadi abnormalitas dari fibrilin suatu
protein struktural yang ditemukan di aorta
TINJAUAN PUSTAKA
10
Etiologi
Aneurisma pasca trauma terbentuk akibat robekan dinding
pembuluh darah sebagian atau total pada trauma tajam
atau tumpul. Jika tidak ada hubungan dengan dunia luar,
biasanya akan terbentuk aneurisma palsu yang
sebenarnya berupa hematoma yang berdenyut
Pembentukan aneurisma paling sering terjadi pada
populasi usia tua. Penuaan menyebabkan perubahan
kolagen dan elasin yang mengakibatkan melemahnya
dinding aorta dan pelebaran aneurisma
TINJAUAN PUSTAKA
11
Patogenesis
Aneurisma aorta abdominalis terjadi ketika matriks elastin
dan kolagen terkikis oleh sifat degradasi proteolitik dan
dilatasi dari arteri yang ireversibel. 90% aneurisma aorta
abdominalis terjadi pada area fokal yakni pada
infrarenal. Diameter normal pada aorta abdominal
infrarenal berukuran 1,7cm pada laki-laki dan 1,5cm
pada perempuan. Jika diameter aorta abdominal
berukuran lebih dari 3cm, kondisi tersebut merupakan
manifestasi klinik penyakit yang signifikan
TINJAUAN PUSTAKA
12
Patogenesis
Aneurisma diduga kuat disebabkan oleh aterosklerosis.
Ateroslekrosis adalah suatu penyakit peradangan yang
mengenai arteri besar dan sedang. Hal ini disebabkan
oleh penumpukan plak ateromatus pada permukaan
dalam (intima) dinding arteri, secara umum merupakan
sebuah proses peradangan yang terjadi pada dinding
pembuluh darah dengan beberapa fase dan tahap
TINJAUAN PUSTAKA
13
Patogenesis
Pada fase awal, aterosklerosis dimulai dengan adanya
disfungsi endotelial. Hal ini selanjutnya meningkatkan paparan
molekul adesi pada sel endotel dan menurunkan kemampuan
endotel tersebut untuk melepaskan nitrit oxida dan zat lain
yang membantu mencegah perlekatan makromolekul, trombosit,
dan monosit pada endotel. Setelah kerusakan endotel vaskular
terjadi, monosit dan lipid (kebanyakan berupa lipoprotein
berdensitas rendah) yang beredar, mulai menumpuk di tempat
yang mengalami kerusakan dengan degradasi ikatan dan
struktur mosaik, sehingga memungkinkan senyawa yang
terdapat di dalam plasma darah seperti LDL untuk menerobos
dan mengendap pada ruang sub-endotelial akibat
peningkatan permeabilitas
TINJAUAN PUSTAKA
14
Patogenesis
Monosit melalui endotel, memasuki lapisan intima dinding pembuluh,
dan berdiferensiasi menjadi makrofag, yang selanjutnya mencerna
dan mengoksidasi tumpukan lipoprotein, sehingga penampilan
makrofag menyerupai busa. Sel busa makrofag itu kemudian
bersatu pada pembuluh darah dan membentuk fatty streak yang
dapat dilihat. Dengan berjalannya waktu, fatty streak menjadi lebih
besar dan bersatu, dan jaringan otot polos serta jaringan fibrosa di
sekitarnya berproliferasi untuk membentuk plak yang main lama
makin besar. Makrofag juga melepaskan zat yang menimbulkan
inflamasi dan proliferasi lebih lanjut dan jaringan fibrosa dan otot
polos pada permukaan dalam dinding arteri. Penimbunan lipid
ditambah proliferasi sel dapat menjadi sangat besar sehingga plak
menonjol ke dalam lumen arteri dan sangat mengurangi aliran
darah, bahkan dapat menyumbat seluruh pembuluh darah
TINJAUAN PUSTAKA
15
Patogenesis
Terjadi sklerosis akibat penimbunan sejumlah besar jaringan ikat
padat sehingga arteri menjadi kaku dan tidak lentur. Garam kalsium
mengendap bersama kolestrol dan lipid lain dari plak, yang
menimbulkan kalsifikasi menjadikan arteri seperti saluran yang kaku
dan keras. Pada tempat penonjolan plak ke dalam aliran darah,
permukaan plak yang kasar dapat menyebabkan terbentuknya
bekuan darah, dengan akibat pembentukan thrombus atau embolus,
sehingga dapat menyumbat semua aliran darah di dalam arteri
dengan tiba-tiba. Arteri kemudian kehilangan sebagian besar
distensibilitasnya, dan karena daerah di dinding pembuluhnya
berdegenerasi, pembuluh menjadi lemah hingga memungkinkan
terjadi suatu aneurisma atau rapuh dan mudah robek atau ruptur
TINJAUAN PUSTAKA
16
Manifestasi klinis
Kelainan ini biasanya tanpa keluhan, kecuali adanya massa di
abdomen yang ditemukan. Kalaupun ada keluhan, paling
sering berupa nyeri pinggang intermiten dan terasanya
denyutan di abdomen. Nyeri ini sering disebabkan oleh ruptur
kecil atau kebocoran aneurisma di retroperitoneum yang
menyebabkan perdarahan sedikit demi sedikit. Bila demikian,
aneurisma dikelilingi oleh hematom besar yang mengandung
banyak bekuan darah. Nyeri juga dapat timbul pada area
perut, epigastrium atau bagian dalam abdomen. Bila nyeri
