Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

Kejang Demam

Dwi Putri Sekarini 130112160680


Ilayabarathi 130112……………

Perseptor:
Diah Asri Wulandari, dr., Sp.A(K)
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. DNH
• Tanggal Lahir : 9 Juni 2015
• Usia : 2 tahun 6 Bulan
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Kebon kangkong, Kiaracondong
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Sunda
• Tanggal Pemeriksaan: 5 Januari 2017
IDENTITAS ORANG TUA
• Nama Orang tua : Ny. Y
• Usia : 34 tahun
• Alamat : Kebon kangkong, Kiaracondong
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Pendidikan terakhir : SMP
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang
Pasien datang dengan keluhan kejang sebanyak 3 kali sejak 10
jam SMRS. Setiap kejang lamanya ± 5-10 menit dan jarak
antarkejang 4-5 jam. Saat kejang kaki dan tangan kaku dengan
posisi kedua tangan melipat dan kaki lurus, mata melihat ke atas,
dan mulut seperti terkunci. Saat kejang pasien tidak sadar, namun
sebelum dan sesudah kejang pasien sadar. Keluhan kejang
didahului oleh demam sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan terus-
menerus dan mendadak tinggi, namun ibu pasien tidak
memeriksakan suhunya dengan termometer. Keluhan juga disertai
dengan batuk berdahak yang muncul secara bersamaan dengan
demam. Keluhan batuk dirasakan jarang-jarang dan tidak menentu.
ANAMNESIS
Keluhan kejang tidak disertai dengan muntah, ruam, mencret,
perdarahan, sakit telinga ataupun keluar cairan dari telinga, sesak
napas, dan trauma kepala sebelumnya. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
Saat kejang pertama (pkl. 22.00) pasien dibawa ke Puskesmas
Babakan Surabaya dan langsung mendapatkan obat yang dimasukan
melalui dubur dan obat paracetamol sirup. Saat itu suhu pasien
mencapai 39,3°C. Kemudian pasien dipulangkan dengan diresepkan
hanya obat paracetamol sirup. Beberapa jam kemudian pasien
kejang kedua kalinya namun orang tua pasien hanya diam saja, dan
pada saat kejang ketiga kali pasien dibawa ke IGD RSHS.
ANAMNESIS
Pasien pernah mengalami keluhan serupa saat
usia 1,5 tahun. Riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya tidak ada. Riwayat kejang dengan atau
tanpa demam di keluarga tidak ada. Riwayat trauma
pada kepala tidak ada. Riwayat tersedak sebelumnya
tidak ada. Riwayat batuk-batuk lama atau batuk
berdarah di keluarga tidak ada. Riwayat dengan demam
berdarah dengue dikeluarga ataupun di lingkungan
sekitar ada. Riwayat dengan difteri di lingkungan tidak
diketahui.
ANAMNESIS
Pasien lahir dari ibu P2A0 lahir normal cukup
bulan, ditolong oleh bidan, dan tidak langsung
menangis yang kemudian dirawat dengan oksigen
dengan berat badan lahir 2600 gram. Saat hamil ibu
pasien rutin kontrol kehamilan sebanyak 6x ke bidan
dan mendapatkan tablet penambah darah. Selama
kehamilan ibu pasien tidak pernah sakit, meminum
obat atau jamu-jamuan. Riwayat imunisasi dasar
lengkap kecuali campak (baru satu kali).
ANAMNESIS
Pasien diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan
kemudian diberikan MPASI. Saat ini setiap hari pasien
makan 3 kali sehari dengan nasi dan telur atau tempe dan
tahu serta kadang dengan sayur. Saat ini pasien sudah bisa
berbicara 3 kata dalam satu kalimat. Pasien bisa berjalan
ketika berusia 18 bulan. Jika dibandingkan dengan teman
seusianya pasien tidak memiliki perbedaan. Pasien tinggal
bersama dengan orangtua dan kakaknya di rumah
kontrakan sebesar 3x3 meter. Ayah pasien merokok dan
saat merokok ayah pasien terkadang berada di dalam
rumah.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum: Tampak • BB: 10 kg
sakit sedang
• TB: 84 cm
• Kesadaran: Compos mentis
• LK: 48.5 cm
• Tanda Vital:
• Status Gizi:
– TD : tidak diperiksa
PB/U : <-1SD (normal)
– Nadi : 161 x/menit
BB/U : <-1SD ( normal)
– Pernapasan: 60x/menit
BB/TB : <-1SD (normal)
– Suhu : 39,6ºC
LK/U : normal
– SpO2 : 96% dengan O2
1L/menit
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala:
Mata : konjungtiva hiperemis -/-
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada,
secret (-/-), perdarahan (-/-)
Telinga : CAE tenang, serumen (-/-)
Mulut : Bibir kering, POC (-), Tonsil T2-T2
hiperemis, detritus (-), faring hiperemis

