Tutorial Kasus Hidup Forensik Edit

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

TUTORIAL

HIDUP
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
P E R I O D E 7 MEI – 2 JUNI 2 0 1 8
Telah dilakukan diskusi : kamis, 17 April 2018
Ketua : Rida Aswin
Sekretaris : Anissa Sawitri
Anggota : Renato Nauval
Rendy Kurniawan
Gibran Raka
Ezra Senna
Faiz M Iqbal
Melati Puspanegara
Febriana Diah S
IDENTITAS
• Nama : Tn SS
• Jenis kelamin : Laki - laki
• Umur : 57 tahun
• Alamat : Sleman
• Asal : Yogyakarta
• Nomor rekam medis : XXXXXXXX
• Bangsa :Indonesia
• Berat badan/Tinggi badan : 60 kg /170 cm
KRONOLOGIS
Pasien
Rabu, 6 Mei 2018 pasien terjatuh
mengendarai Pasien tidak
pukul 19.00WIB dari motor dengan
motor kemudian menggunakan
kaki kiri
Terjadi KLL tertabrak mobil helm
membentur aspal,
dari belakang.
pasien tidak
sadarkan diri

RS I
Pukul 01.00WIB Pasien langsung
Dilakukan
Sampai di RSUP Dirujuk dibawa ke RSI
pemeriksaan CT
Dr Sardjito Scan
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Tampak Gelisah
• Kesadaran : Somnolen, GCS E1V2M5
• Tanda vital
- Tekanan darah : 156/70 mmHg
- Nadi : 89 kali/menit
- Pernapasan : 18 kali/menit
- Suhu : 37⁰ C
Pemeriksaan Forensik Klinik
Pada kepala
sebelah kiri,
terdapat memar Pada tungkai
dengan bentuk
tidak beraturan,, kiri, terdapat luka lecet
kondisi luka geser, bentuk oval, arah
bersih, warna dari atas ke bawah,
ungu kebiruan,
dasarnya kulit, warna ungu, dasarnya
batas tidak tegas, kulit, ukuran 2 x 1 cm,
ukuran 4 x 5 cm jumlahnya 2.
,jumlahnya 1
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium CT Scan Kepala :


• ICH di lobus temporal dextra dengan
Hb : 9,3 g/dl perifocal edema, dengan volume 12,6
Ht : 27,5 % cc
Leukosit : 12,73/mm³ • EDH di regio frontoparietal sinistra
Trombosit : 190/mm³ dengan ketebalan 6mm
Eritrosit : 3,02 /mm³ • SAH di regio temporal dextra dan
cisterna quadrigeminal
• Edema cerebri
Ro Ankle Joint AP /Lat • Multiple fraktur kominutiva et depresi di
-tampak fraktur segmental os os temporal sinistra
fibula sinistra pars tertia distal • Sinusitis maxillaris bilateral
PERTANYAAN
1. Bagaimana mekanisme terjadinya luka lecet?
2. Cara membedakan jenis luka akibat kekerasan tumpul?
3. Hal - hal apa saja yang mempengaruhi aspek luka memar?
4. Bagaimana prosedur permintaan pembuatan visum?
5. Apakah peranan forensik klinik dalam kasus ini?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang berguna pada kasus
ini?
Mekanisme terjadinya luka?
Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan luka lecet antara lain:
1. Karena persentuhan benda kasar, misalnya terseret di jalan aspal
2.Karena tali tampar, yaitu pada leher orang gantung diri, diikat dengan tali
tampar.
3. Karena bersentuhan dengan benda runcing, seperti duri, kuku
4.Karena bersentuhan dengan benda yang meninggalkan bekas, seperti ban
mobil

(http://www.forensicpathologyonline.com) Ebook
(Sumber : Buku Ilmu Kedokteran Forensik)
Hal – hal yang mempengaruhi aspek luka memar :
- Besarnya kekerasan
- Jenis benda penyebab (karet, kayu, besi)
- Kondisi dan jenis jaringan (ikat longgar / lemak)
- Usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit
- Kerapuhan pembuluh darah
- Penyakit sistemik

(Sumber : Buku Ilmu Kedokteran Forensik)


Prosedur permintaan pembuatan visum diatur oleh kitab undang-undang acara pidana
dalam:
• Pasal 133 ayat 1, berbunyi :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.

• Pasal 133 ayat 2, berbunyi :


Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.

