Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

NAMA KELOMPOK :

- ADI PETRUS ( 1507037690 )


- ERI FIANTORO ( 1707035678)
- ALDIO RIZKY PUTRA (1707035678)
- SIDIQ ABDA RAZAK (1707035641)
- JANDRI SUPARTO SIREGAR (170703
PENGERTIAN PANCASILA

Etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa
sansekerta dari india (bahasa Brahmana) yaitu
panca berarti “lima” dan sila yang berarti
“dasar”. Jadi scara harafiah, “pancasila“ dapat
diartikan sbagai “ lima dasar”
PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari kata latin “Corrumpere”,
“Corruptio”, atau “Corruptus”. Arti harfiah dari kata
tersebut adalah penyimpangan dari kesucian
(Profanity), tindakan tidak bermoral, kebejatan,
kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau
kecurangan. Dengan demikian korupsi memiliki
konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah atau
hal-hal buruk lainnya.
PENGERTIAN KORUPSI
MENURUT AHLI

Kumorotomo (1992 : 175), berpendapat bahwa “korupsi
adalah penyelewengan tanggung jawab kepada
masyarakat, dan secara faktual korupsi dapat
berbentuk penggelapan, kecurangan atau manipulasi”.

Lebih lanjut Kumorotomo mengemukakan bahwa


korupsi mempunyai karakteristik sebagai kejahatan
yang tidak mengandung kekerasan (non-violence)
dengan melibatkan unsur-unsur tipu muslihat (guile),
ketidakjujuran (deceit) dan penyembunyian suatu
kenyataan (concealment).
AKIBAT DARI KORUPSI

Secara aksiomatik, akibat korupsi dapat dijelaskan
seperti berikut:
1. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu.
2. Bahaya korupsi terhadap generasi muda.
3. Bahaya korupsi terhadap politik.
4. Bahaya korupsi terhadap ekonomi
5. Bahaya korupsi terhadap birokrasi
1. Bahaya korupsi terhadap masyarakat
dan individu.

Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi
makanan masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan
menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau,
tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap
individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri
sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada
kerjasama dan persaudaraan yang tulus.
Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan
dukungan teoritik oleh para ilmuwan sosial menunjukkan bahwa
korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan sosial dan
kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di
antara kelompok sosial dan individu baik dalam hal pendapatan,
prestise, kekuasaan dan lain-lain.
2. Bahaya korupsi terhadap generasi
muda.

Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari
korupsi pada jangka panjang adalah rusaknya generasi
muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi
makanan sehari-harinya, anak tumbuh dengan pribadi
antisosial, selanjutnya generasi muda akan
menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau
bahkan budayanya), sehingga perkembangan
pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur
dan tidak bertanggungjawab.
3. Bahaya korupsi terhadap
politik.

Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan
menghasilkan pemerintahan dan pemimpin
masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika
demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan
percaya terhadap pemerintah dan pemimipin tersebut,
akibatnya mereka tidak akan akan patuh dan tunduk
pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas
dalam politik seperti pemilu yang curang,
kekerasan dalam pemilu, money politics dan lain-lain
juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena
untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa korup
itu akan menggunakan kekerasan (otoriter) atau
menyebarkan korupsi lebih luas lagi di masyarakat.
4. Bahaya korupsi terhadap ekonomi

Korupsi merusak

perkembangan ekonomi
suatu bangsa. Jika suatu projek ekonomi
dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi
(penyuapan untuk kelulusan projek, nepotisme
dalam penunjukan pelaksana projek,
penggelepan dalam pelaksanaannya dan lain-
lain bentuk korupsi dalam projek), maka
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari
projek tersebut tidak akan tercapai.
5. Bahaya korupsi terhadap birokrasi

Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi
dan meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi.
Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan
berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang
rasional, efisien, dan kualifikasi akan tidak pernah
terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek dan
mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya
saja yang akan dapat layanan baik karena mampu
menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan meluasnya
keresahan sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya
mungkin kemarahan sosial yang menyebabkan
jatuhnya para birokrat.
KORUPSI DALAM PERSPEKTIF
PANCASILA
Tindakan-tindakan

korupsi merupakan bentuk
penyelewengan dari butir-butir Pancasila, dijelaskan
sebagai berikut :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dalam hal ini jelas perilaku tindakan
pidana korupsi ini tidak mencerminkann perilaku
tersebut karena perilaku tindak pidana korupsi adalah
perilaku yang tidak percaya dan taqwa kepada Tuhan.
Dia menafikan bahwa Tuhan itu Maha Melihat lagi
Maha Mendengar.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dalam sila ini perilaku tindak pidana korupsi sangat
melanggar bahkan sama sekali tidak mencerminkan perilaku

ini, seperti mengakui persamaan derajat, saling mencintai,
sikap tenggang rasa, gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan serta membela kebenaran dan keadilan.

3. Sila Persatuan Indonesia.


Tindak pidana dan tipikor bila dilihat dalam sila ini,
pelakunya itu hanya mementingkan pribadi, tidak ada
rasa rela berkorban untuk bangsa dan Negara, bahkan
bisa dibilang tidak cinta tanah air karena perilakunya
cenderung mementingkan nafsu, kepentingan pribadi
atau kasarnya kepentingan perutnya saja.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyarawatan / Perwakilan.
Dalam sila ini perilaku yang mencerminkannya

seperti, mengutamakan kepentingan Negara dan
masyarakat, tidak memaksakan kehendak, keputusan
yang diambil harus dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta menjunjung tinggi harkat
martabat manusia dan keadilannya. Sangat jelaslah
bahwa tindak pidana korupsi tidak pernah ada rasa
dalam sila ini.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Rata-rata bahkan sebagian besar pelaku tindak
pidana korupsi itu, tidak ada perbuatan yang luhur
yang mencerminkan sikap dan suasana gotong royong,
adil, menghormati hak-hak orang lain, suka memberi
pertolongan, menjauhi sikap pemerasan terhadap
orang lain, tidak melakukan perbuatan yang
merugikan kepentingan umum, serta tidak ada rasa
bersama-sama untuk berusaha mewujudkan kemajuan
yang merata dan keadilan sosial.
UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH DALAM
PEMBERANTASAN KORUPSI

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam
memberantas tindak korupsi di Indone-sia, antara lain
sebagai berikut :
 Upaya pencegahan (preventif).
 Upaya penindakan (kuratif).
 Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
 Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat).
Upaya Pencegahan (Preventif)
 Menanamkan semangat nasional yang positif dengan


mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara
melalui pendidikan formal, informal dan agama.
 Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip
keterampilan teknis.
 Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup
sederhana dan memiliki tanggung jawab yang tinggi.
 Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang
memadai dan ada jaminan masa tua.
 Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan
disiplin kerja yang tinggi.
 Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang
memiliki tanggung jawab etis tinggi dan dibarengi
sistem kontrol yang efisien.
Upaya Penindakan (Kuratif)
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka

yang terbukti melanggar dengan diberikan peringatan,
dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan
oleh KPK :
 Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM.
Ia diduga melakukan pungutan liar dalam pengurusan
dokumen keimigrasian.
 Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan
Busway pada Pemda DKI Jakarta (2004).
 Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah
yang merugikan keuangan negara Rp 10 milyar lebih
(2004).
 Menetapkan seorang Bupati di Kalimantan Timur sebagai
tersangka dalam kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang
diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar
(2004).
Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
 Memiliki tanggung jawab guna melakukan


partisipasi politik dan kontrol sosial terkait dengan
kepentingan publik.
Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
 Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan
mulai dari pemerintahan desa hingga ke tingkat
pusat/nasional.
 Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman
tentang penyelenggaraan pemerintahan negara dan
aspek-aspek hukumnya.
 Mampu memposisikan diri sebagai subjek
pembangunan dan berperan aktif dalam setiap
pengambilan keputusan untuk kepentingan
masyarakat luas.
Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
1. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi
non-pemerintah yang mengawasi dan melaporkan

kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri
dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk
memberantas korupsi melalui usaha pemberdayaan
rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW
lahir di Jakarta pada tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah
gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan
pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
2. Transparency International (TI) adalah organisasi
internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik
dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba
sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang
bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi
tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi
Global.

You might also like