• Leher: KGB tidak teraba


PEMERIKSAAN FISIK
• Toraks:
Bentuk dan gerak simetris, retraksi (-)
Cor: bunyi jantung S1 S2 reguler, murmur (-)
Pulmo: sonor, VBS kanan=kiri, crackles +/+, slem +/+
• Abdomen: datar lembut, hepar dan lien tidak teraba
membesar, BU (+) normal
• Ekstrimitas: akral hangat, akrosianosis (-), CRT < 2 detik
• Genital dan Anus: Perempuan, tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Neurologis:
• Rangsang Meningen : kaku kuduk (-), Braudzinski I/II/III (-
/-/-)
• N. Otak : N II,III : Pupil,bulat, isokor 3mm/3mm, RC(+/+)
• : N III,IV,VI : GBM kesegala arah
• : N VII : Simetris
• Motorik : Tonus tidak meningkat, parese (-/-)
• Refleks Fisiologis: APR (+/+), KPR (+/+)
• Refleks Patologis: Babinski sign (-), Chaddock sign (-)
DIAGNOSIS BANDING
1. Kejang demam kompleks ec Bronkopneumonia +
Tonsilofaringitis
USULAN PEMERIKSAAN
• Cek darah rutin Sudah dilakukan
Hb: 11.2 g/dL
Hct: 35.5 g %
L: 12.660/mm3
Tr: 216000/mm3

• Hitung Jenis Leukosit  sudah dilakukan


• Rontgen Thorax
DIAGNOSIS KERJA
• Kejang Demam Kompleks ec Bronkopneumonia +
Tonsilofaringitis
TATALAKSANA
• Kebutuhan cairan 1000-1100cc/hari
• Kebutuhan kalori 840kkal/hari terdiri dari makan biasa 3 kali 1
porsi
• Parasetamol syr 1 cth setiap 4-6jam bila suhu >= 38° celcius
• Diazepam 3x3mg Pulv po (selama demam)
• Ampicillin 4x500mg IV
• Gentamicin 1x75mg IV
• Observasi tanda-tanda vital
TATALAKSANA
• Edukasi pada orangtua:
• Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumnya
memiliki kemungkin sembuh baik
• Memberitahu cara penanganan kejang
• Memberi informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
TATALAKSANA
• Cara penanganan kejang
• Tetap tenang dan tidak panik
• Longgarkan pakaian yang etat terutama di sekitar leher
• Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntahan
atau lendir, bersihkan.
• Ukur suhu, observasi dan catat bentuk dan lama kejang
• Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5
menit. Jangan berikan bila kejang sudah berhenti. Hanya boleh
diberikan 1 kali oleh orang tua.
• Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang berlangsung lebih dari 5
menit, suhu tubuh lebih dari 40° C, kejang tidak berhenti dengan
diazepam rektal, setelah kejang anak tidak sadar atau terdapat
kelumpuhan.
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TERIMA KASIH

You might also like