• Syarat permintaan pemeriksaan forensic klinik :


Memiliki permintaan tertulis dari penyidik , inform consent , melakukan pemeriksaan secepat
mungkin .
Kitab Undang - Undang HukumAcara Pidana (KUHAP)
Peranan forensik klinik :
• Pengobatan/perawatan terhadap seseorang yang memiliki keterbatasan.
• Pemeriksaan medis dan penilaian korban dan pelaku tindakan kejahatan.
• Pemeriksaan medis dan terhadap penilaian pengendara yang mengendarai
kendaraan bawah pengaruh alkohol dan atau obat-obatan.
• Pemeriksaan medis dan penilaian terhadap pengendara mengenai deklarasi dari
pelaku untuk mengakui kelayakaan untuk mengemudi.
• Pemeriksaan medis dan penilaian korban penganiayaan.
• Pemeriksaan medis dan penilaian kompensasi terhadap pekerja oleh
pekerjaannya.
• Pemeriksaan medis dan penilaian kesehatan mental untuk kepentingan hukum
dan peradilan.
Philip SL. Clinical Forensic Medicine : Much Scope for Development in Hong Kong. Hongkong :
Department of Pathology Faculty of Medicine University of Hong Kong. 2007
Sanksi yang terkait kasus dalam ranah hukum :

• UU no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan


- Pasal 77
1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki surat izin
mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan.
2) Surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) jenis: a. Surat
izin mengemudi kendaraan bermotor perseorangan; dan b. Surat izin mengemudi kendaraan
bermotor umum.
3) Untuk mendapatkan surat izin mengemudi, calon pengemudi harus memiliki kompetensi
mengemudi yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan atau belajar sendiri.
4) Untuk mendapatkan surat izin mengemudi kendaraan bermotor umum, calon pengemudi
wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan pengemudi angkutan umum.
5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya diikuti oleh orang yang
telah memiliki surat izin mengemudi untuk kendaraan bermotor perseorangan.
• Pasal 80
Surat Izin Mengemudi untuk Kendaraan Bermotor perseorangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 ayat (2) huruf a digolongkan menjadi:
a. Surat Izin Mengemudi A berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang
perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi 3.500 (tiga ribu lima
ratus) kilogram;
b. Surat Izin Mengemudi B I berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang
perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus)
kilogram;
c. Surat Izin Mengemudi B II berlaku untuk mengemudikan Kendaraan alat berat, Kendaraan
penarik, atau Kendaraan Bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan
perseorangan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih
dari 1.000 (seribu) kilogram;
d. Surat Izin Mengemudi C berlaku untuk mengemudikan Sepeda Motor; dan
e. Surat Izin Mengemudi D berlaku untuk mengemudikan kendaraan khusus bagi penyandang
cacat.
Pasal 81
(1) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77, setiap orang harus memenuhi persyaratan usia, administratif,
kesehatan, dan lulus ujian.
(2) Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan paling rendah
sebagai berikut:
a. usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin
Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D;
b. usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I;
c. usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.
UU RI No.22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan
• Pasal 57
(1) Wajib dilengkapi perlengkapan kendaraan bermotor
(2) Sepeda motor: helm SNI
• Pasal 106
(8) Pengemudi dan penumpang wajib mengenakan helm SNI
• Pasal 291
(1) Pengemudi sepeda motor tidak menggunakan helm  kurungan maks 1
bulan atau denda Rp 250.000
(2) Pengemudi sepeda motor membiarkan penumpang tidak menggunakan
helm  kurungan maks 1 bulan atau denda Rp 250.000
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan alkohol
• Tujuan : menentukan apakah kecelakaan ini terjadi akibat penggunaan alkohol atau
tidak.
• Metode : metode conway dengan prisip mikrodifusi dari reagen antie dan sampel
untuk menentukan kadar alkohol darah.
• Apabila kadar alkohol darah 30-50mg% terjadi penurunan keterampilan mengemudi
• Apabila kadar alkohol darah 200 mg% menimbulkan gejala banyak bicara, refleks
menurun, inkordinasi otot kecil.
• Apabila kadar alkohol darah 250 mg% terjadi penglihatan kabur/diplopia
• Apabila kadar alkohol darah 500-600 mg% penderita biasanya meninggal dalam 1-4
jam setelah koma selama 10-16 jam.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan labolatorium
• Darah lengkap
• Elektrolit
• Glukosa darah
• CT/BT
• Golongan darah
• Analisa gas darah

• X-ray
• CT-Scan kepala
REFERENSI
• Rao, D. Injuries. Accesed May , 8, 2017. Available
on:http;//www.forensicpathologyonline.com/E-Book/injuries
• Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Hertian S, Sidhi, Sampurna B. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1997.
• Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
• Philip SL. Clinical Forensic Medicine : Much Scope for Development in Hong Kong.
Hongkong : Department of Pathology Faculty of Medicine University of Hong Kong. 2007

You might also like