Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

REFERAT

TERAPI CAIRAN

DISUSUN :
ANANTA MANGGALA SIMANJUNTAK

PEMBIMBING :
DR. ALBERT DANIEL SOLANG, SP.A
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
REFERAT
TERAPI CAIRAN
KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

 Sebagian besar massa tubuh adalah cairan.


 Padalaki-laki dewasa dengan berat badan ideal volume cairan
tubuhnya ± 60% berat badannya (liter).
 Volume cairan tubuh bervariasi antara 45%-75%, terutama oleh factor
jaringan lemak yang relative tidak mengandung air. Pada orang gemuk
volume cairan tubuhnya relative lebih sedikit daripada orang kurus.
Kompartemen Cairan Tubuh

 Cairan tubuh terpisah dalam dua kompartemen utama yang


dipisahkan oleh membran sel:
1. Kompartemen intraseluler, 2/3 cairan tubuh mengisi kompartemen
ini disebut caiaran intraseluler (CIS).
2. Kompartemen ekstraseluler, 1/3 cairan tubuh mengisi kompartemen
ini disebut cairan ekstraseluler (CES).
 Cairan ekstraseluler terbagi dalam:
 cairan plasma yang mengisi kompartemen intravaskuler (1/4 CES)
 cairan interstitium yang mengisi kompartemen interseluler (3/4 CES).
 PertukaranCES dan CIS melewati membrane sel dan pertukaran cairan
plasma dan interstitium melewati dinding kapiler sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan dan fungsi normal sel.
Cairan intraseluler
(40%)
Cairan tubuh
total (60%)
Plasma (5% BB)

Cairan
ekstraseluler (20%)

Cairan interstisial
(15% BB)
Kristaloid
Resusitasi
Koloid
Terapi
Cairan
Elektrolit
Rumatan
Nutrisi
CAIRAN RESUSITASI
KRISTALOID

 Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan
ringer laktat.
 Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraselular.
 Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kristaloid
akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan
koloid
Cairan NS RL

• Resusitasi • Resusitasi
• Kehilangan Cl >>,
misalnya muntah- • Suplai ion bikarbonat
muntah, sindrom yang
berkaitan dengan
• Asidosis metabolik
kehilangan natrium
• Sindrom yang berkaitan
dengan kehilangan
natrium: asidosis
diabetikum, luka bakar.
KOLOID

 Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau


biasa disebut “plasma expander”.
 Cenderung bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.
 Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan
efisien daripada kristaloid,
Dekstran 40 Dekstran 70

• Pemberiaan 500 ml dextran 40 • Pengganti plasma, pada luka


akan meningkatkan cairan bakar
intravaskuler sebesar 750 ml • Peningkatan sirkulasi kapiler,
dalam 1 jam, dan menjadi 1050 mis;
ml pada jam ke2 • Infark miokard
• Dextran 40 dapat • Syok kardiogenik
mempertahankan cairan
• Hemoragik
intravaskuler dalam 3,5-4,5 jam,
• Septik
• Efek samping :
• dextran 70 mempertahankan
• Gagal ginjal, mual
cairan intravaskuler sekitar 6-8
• Gangguan pembekuan darah jam.
CAIRAN RUMATAN

• Cairan rumatan berisi air, glukosa, natrium, kalium dan klorida. Larutan ini
menggantikan elektrolit yang keluar melalui tinja dan urin.

• Glukosa dalam cairan rumatan menyediakan sekitar 20% dari kebutuhan


kalori normal pasien. Jumlah ini cukup untuk mencegah terjadinya
ketoasidosis akibat starvasi (kelaparan) dan menghindarai degradasi protein
yang akan terjadi bila pasien tidak mendapat kalori sama sekali
CAIRAN RUMATAN
 Cairan rumatan (maintenance)
 Cairan rumatan adalah kebutuhan cairan untuk mengganti kehilangan cairan tubuh
sehari-hari
 Kebutuhan cairan rumatan perhari :
 10 kg pertama : 100 ml/kg BB
 10 kg berikutnya : x 50 ml/kg BB
 >20 kg : x 2o ml/kg
Misalnya :
- BB 10 kg = (100x10 kg) = 1000 ml
- BB 15 kg = (100x10 kg) + (50x5 kg) = 1000+250 = 1250 ml
- BB 25 kg = (100x10 kg)+(50x10 kg) (20x5 kg)= 1000 + 500 + 100 = 1600 ml
Setiap kenaikan suhu tubuh ( 1ºC X 12% ) X IWL
ELEKTROLIT
KA-EN 1B
 Digunakan sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui misal
pada kasus emergensi.
 Kasus-kasus seperti dehidrasi dengan kandungan elektrolit dan kadar yang belum
diketahui, demam, penyakit infeksi, asma dan < 24 jam pasca bedah.
 dosis lazim 500-1000ml untuk sekali pemberian secara intravena.
 Kecepatan 50-100ml/jam (anak-anak).
 Cairan ini direkomendasikan untuk usia ≥ 3 tahun atau pasien dengan berat badan
≥ 15 kg.
KA-EN 3A

 Direkomedasikan untuk usia ≥ 3 tahun atau berat badan ≥


15kg.
 Kasus-kasusnon-bedah yang membutuhkan kalium yaitu:
diare, muntah, DKA, asma, dan hipertensi.
 Dan diberikan pasca bedah (>24-48 jam).
 Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L
KA-EN 3B

 Direkomedasikan untuk usia ≥ 3 tahun atau berat badan ≥ 15kg.


 Kasus-kasus
non-bedah yang membutuhkan kalium yaitu : diare,
muntah, DKA, asma, dan hipertensi.
 Dan diberikan pasca bedah (>24-48 jam).
 Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L
KA-EN 4A PAED

 Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak.


 Tanpakandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal.
 Tepatdigunakan untuk dehidrasi hipertonik Indikasi untuk anak < 3
tahun dan berat badan <15 kg.
KA-EN 4B

 Direkomendasikan untuk usia < 3 tahun atau berat badan < 15 kg.
 Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
 Mensuplai
8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hypokalemia.
NUTRISI
AMIPAREN PAN-AMIN G

• Mengandung asam amino 10% dan • Mengandung asam amino sebesar


BCAA 30%. 2,72% untuk mencukupi kebutuhan
• Memperbaiki keseimbangan nitrogen. basal.
• Kecepatan pemberian asam amino • Mengandung sorbital sebesar 5%.
yaitu 10g gr/jam. • Di indikasikan pada kasus
• Indikasi pemakaian yaitu pada kasus • hipoproteinemia dan stress metabolic
• stress metabolic berat, ringan,
• luka berat, • tifoid,
• infeksi berat, • nutrisi dini pasca operasi.
• kwashiorkor,
• pasca operasi, dan
• total parental nutrition.
KESIMPULAN

 Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit.


 Cairan tubuh dibedakan atas cairan ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel
meliputi plasma dan cairan interstisial
 Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh
dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau
koloid (plasma ekspander) secara intravena.
 Tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti kehilangan
cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian.

You might also like