bersifat kolik dan hebat, sering diduga berasal dari batu
saluran kemih, batu kandung empedu atau pankreatitis akut
TINJAUAN PUSTAKA
17
Manifestasi klinis
Nyeri yang hebat dan disertai tanda syok mendadak
merupakan pertanda adanya ruptur aneurisma bebas di
rongga perut yang menyebabkan mors subita. Selanjutnya,
terdapat pula keluhan yang berhubungan dengan sistem
pencernaan, seperti konstipasi kronik, nausea, muntah,
nafsu makan berkurang, malaise atau melena
TINJAUAN PUSTAKA
18
Manifestasi klinis
Ruptur aneurisma aorta abdominalis memiliki trias, yakni
hipotensi, nyeri perut atau punggung dan adanya pulsasi
pada massa abdomen. Pada pasien yang mengalami
ruptur aneurisma aorta abdominalis memerlukan intervensi
segera untuk mencegah kematian
TINJAUAN PUSTAKA
19
Diagnosis
• Nyeri perut
Gejala klinik • Adanya pulsasi pada massa abdomen aorta
Pemeriksaan
• Massa di abdomen yang berdenyut
fisik
TINJAUAN PUSTAKA
20
Penatalaksanaan
Pendekatan non bedah ditujukan pada pasien asimptomatik
dengan ukuran diameter aneurisma kurang dari 5,5cm atau
pasien yang ukuran aneurisma membesar kurang dari 0,8cm
pertahun yang di dokumentasikan melalui pencitraan serial
Terapi bedah terdiri dari eksisi aneurisma atau ligase di
sebelah proksimal dan distal aneurisma. Tindakan terpilih
adalah reseksi aneurisma dan rekonstruksi bagian tersebut
dengan prosthesis secara interposisi atau bedah pintas.
Kemungkinan lain adalah melakukan pintas dalam aneurisma
yang dipasang transluminal melalui a. femoralis
TINJAUAN PUSTAKA
24
Retroperitonel Approach
Transperitoneal Approach
Teknik ini memudahkan dan lebih fleksibel untuk mengeksplor AAA, arteri renali,
dan kedua arteri iliaca. Dibuat midline incision abdomen dari xiphoid sampai
pubis, panjang insisi tergantung dari besar aneurisma.1
TINJAUAN PUSTAKA
26
Retroperitonel Approach
Dengan teknik ini, posisi pasien lateral dekubitus kanan. Insisi untuk
lapangan operasi pada pertengahan dari atas crista iliaca dan tepi
kosta. Lengan kiri diberi bantalan dan diletakkan diatas lengan
kanan dengan diberi penyokong. Derajat kemiringan bahu 60
derajat dan panggul 30 derajat untuk memudahakan mengeksplor
lapangan operasi
TINJAUAN PUSTAKA
27
Komplikasi
Prognosis
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. JW
Usia : 74 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Taraitak Jaga VII
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Suku : Minahasa
Agama : Kristen protestan
Pendidikan : Tamat SD
Masuk Rumah Sakit : 7 Maret 2018
ANAMNESIS
31
Keluhan Utama
Riwayat Pengobatan :
Riwayat Alergi :
Riwayat Kebiasaan :
Pasien mengkonsumsi rokok hampir 1 bungkus per hari.
Kebiasaan minum alkohol pernah tapi sudah berhenti
sampai sekarang
PEMERIKSAAN FISIK
33
KU : Sakit sedang
Vital Sign
• TD : 140/90 mmHg, R : 22x/menit, N : 100x/menit, Sb : 36,5C
Pemeriksaan Kepala
• CA(-), SI(-), Pupil bulat simetris isokor
Pemeriksaan Leher
• Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar tiroid(-), JVP: 5+0 cmH2O, Trakea
deviasi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
34
Paru-paru :
• I : Statis, dinamis : ki=ka
• P : Stem fremitus ki=ka
• P : Sonor ki=ka
• A : Sp vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung :
• I : Iktus cordis tidak terlihat
• P : Iktus cordis tidak teraba
• P :
• Kanan : ICS IV linea parasternal dextra
• Kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra
• A : BJ I dan II normal, reguler, murmur (-), gallop(-)
PEMERIKSAAN FISIK
35
Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi : tampak benjolan uk. 3x3cm
• Auskultasi : Bising usus normal (5-6x/menit)
• Palpasi : massa(+) NT(+), benjolan terasa pulsasi di
periumbilical kiri
• Perkusi : Timpani
Pemeriksaan Ekstremitas
• Kekuatan Otot : ++++/+++++
• Tonus otot : ++++/+++++
• Sensibilitas : +++++/+++
• Edema : (-/+)
PEMERIKSAAN FISIK
36
STATUS LOKALIS
5/20/2018
DIAGNOSIS KERJA
39
Aneurisma
Aorta
Abdominalis
5/20/2018
PENATALAKSANAAN
40
Konservatif
Umum
Khusus
IVFD Nacl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone vial 2x1gr (IV)
Ranitidine inj amp 2x50mg (IV)
Ketorolak inj amp 3x30mg (IV)
Laxadine syr 2x1c (PO)
Dulcolax syr 3x1c (PO)
Aspilet 1x80mg (PO)
N Acetyl sistein 1x200mg (PO)
5/20/2018
Follow up (7-3-2018)
41
5/20/2018
Follow up (18-3-2018)
43
P:
tunggu advis untuk endovaskular
raber neurologi
Follow up (20/3/2018)
P:
raber neurologi
5/20/2018
PROGNOSIS
44
5/20/2018
PEMBAHASAN
45
5/20/2018
PEMBAHASAN
46
5/20/2018
Terima Kasih
51 5/20/2018